You are on page 1of 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TAI (Team Assisted Individualization) MELALUI PEMBUATAN


PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM
REGULASI KELAS XI SMA 3 PATI

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana (S.1) Pendidikan Biologi
Oleh:
Nama : Dwi Soffa A’yuningsih
NIM : 4401415016

BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa depan adalah suatu hal yang harus dihadapi dengan penuh
tantangan. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang bermutu
dan berkualitas. Melalui pendidikan, sumber daya manusia dapat ditingkatkan
mutu dan kualitasnya. Pendidikan merupakan tolok ukur pencapaian dalam
menentukan kualitas suatu masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya, maka suatu masyarakat itu dinilai memiliki kualitas yang
tinggi juga. Mengingat pentingnya peranan pendidikan pemerintah selalu
berusaha untuk merombak dan memperbaharui sistem pendidikan secara
bertahap dan terus menerus. Berdasarkan Undang- Undang nomor 20 tahun
2003 pasal 1 yaitu sistem pendidikan meliputi komponen- komponen
pendidikan yang saling mendukung dan terkait untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan
meningkatkan komponen- kompenen tersebut seperti sarana dan prasarana
pendidikan, meningkatkan kualitas siswa dan guru, meningkatkan kualitas
dalam proses pembelajaran dan peningkatan komponen- komponen lain yang
mendukung kualitas pendidikan.
Proses pembelajaran berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Proses
pembelajaran yang baik akan meningkatkan kualitas pendidikan. Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 4 menyatakan tentang salah satu prinsip
pendidikan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi kemauan,
keteladanan dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif
selama proses kegiatan belajar mengajar di kelas akan meningkatkan
kemauan dan mengembangkan kreatiiftas peserta didik. Guru memiliki
peranan penting dalam menyelenggarakan porses pembelajaran. Guru
hendaknya berkemampuan dalam strategi pembelajaran terkait dengan
kemampuan mengaplikasikan model- model pembelajarn yang efektif dan
efesien (Siskandar, 2008). Pembelajaran berlangsung efektif dan efesien jika
tercapainya Kompetensi Dasar berserta indikator- indikator dan dalam waktu
yang se- efesien mungkin. .
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang berlaku di
kurikulum SMA. Sistem regulasi adalah salah satu materi dari mata pelajaran
Biologi yang perlu pemahaman konsep dan juga hafalan. Sehingga peserta
didik harus berkonsentrasi penuh dalam memahami konsep materi Sistem
Regulasi. Apabila guru dalam melakukan metode pembalajarn yang kurang
sesuai, akan menyebabkan siswa salah akan konsep materi dan tidak tertarik
untuk memahami konsep materi tersebut. Maka guru mata pelajaran Biologi
diharapkan mampu menyajikan materi- materi tentang sistem regulasi yang
menarik. Proses pembelajaran berkaitan erat dengan hasil pembelajaran,
proses adalah hubungan timbal bailk dalam pembelajarn sedangkan hasil
adalah hasil dari interaksi atau timbal balik tersebut (Dewa, 2008). Jadi,
analisis tingkat keberhasilan proses pembelajaran itu dapat ditinjau dari hasil
belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari daya serap
Ujian Nasional. Oleh karena itu, peneliti bemaksud untuk menganalisis hasil
belajar peserta didik yaitu daya serap UN peserta didik selama 3 tahun
terakhir. Peneliti memilih sasaran SMA 3 PATI untuk dianalisis hasil
belajarnya. Berikut adalah data hasil daya serap UN selama 3 tahun terakhir:
KD. 3. 10 Mendeskripsikan keterkaitan antara struktur, fungsi dan
proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada
sistem regulasi manusia
KD. 4.10 Menyaikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap
kelainan pada struktur dan fungsi organ sistem koordinasi
yang menyebabkan gangguan sistem saraf dan hormon
pada manusia

Indikator Tahun 2015 2016 2017


Sistem regulasi (saraf, 85,98 74,65 61,05
endokrin, indera)
Berdasarkan hasil daya serap UN 3 tahun terakhir diperoleh hasil
bahwa peserta didik SMA 3 PATI mengalami penurunan daya serap selama 3
tahun berturut- turut pada materi sistem regulasi. Berdasarkan hasil
wawancara online dengan salah satu guru mapel biologi SMA 3 Pati,
diperoleh hasil bahwa proses pembelajaran yang berlangsung keterlibatan
siswa dalam pembelajaran masih kurang. Padahal dalam proses pembelajaran,
peserta didik harus ikut terlibat dan aktif dalam pembelajaran. Maka dari itu
pembelajaran lebih efektif jika dilakukan dengan berkelompok karena anatar
siswa dapat berdiskusi.
Salah satu model pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran kelompok yang dianjurkan oleh para ahli
pendidikan untuk digunakan. Menurut Robert E. Slavin (dalam Wina
Sanjaya, 2009:240) ada dua alasan pentingnya penerapan pembelajaran
kooperatif dalam proses pembelajaran di kelas. Pertama, beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri
dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.
Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalam berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan
dan ketrampilan. Ada banyak tipe strategi pembelajaran kooperatif,
diantaranya yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Team Games
Tournament (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI), Cooperative
Integrated Reading dan Composition (CIRC), dan Team Assisted
Individualization (TAI). Dari beberapa model pembelajaran kooperatif
tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin merupakan model
pembelajaran yang tepat karena mengkombinasikan keunggulan
pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dirancang untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa secara individual dalam suatu kelompok. Model
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini menerapkan pola belajar bimbingan
antar teman, sehingga siswa yang pandai bertanggungjawab terhadap siswa
yang kurang pandai. Disamping itu, model pembelajaran kooperatif tipe TAI
ini juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil sehingga
siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya,
sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.
Ciri khas pada tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini adalah
setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Kemudian hasil belajar individual tersebut dibawa ke
kelompoknya untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok
lainnya. Dalam model pembelajaran ini, semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai wujud tanggung jawab
bersama. Dengan pembuatan peta konsep yang ditugaskan siswa per
kelompok, diharapkan siswa dapat mengembangkan ketrampilan
psikomotoriknya sekaligus kemampuan kognitif siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) dengan
penggunaan peta konsep terhadap materi sistem regulasi”.
1.2 RumusanMasalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI) dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA 3 Pati
materi sistem regulasi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan peta
konsep terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA 3 Pati materi sistem
regulasi
Manfaat penelitian ini bagisiswa, guru dan sekolah adalah:
1.3.1 Bagi siswa.
Dapat membantu siswa dalam memahami konsep sistem regulasi,
melatih siswa untuk bekerjasama. Selain itu penggunaan peta konsep
dalam pembelajarn dapat memberikan alternatif media belajar yang
efektif bagi siswa.
1.3.2 Bagi guru.
Sebagai motivasi untuk meningkatkan strategi pembelajaran,
dapat mengembangkan model Team Assisted Individualization (TAI)
dengan pembuatan peta konsep ini pada konsep yang lain.
1.3.3 Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diterima di bangku
kuliah dan memperoleh pengetahuan dan pengamalam baru di
lapangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Deskripsi Teori
2.1.1. Belajar dan faktor yang mempengaruhi belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses danmerupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
berada disekolah maupun berada di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri. Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara atau langkah-
langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapainya hasil-hasil tertentu (Rubber,1998). Jadi proses belajar dapat
diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor yang terjadi didalam diri siswa.
Klasifikasi hasil belajar dibaginya menjadi tiga ranah yakni ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini ranah yang diteliti
adalah ranah kognitif. Karena siswa membutuhkan pemahaman,
pengetahuan, analisa dan berpikir secara logis untuk meningkatkan
penalaran sesuai dengan materi dari penelitian ini.
1) Ranah kognitif
Pada ranah kognitif bloom membaginya secara bertahap dalam enam
aspek berpikir. Keenam aspek itu adalah:
a) Aspek mengenal (recognition)
b) Aspek pemahaman/mengingat (recal)
c) Aspek penerapan/aplikasi (application)
d) Aspek analisis (analysis)
e) Aspek sintesis (synthesis)
f) Aspek evaluasi (evaluation)
2) Ranah Afektif
Ada beberapa tingkatan dalam bidang afektif sebagai hasil belajar.
Tingkatan tersebut adalah:
a) Pandangan atau pendapat (opini)
Apabila guru mau mengukur aspek afektif yang berhubungan
dengan pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki
respon yang melibatkan ekspresi, perasaan, atau pendapat pribadi
siswa terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta.
b) Sikap atau nilai (attidute, value)
Dalam penilaian sikap ini siswa ditanya mengenai responnya
yang melibatkan sikap atau nilai yang mendalam di sanubarinya, dan
guru meminta untuk mempertahankan pendapatnya.
3) Ranah Psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan
bertindak, ranah ini memiliki enam yakni gerakan reflek (reflek
movement), dasar-dasar gerakan- gerakan (basic abilities), gerakan
ketrampilan (phisycal ability), gerak keharmonisan atau ketepatan (skill
movement), dan gerakan ekspresif dan interpreatif (nondiscoursive
communication).
2.1.1.1 Faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yakni:
a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), meliputi keadaan kondisi
jasmani dan rohani siswa.
b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), meliputi kondisi lingkungan
di sekitar siswa yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
2.1.2 Model pembelajaran Team Assisted individualization (TAI)
Menurut Robert Slavin (1984), Team Assisted Individualization (TAI)
merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan
pembelajaran dengan perbedaan individual siswa secara akademik.
Pengembangan Team Assisted Individualization (TAI) dapat mendukung
praktik-praktik ruang kelas, seperti pengelompokan siswa, pengelompokan
kemampuan di dalam kelas, pengajaran terprogram dan pengajaran
berbasis komputer.
Team Assisted Individualization (TAI) termasuk dalam pembelajaran
kooperatif. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok
sangat diperhatikan maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab
membantu temannya yang lemah. Dengan demikian siswa yang pandai
dapat mengembangkan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan
terbantu dalam menyelesaikan permasalahannya. Tujuan Team Assisted
Individualization (TAI) adalah untuk meminimalisasi pengajaran
individual yang terbukti kurang efektif, selain juga ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta motivasi siswa dengan
belajar kelompok.
Sintak pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) mencakup
tahapan-tahapan konkret dalam melaksanakan program tersebut di ruang
kelas:
a. Tim – Dalam Team Assisted Individualization (TAI), siswa dibagi ke
dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5 orang, sebagaimana dalam
STAD dan TGT.
b. Tes Penempatan – Siswa diberikan pre-test. Mereka ditempatkan pada
tingkatan yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja
mereka pada tes ini.
c. Materi – Siswa mempelajari materi pelajaran yang akan didiskusikan.
d. Belajar Kelompok – Siswa melakukan belajar kelompok bersama
rekan-rekannya dalam satu tim.
e. Skor dan Rekognisi – Hasil kerja siswa di-score di akhir pengajaran,
dan setiap tim yang memenuhi kriteria sebagai “tim super” harus
memperoleh penghargaan (recognition) dari guru.
f. Kelompok Pengajaran – Guru memberi pengajaran kepada setiap
kelompok tentang materi yang sudah didiskusikan.
g. Tes Fakta – Guru meminta siswa untuk mengerjakan post tes untuk
membuktikan kemampuan mereka yang sebenarnya (Slavin, 1984)
Ada beberapa manfaat Team Assisted Individualization (TAI) yang
memungkinkannya memenuhi kriteria pembelajaran efektif. Di antaranya
adalah :
1. Meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan
rutin
2. Melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang
heterogen
3. Memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasional
yang cukup sederhana
4. Memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan
dengan cepat dan akurat tanpa jalan pintas
5. Memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswa lain yang berbeda
sehingga tercipta sikap positif di antara mereka (Slavin, 1984)
Dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) untuk mengajarkan mata pelajaran biologi sistem
pernapasan, maka guru dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai
berikut:
a) Guru menentukan materi yang akan disajikan kepada siswa.
b) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok.
c) Guru menjelaskan materi baru secara singkat.
d) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 3 siswa
untuk setiap kelompoknya.
e) Guru memberi tugas kelompok dengan bahan yang telah disiapkan.
f) Ketua kelompok melaporkan kepada guru hambatan yang dialami
kelompoknya.
g) Ketua kelompok harus menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami
materi bahan ajar yang telah diberikan guru dan siap diberikan ulangan
oleh guru.
h) Guru mengumumkan hasil ulangan dan memberikan penghargaan kepada
kelompok yang mendapat nilai terbaik.

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Artinya


bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan
efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik yaitu dapat
memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Namun perlu diingat bahwa tidak semua strategi pembelajaran sesuai untuk
semua situasi dan kondisi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai sama.

2.1.3 Peran Peta Konsep dalam Pembelajaran Biologi


Peta konsep dikembangkan pada tahun 1972 dalam sebuah program
penelitian untuk memahami perubahan pengetahuan sains anak (Novak
dan Musonda 1991). Para peneliti mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasi perubahan spesifik pemahaman anak terhadap konsep
sains melalui transkrip wawancara. Proses pembelajaran bermakna
berlangsung melalui proses mengintegrasikan pengetahuan baru dengan
kerangka pengetahuan yang sudah ada (Ausubel 1963). Berlandaskan teori
Ausubel tersebut, muncul ide untuk mempresentasikan pengetahuan anak
dalam suatu bentuk peta konsep. Melalui proses pembelajaran bermakna,
siswa dapat membangun, siswa dapat membangun kerangka konsep-
konsep yang terintegrasi dan proporsisi yang disusun secara hierarki dalam
peta konsep (Novak 2010).
Novak dan Canas (2008) menjelaskan bahwa peta konsep
menggunakan konsep- konsep yang ditulias dalam kotak atau oval dan
garis- garis penghubung yang dilekngkapi dengan frasa penghubung yang
menunjukkan hubungan antar konsep. Proposisi adalah kalimat bermakna
yang terdiri atas dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata
penghubung yang ebrupa frasa. Selain konsep dan garis penghubung yang
diberi kata penghubung, peta konsep dapat berisi penghubung lain yang
disebut penghubung silang (cross link). Penghubung silang ibi
menghubungkan dua segmen hirarki yang berbeda. Antarkoneksi
penghubung silang ini menyajikan sebuah fungsi integratif penting ketika
menyusun peta konsep (Jacobs- Lawson et. al., 2002).
Novak dan Gowin (1984) mendeskripsikan proses dalam membuat
peta konsep yaitu (1) menemukan sebuah pertanyaan atau konsep, (2)
mengidentifikasi 10- 20 konsep yang berhubungan dengan kkonsep utama
dan menempatkan di sekeliling konsep utama, (3) menyusun konsep-
konsep sehingga konsep utama menempati bagian atas peta konsep, (4)
menghubungkan konsep- konsep dengan garis penghubung, (5) menamai
garis tersebut untuk mendefinisikan hubungan dua konsep dan (6)
memodifikasi struktur peta konsep sesuai dengan penambahan atau
pengurangan konsep.
2.2 Kerangka Berpikir
Berdasarkan analisis daya serap siswa selama 3 tahun berturu- turut,
diperoleh hasil bahwa materi Sistem Regulasi pada data hasil UN Siswa SMA
N 3 Pati mengalami penurunan hasil selama 3 tahun berturut- turut mulai dari
tahun 2014/2015, 2015/2016 dan 2016/2017.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa metode pengajaran


yang dilakukan oleh guru kurang melibatkan siswa dalam belajar.

Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran kooperatif untuk menambah


keterlibatan siswa dalam belajar dengan bekerjasama dengan teman
kelompoknya.

Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted


Individualization ) yang mengedepankan kerjasama antar individu dalam
kelompok .

2.3 Hipotesis Tindakan


Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Penerapan model
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan pembuatan peta
konsep berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA N 3 PATI pada
materi sitem regulasi”.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Model dokumentasi
Dokumentasi berasal dari dokumen, yang artinya barang-barang yang
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, dan sebagainya. Pada model ini bertujuan untuk
mendapatkan daftar nama siswa.
2. Model observasi
Observasi atau pengamatan bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga
mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian. Model
observasi bertujuan untuk mengamati proses pengajaran dengan
menggunakan model Team Assisted Individualization (TAI).
3. Model tes
Tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan
pencapaian atau prestasi. Kemampuan dasar antara lain: tes untuk mengukur
inteligensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus, dan sebagainya. Khusus untuk
tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: (1) tes buatan guru dan (2) tes terstandar.14 Penelitian ini
tes yang digunakan mengenai tes prestasi belajar (dalam hal penalaran).

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Metode Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan untuk merealisasi kegiatan
guru dalam membandingkan dua model pembelajaran terhadap hasil belajar
adalah melalui penelitian eksperimen. Jadi, dengan kata lain metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen
dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono ,
2013). Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan
keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau sampel yang berbeda atau
pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2013).
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori
satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian lain.
Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu
dengan teori yang lain, untuk mereduksi bila dipandang terlalu luas (Sugiyono,
2013). Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan
dicapai yaitu untuk mengetahui perbedaan satu variabel, yaitu hasil belajar
siswa dengan perlakuan yang berbeda.
Metode eksperimen yang digunakan adalah true-experimental. Menurut
Sugiyono (2013) ciri utama dari metode eksperimen ini adalah bahwa sampel
yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil
secara random. Bentuk penelitian ini juga banyak digunakan dalam bidang
ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia
(Sukardi, 2003).
3.2 Populasi Dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI SMA N 3 PATI.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan kerakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 118). Pengambilan sampel
penelitian ini diperoleh dari populasi sebanyak dua kelas dengan
menggunakan teknik random sampling.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013) variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu sebagai
berikut.
3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau
terikat (Sugiyono, 2013). Biasanya variabel ini dilambangkan dengan (X) .
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI)
3.3.2 Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat dengan lambang (Y) adalah variabel yang dikaitkan
atau dipengaruhi oleh variabel bebas, sehingga sifatnya bergantung pada
variabel lain. Pada penelitian ini, variabel terikatnya adalah hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat true-experimental dengan
menggunakan desain pretest-posttest only control design. Kelompok sampel
ditentukan secara random.
5.1 Teknik Analisis Data
5.1.1 Analisis Instrument Penelitian
5.1.1.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesalahan suatu instrument. Dikatakan valid apabila data evaluasi
sesuai dengan kenyataan. Untuk mendapatkan data yang valid maka
dapat dihitung dengan rumus:
5.1.1.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk memberikan hasil tes yang tetap.
maka dalam hal ini berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.
Rumusnya adalah:
5.1.1.3 Tingkat kesukaran
Kesukaran meliputi persentase jumlah siswa yang menjawab
soal dengan benar. Besarnya indek dapat dihitung dengan rumus:
5.1.1.4 Daya Beda.
Daya pembeda merupakan kemampuan untuk membedakan
siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan
tinggi.

You might also like