Professional Documents
Culture Documents
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota
tubuh atau anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan
peredaran darah, osteomielitis dan kanker (PSIK FKUI,1996).
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah /traumatik pada tungkai
(Doenges,2000). Dalam kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah
memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota badan.
Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota
tubuh atau anggota garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan
peredaran darah, osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan.
2.2 Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah :
ü Iskemia. Karena penyakit vaskularisasi perifer (sering terjadi sebagai gejala sisa
diabetes militus), gangrene, tumor ganas, infeksi dan arterosklerosis. Penyakit
vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi ekstremitas
bawah (Smeltzer,2002).
ü Trauma. Dapat diakibatkan karena perang, kecelakaan thermal injury seperti
luka bakar, cedera remuk dan sebagainya.
2.3 Patofisiologi
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh
dengan metode :
ü Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada Pasien
dengan infeksi yang mengembang atau berat. Dimana pemotongan dilakukan
pada tingkat yang sama. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang
drainage agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.
ü Metode tertutup. Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode
ini kulit tepi ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung
tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi.
Ø System musculoskeletal
Terjadi penurunan kekuatan otot. Dengan adanya imobilisasi dan gangguan
system vaskuler memungkinkan supali O2 dan nutrisi sangat berkurang pada
jaringan demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu.
Ø System integument
Tirah baring yang lama dapat mengakibatkan tubuh bagian bawah seperti
punggung dan bokong akan tertekan akibat tirah baring lama sehingga terjadi
penurunan suplai darah dan nutrisi kejaringan. Jika hal ini dibiarkan akan
terjadi ischemia, hyperemis, dekubitus dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan supali darah.
2.6 Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan
kulit.Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan
dapat menjadi masif.Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan
peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi
kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan
protesis.
3.1 Pengkajian
Sebelum pembedahan, status neurovaskuler dan fungsional ekstremitas
harus dievaluasi melalui riwayat dan pengkajian fisik ( warna, suhu, denyut
nadi, penyebaran rambut, keadaan kulit, respon terhadap perubahan posisi,
sensasi nyeri, dan fungsi). Sebuah Doppler (alat ultrasonic yang dapat dibawa-
bawa) dapat digunakan untuk mengevaluasi aliran darah arteri.Keterbatasan
rentang gerak dan adanya kontraktur fleksi pinggul dan lutut harus segera
diketahui karena dapat mempengaruhi fungsi dan kesesuaian protesis.Bila
pasien mengalami amputasi traumatik, maka fungsi dan kondisi sisa tungkai
harus dikaji.Status peredaran darah dan fungsi ekstremitas yang sehat juga
harus dikaji.
Bila infeksi atau gangren telah terjadi, pasien mungkin mengalami
pembesaran kelenjar limfa, demam dan pusing.Selain itu status nurisi pasien
dievaluasi dan bila perlu dibuat rencana perawatan nutrisi. Seringkali lansia
menunjukkan nutrisi buruk, obesitas, atau sedang menjalani diet khusus
karena menderita masalah kesehatan lain. Untuk penyembuhan, diet yang
seimbang dengan vitamin dan protein yang memadai sangat penting.
Setiap masalah kesehatan yang ada ( misalnya dehidrasi, anemia,
insufisiensi jantung, masalah respirasi kronik, dan DM) harus segera
teridentifikasi dan ditangani sehingga pasien berada dalam keadaan sebaik
mungkin untuk menghadapi trauma pembedahan. Pengguanaan kortikosteroid,
antikoagulan, vasokonstriktor atau vasodilator dapat mempengaruhi
penatalaksanaan dan penyembuhan luka.
Status psikologis pasien dikaji.Penentuan reaksi emosiaonal pasien
terhadap amputasi sangat penting untuk asuhan keperawatan.Respon berduka
terhadap perubahan permanen citra tubuh adalah normal. Meskipun bila
amputasi ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi,
penyesuaian psikologis mayor masih diperlukan
3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
ü Nyeri (akut) b/d cidera fisik/ jaringan dan trauma saraf
ü Gangguan harga diri( citra Tubuh) b/d kehilangan bagian tubuh
ü Kerusakan mobilitas fisik b/d kehilangan ekstrimitas
ü Resiko Tinggi infeksi b/d Proses Pembedahan, perawatan luka post op
3.3 Intervensi
ü Dx 1Nyeri (akut) b/d cidera fisik/ jaringan dan trauma saraf
-Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
- Kh : Pasien dapat melakukan tehnik relaksasi nafas dalam , skala nyeri
berkurang ( diambang batas yg masi ter toleransi )
1. Catat lokasi ,frekuensi,dan intensitas nyeri(0-10) amati
perubahan karakteristik nyeri misalnya kesemutan
Rasional : Membantu dalam dalam evaluasi kebutuhan dan ke efektifan
intervensi
2. Tinggikan Bagian yang sakit
Rasional : Mengurangi terbentuk nya edema dengan peningkatan aliran
balik vena,mengurangi kelelahan otot dan tekanan pada kulit jaringan
3. Tingkatkan Kenyamanan Pasien
Rasional : Dapat menurunkan ternjadi nya nyeri , meningkatkan kemampuan
koping
4. Berikan Pijatan Lembut pada sisa tungkai ( puntung) sesuai
toleransi bila balutan telah di lepas
Rasional :Meningkatkan sirkulasi dan mengurangi ketegangan otot
5. Berikan Kompres hangat
Rasional : mungkin di Perlukan untuk meningkatkan relaksasi
6. Berikan obat sesuai indikasi untuk penanganan
nyeri (berkolaborasi )
Rasional :Mengurangi nyeri /Spasme otot
7. Ajarkan Pasien tehnik Relaksasi nafas dalam
Rasional : dapat mengurangi nyeri
ü DX2 Gangguan Harga diri (citra tubuh) b/d kehilangan bagian tubuh
-Tujuan : Harga diri pasien Kembali
- KH: Pasien dapat mengeekspresikan prasaan negative, mendapat
informasi yang adekuat tentang amputasi
1. Pertimbangakan kesiapan Pasien dan pandangan nya terhadap amputasi
Rasional : Pasien yang memandang amputasi sebagai rekontruksi hidup
akan menerima dirinya yang baru dengan cepat
2. Dorong Pasien mengekspresikan perasaan negative dan kehilangan bagian
tubuh
Rasional : Eksperesi prasaan dapat mem bantu Pasien menerima kenyataan
dan realitas hidup yang baru
3. Beri informasi yang adekuat mengenai amputasi mulai dari pasca / pots
operasi
Memberi kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan
mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi yang dapat membantu
penyembuhan
4. Berikan motivas (dukungan) pada Pasien
Rasional : Dukungan yang cukup dapat membantu proses rehabilitasi
5. Diskusikan kepada kllien tentang perubahan yang dialami
Pasien mengenai pola atau peran fungsi yang biasa nya
Rasional : Membantu mengartikan masalah mengenai pola hidup
ü DX 3 Kerusakan Mobilitas Fisik b/d Kehilangan Tungkai , Ketidak nyamanan,
- Tujuan : Mobilitas fisik Kembali membaik
- KH : Pasien merasa nyaman , mobilias fisik perlahan pulih pasien merasa
terbantu dalam mobilitas fisik nya
1. Berikan perawatan puntung secara teratur
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi penyembuhan dan
komplikasi
2. Tinggikan gips bila gips berubah posisi
Edema terjadi dengan cepat an rehabilitasi dapat terlambat
3. Bantu latihan rentang gerak khusus nya area yang sakit
Rasional : Mencegah terjadi nya kontraktur
4. Tunjukan atau bantu ambulasi dan penggunaan alat mobiltas
Rasional : Membantu perawatan diri dan kemandirian Pasien
5. Bantu Pasien melakukan latihan otot preoperasi sesuai
kemampuan
Rasional : Membantu meningkatkan perbaikan rasa keseimbangan
6. Berikan tempat tidur busa
Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit /jaringan yang dapat
mengganggu sirkulasi
7. Rujuk ke tim rehabilitasi (kolaborasi)
Rasional : Memberikan bentuk latihan / program aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan dan kekuatan individu.
ü DX4 : Resiko tinggi infeksi b/d Ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit
robek ), perawatan luka post op
-Tujuan : Tidak Terjadi nya infeksi
- Tidak ada :edema , peningkatan suhu tubuh/takikardia,
1. Pertahankan teknik anti septik bila mengganti balutan / perawatan luka
Rasional : Meminimalkan kesempatan introduksi bakteri
2. Inspeksi balutan dan luka
Rasional : Deteksi dini terjadinya infeksi memberi kesempatan intervensi
tepat waktu dan mencegah komplikasi serius
3. Tutup balutan dengan plastic bila Pasien menggunakan pisvot atau terjadi
inkontenensia
Rasional : Mencegah terjadi kontaminasi pada luka post op
4. Buka puntung terhadap udara ,pencucian dengan sabun ringan dan air
setelah pembalutan bila ada indikasi
Rasional : Mempertahankan kebersihan ,meminimalkan kontaminasi kulit
dan meningkatkan penyembuhan kulit yang lunak.
5. Awasi tanda tanda vital
Rasional : Peningkatan suhu dan takikardia dapat menunjukan terjadi nya
sepsis
6. Berikan antibiotic (kolaborasi)
Rasional : Penggunaan antibiotic dapat disesuai kan dengan organisme
penyebab
Evaluasi :
ü Pasien mampu mengontrol nyeri :
Melakukan teknik manajemen nyeri
Patuh dalam pemakaian obat
Nyeri berkurang atau hilang
ü Kepercayaan diri pasien kembali
Pasien mampu mengekspresikan perasaan negative
Pasien merasa termotivasi
Pasien mengerti an menerima keadaan nya
ü Mobilitas fisik membaik :
Pasien merasa nyaman
Mampu melakukan perawatan diri dengan bantuan walker/truck
Tidak ada edema
ü Perkecil kemungkinan infeksi
Tidak ada tanda tanda yang menunjukan ada nya infeksi
DAFTAR PUSTAKA