You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Footner (1992), mengemukakan 60% amputasi dilakukan pada Pasien
dengan usia diatas 60 tahun dan umumnya akibat iskemia (kematian jaringan)
atau akibat penyakit vascular perifer progresif (sering sebagai gejala sisa
diabetes militus), gangren, trauma, (cedera,remuk dan luka bakar) dan tumor
gamas. Dari semua penyebab tadi penyakit vascular parifer merupakan
penyebab yang tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi
pasien dari pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas
mempunyai fungsi yang sangat spesialistis.Amputasi dapat dianggap sebagai
jenis pembedahan rekonstruksi drastis dan digunakan untuk menghilangkan
gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas
hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif
maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan
berpartisipasi aktif dalam rencana rehabilitasi. Karena kehilangan ektremitas
memerlukan penyesuaian besar. Presepsi pasien mengenai amputasi harus di
pahami oleh tim perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan
adanya perubahan citra diri permanen, yang harus diselaraskan sedemikian
rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat
perubahan citra tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Amputasi ?
1.2.2 Apa etiologi amputasi ?
1.2.3 Bagaimana Patofisiologi nya ?
1.2.4 Tingkatan Tingkatan Amputasi
1.2.5 Penata Laksanaan Amputasi
1.2.6 Kemungkinan Komplikasi pada pasein amputasi
1.2.7 Pemeriksaan Diagnostik pada amputasi
1.2.8 Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Amputasi
1.3 Tujuan Penulisan
Sebagai refrensi bagi mahasiswa dan sebagai Tugas mata kuliah system
Muskuluskletal

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota
tubuh atau anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan
peredaran darah, osteomielitis dan kanker (PSIK FKUI,1996).
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah /traumatik pada tungkai
(Doenges,2000). Dalam kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah
memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota badan.
Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota
tubuh atau anggota garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan
peredaran darah, osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan.
2.2 Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah :
ü Iskemia. Karena penyakit vaskularisasi perifer (sering terjadi sebagai gejala sisa
diabetes militus), gangrene, tumor ganas, infeksi dan arterosklerosis. Penyakit
vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi ekstremitas
bawah (Smeltzer,2002).
ü Trauma. Dapat diakibatkan karena perang, kecelakaan thermal injury seperti
luka bakar, cedera remuk dan sebagainya.
2.3 Patofisiologi
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh
dengan metode :
ü Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada Pasien
dengan infeksi yang mengembang atau berat. Dimana pemotongan dilakukan
pada tingkat yang sama. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang
drainage agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.
ü Metode tertutup. Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode
ini kulit tepi ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung
tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi.

2.4 Tingkatan Amputasi


Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin
panjang ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Dimana
mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan.Untuk itu
pembedahan atau amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Dimana tindakan ini merupakan pilihan
terakhir manakala organ mengalami iskemia atau kematian jaringan pada
ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain atau manakala organ dapat membahayakan tubuh Pasien secara
utuh/merusak organ yang lain
Tempat amputasi ditentukan berdasarkan 2 faktor yaitu :
1. Peredaran darah pada bagian yang akan diamputasi
2. Kegunaan fungsional
Untuk batas amputasi pada cedera ditantukan oleh peredaran darah yang
adekuat.Batas amputasi pada tumor maligna ditentukan oleh daerah bebas
tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal.
Pada tubuh tingkatan amputasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan/kiri. Untuk itu
kehilangan ekstermitas atas akan menimbulkan masalah yang spesifik hal ini
berkaitan dengan aktifitas sehari-hari, seperti makan,minum, mandi dan
sebagainya yang melibatkan tangan.
2. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-
jari kaki yang dapat mempengaruhi keseimbangan menekan pada waktu
berjalan.Karena itu makin besar tingkat amputasi makin besar energi yang
dibutuhkan untuk ambulasi.
Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi 2
letak yaitu :
1) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation)
Ada dua metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic
limb dan ischemic limb.
2) Amputasi diatas lutut
Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan
penyakit vaskuler perifer.
3. Nekrosis.
Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak
berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi
4. Kontraktur.
Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta
melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi
terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan
5. Neuroma.
Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga
melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong
saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.
6. Phantom sensation.
Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas
tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi
terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.
2.5 Penatalaksanaan Amputasi
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan
dengan kulit yang sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan
penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut
terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan
kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka
untuk menghindari infeksi.
ü Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang
waktu dikamar operasi.Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan
apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi
tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki
buatan.Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah
kontraktur.Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada
daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips
elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati
jangan sampai menjerat pembuluh darah.Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila
terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus
segara diganti.
ü Balutan lunak.
Balutan lunak dengan atau tanpakompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.Bidai imobilisasi
dapat dibalutkan pada balutan.Hematoma puntung dikontrol dengan alat
drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
ü Amputasi.
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama
dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan
sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering.Jika dalam beberapa hari
infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife
dengan penutupan kulit.
ü Protesis.
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai.Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan Pasien menggunakan protesis sedini mungkin.Kadang protesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh.Pada amputasi, untuk
penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 4
minggu.Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang.Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek
faal.Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat
dicapai.Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan
dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari otot
biseps dan triseps.
Pasien yang memerlukan amputasi biasanya mudah dengan trauma
ekstremitas berat atau manula dengan penyakit vaskuler perifer.Orang muda
umumnya sehat, sembuh dengan cepat, dan berpartisipasi dalam program
rehabilitasi segera. Karena amputasi sering merupakan akibat dari cedera,
pasien memerlukan lebih banyak dukungan psikologis untuk menerima
perubahan mendadak citra diri dan menerima stres akibat
hospitalisasi,rehabilitasi jangka panjang dan penyesuaiaan gaya hidup. Pasien
ini memerlukan waktu untuk mengatasi perasaan mereka mengenai kehilangan
permanen. Reaksi mereka susah diduga dan dapat berupa kesedihan terbuka
dan bermusuhan.
Sebaliknya, lansia dengan penyakit vascular perifer sering mengidap
masalah kesehatan lain, termasuk diabetes militus dan
arterosklerosis.Amputasi terapeutik untuk kondisi yang sudah berlangsung
lama dapat membebaskan pasien dari nyeri, disabilitas dan
ketergantungan.Pasien ini biasanya sudah siap mengatasi perasaannya dan siap
menerima amputasi. Adapun pengaruh dari amputasi yaitu :
Ø Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan imobilisasi maka akan menyebabkan penekanan
pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga
sehingga menurunkan kecepatan metabolismebasal.

Ø System musculoskeletal
Terjadi penurunan kekuatan otot. Dengan adanya imobilisasi dan gangguan
system vaskuler memungkinkan supali O2 dan nutrisi sangat berkurang pada
jaringan demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu.
Ø System integument
Tirah baring yang lama dapat mengakibatkan tubuh bagian bawah seperti
punggung dan bokong akan tertekan akibat tirah baring lama sehingga terjadi
penurunan suplai darah dan nutrisi kejaringan. Jika hal ini dibiarkan akan
terjadi ischemia, hyperemis, dekubitus dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan supali darah.
2.6 Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan
kulit.Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan
dapat menjadi masif.Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan
peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi
kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan
protesis.

2.7 Pemeriksaan diagnostic


ü Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
ü CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, dan
pembentukan hematoma.
ü Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi
penyembuhan jaringan setelah amputasi.
ü Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji dan
mengukur aliran darah
ü Tekanan O2 transkutaneus untuk member peta pada area perfusi paling besar
dan paling kecil dalam ketrelibatan ekstremitas.
ü Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi
dari jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua
pembacaan, makin besar untuk sembuh.
ü Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas
bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
ü LED, peningkatan mengidentifikasikan respon inflamasi.
ü Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.
ü Biopsi, menginformasi diagnosis massa/benigna.
ü Hitung darah lengkap/diferensial, peninggian dan pergeseran ke kiri diduga
proses infeksi.
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Sebelum pembedahan, status neurovaskuler dan fungsional ekstremitas
harus dievaluasi melalui riwayat dan pengkajian fisik ( warna, suhu, denyut
nadi, penyebaran rambut, keadaan kulit, respon terhadap perubahan posisi,
sensasi nyeri, dan fungsi). Sebuah Doppler (alat ultrasonic yang dapat dibawa-
bawa) dapat digunakan untuk mengevaluasi aliran darah arteri.Keterbatasan
rentang gerak dan adanya kontraktur fleksi pinggul dan lutut harus segera
diketahui karena dapat mempengaruhi fungsi dan kesesuaian protesis.Bila
pasien mengalami amputasi traumatik, maka fungsi dan kondisi sisa tungkai
harus dikaji.Status peredaran darah dan fungsi ekstremitas yang sehat juga
harus dikaji.
Bila infeksi atau gangren telah terjadi, pasien mungkin mengalami
pembesaran kelenjar limfa, demam dan pusing.Selain itu status nurisi pasien
dievaluasi dan bila perlu dibuat rencana perawatan nutrisi. Seringkali lansia
menunjukkan nutrisi buruk, obesitas, atau sedang menjalani diet khusus
karena menderita masalah kesehatan lain. Untuk penyembuhan, diet yang
seimbang dengan vitamin dan protein yang memadai sangat penting.
Setiap masalah kesehatan yang ada ( misalnya dehidrasi, anemia,
insufisiensi jantung, masalah respirasi kronik, dan DM) harus segera
teridentifikasi dan ditangani sehingga pasien berada dalam keadaan sebaik
mungkin untuk menghadapi trauma pembedahan. Pengguanaan kortikosteroid,
antikoagulan, vasokonstriktor atau vasodilator dapat mempengaruhi
penatalaksanaan dan penyembuhan luka.
Status psikologis pasien dikaji.Penentuan reaksi emosiaonal pasien
terhadap amputasi sangat penting untuk asuhan keperawatan.Respon berduka
terhadap perubahan permanen citra tubuh adalah normal. Meskipun bila
amputasi ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi,
penyesuaian psikologis mayor masih diperlukan
3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
ü Nyeri (akut) b/d cidera fisik/ jaringan dan trauma saraf
ü Gangguan harga diri( citra Tubuh) b/d kehilangan bagian tubuh
ü Kerusakan mobilitas fisik b/d kehilangan ekstrimitas
ü Resiko Tinggi infeksi b/d Proses Pembedahan, perawatan luka post op
3.3 Intervensi
ü Dx 1Nyeri (akut) b/d cidera fisik/ jaringan dan trauma saraf
-Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
- Kh : Pasien dapat melakukan tehnik relaksasi nafas dalam , skala nyeri
berkurang ( diambang batas yg masi ter toleransi )
1. Catat lokasi ,frekuensi,dan intensitas nyeri(0-10) amati
perubahan karakteristik nyeri misalnya kesemutan
Rasional : Membantu dalam dalam evaluasi kebutuhan dan ke efektifan
intervensi
2. Tinggikan Bagian yang sakit
Rasional : Mengurangi terbentuk nya edema dengan peningkatan aliran
balik vena,mengurangi kelelahan otot dan tekanan pada kulit jaringan
3. Tingkatkan Kenyamanan Pasien
Rasional : Dapat menurunkan ternjadi nya nyeri , meningkatkan kemampuan
koping
4. Berikan Pijatan Lembut pada sisa tungkai ( puntung) sesuai
toleransi bila balutan telah di lepas
Rasional :Meningkatkan sirkulasi dan mengurangi ketegangan otot
5. Berikan Kompres hangat
Rasional : mungkin di Perlukan untuk meningkatkan relaksasi
6. Berikan obat sesuai indikasi untuk penanganan
nyeri (berkolaborasi )
Rasional :Mengurangi nyeri /Spasme otot
7. Ajarkan Pasien tehnik Relaksasi nafas dalam
Rasional : dapat mengurangi nyeri
ü DX2 Gangguan Harga diri (citra tubuh) b/d kehilangan bagian tubuh
-Tujuan : Harga diri pasien Kembali
- KH: Pasien dapat mengeekspresikan prasaan negative, mendapat
informasi yang adekuat tentang amputasi
1. Pertimbangakan kesiapan Pasien dan pandangan nya terhadap amputasi
Rasional : Pasien yang memandang amputasi sebagai rekontruksi hidup
akan menerima dirinya yang baru dengan cepat
2. Dorong Pasien mengekspresikan perasaan negative dan kehilangan bagian
tubuh
Rasional : Eksperesi prasaan dapat mem bantu Pasien menerima kenyataan
dan realitas hidup yang baru
3. Beri informasi yang adekuat mengenai amputasi mulai dari pasca / pots
operasi
Memberi kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan
mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi yang dapat membantu
penyembuhan
4. Berikan motivas (dukungan) pada Pasien
Rasional : Dukungan yang cukup dapat membantu proses rehabilitasi
5. Diskusikan kepada kllien tentang perubahan yang dialami
Pasien mengenai pola atau peran fungsi yang biasa nya
Rasional : Membantu mengartikan masalah mengenai pola hidup
ü DX 3 Kerusakan Mobilitas Fisik b/d Kehilangan Tungkai , Ketidak nyamanan,
- Tujuan : Mobilitas fisik Kembali membaik
- KH : Pasien merasa nyaman , mobilias fisik perlahan pulih pasien merasa
terbantu dalam mobilitas fisik nya
1. Berikan perawatan puntung secara teratur
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi penyembuhan dan
komplikasi
2. Tinggikan gips bila gips berubah posisi
Edema terjadi dengan cepat an rehabilitasi dapat terlambat
3. Bantu latihan rentang gerak khusus nya area yang sakit
Rasional : Mencegah terjadi nya kontraktur
4. Tunjukan atau bantu ambulasi dan penggunaan alat mobiltas
Rasional : Membantu perawatan diri dan kemandirian Pasien
5. Bantu Pasien melakukan latihan otot preoperasi sesuai
kemampuan
Rasional : Membantu meningkatkan perbaikan rasa keseimbangan
6. Berikan tempat tidur busa
Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit /jaringan yang dapat
mengganggu sirkulasi
7. Rujuk ke tim rehabilitasi (kolaborasi)
Rasional : Memberikan bentuk latihan / program aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan dan kekuatan individu.
ü DX4 : Resiko tinggi infeksi b/d Ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit
robek ), perawatan luka post op
-Tujuan : Tidak Terjadi nya infeksi
- Tidak ada :edema , peningkatan suhu tubuh/takikardia,
1. Pertahankan teknik anti septik bila mengganti balutan / perawatan luka
Rasional : Meminimalkan kesempatan introduksi bakteri
2. Inspeksi balutan dan luka
Rasional : Deteksi dini terjadinya infeksi memberi kesempatan intervensi
tepat waktu dan mencegah komplikasi serius
3. Tutup balutan dengan plastic bila Pasien menggunakan pisvot atau terjadi
inkontenensia
Rasional : Mencegah terjadi kontaminasi pada luka post op
4. Buka puntung terhadap udara ,pencucian dengan sabun ringan dan air
setelah pembalutan bila ada indikasi
Rasional : Mempertahankan kebersihan ,meminimalkan kontaminasi kulit
dan meningkatkan penyembuhan kulit yang lunak.
5. Awasi tanda tanda vital
Rasional : Peningkatan suhu dan takikardia dapat menunjukan terjadi nya
sepsis
6. Berikan antibiotic (kolaborasi)
Rasional : Penggunaan antibiotic dapat disesuai kan dengan organisme
penyebab
Evaluasi :
ü Pasien mampu mengontrol nyeri :
Melakukan teknik manajemen nyeri
Patuh dalam pemakaian obat
Nyeri berkurang atau hilang
ü Kepercayaan diri pasien kembali
Pasien mampu mengekspresikan perasaan negative
Pasien merasa termotivasi
Pasien mengerti an menerima keadaan nya
ü Mobilitas fisik membaik :
Pasien merasa nyaman
Mampu melakukan perawatan diri dengan bantuan walker/truck
Tidak ada edema
ü Perkecil kemungkinan infeksi
Tidak ada tanda tanda yang menunjukan ada nya infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume


3.Jakarta : EGC.
Lukman dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba medika.
Marilynn E. Doenges dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.Jakarta :
EGC.

You might also like

  • Bab 1
    Bab 1
    Document5 pages
    Bab 1
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet
  • Lampiran 2
    Lampiran 2
    Document1 page
    Lampiran 2
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet
  • II. Lembar Persetujuan
    II. Lembar Persetujuan
    Document2 pages
    II. Lembar Persetujuan
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet
  • II. Lembar Persetujuan
    II. Lembar Persetujuan
    Document1 page
    II. Lembar Persetujuan
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet
  • Tugas Infeksi
    Tugas Infeksi
    Document3 pages
    Tugas Infeksi
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet
  • Bkbubu
    Bkbubu
    Document1 page
    Bkbubu
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Document1 page
    Surat Pernyataan
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet
  • Bab V
    Bab V
    Document2 pages
    Bab V
    Raden Sultan Si BelyBely
    No ratings yet