You are on page 1of 12

“(PENERAPAN KEBIJAKAN SEKOLAH MADRASAH AMAN BENCANA

BERBASIS KARAKTER BANGSA GUNA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN DI INDONESIA)“

Karya Ini Disusun Untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional

“Pembangunan Berkelanjutan (SDG)”

Penulis :
(LATIFAH WIDYA ASRI)
PENDAHULUAN
Latar belakang
Bangsa besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat berdampingan dengan
kompetensi yang tinggi, yang tumbuh dan berkembang dari pendidikan yang
menyenangkan dan lingkungan yang menerapkan nilai-nilai baik dalam seluruh sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Penguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir
Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM). Komitmen ini ditindaklanjuti dengan arahan Presiden kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan
karakter di dalam dunia pendidikan. Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mencanangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap
mulai tahun 2017 (Kemdikbud, 2017) hal ini tentunya berarah pada bidang pendidikan
diIndonesia. Karena pendidikan merupakan bagian dari tahapan pembentukan karakter
selain lingkungan, bimbingan orang tua, dan masyarakat setempat.
Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa
karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang
tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. Sudah banyak
praktik baik yang dikembangkan sekolah, namun masih banyak pekerjaan rumah yang
harus dituntaskan untuk memastikan agar proses pembudayaan nilai-nilai karakter
berjalan dan berkesinambungan. Selain itu, sangat diperlukan kebijakan yang lebih
komprehensif dan bertumpu pada kearifan lokal untuk menjawab tantangan zaman yang
makin kompleks, mulai dari persoalan yang mengancam keutuhan dan masa depan
bangsa sampai kepada persaingan global. Kebijakan ini akan menjadi dasar bagi
perumusan langkah-langkah yang lebih konkret agar persebaran dan pembudayaan
nilai-nilai utama pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan secara efektif dan
menyeluruh. Dalam hal ini pengembangan dan peningkatkan intensitas serta kualitas
pendidikan karakter di sekolah melalui pengintegrasian pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran. Pendidikan merupakan suatu keharusan yang dapat berlangsung
seumur hidup, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang yang dapat diselenggarakan disekolah sebagai lembaga
pendidikan formal (Mudyaharjo, 2001:102).
Peningkatan pendidikan bagi masyarakat Indonesia akan memacu pencapain
terhadap tujuan dan sasaran SDG’s, terutama untuk mengatasi kemiskinan. Sesuai
dengan pencapain sasaran SDG’s sektor pendidikan menjadi salah satu prioritas utama
bangsa Indonesia karena pendidikan Indonesia masih rendah. Namun Kondisi bangsa
Indonesia dilihat dari HDI (Human Development Indeks), ancaman bencana,
meorostnya karakter bangsa menjadikan tantangan untuk negara indonesia dalam
kondisi dalam mewujudkan pembangunan tersebut.
Data
Kondisi Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks) di Indonesia
Indonesia menunjukkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun
2015 hingga 2016 menunjukkan adanya peningkatan, sebesar 0,63. Dari data Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) diatas keadaan masyarakat Indonesia berada pada
tingkat rendah jika dibandingkan dengan negara maju lainnya seperti Jerman, Amerika
maupun Singapura.
Salah satu temuan kunci laporan pembangunan manusia 2016 yang berjudul
“Pembangunan Manusia untuk Semua”, yang dirilis hari ini oleh United Nations
Development Programme (UNDP) dalam analisisnya, laporan tersebut menunjukkan
bahwa kemajuan belum memberi manfaat bagi semua orang dan kesenjangan
berdampak pada kelompok tertentu secara tidak proporsional. Terutama perempuan,
etnis minoritas dan orang-orang yang tinggal di daerah terpencil dapat mengalami
deprivasi secara terbuka dan tersembunyi. Di Indonesia, meskipun terjadi penurunan
kemiskinan secara tajam dalam dua dekade terakhir, 140 juta warga masih hidup dengan
kurang dari Rp. 20.000 per hari.
Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia
Tahun 2015-2016
Tahun IPM
2015 69.55
2016 70.18
Sumber: BPS Tahun 2015-2016
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) untuk 2015 adalah 0.689. Ini
menempatkan Indonesia dalam kategori pembangunan manusia menengah, dan
peringkat 113 dari 188 negara dan wilayah. Nilai IPM meningkat 30,5 persen dari nilai
pada tahun 1990. Hal ini mencerminkan kemajuan yang telah dicapai Indonesia dalam
hal harapan hidup saat lahir, rata-rata tahun bersekolah, harapan lama bersekolah dan
pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita selama periode tersebut (UNDP:2017).
Karakter Moral Bangsa yang Merosot
Namun pada kenyataan dengan berbagai kasus runtuhnya moral pun terjadi di
dunia pendidikan, seperti kasus plagiat di perguruan tinggi, kasus anak SD yang bunuh
diri karena malu belum melunasi pembayaran buku pelajaran, sepasang remaja
membuang bayi akibat hubungan gelap, tawuran pelajar; dan masih banyak lagi rentetan
tragedi hancurnya nilai-nilai moral dalam pendidikan kita (Kusuma, 2010: 114-115).
Faktualitas merosotnya moral di kalangan anak bangsa, menjadikan kehadiran
pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya membangun moral bangsa. Untuk itu,
rancangan pendidikan karakter berbasis nilai moral sebagai usulan perlu mendapat
perhatian dan masukan secara berkelanjutan dalam menguatkan aktualisasi dan
implementasi pendidikan karaker. Menurut Ramli (2001), pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang mirip dengan pendidikan moral. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak agar menjadi manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.
Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang
baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya moral yang baik akan mendorong
peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal
yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup.
Begitupun dengan (Raharjo, 2010:233) yang menekankan pentingnya dimensi moral
dalam pendidikan karakter. Menurutnya, pendidikan karakter merupakan proses
pendidikan yang secara holistik menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial
dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang
berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Ancaman Bencana di Indoensia
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017) dalam 15 tahun terakhir
(2002 - 2016), menyatakan bahwa jumlah kejadian bencana diIndonesia meningkat
hampir 20 kali lipat. Jenis bencana bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu
hidrometeorologis (banjir, tanah longsor, gelombang pasang/ abrasi, kebakaran hutan
dan lahan, kekeringan, dan angin puting beliung) dan geologis (gempa bumi, tsunami,
dan letusan gunung api). Lebih dari 90% kejadian bencana di Indonesia diakibatkan
oleh banjir dan tanah longsor, dimana lebih dari 28 juta orang terkena dampak antara
2002-2016. Namun, berdasarkan jumlah korban jiwa, bencana terkait geologi adalah
jenis bencana yang paling mematikan, dimana lebih dari 90% korban meninggal dunia
dan hilang akibat bencana disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami.
Diagram 1.1 Jumlah kejadian bencana di Indonesia

Sumber: Pendidikan Tangguh Bencana:2017


Program satuan pendidikan aman bencana merupakan salah satu upaya
pemerintah pusat maupun daerah dengan tujuan mewujudkan pendidikan tangguh
bencana memerlukan upaya-upaya yang komprehensif yang berpusat pada anak hal ini
dikarenakan anak-anak memiliki usia rentan terhadap satu bencana. Seluruh upaya
dilakukan dengan memahami bahwa anak-anak memiliki kebutuhan yang spesifik
dalam menghadapi bahaya bencana serta seluruh upaya tersebut dilakukan dengan
mengajak anak-anak untuk ikut serta berpartisipasi aktif sesuai dengan kapasitas dan
minatnya. Tabel dibawah menunjukkan bahwa hampir sepertiga korban ialah anak-
anak.
Tabel 2. Korban bencana diIndonesia

Sumber: www.dibi.bnpb.go.id
Berdasarkan hasil cermatan dari data permasalahan tersebut perlu sekiranya
pemerintah mengambil solusi agar dapat menyelesaikan masalah besar bangsa
Indonesia. Artikel ini merupakan kajian diskriptif dalam melihat kebijakan yang
dilakukan pemerintah Indonesia utnuk mendukung karakter bangsa dalam mewujudkan
pembangunan berkelanjutan.
Urgensi Permasalahan
Maju tidaknya sebuah negara tergantung pada bagaiamana kualitas sumberdaya
manusia yang ada didalamnya. Indonesia merupakan negara yang kaya akan
keberanekaragaman budaya serta terkenal dengan keramah-tamahannya bagi bangsa
luar. Namun akhir-akhir ini bangsa Indonesa mengalami bebagai permasalahan
berdasarkan data yang telah disajikan diatas, bahwasanya dapat diketahui dari segi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah jika dibanding negara-negara maju,
disusul dengan ancaman bencana yang tinggi hingga memakan banyaknya jumlah
korban jiwa khususnya anak-anak, hingga pada pemerosotan moral di Indonesia.
Apabila tidak adanya pengambilan keputusan berupa kebijakan atau sebuah program
gerakan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang terjadi atau dibiarkan begitu saja secara terus menerus tentunya akan terjadi
pengikisan moral tiap inividu dan banyaknya korban jiwa akibat terjadinya bencana
dalam hal ini tidak hanya berdampak pada individu maupun kelompok namun juga
terhadap negara. Oleh sebab diperlukan adanya sarana dan prasarana dalam
menyampaikan dan mengajarkan sebuah karakter tersebut melalui pendidikan sekolah
aman bencana, dengan demikian diharapkan dapat mencetak generasi yang berkarakter
dan berbudi luhur, mencetak generasi siaga bencana serta tangguh dalam menghadapi
persaingan global.
Tujuan
Mewujudkan sumber daya manusia yang berkarakter dan berbudi luhur sehingga dapat
membangun bangsa Indonesia agar dapat sejajar dengan negara-negara maju lainnya
melalui sektor pendidikan dengan penetapan kebijakan pemerintah pusat maupun
daerah melalui madrasah aman bencana dengan berbasiskan pada pendidikan
berkarakter guna mewujudkan pembanguan berkelanjutan hingga dengan harapan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan serta sumberdaya manusia yang ada di Indonesia
agar dapat sejajar dengan negara-negara yang terkenal dengan kualitas pendidikannya
yang baik seperti Korea Selatan dan Finlandia dengan kualitas pendidikan terbaik
didunia.

ISI
Solusi Permasalahan Bangsa
Penguatan karakter bangsa
Hanya dengan karakter yang kuat dan kompetensi yang tinggilah jati diri bangsa
menjadi kokoh, kolaborasi dan daya saing bangsa meningkat sehingga mampu
menjawab berbagai tantangan era abad 21 untuk membentuk masyarakat yang
berkualitas. Untuk itu, pendidikan nasional harus berfokus pada penguatan karakter di
samping pembentukan kompetensi.
Melalui pendidikan Karakter berbasis nilai-nilai diharapkan pendidikan karakter
bagi generasi bangsa dapat mengembalikan peran generasi bangsa dalam penguatan
karakter dan pembangunan karater bangsa, yakni perannya sebagai patriotis, nasionalis
yang inklusif, intelektualis yang moralis. Dengan bersumber pada nilai luhur bangsa dan
tiga kompetensi di atas, pendidikan karakter sebagai wahana program sistemik
pembelajaran moral dan kebangsaan, dapat turut membentuk karakter generasi bangsa
yang mampu: (1)mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dan menghargai
keberagaman agama, suku, ras, dan golongan sosial-ekonomi lainnya, (2)mematuhi
aturan-aturan, norma dan peraturan hukum yang berlaku, (3)kemampuan menganalisis
dan memecahkan masalah sosial-budaya bangsa, (4)demokratis dengan menghargai
keperbedaan dan mau menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan bangsa, (5)
mengaktualisasikan hak dan kewajibannya sebagai warga negara; (6) memiliki
nasionalisme yang tinggi dan kesetiaan terhadap NKRI, (7)memiliki nilai-nilai moral
dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai jatidiri kebangsaannya (Zulhamdi, 2017: 409).
Penerapan Kebijakan Sekolah Aman guna mendukung pembangunan
berkelanjutan
Peranan pemerintah pusat maupun daerah dalam upaya mendukung pendidikan
berkarakter salah satunya ialah dengan menerapkan sekolah aman bencana yang
dibentuk dalam program satuan satuan pendidikan aman bencana guna mendukung dan
mewujudkan pendidikan berkualitas dalam pembangunan berkelanjutan.
Data Bank Dunia (2010) menyebutkan hampir 76% sekolah di Indonesia berada
di daerah rawan gempa. Menjawab tantangan tersebut, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2010 menerbitkan surat edaran (SE) No.
70a/SE/MPN/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di
sekolah, sekaligus ikut berkomitmen pada kampanye global ‘Satu juta Sekolah dan
Rumah Sakit Aman’. SE tersebut ditujukan kepada para Gubernur dan Bupati/Walikota
di seluruh Indonesia untuk memperhatikan tiga poin penting yakni: (1) perlunya
penyelenggaraan penanggulangan bencana di sekolah; (2) pelaksanaan strategi
pengarusutamaan PRB di sekolah dilakukan baik secara struktural dan non-struktural
guna mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan di sekolah; dan (3) surat
edaran ini adalah pedoman untuk melaksanakan strategi pengarusutamaan PRB di
sekolah. Di tahun 2010, Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) mendorong
terbentuknya Sekretariat Nasional Sekolah Aman (SEKNAS) oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB); dan kemudian dipawangi oleh Kemendikbud sejak
tahun 2014 (Deklarasi Magelang, 2017:1).
BNPB mendukung gerakan sekolah aman melalui penerbitkan Peraturan Kepala
(PERKA) BNPN No. 4 tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah
Aman dari bencana. Pernerbitan PERKA ini merupakan aksi tindak lanjut dari Hyogo
Framework for Action (HFA) 2005-2015. HFA merupakan komitmen dari 168 negara
di dunia untuk menciptakan ketahanan komunitas dan negara dari bencana melalui
pelaksanaan PRB dalam lima area aksi prioritas. Sebagai kelanjutannya, dalam World
Conference on DRR di Sendai Jepang tahun 2015 dihasilkanlah Kerangka Kerja Sendai
untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030. Untuk mengetahui potret sekolah aman
pasca Sendai di Indonesia, Konsorsium Pendidikan Bencana menggalang bekerja sama
dengan Para Pihak terkait mengadakan Konferensi Nasional Pendidikan Bencana 2017
bertemakan “Pendidikan Bencana Era Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan
Risiko Bencana 2015-2030” (Deklarasi Magelang, 2017:1).
Satuan Pendidikan Aman Bencana
Peranan pemerintah pusat maupun daerah dalam upaya mendukung pendidikan
berkarakter salah satunya ialah dengan menerapkan sekolah aman bencana guna
mendukung dan mewujudkan pendidikan berkualitas dalam pembangunan
berkelanjutan.
Sekolah yang aman dapat menumbuhkan semangat belajar dan mengoptimalkan
potensi peserta didik sehingga menjadi warga negara yang memiliki karakter kuat,
mencintai bangsanya dan mampu menjawab tantangan era global selain itu diharapkan
dapat memberikan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kepada kepala sekolah
agar dapat menerapkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah melalui
pendekatan pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat sesuai
dengan potensi lingkungan dan kearifan lokal yang ada. Salah satunya melalui program
sekolah aman bencana guna mewujudkan pendidikan berkarakter dan mewujudkan
pendidikan berkualitas dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Program Sekolah Satuan Pendidikan Aman Bencana (SSPAB) merupakan
sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat maupun daerah guna
mewujudkan pendidikan karakter yang telah ditentukan diIndonesia. Penerapan SPAB
difokuskan pada penerapan tiga pilar/komponen satuan pendidikan aman
bencana.Untuk menunjang keberhasilan implementasi SPAB, sekretariat nasional SPAB
bermitra dengan lembaga penggiat PRB dalam melaksanakan program SPAB. Prinsip-
prinsip utama yang mesti diterapkan saat menjalankan program SPAB adalah: Berpusat
pada anak, dimana anak dilibatkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya serta
seluruh tindakan berdasarkan kebutuhan spesifik anak Kegiatan dimulai dengan
melakukan kajian risiko yang melibatkan seluruh pihak Sekolah, termasuk anak-anak
sejalan dengan kebijakan dan perencanaan sektor pendidikan serta selaras dengan
rencana penanggulangan bencana di daerah setempat (Alvianto, 2017: 23).
Pada September 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan, bersama
Konsorsium Pendidikan Bencana, sudah memulai penyusunan naskah akademik dan
rancangan Peraturan Kementerian dan Kebudayaan (Permendikbud) terkait Satuan
Pendidikan Aman Bencana. Rancangan Permendikbud ini akan menggantikan Surat
Edaran yang ada dan mendorong sekolah-sekolah yang berada di wilayah rawan
bencana untuk memastikan sekolahnya aman dari risiko bencana sebagai salah satu
kewajiban sekolah.
Upaya-upaya pendidikan tangguh bencana (Alvianto, 2017:24) dikelompokkan
menjadi tiga komponen atau pilar yaitu pilar 1 Fasilitas sekolah aman, pilar 2
Mangement bencana disekolah, dan pilar 3 pendidikan pengurangan dan pencegahan
risiko bencana. adapun kegiatan yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam rangka
implementasi SPAB:
PILAR I PILAR II PILAR III
(Fasilitas sekolah aman) (Mangement bencana (Pendidikan pengurangan
disekolah) dan pencegahan risiko
bencana)
• Penempatan lokasi Sekolahdi wilayah • Pembentukan tim • Peningkatan kapasitas
yang bukan rawan bencana penanggulangan • bagi warga sekolah (kepala
• Desain dan pembangunan bencana disekolah • sekolah, guru, komite, siswa
bangunan Sekolah yang sesuaidengan • Penetapan Kebijakan • dan tenaga kependidikan
aturan danstandar keamanan bangunan SPABdi • lainnya) dan pengawas
• Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sekolah/madrasah • sekolah Praktik simulasi
bangunan Sekolahdan fasilitasnya di • Perencanaan evakuasi secara mandiri dan
paska Bencana kesiapsiagaan berkelanjutan
• Perkuatan (retrofiting) bangunan Sekolah menghadapi bencana • Integrasi materi PRB dalam
untuk amandari bahaya Bencana disekolah dalam • berbagai mata pelajaran
• Melakukan perawatan saranadan bentukprosedur tetap • dan kegiatan
prasarana pendidikan dan rencana kontinjensi ekstrakulikuler(contoh:
• Melakukan penataan ruangkelas agar • Pengembangan pramuka, dokter kecil,
aman di saat ancaman bencana terjadi strategibelajar mengajar palang merah remaja)
• Pengadaan fasilitas pendukungseperti di masadarurat • Kampaye rutin mengenai
adanya perlengkapantanggap darurat di • Penyusunan rencana pesan kunci keselamatan
setiap ruangan, alat pemadam kebakaran, aksiuntuk mendukung yang praktis
kotak pertolonganpertama dan juga alarm/ SPAB
tandauntuk evakuasi • Penentuan
• Pengawasan secara berkala mengenai rencanapertemuan
keamanan gedung sekolah oleh instansi kembali antaraanak dan
terkait pendidikan mengenai bangunan orang tua bilaterjadi
aman bencana bencana
PENUTUP
Karakter merupakan salah satu sifat yang ada pada diri seseorang, karakter yang
baik akan menghasilkan pribadi yang baik, apabila seluruh masyarakt bangsa Indonesia
memiliki karakter yang baik, maka tidak menutup kemungkinan bangsa Indonesia ini
akan menjadi bangsa yang maju, karena dengan adanya karakter akan membeantuk
sesorang untuk enggan melakukan kejahatan serta lebih menjadi manusia yang bermoral
dan berbudi pekerti yang luhur seperti menurunnya tingkat korupsi negara, atau dimulai
dari hal kecil didalam kelas saat ulangan siswa enggan melakukan perbuatan curang
seperti menyontek.
Karakter dapat dikatakan sebagai suatu identitas yang menjadi nilai dasar dan
ciri khas setiap individu yang menjadi dasar dalam berpikir dan bertingkah laku kepada
Tuhannya, kepada diri sendiri, kepada sesamanya, dan kepada lingkungannya, yang
kemudian membedakan satu individu dengan individu lainnya yang tercermin dalam
sebuah perilaku. Setiap individu memiliki karakter yang berbeda. Sementara upaya
sadar untuk menjadikan setiap individu memiliki karakter tersebut dinamakan
pendidikan karakter, oleh sebab itu diperlukan adanya pendidikan berkarakter untuk
menciptakan sumberdaya manusia yang berkarakter dan memiliki pendidikan yang
berkualitas.
Indonesia dengan indeks kerawanan bencana tinggi berupa bencana banjir,
gempa bumi, gunung meletus dan berbagai bencana alam lainnya yang dapat
menyebabkan kerugian dan berdampak pada masyarakat sekitar. Bencana merupkan
suatu kejadian atau rangkaian kejadian yang menyebabkan banyak kematian atau
kerugian yang luar biasa dimana masyarakat membutuhkan bantuan dari pihak luar.
Berdasarkan data bencana alam yang telah terjadi sebelumnya diketahui bahwa
sepertiga jumlah korban adalah anak-anak atau masuk katagori rentan tehadap ancaman
bencana. Oleh sebab itu pemerintah pusat maupun daerah melakukan upaya dalam
mewujudkan pendidikan berkualitas dalam suatu progam Sekolah Satuan Pendidikan
Aman Bencana (SSPAB).
Sekolah Satuan Pendidikan Aman Bencana (SSPAB) berisikan berbagai
program dan ketetapan yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat maupun daerah hal
ini berpusat pada anak adalah seluruh upaya dilakukan dengan memahami bahwa anak-
anak memiliki kebutuhan yang spesifik dalam menghadapi bahaya bencana serta
seluruh upaya tersebut dilakukan dengan mengajak anak-anak untuk ikut serta
berpartisipasi aktif sesuai dengan kapasitas dan minatnya. Dengan adanya peranan
pemerintah pusat maupun daerah terkait penetapan kebijakan sekolah madrasah sudah
seharusnya kebijakan yang telah ditetapkan tersebut untuk diterapkan, mengingat
Indonesia rawan akan bencana, dan anak-anak sebagai usia rentan terkena bencana, hal
ini medukung dalam pengimplementasian madrasah aman bencana untuk membentuk
karakter sekaligus menambah wawasan terkait bencana namun tetap berbasis pada
pendidikan karakter guna mewujudkan pembanguan berkelanjutan hingga dengan
harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta sumberdaya manusia yang ada di
Indonesia.

You might also like