Professional Documents
Culture Documents
Referat Ascites
Referat Ascites
ASCITES
Disusun oleh :
Fajar Rifki Prasetya
20174011027
Diajukan kepada :
dr. Hj. Arlyn Yuanita, Sp.PD, M.Kes
REFERAT
ASCITES
Oleh :
Fajar Rifki Prasetya
20174011027
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD KRT Setjonegoro, Wonosobo
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat,
petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul:
“ASCITES”
Penulis meyakini bahwa mini referat ini tidak akan dapat tersusun tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Hj. Arlyn Yuanita, Sp.PD, M.Kes. selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD KRT Setjonegoro,
Wonosobo yang telah berkenan memberikan bantuan, pengarahan, dan
bimbingan dari awal sampai selesainya penulisan mini referat ini.
2. dr. H. Suprapto, Sp.PD., dan dr. Widhi P.S., Sp.PD., selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD KRT
Setjonegoro.
3. Seluruh tenaga medis dan karyawan di bangsal Cempaka dan Flamboyan
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah berkenan membantu
dalam proses berjalannya Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Penyakir
Dalam.
4. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Definisi 6
B. Etiologi 6
C. Kalsifikasi 7
D. Patofisiologi 8
E. Diagnosis 9
1. ANAMNESIS 9
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG 10
F. Penatalaksanaan 16
1. Penanganan Umum Ascites 16
2. Penanganan Khusus Ascites 16
BAB III 22
RINGKASAN 22
DAFTAR PUSTAKA 23
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asites berasal dari bahasa yunani yang artinya kantong atau tas. Asites
adalah menumpuknya cairan patologis dalam rongga abdominal. Laki-laki
dewasa yang sehat tidak mempunyai atau terdapat sedikit cairan intraperitoneal,
tetapi pada wanita terdapat sebanyak 20 ml tergantung pada siklus menstruasi.
Ascites merupakan suatu keadaan akumulasi cairan serous dalam cavum
peritoneal.1 Ada banyak penyakit atau keadaan yang diketahui dapat
menyebabkan terbentuknya cairan bebas dalam cavum peritoneal. Pada
dasarnya penyebab ascites bisa dari proses patologi di peritoneum dan tidak
langsung mengenai peritoneum.2
Penyebab terbanyak ascites di USA adalah sirosis. Dalam hal ini sirosis
alcoholic merupakan penyebab ke 12 kematian di Amerika dimana lebih dari
25.000 kematian terjadi pada tahun 2000. Ascites merupakan komplikasi
tersering dari sirosis dan berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah,
tingginya resiko infeksi, gagal ginjal dan prognosis jangka panjang yang
buruk.3
Sekitar 5% pasien dengan ascites mempunyai lebih dari satu penyebab.
Dapat ditemukan pada 1 pasien sirosis dengan peritonitis TB, peritoneal
carcinomatosis, gagal jantung, atau neuropathy diabetik.4
Penatalaksanaan, prognosis dan terapi ascites tergantung pada
penyebabnya. Pasien dengan banyak type ascites memiliki resiko tinggi
mengalami peritonitis bakteri spontan.1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ascites merupakan suatu keadaan akumulasi cairan serous dalam
cavum peritoneal.1 Ada banyak penyakit atau keadaan yang diketahui dapat
menyebabkan terbentuknya cairan bebas dalam cavum peritoneal. Pada
dasarnya penyebab ascites bisa dari proses patologi di peritoneum dan tidak
langsung mengenai peritoneum.2
B. Etiologi
C. Kalsifikasi
7
+2: moderate ascites
+3: ascites masif tapi tidak tegang
+4: ascites masif dan tegang dinding abdomen4
Alcoholic hepatitis
Budd-Chiari syndrome
Low albumin gradient (SAAG <1.1 g/dL)
Peritoneal carcinomatosis
Peritoneal tuberculosis
Pancreatitis
Serositis
Nephrotic syndrome
D. Patofisiologi
Faktor utama yang berperan pada terjadinya ascites adalah
vasodilatasi splachnik. Peningkatan resistensi hepar ke aliran portal karena
sirosis menyebabkan hipertensi portal gradual, collateral vein formation, dan
shunting aliran darah ke system sirkulasi. Terbentukknya asites merupakan
suatu proses patofiologis yang kompleks dengan melibatkan berbagai faktor
dan mekanisme pembentukkannya diterangkan dalam 3 hipotesis
berdasarkan temuan eksperimental dan klinis sebagai berikut:
1. Teori underfilling7
8
Pada teori ini mengemukakan bahwa kelainan primer
terbentuknya asites adalah terjadinya sekuestrasi cairan yang
berlebihan dalam splanknik vascular bed disebabkan oleh hipertensi
portal yang meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapiler – kapiler
splanknik dengan akibat menurunnya volume darah efektif dalam
sirkulasi. Menurut teori ini penurunan volume efektif intravaskular
(underfilling) direspon oleh ginjal untuk melakukan kompensasi
dengan menahan air dan garam lebih banyak melalui peningkatan
aktifasi renin – aldosteron – simpatis dan melepaskan anti diuretik
hormon yang lebih banyak.
2. Teori overflow 7
Teori ini mengemukakan bahwa pada pembentukkan asites,
kelainan primer yang terjadi adalah retensi garam air yang berlebihan
tanpa disertai penurunan darah yang efektif. Oleh karena itu, pada
pasien sirosis hepatis terjadi hipervolemia bukan hipovolemia.
E. Diagnosis
1. ANAMNESIS
Pada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data
epidemiologis penderita yang berhubungan dengan lingkungan pasien.
Identitas pasien ditanyakan : nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
pekerjaan, dan menanyakan kenaikan berat badan.
9
Suatu tanda asites adalah meningkatnya lingkar abdomen. Penimbunan
cairan yang sangat nyata dapat menyebabkan nafas pendek karena diafragma
meningkat. Dengan semakin banyaknya penimbunan cairan peritoneum, dapat
dijumpai cairan lebih dari 500 ml pada saat pemeriksaan fisik dengan pekak
alih, gelombang cairan, dan perut yang membengkak.2
PEMERIKSAAN FISIK
Dikarenakan ciri khas dari cairan asites adalah turun sesuai dengan
gravitasi, sedangkan usus yang terisi gas akan berada di atas, sehingga perkusi
beda akan didapatkan di wilayah tertentu dari perut. Mencari pola perkusi itu
dari yang dimulai dari daerah pusat timpani mengarah keluar dan menandai
perbatasan antara timpani dan beda.
Ada dua teknik pemeriksaan fisik yang dapat membantu untuk
mengkonfirmasi adanya ascites:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
10
Cairan peritoneal harus diperiksa untuk dihitung jumlah sel, pada
albumin, kultur, total protein, pewarnaan gram, dan sitologi untuk
jenis asites yang tidak diketahui penyebabnya.
Indikasi : kebanyakan cairan asites transparan dan kuning minimal
10000 sel darah merah / microliter memeberikan warna cairan
asites warna pink dan jaringan terdapat 20000 sel darah merah /
microliter diperkirakan berwarna emrah seperti darah. Hal ini
mungkin berhubungan dengan traumatik pungsi atau keganasan.
Caira kemerahan yang berasal dari traumatik pungsi berupa darah dan
cairan akan membentuk bekuan. Cairan yang non traumatik berwarna
kemerahan dan tidak membentuk bekuan karena cairan tersebut lisis.
Jumlah neutrofil > 50000 sel/microliter memberikan gambar purulent
dan menunjukan infeksi.
Jumlah hitung sel : Cairan asites yang normal mengandung < 500
leukosit/microliter dan < 250 leukosit PMN / microliter. Inflamasi
yang alaindapat menyebabkan peningkatan sel darah putih. Jumlah
netrofil > 250 sel / microliter menunjukan adanya hepatitis
bakterial. Pada peritonitis TB dan peritoneal Carsinomatosis
terhadap predominan limfosit.
11
Dulu cairan asites dikategorikan eksudat jika jumlah protein > 0.5
g/dl, akan tetapi ketepatan hanya 56% untuk mendeteksi penyebab
eksudat. Kadar protein total merupakan informasi tambahan pada
pemeriksaan SAAG. Peningkatan SAAG dan jumlah protein yang
meningkat pada kebanyakan kasusasites dikarenakan kongesti hati.
Pada pasien-pasien dengan asites maligna mempunyai nilai SAAG
yang rendah dan kadar protein tinggi.
Kultur atau pewarnaan gram
Sensitifitas kultur darah kira-kira 92 % dalam mendeteksi
pertumbuhan bakteri pada cairan asites. Pewarnaan gram
sensitifitasnya hanya 10% dalam memberikan gambaran bakteri
pada peritonitis bakterial spontan. Kira-kira diperlukan 10000
bakteri/ml agar dapat terlihat pada pewarnaan gram. Pada
peritonitis bakteri spontan nilai konsentrasi rata-rata bakteri 1
organisme/ml.
Sitologi
Pemeriksaan sitologi sensitivitasnya hanya 58-75 % dalam
mendeteksi asites maligna.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto thorax dan abdomen
12
Kenaikan diafragma dengan atau tanpa efusi pleura
simphatetik (hepatic hydrothorax) terlihat pada asites masif.
Jika terdapat lebih dari 500 ml cairan asites harus dilakukan
pemeriksaan BNO.
Tanda-tanda beberapa tanda asites nonspesifik seperti gambar
abdomen buram, penonjolan panggul, batas PSOAS kabur,
ketajaman gambar intraabdomen berkurang. Peningkatan
kepadatan pada foto tegak, terpisahnya gambar lengkung usus
halus, dan terkumpulnya gas di usus halus.
Tanda-tanda berikut lebih spesifik dan dapat dipercaya. Pada
80% pasien asites, tepi lateral hati diganti oleh dinding thorax
abdomen (Hellmer sign).
14
meliputi echoes internal kasar (darah), echoes internal halus
(chyle), septal multiple (peritonitis tuberkulosa,
pseudomyxoma, peritonei), distribusi cairan terlokalisir atau
atipik, gumpalan lengkung usus, dan penebalan batas antara
cairan dan organ yang berdekatan.
Pada asites maligna lengkung usus tidak dapat mengapung
secara bebas, tetapi tertambat pada dinding posterior abdomen,
melekat pada hati atau oargan lainnya atau lengkung usus
tersebut dikelilingi oleh cairan yang terlokalisir.
Kebanyakan pasien (95%) dengan keganasan peritonotis
mempunyai ketebalan dinding empedu kurang dari 3mm.
Penebalan kantung empedu berhubungan dengan asites jinak
pada 82 % kasus. Penebalan kantung empedu secara umum
akibat sirosis dan HT portal.
CT-Scan
Gambar. Ascites
F. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum Ascites
16
Pasien ascites moderate tidak perlu rawat inap di rumah sakit
atau bisa dengan terapi poliklinis kecuali terdapat komplikasi misal ada
komplikasi karena sirosis. Pilihan Diuretik:
Spironolakton 50-200 mg/hari, atau
Amiloride 5-10 mg/hari
Furosemid dosis rendah 20-40 mg/hari, dapat ditambahkan pada
beberapa hari
pertama untuk meningkatkan natriuresis terutama pada pasien dengan
edema perifer.
Penurunan berat badan yang di rekomendasikan untuk mencegah
gagal ginjal prerenal adalah 300-500 gram/hari pada pasien tanpa
edema dan 800-1000 gram/hari pada pasien dengan edema perifer.
Respon terhadap diuretik dapat dilihat dari perubahan berat
badan dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan rutin kadar natrium urine
hanya dilakukan pada pasien tanpa penurunan berat badan sehingga bisa
ditentukan peningkatan dosis diuretik.3
Kedua cara tersebut tidak berbeda dalam hal mortalitas jangka panjang.3
18
Komplikasi lokal yang berat pada paracentesis yaitu infeksi atau
perforasi intestinal. Namun hal itu bisa sangat jarang jika tekhnik dan
jarum yang digunakan tepat.3
c) Ascites Refrakter
19
ascites rekuren, encefalopaty hepatic, biaya mahal dan tidak tersedia di
beberapa center.3,7
20
Perbandingan TIPS dan Paracentesis
50% pasien yang dilakukan TIPS bebas dari ascites dalam 1 tahun,
sedangkan pasien dengan paracintesis hanya 12% dalam setahun
yang bebas ascites.
21
BAB III
RINGKASAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23