You are on page 1of 4

1.

Terapi medis
Sebenarnya belum ada terapi yang secara khusus dapat mengembalikan efek dari osteoporosis.
Hal yang dapat dilakukan adalah upaya-upaya untuk menekan atau memperlambat menurunnya
massa tulang serta mengurangi rasa sakit.
a. Obat pereda sakit
Pada tahap awal setelah terjadinya patah tulang, biasanya diperlukan obat pereda sakit yang kuat,
seperti turunan morfin. Namun, obat tersebut memberikan efek samping seperti mengantuk,
sembelit dan linglung. Bagi yang mengalami rasa sakit yang sangat dan tidak dapat diredakan
dengan obat pereda sakit, dapat diberikan suntikan hormone kalsitonin.
Bila rasa sakit mulai mereda, tablet pereda rasa sakit seperti paracetamol atau codein ataupun
kombinasi keduanya seperti co-dydramol, co- codramol, atau co-proxamol bagi banyak pasien
cukup memadai untuk menghilangkan rasa sakit sehingga pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari.
2. Terapi hormone pada wanita
Osteoporosis memang tidak dapat disembuhkan, semua upaya pengobatan hanya dimaksudkan
untuk mencegah kehilangan massa tulang yang lebih besar. Namun, demikian, pengobatan masih
perlu dilakukan pada kasus osteoporosis berat untuk mencegah terjadinya patah tulang. Obat-
obat untuk mencegah penurunan massa tulang biasanya bekerja lambat dan efeknya kurang
terasa sehingga banyak pasien penderita osteoporosis merasa putus asa dan menghentikan
pengobatan. Hal tersebut sangat tidak baik karena pengobatan jangka panjang diperlukan untuk
dapat secara maksimal menekan laju penurunan massa tulang dan patah tulang.
Terapi hormone pada wanita diberikan pada masa pramenopause. Lamanya pemberian terapi
hormone sulit ditentukan. Yang jelas jika ingin terhindar dari osteoporosis, terapi hormone dapat
terus dilakukan. Sebagian dokter menganjurkan untuk dilakukan terapi hormone seumur hidup
semenjak menopause pada wanita yang mengalami osteoporosis. Namun, sebagian juga
berpendapat bahwa penggunaan terapi hormone sebaiknya dihentikan setelah penggunaan
selama 5-10 tahun untuk menghindari kemungkinan terjadinya kanker.
a. Hormone Replacement Theraphy (HRT)
Hormone Replacement Theraphy (HRT) atau terapi hormone pengganti (THP) menggunakan
hormone estrogen atau kombinasi estrogen dan progesterone. Hormone-hormon tersebut
sebenarnya secara alamiah diproduksi oleh indung telur, tetapi produksinya semakin menurun
selama menopause sehingga perlu dilakukan HRT.
Penggunaan estrogen memang efektif dalam upaya pengobatan dan pencegahan osteoporosis.
Namun, tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya efek samping berupa munculnya kanker
endometrium (dinding rahim). Dengan adanya hormone tersebut akan merangsang pertumbuhan
sel-sel di dinding rahim yang apabila pertumbuhannya terlalu pesat dapat berkembang menjadi
kanker ganas. Oleh karena itu, penggunaan estrogen biasanya di kombinasikan dengan
progesterone untuk mengurangi resiko tersebut.
Efek lain yang juga dapat timbul dalam pemberian terapi hormone, diantaranya adalah
pembesaran payudara, kembung, retensi cairan, mual, muntah, sakit kepala, gangguan
pencernaan, dan gangguan emosi. Namun, demikian, efek tersebut biasanya hanya terjadi pada
awal terapi dan kondisi berangsur membaik dengan sendirinya. Dapat juga dilakukan pemberian
hormone estrogen dan progesterone secara bertahap, dosis kecil diberikan pada awal terapi
dilihat dulu reaksinya terhadap tubuh. Bila dosis dapat diterima tubuh, dosis kemudian dinaikkan
secara bertahap.
b. Kalsitonin
Selain hormone estrogen dan progesterone, hormone lain yang biasa digunakan dalam
pencegahan dan pengobatan osteoporosis adalah kalsitonin. Kalsitonin turut menjaga kestabilan
struktur tulang dengan mengaktifkan kerja sel osteoblast dan menekan kinerja sel osteoclast.
Kalsitonin juga berperan dalam mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul pada keadaan patah
tulang. Hormone ini secara normal dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang memiliki sifat meredakan
rasa sakit yang cukup ampuh. Kalsitonin biasanya diberikan dalam bentuk suntikan yang
diberikan setiap hari atau dua hari sekali selama dua atau tiga minggu. Hormone ini juga dapat
menimbulkan efek samping berupa rasa mual dan muka merah, mungkin pula terjadi muntah
dan diare serta rasa sakit pada bekas suntikan.
c. Testosterone
Testosterone adalah hormone yang biasa dihasilkan oleh tubuh pria. Penggunaan hormone
testosterone pada wanita dengan osteoporosis pasca menopause mampu menghambat kehilangan
massa tulang. Namun, dapat muncul efek maskulinasi seperti penambahan rambut secara
berlebihan di dada, kaki, tangan, timbulnya jerawat dimuka dan pembesaran suara seperti yang
biasa terjadi pada pria.
3. Terapi non-hormonal
Terapi hormone selama ini memang dianggap sebagai jalan yang paling baik untuk mengobati
osteoporosis. Namun, karena banyaknya efek samping yang dapat ditimbulkan dan tidak dapat
diterapkan pada semua pasien osteoporosis, maka sekarang mulai dikembangkan terapi non-
hormonal.
a. Bisfosfonat
Bisfosfonat merupakan golongan obat sintetis yang saat ini sangat dikenal dalam pengobatan
osteoporosis non-hormonal. Efek utama dari obat ini adalah menonaktifkan sel-sel penghancur
tulang (osteoclast) sehingga penurunan massa tulang dapat dihindari. Obat-obat yang termasuk
golongan bisfosfonat adalah etidronat dan alendronat.
b. Etidronat
Etidronat adalah obat golongan bisfosfonat pertama yang biasa digunakan dalam pengobatan
osteoporosis. Obat ini diberikan dalam bentuk tablet dengan dosis satu kali sehari selama dua
minggu. Penggunaan obat ini harus dikombinasikan dengan konsumsi suplemen kalsium.
Namun, perlu diperhatikan agar konsumsi suplemen kalsium harus dihindari dalam waktu dua
jam sebelum dan sesudah mengkonsumsi etidronat karena dapat mengganggu penyerapannya.
Kadang kala konsumsi etidronat memberikan efek samping,tetapi relative kecil. Misalnya timbul
mual, diare, ruam kulit dan lain-lain.
c. Alendronat
Alendornat mempunyai fungsi dan peran yang serupa dengan etidronat, perbedaannya adalah
pada penggunaannya tidak perlu dikombinasikan dengan konsumsi suplemen kalsium, tetapi
bila asupan kalsium masih rendah, pemberian kalsium tetap dianjurkan. Efek samping yang
mungkin ditimbulkan pada konsumsi alendronat adalah timbulnya diare, rasa sakit dan kembung
pada perut, serta gangguan pada tenggorokan.
4. Terapi alamiah
Terapi alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati osteoporosis tanpa menggunakan
obat-obatan atau hormone. Terapi ini berhubungan dengan gaya hidup dan pola konsumsi.
Beberapa pencegahan yang dapat diberikan yaitu dengan berolahraga secara teratur, hindari
merokok, hindari minuman beralkohol dan menjaga pola makan yang baik

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/massa tulang,
peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan kerusakakn
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga
tulang menjadi mudah patah.
Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara lain yaitu : usia, genetik, defisiensi kalsium, aktivitas
fisik kurang, obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin), merokok, alcohol
serta sifat fisik tulang (densitas atau massa tulang) dan lain sebagainya.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra
mengakibatkan deformitas skelet.
B. Saran
1. Lansia
Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari faktor-faktor resiko osteoporosis
serta memenuhi asupan gizi yang lengkap terutama untuk tulang
2. Tenaga medis
Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan pendidikan kesehatan yang baik
terutama bagi lansia sehingga dapat menghindarkan atau mencegah terjadinya penyakit
osteoporosis
3. Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan system musculoskeletal
“osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di lhan praktik demi memberi pelayanan
kesehatan yang baik bagi klien.

You might also like