Professional Documents
Culture Documents
PUSKESMAS KLABANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selain itu, kesehatan juga
merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat diselenggarakan melalui upaya
kesehatan terpadu dan menyeluruh baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan ini diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan
secara berkesinambungan.
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 BAB VII Bagian Ketiga, tentang
Kesehatan Lanjut Usia dan Penyandang Cacat merupakan tanggung jawab
pemerintah, untuk upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis
sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat
tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan di bidang kesehatan menekankan upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di samping pemerataan pelayanan. Selain itu peran masyarakat terus tetap
dibina agar kesadaran, kemauan untuk hidup sehat bagi tiap-tiap anggota masyarakat
dapat meningkat,terutama untuk usia 45 th sampai ke atas.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap perkembangan akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia,disamping itu ada konsep yang dalam masyarakat yaitu
bahwa lansia harus mengurangi aktifitas,seperti salah satu nya jangan berjalan jauh-
jauh,sebaiknya memakai tongkat,duduk saja dirumah,bersantai,dan lain
sebagainya.namun justr tidak adanya dan berkurangnya aktifitas akan mempercepat
kemunduran semua fungsi dari organ lansia.sehingga apabila lansia dibiarkan kurang
beraktifitas,contohnya terlalu banyak duduk santai dan tidur akan menambah atrofi
otot,selain itu, kurangnya pergerakan dapat menimbulkan keluhan-keluhan lain
seperti sulit buang air besar,susah tidur,pikun,terjadi pembengkakan pada kaki bagian
bawah,serta keluhan nyeri otot lainnya.
Untuk mencegah dan mengatasi keluhan-keluhan yang dialami,lansia harus
banyak melakukan latihan fisik yang teratur,hal ini disebabkan latihan fisik dapat
membantu mencegah keadaan atau penyakit kronis seperti
osteoporosis,diabetes,hypertensi,hypotensi dan lain-lain.Latihan fisik atau diluar
rumah juga merupakan kesempatan bagi lansia untuk bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan sesama. Apabila banyak bersosialisasi dan berinteraksi dengan
orang lain,maka akan membantu mencegah terjadinya pikun pada lansia.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dibuatnya pedoman ini adalah sebagi acuan untuk meningkatkan
cakupan program kesehatan lansia.
C. Sasaran Pedoman Program Lansia
Sasaran Pedoman Program Lansia adalah Penanggung jawab Program Lansia
dan Petugas Kesehatan di Jaringan Puskesmas Klabang.
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
Berikut terdapat beberapa batasan pengertian yang dapat memberikan
kemudahan dalam memahami beberapa istilah dalam pedoman Lansia, sebagai
berikut:
1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas.
2. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berkenaan dengan diagnosis dan
pengobatan atau hanya pengobatan kondisi dan gangguan yang terjadi pada lanjut
usia.
3. Pasien Geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan
pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin.
4. Perawatan Jangka Panjang (Long Term Care/LTC) bagi lanjut usia menurut
WHO adalah kegiatan yang dilakukan oleh care giver (pengasuh/pelaku rawat)
informal atau profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak
sepenuhnya mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi
kehidupannya, sesuai dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan memiliki
kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi serta kemanusiaan.
5. Perawatan di rumah (home care) bagi lanjut usia adalah perawatan yang
diberikan kepada lanjut usia yang tidak sepenuhnya mampu merawat dirinya
sendiri, hidup sendiri atau bersama keluarga namun tidak ada yang mengasuh.
Perawatan diberikan oleh care giver (pengasuh/pelaku rawat) informal atau
profesional, dengan home nursing (kunjungan rumah) oleh perawat profesional.
8. Kelompok Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan
menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.
9. Lanjut usia berkualitas adalah lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif dan
produktif.
11. Lanjut usia sehat adalah lanjut usia yang tidak menderita penyakit atau
walaupun menderita penyakit tetapi dalam kondisi yang terkontrol.
12. Lanjut usia mandiri adalah lanjut usia yang memiliki kemampuan untuk
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.
13. Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu bergerak dan
melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan beraktifitas dalam
kehidupan sosialnya seperti mengikuti pengajian, arisan, mengajar dan sebagainya.
14. Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan untuk
berdaya guna bagi dirinya dan atau orang lain.
15. Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau arahan terkait program
kesehatan lanjut usia yang dilakukan oleh tingkatan yang lebih tinggi agar dapat
terlaksana sesuai kebijakan dan standar yang ada.
16. Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya
preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi lanjut usia.
F. Landasan Hukum
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
Dalam pelaksanaan kegiatan Lansia dibutuhkan beberapa sarana atau fasilitas
bagi menunjang Keterlaksanaanya kegiatan. Beberapa Fasilitas atau penunjang yang
dapat membantu Tugas Program Lansia yaitu :
a. Alat Transportasi
Kendaraan Berfungsi untuk menunjang kegiatan Lansia bila melakukan
pelaksanaan posyandu lansia tiba tiba ada lansia yang sakit dan perlu untuk
dirujuk ke ponkesdes atau puskesmas, maka petugas Lansia dapat dengan
Mobile dan cepat sampai ke Ponkesdes atau Puskesmas.
b. Alat Komunikasi
Alat komunikasi berperan penting dalam menunjang komunikasi dengan
lintas sektor bila di perlukan dukungan sewaktu - waktu. Alat komunikasi bisa
berupa telepon atau Handy talkie (HT).
c. Alat................................
Laptop atau computer dapat digunakan sebagai sarana merekap laporan dan
mengirimkan laporan program Lansia ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso.
d. Lansia Kits.
Lansia kits dapat berisi peralatan peralatan medis dasar digunakan pada saat
melakukan Pelaksanaan Posyandu Lansia. Misalnya timbangan berat badan,
microtoice, tensimeter, stetoscope, KMS lansia, Kohort lansia.
BAB IV
e) Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan di luar gedung wilayah Puskesmas Prajekan. Untuk
Pengawasannya dilaksanakan setiap Semester Selain itu juga dilakukan di wilayah
wilayah tertentu dimana terjadi pelaporan peningkatan kasus potensial KLB.
A. ORGANISASI PELAKSANA
Dalam setiap kegiatan Surveilans Berbasis Masyarakat ini tidak dapat hanya
dilaksanakan oleh Seorang petugas Surveilans Puskesmas, namun juga membutuhkan
dukungan ataukerja sama baik secara lintas program ataupun Lintas sektor berikut
penjabaran dari fungsi masing masing pelaksana :
1). Kepala Puskesmas :
Kepala Puskesmas disini berfungsi sebagai penanggung jawab
wilayah, artinya sebagai pejabat yang memiliki kewenangan dalam
memberikan keputusan secara kolegial bila terjadi KLB atauKejadian
yang membutuhkan tindakan yang dapat berakibat hukum.
2). Surveilans :
Memiliki tugas melakukan pelacakan sesuai SOP yang sudah
ditetapkan, serta melakukan pencatatan terhadap semua kasus yang
terjadi meliputi data penderita,alamat tempat kejadian serta waktu
kejadian, kemudian memetakan dalam bentuk data dan grafik yang
nantinya dapat dijadikan acuan untuk menentukan tindakan Preventif
bila terjadi KLB.
3). Promkes ( Promosi Kesehatan ):
Membantu memberikan Penyuluhan dan usaha Promotif lainnya, bila
terjadi peningkatan kasus atau KLB.Serta memberikan Pendidikan
kesehatan bagi para penderita PTM atau Penyakit tidak menular.
4). Petugas Wilayah ( Perawat desa atau Bidan Desa ) dan unit
pelayanan induk:
Bertanggungjawab terhadap wilayahnya yang terkena KLB, dalam
usaha baik secara Promotiv,Preventif serta Kuratif. Serta melaporkan
secara kontinue kepada Surveilans perkembangan kasus yang terjadi di
wilayahnya dan unit pelyanan yang ditangani.
5). Koordinator P2M (Pencegahan Penyakit Menular ) :
Memantau bila terjadi peningkatan kasus yang berpotensi KLB, serta
membantu tugas surveilan dalam usaha Preventiv dan Kuratif.
6) Kesling ( Kesehatan Lingkungan ) :
Melakukan pemantauan serta melakukan analisa terhadap dampak dari
KLB terutama yang berhubungan dengan lingkungan.
7) Koordinator Imunisasi :
Melakukan pendataan sertaPencatatan juga membantu menyiapkan
logistik kebutuhan untuk pencegahan , bila kasus KLB itu terjadi
diakibatkan oleh penyakit yang berhubungan dengan status imunisasi
misalnya : Campak, Diphtery atau penyakit lainnya.
8) Lintas Sektor :
Disini peran lintas sektor sangat penting sekali. Yang termasuk
didalamnya Muspika, Tokoh masyarakat,Tokoh agama dan Kader
kesehatan.Untuk membantu menanggulangi KLB yang terjadi.
B. SUMBER DANA
Sumber dana yang digunakan pada seluruh kegiatan Lansia berasal dari dana
JKN,BOK atau dana yang dimiliki Puskesmas Klabang.
Menerima laporan dari petugas wilayah bila ada kasus penyakit menular yang
berpotensi terjadi KLB
Melakukan analisa data awal serta membuat laporan tertulis untuk dilaporkan ke
Dinas kesehatan ke bagian P2.
Melakukan pelacakan lanjutan bersama dengan Tim dari Dinas kesehatan Serta
membuat perimeter wilayah sebagi dampak dari KLB yang terjadi dan
memetakan wilayah yang terjadi KLB.
Melakukan Koordinasi dengan Lintas sektor maupun Lintas Program bila terjadi
peningkatan kasus di suatu wilayah yang berpotensi KLB.
Membuat Grafik Potensial terjadinya KLB disuatu wilayah dan membuat rencana
tindak lanjut untuk melakukan pencegahan terjadinya KLB.
3. Bila terjadi bencana alam :
Survei Pelacakan Awal Kejadian Bencana Alam.
Melakukan Survei atau pelacakan lanjutan ke wilayah bencana dan mencatat semua
data untuk menambah data awal meliputi :Jumlah korban meninggal, jumlah korban
hilang,jumlah korban luka berat dan ringan, akses lokasi bencana, jumlah kerugian
yang ditimbulkan,jumlah petugas yang bisa dikerahkan,Serta Fasilitas kesehatan
yang bias digunakan.
B. Kegiatan Pelaporan
Programer Surveilans Merekap semua laporan Surveilans yang sudah masuk dan
melaporkan hasil rekap laporan Surveilans tersebut kepada kepala puskesmas
untuk ditandatangani kemudian Menyerahkan kepada petugas SP2TP puskesmas.
BAB V
LOGISTIK
KESELAMATAN PASIEN
Kejadian yang tidak diharapkan atau potensial terjadi pada program Surveilans adalah
:
1. Terjadinya ledakan Kasus atau peningkatan Kasus secara tiba tiba:
Ledakan kasus atau terjadinya peningkatan kasus terjadi akibat kurang adanya system
kewaspadaan dini dari petugas di wilayah maupun petugas surveilans. Fenomena ini
terjadi biasanya pada saat ditemukan Kasus kasus penyakit tertentu yang lama tidak
muncul, namun karena factor tertentu menjadi ada kembali, misalkan kasus Diphtery.
1.1 Upaya Pencegahan :
1. Bila di temukan satu kasus maka petugas wilayah
harus segera melapor kepada petugas surveilans untuk
segera dilakukan pelacakan awal.
2. Pastikan jumlah penderita serta perimeter wilayah
serta endemic dari wilayah yang terjadi peningkatan
kasus.
3. Segera melakukan koordinasi bila dirasa penyebaran
penyakit tersebut cukup mengkhawatirkan dan
signifikan dengan lintas sektoral agar penderita
maupun suspect penderita untuk tidak keluar wilayah.
1.2 Cara Penanganan bila sudah terjadi.
a. Lakukan pengobatan massal diwilayah tersebut sesuai dengan petunjuk
tekhnis yang sudah ada.
b. Lakukan imunisasi ulang bila Kasus tersebut berkaitan dengan Sistem
Imunitas penderita.
2. Bencana alam Susulan
Bencana alam susulan terjadi karena Kondisi wilayah yang memang rawan
terjadinya bencana, ini bisa terjadi bila memang diawali adanya suatu bencana
namun belum menimbulkan dampak yang signifikant, namun masih berpotensi
terjadinya Bencana alam susulan yang akan menimbulkan dampak yang lebih besar
lagi. Missal : Bencana Longsor,Bencana Banjir bandang, atau bencana Gunung
meletus.
2.1 Upaya Pencegahan :
a. Lakukan Koordinasi terpadu dengan tim untuk melakukan segera evakuasi
warga dari wilayah yang rawan bencana bila didapati tanda tanda awal
akan terjadinya bencana.
b. Melakukan pemetaan dan pencatatan terhadap wilayah yang rawan
bencana, baik secara Demografi maupun Topologi.
c. Segera membentuk tim penanggulangan bencana dan tim reaksi cepat (
TRC ) dalam persiapan penanganan awal bencana.
d. Memantau secara berkala wilayah yang dianggap rawan potensial terjadi
bencana.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Masalah keselamatan kerja yang sering atau potensial terjadi di program Surveilans
mungkin bisa terjadi jika petugas surveilans tidak waspada terhadap kegiatan atau
penyakit yang sedang diselidiki.Beberapa hal yang dapat memungkinkan Kejadian
yang tidak diinginkan atau potensial terjadi pada petugas Surveilans.
1. Tertular Penyakit saat melakukan Pelacakan :
Beberapa kasus yang berkaitan dengan tugas Surveilans dapat menimbulkan
dampak penularan bagi Petugas surveilans bila tidak berhati hati atau waspada
dalam melakukan tindakan atau kegiatan tersebut missal : Penyakit Diphtery,
Penyakit TB paru, HIV/AIDS
1.1 Upaya Pencegahan :
a. Gunakan Masker Pada saat melakukan wawancara baik dengan penderita
maupun Suspect penderita.
b. Gunakan Sarung tangan dan APD bila melakukan pengambilan swap atau
sampel.
c. Biasakan melakukan Cuci tangan dengan anti septik sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
d. Beritahu atau berikan informasi pada Penderita maupun keluarga bahwa
penyakit tersebut Potensial terjadi penularan secara langsung.
e. Pastikan Petugas Surveilans pada saat melakukan Pelacakan atau
pengambilan swap dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
f. Ganti petugas bila memang petugas tersebut dalam kondisi kurang sehat.
1.2 Penanganan Bila terjadi
Lakukan pengobatan sesuai dengan tata laksana pengobatan penyakit
tersebut.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu pada Program surveilans di Puskesmas Prajekan antara lain dapat
dilihat dari beberapa hal yaitu :
A. Sudut pandang Petugas :
1. Tidak terjadinya peningkatan Kasus secara signifikan yang berpotensial
terjadinya wabah atau bencana.
2. Petugas di unit pelayanan lebih aktif dan bisa menerapkan system
kewaspadaan dini dengan cara selalu tepat laporan baik tepat waktu maupun
tepat dalam pengisian laporan.
3. Tidak adanya lagi kematian yang dilaporkan secara mendadak akibat dari
ketidak tahuan petugas terhadap adanya peningkatan kasus potensial wabah.
B. Sudut pandang Sasaran :
1. Masyarakat lebih meningkatkan system kewaspadaan dini bila terjadi
fenomena peningkatan penyakit yang potensial wabah.
2. Derajad mutu Kesehatan masayarakat lebih meningkat utamnya PHBS
masyarakat yang naik secara signifikan.
3. Angka kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dari masyarakat akan terus
meningkat.
Untuk mencapai hal diatas maka Programer surveilans dan puskesmas perlu
melakukanbeberapa hal penting yang dapat meningkatkan mutu diatas yaitu :
a. Menggali kebutuhan sasaran program atau masyarakat sasaran Lintas program
dan Lintas sector.
b. Memberdayakan masyarakat dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan
program.
c. Penanggung jawab program melakukan Koordiansi, Pengarahan, Pembinaan
dan konsultasi dengan para pelaksana.
d. Menyusun rencana peningkatan Mutu bersama sama dengan lintas sector,
lintas program serta para pelaksana kegiatan.
e. Kepala puskesmas secara rutin dan periodic melakukan evaluasi terhadap
kegiatan Program surveilans.
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DISUSUN OLEH…………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
A. Latar Belakang……………………………………………………….
B. Ruang Lingkup……………………………………………………….
C. Batasan Operasional………………………………………………….
D. Landasan Hukum…………………………………………………….
BAB II STANDAR PELAKSANA……………………………………….
BAB III STANDAR FASILITAS…………………………………………
BAB IV TATA LAKSANA……………………………………………….
A. Organisasi Pelaksana…………………………………………………
B. Sumber Dana…………………………………………………………
C. Rencana Pelaksanaan Kegiatan………………………………………..
BAB V LOGISTIK…………………………………………………………
BAB VI KESELAMATAN PASIEN……………………………………….
BAB VII KESELAMATAN KERJA………………………………………..
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU……………………………………….
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
PEDOMAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
PROGRAM SURVEILANS
PUSKESMAS PRAJEKAN
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BONDOWO