You are on page 1of 24

PEDOMAN LANSIA

PUSKESMAS KLABANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selain itu, kesehatan juga
merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat diselenggarakan melalui upaya
kesehatan terpadu dan menyeluruh baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan ini diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan
secara berkesinambungan.
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 BAB VII Bagian Ketiga, tentang
Kesehatan Lanjut Usia dan Penyandang Cacat merupakan tanggung jawab
pemerintah, untuk upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis
sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat
tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan di bidang kesehatan menekankan upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di samping pemerataan pelayanan. Selain itu peran masyarakat terus tetap
dibina agar kesadaran, kemauan untuk hidup sehat bagi tiap-tiap anggota masyarakat
dapat meningkat,terutama untuk usia 45 th sampai ke atas.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap perkembangan akhir perkembangan pada
daur kehidupan manusia,disamping itu ada konsep yang dalam masyarakat yaitu
bahwa lansia harus mengurangi aktifitas,seperti salah satu nya jangan berjalan jauh-
jauh,sebaiknya memakai tongkat,duduk saja dirumah,bersantai,dan lain
sebagainya.namun justr tidak adanya dan berkurangnya aktifitas akan mempercepat
kemunduran semua fungsi dari organ lansia.sehingga apabila lansia dibiarkan kurang
beraktifitas,contohnya terlalu banyak duduk santai dan tidur akan menambah atrofi
otot,selain itu, kurangnya pergerakan dapat menimbulkan keluhan-keluhan lain
seperti sulit buang air besar,susah tidur,pikun,terjadi pembengkakan pada kaki bagian
bawah,serta keluhan nyeri otot lainnya.
Untuk mencegah dan mengatasi keluhan-keluhan yang dialami,lansia harus
banyak melakukan latihan fisik yang teratur,hal ini disebabkan latihan fisik dapat
membantu mencegah keadaan atau penyakit kronis seperti
osteoporosis,diabetes,hypertensi,hypotensi dan lain-lain.Latihan fisik atau diluar
rumah juga merupakan kesempatan bagi lansia untuk bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan sesama. Apabila banyak bersosialisasi dan berinteraksi dengan
orang lain,maka akan membantu mencegah terjadinya pikun pada lansia.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dibuatnya pedoman ini adalah sebagi acuan untuk meningkatkan
cakupan program kesehatan lansia.
C. Sasaran Pedoman Program Lansia
Sasaran Pedoman Program Lansia adalah Penanggung jawab Program Lansia
dan Petugas Kesehatan di Jaringan Puskesmas Klabang.

D. Ruang Lingkup

1. Semua Pelayanan Posyandu Lansia yang ada di wilayah Kerja Puskesmas


Klabang.
2. Unit pelayanan dan jaringan puskesmas Klabang

E. Batasan Operasional
Berikut terdapat beberapa batasan pengertian yang dapat memberikan
kemudahan dalam memahami beberapa istilah dalam pedoman Lansia, sebagai
berikut:
1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas.

2. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang berkenaan dengan diagnosis dan
pengobatan atau hanya pengobatan kondisi dan gangguan yang terjadi pada lanjut
usia.
3. Pasien Geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan
pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin.

4. Perawatan Jangka Panjang (Long Term Care/LTC) bagi lanjut usia menurut
WHO adalah kegiatan yang dilakukan oleh care giver (pengasuh/pelaku rawat)
informal atau profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak
sepenuhnya mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi
kehidupannya, sesuai dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan memiliki
kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi serta kemanusiaan.

5. Perawatan di rumah (home care) bagi lanjut usia adalah perawatan yang
diberikan kepada lanjut usia yang tidak sepenuhnya mampu merawat dirinya
sendiri, hidup sendiri atau bersama keluarga namun tidak ada yang mengasuh.
Perawatan diberikan oleh care giver (pengasuh/pelaku rawat) informal atau
profesional, dengan home nursing (kunjungan rumah) oleh perawat profesional.

6. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

7. Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia


adalah Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan kepada pra lanjut usia dan
lanjut usia meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan
Masyarakat.

8. Kelompok Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan
menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

9. Lanjut usia berkualitas adalah lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif dan
produktif.

11. Lanjut usia sehat adalah lanjut usia yang tidak menderita penyakit atau
walaupun menderita penyakit tetapi dalam kondisi yang terkontrol.

12. Lanjut usia mandiri adalah lanjut usia yang memiliki kemampuan untuk
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.
13. Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu bergerak dan
melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan beraktifitas dalam
kehidupan sosialnya seperti mengikuti pengajian, arisan, mengajar dan sebagainya.

14. Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan untuk
berdaya guna bagi dirinya dan atau orang lain.

15. Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau arahan terkait program
kesehatan lanjut usia yang dilakukan oleh tingkatan yang lebih tinggi agar dapat
terlaksana sesuai kebijakan dan standar yang ada.

16. Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya
preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi lanjut usia.

F. Landasan Hukum

Yang Menjadi dasar Pedoman pelaksanaan Program Lansia di Puskesmas


Klabang adalah :
1. Undang undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
2. Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
4. Peraturan Mendagri Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan
Komisi Daerah Lansia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanganan
Lansia di Daerah.
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Kesejahteraan Lansia.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pelayanan Posyandu Lansia Puskesmas Klabang dilaksanakan oleh Satu orang


pemegang Program Lansia. Lansia berada dibawah garis Koordinasi Upaya
Kesehatan Masyarakat Pengembangan, dimana Lansia masuk didalam garis
Koordinasi dengan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso.
Adapun yang menjadi kualifikasi atau standart minimal pemegang program
Lansia adalah ;
B. Lulusan Pendidikan kesehatan ( Minimal DIII Kesehatan ) atau yang memiliki
Kompetensi di bidang Kesehatan ( Perawat, Bidan, SKM, atau Kesehatan
Lingkungan).
C. Memiliki kemampuan dibidang kesehatan utamanya program Lansia.
D. Memiliki atau pernah mengikuti pelatihan tentang Lansia di tingkat Nasional,
Propinsi ataupun Tingkat Kabupaten.
E. Memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun masa pengabdian di institusi
kesehatan.
F. Menguasai Wilayah dimana Kegiatan Lansia akan dijalankan dan
dilaksanakan.
B. Distribusi Ketenagaan

Pola Ketenagaan dan Kualifikasi SDM Program Lansia di Puskesmas Klabang


sebagai berikut :
Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Formal pendidikan Sertifikat
Credentialling
1 Dokter Umum S1 Kedokteran Pelatihan Program
Lansia Nasional
2 Penanggung Jawab Program D3 Keperawatan Pelatihan Program
Lansia D3 Kebidanan Lansia Nasional
S1 Kesehatan Masyarakat
3 Pelaksana Program Lansia D3 Keperawatan Pelatihan Lansia
D3 Kebidanan Nasional
S1 Kesehatan Masyarakat
4 Sanitarian D3 Sanitasi lingkungan
5 Analis Laboratorium D3 Analis kesehatan
6 Penanggung Jawab Imunisasi D3 Keperawatan
D3 Kebidanan

Standart Ketenagaan sangat penting diperlukan dalam proses pelaksanaan


program. Syarat atau Standart diatas menunjukkan bahwa kegiatan Program Lansia
sangat penting perannya dalam peningkatan mutu derajad kesehatan di sebuah
institusi, utamanya puskesmas Klabang.
C. Jadwal Kegiatan

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
Dalam pelaksanaan kegiatan Lansia dibutuhkan beberapa sarana atau fasilitas
bagi menunjang Keterlaksanaanya kegiatan. Beberapa Fasilitas atau penunjang yang
dapat membantu Tugas Program Lansia yaitu :
a. Alat Transportasi
Kendaraan Berfungsi untuk menunjang kegiatan Lansia bila melakukan
pelaksanaan posyandu lansia tiba tiba ada lansia yang sakit dan perlu untuk
dirujuk ke ponkesdes atau puskesmas, maka petugas Lansia dapat dengan
Mobile dan cepat sampai ke Ponkesdes atau Puskesmas.
b. Alat Komunikasi
Alat komunikasi berperan penting dalam menunjang komunikasi dengan
lintas sektor bila di perlukan dukungan sewaktu - waktu. Alat komunikasi bisa
berupa telepon atau Handy talkie (HT).
c. Alat................................
Laptop atau computer dapat digunakan sebagai sarana merekap laporan dan
mengirimkan laporan program Lansia ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso.
d. Lansia Kits.
Lansia kits dapat berisi peralatan peralatan medis dasar digunakan pada saat
melakukan Pelaksanaan Posyandu Lansia. Misalnya timbangan berat badan,
microtoice, tensimeter, stetoscope, KMS lansia, Kohort lansia.
BAB IV

TATA LAKSANA KEGIATAN


A. Lingkup Kegiatan
B. Metode Kegiatan
C. Langkah Kegiatan

Secara garis besar, ruang lingkup kegiatan Lansia di Puskesmas Klabang


bertumpu pada kegiatan langsung dan tidak langsung.
Yang dimaksud dengan kegiatan langsung yaitu kegiatan yang dilakukan bila
terjadi KLB, syarat terjadinya atau ditetapkannya status KLB bila :
1. Wilayah yang mengalami peningkatan kasus penyakit menular
tertentu.
2. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal.
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu)
4. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,
tahun).
5. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.
6. Timbulnya kejadian Becana alam padaWilayah wilayah yang rawan
bencana.

Kemudian yang dimaksud dengan Kegiatan tidak langsung yaitu kegiatan


Surveilans dengan melakukan Kunjungan ke setiap wilayah wilayah yang memiliki
Posbindu PTM , guna mendapatkan data tentang penyakit Tidak Menular dengan
tujuan melakukan Deteksi secara dini terhadap peningkatan kasus penyakit Tidak
menular.
a) Tolak Ukur Kegiatan
Tolak ukur dari kegiatan ini adalah terlaksananya tindak lanjut hasil
kegiatan pelaksanaan peningkatan kinerja serta cakupan program
puskesmas sehinggaa dapat menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian serta tercapainya pelayanan prima sehingga akan meningkatkan
derajat kesehataan masyarakat.
b) Nama Kegiatan
Kegiatan Surveilans Berbasis Masyarakat sebagian didanai melalui dana BOK
dengan tujuan mamacu peningkatan dan pencapaian program surveilans berbasis
masyarakatutamanya upaya pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang
dilakukan dalam rangka pencapaian target MDGs6 yaitu:
1. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan
jumlahkasus baruHIV/AIDS
2. Upaya mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDS
bagi semua yang membutuhkan
3. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah
kasus baru Malaria dan TB

Ada 3 jenis Kegiatan surveilans. Yaitu


a) Kegiatan pelacakan yang terdiri dari :
 Bila terjadi KLB
 Bila tidak terjadi KLB
 Bila terjadi Bencana Alam.
b) Kegiatan Pelaporan
c) Kegiatan pertemuan internal
 Pertemuan internal rutin triwulan
 Pertemuan internal insidential potensial KLB
c) Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas.
Untuk dapat terselenggaranya Kegiatan surveilans berbasis Masyarakat di
Puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan
manajemen Puskesmas yang mencakup :
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas
Kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas yang dimaksud adalah
penyusunan perencanaan kegiatan Puskesmas yang akan dilaksanakan
selama satu tahun dari berbagai sumber daya termasuk salah satunya
adalah BOK dengan membuat Kerangka acuan dan POA Program
surveilans berbasis Masyarakat.
2. Lokakarya mini Puskesmas
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan proses penyususnan rencana
kegiatan yang telah direncanakan selama satu tahun menjadi kegiatan
bulanan yang disepakati (POA bulanan) untuk dilaksanakan, termasuk
kegiatan – kegiatan yang akan di biayai dari BOK.
d) VolumeKegiatan
Sesuai dengan jenis kegiatan Surveilans, yang dibagi menjadi 3 bagian dan
sudah dijabarkan tekhniknya diatas, maka volume kegiatan Surveilans berbasis
Masyarakat pun menjadi 3 waktu sesuai dengan Kriteria kegiatan. :
1. Bila terjadi KLB :
Maka Volume kegiatannya dilakukan saat terjadi peningkatan kasus
atau terjadi pelaporan adanya KLB di suatu wilayah di wilayah
kerja unit Puskesmas prajekan.
2. Bila Tidak terjadi KLB :
Dilakukan 12 kali dalam satu tahun disetiap wilayah kerja
Puskesmas prajekan atau wilayah yang memiliki POSBINDU PTM.
3. Bila Terjadi Bencana :
Dilakukan di wilayah yang mengalami Kejadian Bencana alam.

e) Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan di luar gedung wilayah Puskesmas Prajekan. Untuk
Pengawasannya dilaksanakan setiap Semester Selain itu juga dilakukan di wilayah
wilayah tertentu dimana terjadi pelaporan peningkatan kasus potensial KLB.
A. ORGANISASI PELAKSANA
Dalam setiap kegiatan Surveilans Berbasis Masyarakat ini tidak dapat hanya
dilaksanakan oleh Seorang petugas Surveilans Puskesmas, namun juga membutuhkan
dukungan ataukerja sama baik secara lintas program ataupun Lintas sektor berikut
penjabaran dari fungsi masing masing pelaksana :
1). Kepala Puskesmas :
Kepala Puskesmas disini berfungsi sebagai penanggung jawab
wilayah, artinya sebagai pejabat yang memiliki kewenangan dalam
memberikan keputusan secara kolegial bila terjadi KLB atauKejadian
yang membutuhkan tindakan yang dapat berakibat hukum.
2). Surveilans :
Memiliki tugas melakukan pelacakan sesuai SOP yang sudah
ditetapkan, serta melakukan pencatatan terhadap semua kasus yang
terjadi meliputi data penderita,alamat tempat kejadian serta waktu
kejadian, kemudian memetakan dalam bentuk data dan grafik yang
nantinya dapat dijadikan acuan untuk menentukan tindakan Preventif
bila terjadi KLB.
3). Promkes ( Promosi Kesehatan ):
Membantu memberikan Penyuluhan dan usaha Promotif lainnya, bila
terjadi peningkatan kasus atau KLB.Serta memberikan Pendidikan
kesehatan bagi para penderita PTM atau Penyakit tidak menular.
4). Petugas Wilayah ( Perawat desa atau Bidan Desa ) dan unit
pelayanan induk:
Bertanggungjawab terhadap wilayahnya yang terkena KLB, dalam
usaha baik secara Promotiv,Preventif serta Kuratif. Serta melaporkan
secara kontinue kepada Surveilans perkembangan kasus yang terjadi di
wilayahnya dan unit pelyanan yang ditangani.
5). Koordinator P2M (Pencegahan Penyakit Menular ) :
Memantau bila terjadi peningkatan kasus yang berpotensi KLB, serta
membantu tugas surveilan dalam usaha Preventiv dan Kuratif.
6) Kesling ( Kesehatan Lingkungan ) :
Melakukan pemantauan serta melakukan analisa terhadap dampak dari
KLB terutama yang berhubungan dengan lingkungan.

7) Koordinator Imunisasi :
Melakukan pendataan sertaPencatatan juga membantu menyiapkan
logistik kebutuhan untuk pencegahan , bila kasus KLB itu terjadi
diakibatkan oleh penyakit yang berhubungan dengan status imunisasi
misalnya : Campak, Diphtery atau penyakit lainnya.
8) Lintas Sektor :
Disini peran lintas sektor sangat penting sekali. Yang termasuk
didalamnya Muspika, Tokoh masyarakat,Tokoh agama dan Kader
kesehatan.Untuk membantu menanggulangi KLB yang terjadi.

B. SUMBER DANA
Sumber dana yang digunakan pada seluruh kegiatan Lansia berasal dari dana
JKN,BOK atau dana yang dimiliki Puskesmas Klabang.

C. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Sebelum kegiatan ini dilaksanakan petugas program Surveilans harus
membuat Kerangka rencana kegiatan dan POA kegiatan. Didalam Kerangka acuan
dan POA yang dibuat dijabarkan semua jenis kegiatan yang akandilakukan
surveilans,Seperti yang dijelaskan diatas Kegiatan surveilans berupa kegiatan
Langsung dan kegiatan tidak Langsung. setelah itu barulah membuat jadwal
Kegiatan, jadwal ini hanya berlaku bagi kegiatan yangbersifat tidak langsung.
Laporan hasil kegiatan dibuat rekapannya sebulan sekali pada akhir bulan dan
dikumpulkan sesuai data yang dipeoleh dan kegiatan yang dilakukan.
2. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan di akan dilaksanakan dalam waktu 12 bulan yang
di mulai sejak triwulan I sampai dengan triwulan IV dalam Tahun Anggaran
2016.dan dilakukan sekali dalam 1 bulan ( yaitu kunjungan ke wilayah atu desa yang
memiliki POSBINDU PTM ). dilakukan evaluasi kegiatan oleh Kepala
PuskesmasPrajekan selaku pengguna anggaran sebagai bahan kebijakan pada tahap
pelaksanaan kegiatan lebih lanjut. Evaluasi tersebut dilaksanakann sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali pada setiap akhir triwulan.( Jadwal Kegiatan Terlampir
3. Metode
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Surveilans memiliki urutan kerja atau
kegiatan yang dibagi menjadi 3 bagian.Berikut urutan kerja dari surveilans.
A. Kegiatan Pelacakan :
1. Bila terjadi KLB

Menerima laporan dari petugas wilayah bila ada kasus penyakit menular yang
berpotensi terjadi KLB

Melakukan pelacakan awal bersama dengan Koordinator P2, Petugas wilayah,


Promkes, Koordinator Imunisasi ( Bila Kasus tersebut berkaitan dengan Status
Imunisasi ). Untuk mendapatkan data awal dari Kasus yang berpotensi KLB

Melakukan analisa data awal serta membuat laporan tertulis untuk dilaporkan ke
Dinas kesehatan ke bagian P2.

Melakukan pelacakan lanjutan bersama dengan Tim dari Dinas kesehatan Serta
membuat perimeter wilayah sebagi dampak dari KLB yang terjadi dan
memetakan wilayah yang terjadi KLB.

2. Bila tidak terjadi KLB :

Membantu Melakukan Petugas wilayah yang terkena KLB dalam melakukan


usaha Promotif, Preventiv, dan Kuratif.

Melakukan Kunjungan ke semua wilayah kerja Puskesmas maesan yang memiliki


Potensi terjadi peningkatan kasus dan melakukan kunjungan ke desa yang memiliki
PTM POSBINDU.

Melakukan pencatatan data yang diperoleh dari kunjungan tersebut dan


melaporkannya ke dinas kesehatan sebagai bahan evaluasi laporan bulanan.

Melakukan Koordinasi dengan Lintas sektor maupun Lintas Program bila terjadi
peningkatan kasus di suatu wilayah yang berpotensi KLB.

Membuat Grafik Potensial terjadinya KLB disuatu wilayah dan membuat rencana
tindak lanjut untuk melakukan pencegahan terjadinya KLB.
3. Bila terjadi bencana alam :
Survei Pelacakan Awal Kejadian Bencana Alam.

Menerima laporan Kejadian bencana alam di suatu wilayah kemudian mencatat


laporan awal yang meliputi : Tempat kejadian bencana,Tanggal kejadian bencana,
Jumlah Korban yang ditimbulkan.

Melakukan Survei atau pelacakan lanjutan ke wilayah bencana dan mencatat semua
data untuk menambah data awal meliputi :Jumlah korban meninggal, jumlah korban
hilang,jumlah korban luka berat dan ringan, akses lokasi bencana, jumlah kerugian
yang ditimbulkan,jumlah petugas yang bisa dikerahkan,Serta Fasilitas kesehatan
yang bias digunakan.

Melaporkan data tersebut kepada Tim penanggulangan Bencana tingkat Puskesmas


kemudian melakukan Koordinasi dengan Lintas sector terkait dan membentuk tim
Penanggulan bencana dan gerak cepat.

Membantu penanggulangan Secara Promotif , Preventif dan Kurativ serta melakukan


pemantauan hingga masa tanggap darurat selesai.

B. Kegiatan Pelaporan

Programer surveilans Mengambil semua Laporan surveilans dari semua Petugas


diwilayah dan Unit pelayanan setiap tanggal 2 dan 3 di awal bulan.

Programer Surveilans Merekap semua laporan Surveilans yang sudah masuk dan
melaporkan hasil rekap laporan Surveilans tersebut kepada kepala puskesmas
untuk ditandatangani kemudian Menyerahkan kepada petugas SP2TP puskesmas.

Petugas SP2TP puskesmas menirimkan laporan Surveilans ke Dinas kesehatan


kepada bagaian P2MK

C.Programer Surveilans memetakan wilayah yang terjadi Peningkatan kasus dan


memaparkan hasilnya di papan informasi .

Programer Surveilans Melakukan Evaluasi dan monitoring secara berkala dari


setiap pelaporan surveilans dan pertemuan yang dilakukan.
C.Kegiatan Pertemuan Internal
1. Pertemuan Internal Rutin Triwulan. :
. Programer mengumpulkan semua petugas yang terkait dengan Pelaporan
surveilans dan membahas Hasil Monitoring evaluasi tiap triwulan dari hasil analisa
data Pelaporan surveilans selama Triwulan.

Programer surveilans Memaparkan Hasil pencapaian Program surveilans serta


hambatan Masalah selama Kegiatan pelaporan selama triwulan.

Programer Surveilans Bersama dengan lintas sektor terkait berdiskusi serta


melakukan analisa masalah untuk mendapatkan solusi dari masalah atau hambatan
yang terjadi.

Programer surveilans Menyusun Rencana tindak lanjut dari hasil Pertemuan


Internal dan menyampaikan kembali kepada lintas sektor hasil yang didapat.

Programer surveilans melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap


hasil pertemuan Internal serta Kegiatan surveilans selanjutnya.

2. Pertemuan Internal yang Insidential berpotensi KLB

Programer Surveilans memetakan wilayah yang terjadi Peningkatan kasus dan


melakukan analisa data .

Programer mengumpulkan semua Lintas sektor yang terkait dengan Pelaporan


surveilans yang berpontensial terjadi KLB di Suatu wilayah

Programer surveilans Memaparkan hasil analisa data bahwa terjadi Penyebaran


penyakit yang signifikant yang berpotensial KLB

Programer Surveilans Bersama dengan lintas sektor terkait berdiskusi untuk


mendapatkan solusi dalam melakukan Pencegahan Secara Promotif ,Preventif
maupun Kuratif.

Programer surveilans Menyusun Rencana tindak lanjut dari hasil Pertemuan


Internal dan Meminta kepada Lintas Sektor untuk segera melaksanakan tindakan
Promotiv, Preventif dan kurativ sesuai dengan tugas masing masing.
Programer Surveilans Melakukan Evaluasi dan monitoring secara berkala dari
setiap pelaporan surveilans dan pertemuan yang dilakukan.

BAB V

LOGISTIK

Logistik dalam kegiatan surveilans sangat dibutuhkan seperti halnya kelengkapan


sarana dan prasarana demi menunjang, Dalam kegiatan Surveilans Berbasis
Masyarakat ada beberapa peralatan yang dibutuhkan diantaranya :
A. Form laporan surveilans yaitu meliputi :
1. STP ( Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas )
Laporan ini dibuat bulanan dengan memasukkan data dari
Kasus penyakit baru yang dilaporkan tiap wilayah.. ( Contoh
Formulir terlampir )
2. W2 Mingguan :
Laporan ini dibuat dan dilaporkan setiap minggu berdasarkan
laporan dari wilayah berisi penyakit yang potensial wabah ,
saat ini berubah menjadi E WARS. ( Contoh Formulir
terlampir )
3. C1 Campak :
Laporan ini dilaporkan bila terjadi Penemuan kasus campak
dan AFP tiap bulan. ( Contoh Formulir terlampir )
4. Laporan PTM ( Penyakit Tidak Menular ) :
Laporan ini berisi Jumlah kasus dan Kematian Penyakit tidak
menular dibedakan menurut jenis kelamin. ( Contoh Formulir
terlampir )
5. Pencatatan dan Pelaporan Posbindu PTM :
Berupa akumulasi data dari penyelenggaraan Posbindu PTM.
6. Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim
Dilaporkan oleh bagian KIA untuk mendeteksi secara dini
kasus kematian akibat kanker rahim dan kanker payudara. (
Contoh Formulir terlampir )
7. Form Surveilans gangguan Akibat Kecelakaan dan cidera :
Berisi laporan angka kejadian Kecelakaan lalulintas atau
kecelakaan kerja. ( Contoh Formulir terlampir ).
8. Laporan bila terjadi Bencana Massal :
a) Form Pelaporan awal Kejadian Bencana ( B -1 )
b) Form Pelaporan Penilaian Cepat Kesehatan kejadian
Bencana ( B- 2)
c) Form Pelaporan perkembangan kejadian Bencana ( B -
3)
d) Form Pelaporan Kejadian Bencana ( B -4)

B. Peralatan pendukung seperti :


1. ATK
a. Buku Pencatatan laporan Kejadian ( Bila ada KLB )
b. Buku Register Penderita atau Jumlah Korban ( Bila terjadi
KLB .
2. Obat obatan atau Obat obatan Khusus.
Dalam Beberapa kasus dibutuhkan obat obatan sebagai logistik
penunjang dalam kegiatan surveilans, yang di maksud adalah
bila terjadi KLB di suatu wilayah atau terjadi bencana alam
maka dibutuhkan obat obatan dalam rangka menunjang tugas
surveilans sebagai upaya Kuratif.
Contoh : pada kasus diftery dibutuhkan obat obatan berupa
antibiotic yang diberikan kepada sekitar penderita bila
ditemukan kasus tersebut.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Kejadian yang tidak diharapkan atau potensial terjadi pada program Surveilans adalah
:
1. Terjadinya ledakan Kasus atau peningkatan Kasus secara tiba tiba:
Ledakan kasus atau terjadinya peningkatan kasus terjadi akibat kurang adanya system
kewaspadaan dini dari petugas di wilayah maupun petugas surveilans. Fenomena ini
terjadi biasanya pada saat ditemukan Kasus kasus penyakit tertentu yang lama tidak
muncul, namun karena factor tertentu menjadi ada kembali, misalkan kasus Diphtery.
1.1 Upaya Pencegahan :
1. Bila di temukan satu kasus maka petugas wilayah
harus segera melapor kepada petugas surveilans untuk
segera dilakukan pelacakan awal.
2. Pastikan jumlah penderita serta perimeter wilayah
serta endemic dari wilayah yang terjadi peningkatan
kasus.
3. Segera melakukan koordinasi bila dirasa penyebaran
penyakit tersebut cukup mengkhawatirkan dan
signifikan dengan lintas sektoral agar penderita
maupun suspect penderita untuk tidak keluar wilayah.
1.2 Cara Penanganan bila sudah terjadi.
a. Lakukan pengobatan massal diwilayah tersebut sesuai dengan petunjuk
tekhnis yang sudah ada.
b. Lakukan imunisasi ulang bila Kasus tersebut berkaitan dengan Sistem
Imunitas penderita.
2. Bencana alam Susulan
Bencana alam susulan terjadi karena Kondisi wilayah yang memang rawan
terjadinya bencana, ini bisa terjadi bila memang diawali adanya suatu bencana
namun belum menimbulkan dampak yang signifikant, namun masih berpotensi
terjadinya Bencana alam susulan yang akan menimbulkan dampak yang lebih besar
lagi. Missal : Bencana Longsor,Bencana Banjir bandang, atau bencana Gunung
meletus.
2.1 Upaya Pencegahan :
a. Lakukan Koordinasi terpadu dengan tim untuk melakukan segera evakuasi
warga dari wilayah yang rawan bencana bila didapati tanda tanda awal
akan terjadinya bencana.
b. Melakukan pemetaan dan pencatatan terhadap wilayah yang rawan
bencana, baik secara Demografi maupun Topologi.
c. Segera membentuk tim penanggulangan bencana dan tim reaksi cepat (
TRC ) dalam persiapan penanganan awal bencana.
d. Memantau secara berkala wilayah yang dianggap rawan potensial terjadi
bencana.

2.2 Cara penanganan bila sudah terjadi :


a. Lakukan evakuasi segera kepada warga atau penduduk yang masih bisa
diselamatkan.
b. Mencatat atau melakukan Pelacakan awal sebagi bahan data dasar untuk
menentukan langkah penanganan yang tepat.
c. Pastikan wilayah evakuasi aman dari bencana susulan.
d. Segera penuhi kebutuhan logistic utama seperti obat obatan dan bahan
makanan.

3. Penyebaran Penyakit Menular akibat Bencana alam


Penyebaran penyakit menular akibat bencana alam terjadi karena kurangnya
koordinasi serta minimnya fasilitas sarana dan prasarana kebutuhan logistic yang
berkaitan dengan penanganan suatu bencana Misal : adanya penyakit diare pasca
bencana banjir atau adanya peningkatan kasus gizi buruk pasca terjadi bencana
alam.
3.1 Upaya pencegahan :
a. Pencatatan dan pelaporan yang tepat tentang data pada saat terjadi
bencana alam, akan menjadi tolak ukur penanganan bencana.
b. Pemenuhan kebutuhan atau logistic utama seperti obat obatan dan bahan
makanan.
c. Koordinasi yang tepat di tiap lintas sektor serta memberikan kemudahan
akses bagi korban dalam penanganan pasca terjadinya bencana.
3.2 Cara penanganan bila sudah terjadi :
a. Segera lakukan tindakan Kuratif pada penderita atau korban yang
mengalami kasus yang berpotensial terjadi penularan.
b. Melakukan perimeter wilayah atau penghitungan dampak agar tidak
terjadi penyebaran penyakit secara signifikan.
c. Lakukan isolasi bila diperlukan bila memang Kasus tersebut dapat
menambah jumlah korban.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Masalah keselamatan kerja yang sering atau potensial terjadi di program Surveilans
mungkin bisa terjadi jika petugas surveilans tidak waspada terhadap kegiatan atau
penyakit yang sedang diselidiki.Beberapa hal yang dapat memungkinkan Kejadian
yang tidak diinginkan atau potensial terjadi pada petugas Surveilans.
1. Tertular Penyakit saat melakukan Pelacakan :
Beberapa kasus yang berkaitan dengan tugas Surveilans dapat menimbulkan
dampak penularan bagi Petugas surveilans bila tidak berhati hati atau waspada
dalam melakukan tindakan atau kegiatan tersebut missal : Penyakit Diphtery,
Penyakit TB paru, HIV/AIDS
1.1 Upaya Pencegahan :
a. Gunakan Masker Pada saat melakukan wawancara baik dengan penderita
maupun Suspect penderita.
b. Gunakan Sarung tangan dan APD bila melakukan pengambilan swap atau
sampel.
c. Biasakan melakukan Cuci tangan dengan anti septik sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
d. Beritahu atau berikan informasi pada Penderita maupun keluarga bahwa
penyakit tersebut Potensial terjadi penularan secara langsung.
e. Pastikan Petugas Surveilans pada saat melakukan Pelacakan atau
pengambilan swap dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
f. Ganti petugas bila memang petugas tersebut dalam kondisi kurang sehat.
1.2 Penanganan Bila terjadi
Lakukan pengobatan sesuai dengan tata laksana pengobatan penyakit
tersebut.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu pada Program surveilans di Puskesmas Prajekan antara lain dapat
dilihat dari beberapa hal yaitu :
A. Sudut pandang Petugas :
1. Tidak terjadinya peningkatan Kasus secara signifikan yang berpotensial
terjadinya wabah atau bencana.
2. Petugas di unit pelayanan lebih aktif dan bisa menerapkan system
kewaspadaan dini dengan cara selalu tepat laporan baik tepat waktu maupun
tepat dalam pengisian laporan.
3. Tidak adanya lagi kematian yang dilaporkan secara mendadak akibat dari
ketidak tahuan petugas terhadap adanya peningkatan kasus potensial wabah.
B. Sudut pandang Sasaran :
1. Masyarakat lebih meningkatkan system kewaspadaan dini bila terjadi
fenomena peningkatan penyakit yang potensial wabah.
2. Derajad mutu Kesehatan masayarakat lebih meningkat utamnya PHBS
masyarakat yang naik secara signifikan.
3. Angka kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dari masyarakat akan terus
meningkat.
Untuk mencapai hal diatas maka Programer surveilans dan puskesmas perlu
melakukanbeberapa hal penting yang dapat meningkatkan mutu diatas yaitu :
a. Menggali kebutuhan sasaran program atau masyarakat sasaran Lintas program
dan Lintas sector.
b. Memberdayakan masyarakat dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan
program.
c. Penanggung jawab program melakukan Koordiansi, Pengarahan, Pembinaan
dan konsultasi dengan para pelaksana.
d. Menyusun rencana peningkatan Mutu bersama sama dengan lintas sector,
lintas program serta para pelaksana kegiatan.
e. Kepala puskesmas secara rutin dan periodic melakukan evaluasi terhadap
kegiatan Program surveilans.

Kata Pengantar

Surveilans Epidemiologi adalah suatu rangkaian proses yang terus


menerus dan sistematik dalam pengumpulan data, pengolahan, analisis dan
interpretasi serta diseminasi informasi untuk aksi atau perencanaan pelaksanaa,
penilaian program kesehatan masyarakat berdasarkan evidens base.
Buku Pedoman ini merupakan salah satu referensi pelaksanaan
surveilans di puskesmas prajekan yang memuat pokok pokok penting
pelaksanaan kegiatan surveilans di Puskesmas Prajekan agar mudah
digunakan oleh Petugas surveilans dan pelaksana kegiatan yang ada diwilayah
kerja Puskesmas Prajekan.
Pedoman praktis merupakan penjabaran dari buku pedoman Surveilans
Nasional Kepmenkes Edisi 1 tahun 2003, yang memuat pedoman praktis
kegiatan pokok surveilans secara menyeluruh,dan disesuaikan dengan keadaan
wilayah kerja Puskesmas prajekan.
Disadari Buku pedoman ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan dan perlu perbaikan sehingga saran demi saran demi
penyempurnaan pedoman ini sangat kami harapkan.
Bondowoso,
Penanggung Jawab Program Surveilans

Ibnu Fatah, Amd.Kep

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………
DISUSUN OLEH…………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
A. Latar Belakang……………………………………………………….
B. Ruang Lingkup……………………………………………………….
C. Batasan Operasional………………………………………………….
D. Landasan Hukum…………………………………………………….
BAB II STANDAR PELAKSANA……………………………………….
BAB III STANDAR FASILITAS…………………………………………
BAB IV TATA LAKSANA……………………………………………….
A. Organisasi Pelaksana…………………………………………………
B. Sumber Dana…………………………………………………………
C. Rencana Pelaksanaan Kegiatan………………………………………..
BAB V LOGISTIK…………………………………………………………
BAB VI KESELAMATAN PASIEN……………………………………….
BAB VII KESELAMATAN KERJA………………………………………..
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU……………………………………….
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
PEDOMAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
PROGRAM SURVEILANS
PUSKESMAS PRAJEKAN

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BONDOWO

You might also like