Professional Documents
Culture Documents
WILSON’S DISEASE
GASTROENTEROHEPATOLOGI
Oleh:
Ririn Esterina
Pembimbing:
II. DEFINISI
Homeostasis tembaga
Toksisitas tembaga
Nukleus lenticular merupakan area utama di otak yang terganggu pada penyakit
Wilson, dimana secara makroskopis tampak berwarna coklat dikarenakan penumpukan
tembaga. Degnerasi berlangsung selama perjalanan penyakit, menuju terjadinya
nekrosis, gliosis, dan perubahan menjadi kistik. Lesi dapat dilihat pada batang otak,
talamus, serebelum, dan kortek serebral. Pada fase awal penyakit terjadi proliferasi
astrocyt protoplasma besar. Sejalan dengan progresifitas penyakit, penumpukan tembaga
menyebabkan terjadinya degenarasi vakuoler pada sel tubulus proksimal ginjal, sindrom
Fanconi, dan munculnya cincin Kayser-Fleischer yang berwarna coklat keemasan di
membran Descement kornea. Terlepasnya tembaga ke dalam sirkulasi darah secara tiba-
tiba dapat meyebabkan kerusakan sel darah merah, hal ini memacu kajadian hemolisis.
Sebagian besar penderita Wilson disease menunjukkan gejala hepatik atau neuro
psikiatrik, dan keterlibatan hepar baik asimptomatik maupun simptomatik. Sedangkan
sisanya muncul dengan adanya keterlibatan pada organ lainnya.4
1. Manifestasi Hepatik3,4
Penderita dengan gejala hepatik biasnya muncul pada masa akhir childhood atau
remaja. Gejala yang didapatkan terdiri atas hepatitis akut, gagal hepar fulminan, atau
penyakit hepar kronik progresif baik berupa hepatitis kronik aktif maupun sirosis dengan
makronodular. Pada umumnya usia saat munculnya gejala hepatik rata-rata usia 11 tahun
4 bulan. Pada prinsipnya, semakin muda usia pada saat munculnya gejala hepatik, maka
semakin luas derajat keterlibatan hepar.
a) akut hepatitis : mirip dengan hepatitis akut karena virus, dengan ikterik, choluria,
hepatomegali, dan peningkatan kadar aminotransferase
b) hepatitis kronik : tanda hipertensi portal dapat berupa hematemesis dan melena,
hepatomegali, splenomegali, peningkatan kadar enzim hepar, dengan atau tanpa disertai
ikterik.
c) kegagalan hepar fulminan : manifestasi klinis dari hepatitis akut dan ensefalopati lebih
dari 8 minggu setelah munculnya manifestasi klinis penyakit hepar
Gejala neurologik muncul rata-rata saat usia remaja 18 tahun 9 bulan, meskipun
dapat muncul mulai usia 6 tahun.3
4. Pseudobulbar palsy
5. Disautonomia
6. Migrain
7. Insomnia
8. kejang
Tremor merupakan gejala yang paling banyak muncul, dapat saat istirahat,
berbaring, maupun saat bergerak. Sedangkan kejang termasuk manifestasi yang jarang
didapatkan, dimana lebih sering didapat kejang tipe parsial.
b. Manifestasi psikiatrik
1. Depresi
2. Neurosis
3. Perubahan kepribadian
4. Psikosis
Perubahan kepribadian, gangguan mood, depresi merupakan gejala yang paling serimg
didapatkan. Depresi dapat berupa depresi berat dan hampir 16% pasien memiliki
riwayat percobaan bunuh diri. Psikosis jarang didapatkan pada penderita Wilson
disease.3
3. Manifestasi oftalmologik4,7
yang jelas.
8. Pancreatitis
9. hipoparatiroidisme
Sebuah penelitian pada 11 anak dengan Wilson disease di taiwan oleh Li-Ching
Wang dkk, didapatkan gejala awal utama berupa fungsi hepar terganggu (kenaikan
LFT) dan anemia hemolitik serta kelainan pada gen G934D, R778Q, C490X, 304insC,
IVS4-1 G > C, P992I,L1181P.8
Rodolfo dkk, menemukan bahwa pada 28 anak Brasil dengan wilson disease
sebagian tidak menunjukkan gejala (asimptomatos) dan seagian lainnya menunjukkan
gejala yaitu : ikterik, hepatosplenomegali, nyeri abdomen, muntah, fatigue, Choluria,
hipocholia / acholia, asites, edema ekstremitas bawah, dan perdarahan saluran cerna.9
IV. DIAGNOSIS1,6,7
Manifestsi klinis
Diagnosis penyakit Wilson dapat ditetapkan segera jika didapatkan gejala klasik yang
terdiri atas penyakit atau kelainan hepar, keterlibatan neurologis, dan cincin Kayser-
Fleischer .
Berikut adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada
Wilson disease :
Fleischer
Pada umumnya penderita Wilson disease memiliki aktifitas serum aminotransferase yang
abnormal, kecuali pada usia yang masih sangat muda. Sebagian besar menunjukaan
peningkatan yang ringan dan tidak mencerminkan berat ringannya kerusakan hepar.
Ceruloplasmin
Protein ini disintesis terutama di hepar pada fase akut, berfungsi sebagai protein
pembawa tembaga dalam sirkulasi darah. Kadar serum ceruloplasmin < 200 mg/L (< 20
mg/dl) dianggap konsisten dengan Wilson disease, namun belum dapat untuk
menegakkan diagnosis jika tunggal, dapat untuk menegakkan dianosis jika disertai
adanya cincin Kayser-Fleischer.
Kadar serum ceruloplasmin yang sangat rendah yaitu < 50 mg/L atau 5 mg/dl
merupakan bukti kuat untuk diagnosis Wilson disease.Namun sebaliknya, kadar yang
normal belum dapat menyingkirkan diagnosis penyakit. (rekomendasi kelas I, level B).
Asam urat
Serum asam urat dapat menurun pada penderita dengan gejala simptomatik hepar dan
penyakit neurologik karena berkaitan dengan disfungsi tubulus renal ( sindrom Fanconi)
Serum Tembaga
Kadar serum tembaga total seringkali menurun seiring menurunnya jumlah
ceruloplasmin. Pada Wilson disease dengan acute liver failure dapat meningkat. Kadar
tembaga serum yang tidak terikat ceruloplasmin dapat ditujukan untuk memb antu
diagnosis, kadar tembaga serum yang tidak berikatan dengan cerulplasmin >25 μg/dL
atau > 250 μg/L pada kebanyakan pasien yang belum berobat (kadar normal < 15 μg/dL
atau < 150 μg/L). Pada pasien dengan pengobatan lama kadar serum tembaga tak terikat
ceruloplasmin 5μg/dL atau 50 μg/L.
Pemeriksaan radiologis10
Pada penderita dengan stadium munculnya gejala neurologis, pemeriksaan MRI atau CT-
Scan dapat mendeteksi kelainan struktural otak pada basal ganglia. Kelainan yang paling
sering ditemukan adalah peningkatan densitas CT dan hiperintensitas T2 MRI pada
daerah basal ganglia. Kelainan tersebut juga dapat ditemukan pada lokasi lainnya.
Kelainan diotak yang dapat ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan kepala, mulai
yang tersering hingga paling jarang antara lain : Dilatasi ventrikel, atrofi kortikal, atrofi
batang otak, hipodensitas ganglia basalis, atrofi fossa posterior, normal.0
Analisis genetik
Analisis mutasi gen telah memungkinkan dan dapat dilakukan pada individu secara
khusus dimana diagnosis sulit ditegakkan oleh uji klinis dan biokimiawi. Analisis
halotipe atau uji khusus untuk mengetahui adanya mutasi dapat digunakan untuk
screening keluarga derajat keturunan pertama dari seorang penderita Wilson disease.
Konsultan genetika mungkin dibutuhkan untuk menginterpretasi hasilnya.
Pertimbangan diagnostik pada kondisi khusus tampak pada organ tertentu
Gagal hepar akut
Kebanyakan pasien dengan gejala gagal hepar akut sebagai presentasi Wilson Disease
akan dijumpai pola karakteristik klinis seperti berikut :
- coomb tes negatif hemolitik anemia dengan memperhatikan hemolisis akut
intravaskular.
- koagulopati yang tidak respon terhadap pemberian vitamin K parenteral
- rapid progresif berkembang menjadi gagal ginjal.
- peingkatan serum aminotransferase (<< 2000 IU/L) dari awal perjalanan penyakit
- serum alkali fosfatase normal atau subnormal (< 40 IU/L)
- Rasio perempuan : laki-laki adalah 2:1
Screening keluarga
Screening dilakukan pada generasi kerabat / keluarga tingkat pertama dari
pasien. Skreening berupa : riwayat ikterik, penyakit heminpar, dan pemeriksaan
terhadap keterlibatan neurologik, pemeriksaan fisik, serum tembaga, ceruloplasmin, tes
fungsi hepar termasuk aminotransferase, albumin, bilirubin direk dan bilirubin indirek,
pemeriksaan slit lamp untuk mencari cincin kayser-Fleischer, dan pemeriksaan urin
tembaga 24 jam.
Pada bayi dapat dilakukan pemeriksaan urin dan cerulolasmin untuk mencari
adanya penyakit Wilson disease.
Berikut alur skreening pada keluarga :
V. PENATALAKSANAAN1,5,6
A. Medikamentosa
Dimulai dari dosis kecil kemudian dinaikkan bertahap. Obat diminum peroral dalam empat
dosis terbagi, 30 – 45 menit sebelum makan dan sebelum tidur atau ≥ 2 jam setalah makan.
Obat baik diserap jika perut dalam keadaan kosong. Jika tidak terjadi respon optimal
terhadap terapi, dosis dapat dinaikkan 1,5 hingga 2 g/hari atau seimbang menurut berat
badan. penicillamine jarang digunakan, karena sekitar 20% dari pasien mengalami efek
samping atau komplikasi penicillamine perawatan, seperti obat induced lupus
(menyebabkan nyeri sendi dan ruam kulit) atau myasthenia (suatu kondisi saraf mengarah
ke kelemahan otot). Orang-orang yang disajikan dengan gejala-gejala neurologis, hampir
setengah mengalami memburuknya paradoks di gejala mereka. Sementara fenomena ini
juga diwaspadai selama terapi, biasanya merupakan indikasi untuk menghentikan
penicillamine. Obat ini mengikat tembaga (chelation) dan mengarah ke ekskresi tembaga
dalam urin. Oleh karena itu, pemantauan jumlah tembaga dalam urin dapat dilakukan untuk
memastikan dosis yang cukup tinggi diambil
2. Trientine : diberikan secara peroral dengan dosis 1 – 1,5 g/hari dalam dosis terbagi. Diminum
1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Pada anak usia kurang dari 10 tahun disarankan
dosis 0,5 g / hari ( sekitar 20 mg/kg). Aman digunakan pada ibu hamil. Berfungsi sebagai
agen pengikat tembaga.
3. Zinc : anak dan ibu hamil dapat diberikan dosis 3 x 25 mg setiap hari. Zinc berfungsi sebagai
absorber tembaga. Digunakan sebagai terapi maintenance karena efek kerjanya baru terlihat
setelah 1-2 minggu, sehingga tidak digunakan sebagai terapi inisial.
4. Tetrathiomolybdate : masih dalam uji experimental lebih lanjut di Amerika (USA) dan
belum tersedia secara komersial.
5. Antioksidan : yang sering digunakan adalah vitamin E , sebagai terapi tambahan untuk
mengurangi stress oksidatif.
Orang yang bersifat asimtomatik (misalnya mereka yang didiagnosa melalui pemeriksaan
keluarga atau hanya sebagai akibat dari hasil tes yang abnormal) umumnya diterapi, karena
akumulasi tembaga mungkin menyebabkan kerusakan jangka panjang di masa depan. Masih
belu jelas apakah orang-orang ini terbaik diperlakukan dengan penicillamine atau seng asetat.
B. Diet
Berbagai perawatan tersedia untuk Wilson's disease. Beberapa meningkatkan penghapusan
tembaga dari tubuh, sementara orang lain mencegah penyerapan tembaga dari makanan.
Secara umum, dianjurkan diet rendah mengandung tembaga makanan (jamur, kacang-
kacangan, cokelat, buah-buahan kering, hati, dan kerang).
C. Transplan hepar
Berikut adalah kondisi yang dipertimbangkan untuk dilakukan transplan hepar :
a. pasien dengan klinis menunjukkan gagal hepar fulminan, sering pada remaja atau usia
muda.
b. pasien dengan dekompensasi hepar berat yang tidak mengalamiperbaikan setelah
beberapa bulan pemberian agen pengikat tembaga yang adekuat.
c. pasien yang telah diterapi secara efektif namun mengalami perkembangan menjadi
insufisiensi hepar akut progresif berat setelah penghentian terapi penisilamine.
d. pasien dengan disfungsi neurologi progresif dan atau ireversibel.
Rekomendasi European Association for the Study of the Liver Guidline clinical practise2
VI. PROGNOSIS7
7. Andrade S, Ferreira AR, Fagundes EDT, Roquete MLV, Pimenta JR, Faria CL, et al.
Wilson’s disease in children and adolescents:diagnosis and treatment. Rev Paul Pediatric.
2010;28(2):134-40.
8. Wang LC, Wang JD, Tsai CR, Cheng SB, Lin CC. Clinical Features and Therapeutic
Response in Taiwanese Children With Wilson’s Disease:12 Years of Experience in a
Single Center. Pediatric Neonatology. 2010;51(2):124−129.
9. Kleine RT, Mendes R, Pugliese R, Miura I, Danesi V, Porta G. Wilson’s disease: an
analysis of 28 Brazilian children. CLINICS. 2012;67(3):231-235.
10. Singh P, Ahluwalia A, Saggar K, Grewal CS. Wilson’s disease : MRI features.J of
pediatric neuroscience.2011;6:27-28.
11. European Association for Study Liver. EASL Clinical Practice Guidelines: Wilson’s
Disease. EASL Journal Of Hepatology. 2012; 56: 671-685.