You are on page 1of 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan interaksinya
dengan bidang ilmu ilmu lain nya seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika
dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan peralatan yang digunakan. Ilmu
matematika ini masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri,
asuransi, ekonomi,pertanian dan di bidang sosial maupun teknologi.

Oleh karena itu pembuatan makalah yang berjudul baris dan deret aritmatika ini
dilatar belakangin untuk mempermudah proses kegiatan belajar mengajar serta untuk
melatih pembaca agar berpikir dalam menentukan pola bilangan, notasi sigma, jumlah
baris aritmatika serta dapat menghitung jumlah deret aritmatika.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, maka rumusan


masalah dapat disimpulkan :

1. Apa yang dimaksud dengan baris dan deret ?


2. Bagaimana menghitung dan menentukan jumlah baris aritmatika ?
3. Bagaimana menghitung dan menentukan jumlah deret aritmatika ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pola bilangan, barisan dan deret.
2. Untuk mengetahui cara menghitung baris aritmatika
3. Untuk mengetahui cara menghitung deret aritmatika

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah baris dan deret serta penemunya


Leonardo da Pisa atau Leonardo Pisano (1175 – 1250), dikenal juga sebagai
Fibonacci, adalah seorang matematikawan Italia yang dikenal sebagai
penemu bilangan Fibonacci dan perannya dalam mengenalkan sistem
penulisan dan perhitungan bilangan Arab ke dunia Eropa (algorisma).
Leonardo adalah orang yang memperkenalkan deret. Bapak dari Leonardo,
Guilielmo (William) mempunyai nama alias Bonacci (‘bersifat baik’ atau
‘sederhana’). Leonardo, setelah meninggal, sering disebut sebagai Fibonacci
(dari kata filius Bonacci, anak dari Bonacci). William memimpin sebuah pos
perdagangan (beberapa catatan menyebutkan ia adalah perwakilan dagang
untuk Pisa) di Bugia, Afrika Utara (sekarang Bejaia, Aljazair), dan sebagai
anak muda, Leonardo berkelana ke sana untuk menolong ayahnya. Di
sanalah Fibonacci belajar tentang sistem bilangan Arab. Melihat sistem
bilangan Arab lebih sederhana dan efisien dibandingkan bilangan Romawi,
Fibonacci kemudian berkelana ke penjuru daerah Mediterania untuk belajar
kepada matematikawan Arab yang terkenal mada masa itu, dan baru pulang
kembali sekitar tahun 1200-an. Pada 1202, di usia 27, ia menuliskan apa
yang telah dipelajari dalam buku Liber Abaci, atau Buku Perhitungan. Buku
ini menunjukkan kepraktisan sistem bilangan Arab dengan cara
menerapkannya ke dalam pembukuan dagang, konversi berbagai ukuran dan
berat, perhitungan bunga, pertukaran uang dan berbagai aplikasi lainnya.
Buku ini disambut baik oleh kaum terpelajar Eropa, dan menghasilkan
dampak yang penting kepada pemikiran Eropa, meski penggunaannya baru
menyebarluas setelah ditemukannya percetakan sekitar tiga abad berikutnya.
(Contohnya, peta dunia Ptolemaus tahun 1482 dicetak oleh Lienhart Holle di
Ulm.) Leonardo pernah menjadi tamu Kaisar Frederick II, yang juga gemar
sains dan matematika. Tahun 1240 Republik Pisa memberi penghormatan
kepada Leonardo, dengan memberikannya gaji.

B. Pengertian Barisan dan Deret


1. Barisan Bilangan
Perhatikan susunan bilangan berikut :
a. 1, 2, 3, 4, 5,…; dinamakan barisan bilangan asli
b. 2, 4, 6, 8, 10,…; dinamakan barisan bilangan asli genap
c. 1, 3, 6, 10, 15,…; dinamakan barisan bilangan segitiga
d. 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13,…; dinamakan barisan bilangan Fibonacci
Bilangan-bilangan yang membentuk suatu barisan disebut suku-suku
barisan. Bilangan pertama atau suku pertama dilambangkan dengan u1,
suku kedua dengan u2, suku ketiga dengan u3, suku ke-k dengan uk,…,
demikian seterusnya s
ampai suku ke-n dengan un (n bilangan asli).
Indeks n menyatakan banyaknya suku dalam barisan itu. Untuk nilai n
bilangan asli berhingga, barisan itu dinamakan barisan berhingga. Suku

2
ke-n dilambangkan dengan undisebut suku umum barisan. Pada umumnya,
suku ke-n atau un merupakan fungsi dengan daerah asal (domain) bilangan
asli n.
Barisan bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki pola atau aturan
tertentu antara satu bilangan dengan bilangan berikutnya. Jika bilangan
pertama u1, bilangan kedua u2, bilangan ketiga u3, …, dan bilangan ke-n
adalah un, maka barisan bilangan itu dituliskan sebagai
u1, u2, u3, ... , uk, ... , un
Contoh :
1) Tentukan tiga suku pertama pada barisan berikut ini, jika suku ke-n
dirumuskan sebagai un = 3n + 1
Jawab :
Suku ke-n, un = 3n + 1
Untuk n = 1, diperoleh u1 = 3(1) + 1 = 4
n = 2, diperoleh u2 = 3(2) + 1 = 7
n = 3, diperoleh u3 = 3(3) + 1 = 10

Jadi, tiga suku pertama barisan itu adalah u1 = 4, u2 = 7, dan u3 = 10.


1) Tentukan rumus umum suku ke-n untuk barisan berikut ini, jika
empat buah suku pertama diketahui sebagai berikut.
a) 4, 6, 8, 10, . . . b) 1, 9, 25, 49, . . .
Jawab :
a) 4, 6, 8, 10, . . .; barisan dengan suku pertama u1 = 4 dan selisih
dua suku yang berurutan bernilai konstan sama dengan 2.
Jadi, un = 2n + 2
b) 1, 9, 25, 49, . . .; dapat ditulis sebagai (1)2, (3)2, (5)2, (7)2, ...;
barisan dengan suku-sukunya merupakan kuadrat dari bilangan
asli ganjil.
Jadi, un = (2n – 1)2.
2. Deret
Perhatikan kembali barisan Jika suku-suku tersebut dijumlahkan dalam
bentuk u1, u2, u3, ... , uk, ... , un, maka penjumlahan barisan tersebut
dinamakan deret. Jumlah suku-suku pada barisan hingga n suku pertama
dinyatakan dengan Sn. Misalnya jumlah 5 suku pertama ditulis Sn = u1
+ u2 + u3 + u4 + u5 .
Contoh :
1) Diketahui suatu deret 2 + 4 + 6 + …, hitunglah jumlah 5 suku
pertama.
Jawab:
Sn = 2 + 4 + 6 + 8 + 10 = 30
Jadi, jumlah 5 suku pertama deret tersebut adalah 30.

3
C. Barisan Aritmatika
Perhatikan barisan aritmatika 1, 3, 5, 7,… dan 2, 4, 6, 8,….; setiap selisih
anatara dua suku yang berurutat adalah tetap nilainya yaitu:
3-1 = 5-3 = 7-5 =…= 2
4-2 = 6-4 = 8-6 =…= 2

Secara umum u1, u2, u3, ... , un adalah barisan aritmatika apabila u2 – u1 = u3 –
u2 = u4 – u3 =konstanta. Konstanta ini disebut beda dan dinyatakan dengan b.
Sehingga barisan aritmatika dapat kita definisikan sebagai berikut:
Barisan aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua suku
yang berurutan selalu tetap. Bentuk umum :
u1, u2, u3, ... , un atau
a, ( a + b ), ( a + 2b ), ... , (a + (n – 1) b)
Pada barisan aritmatika, berlaku un – un-1 = b , sehingga un = un-1 + b.
a. Rumus umum suku ke-n pada Barisan Aritmatika
Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku pertama a dan beda b,
maka suku barisan itu dapat divisualisasikan sebagai berikut :
I u1 = a
I u2 = a + b
I u3 = a + 2b
I u4 = a + 3b
I un = a + ( n -1 ) b
Berdasarkan pola atau keteraturan suku-suku barisan di atas, maka rumus
suku ke-n untuk barisan aritmatika dapat ditentukan dengan hubungan
berikut.
Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku pertama a dan beda b,
rumus umum suku ke-n dari barisan aritmatika itu ditentukan oleh :

I un = a + ( n -1 ) b

Contoh :
1) Carilah suku pertama, beda, dan suku ke-6 dari barisan aritmatika 4,
1, -2, -5, . . .
Jawab :
Barisan 4, 1, -2, -5, …
Suku pertama u1 = a = 4,
Beda b = 1 – 4 = -3,
Suku ke-6 u6 = a + 5b = 4 + 5(-3) = -11
Jadi, suku pertama a = 4, beda b = -3, dan suku ke-6 adalah u6 =
11

4
b. Suku tengah pada barisan aritmatika
Suku tengah suatu barisan aritmatika dapat ditentukan melalui deskripsi
berikut ini.
Misalkan barisan aritmatika yang terdiri dari atas (2k-1) suku : u1, ... ,uk,
... , u2k-1, maka suku tengahnya adalah uk.
Suku tengah uk = a + (k-1) b = ½{2a+2(k-1)b} = ½{a+a+(2k-2)b} = ½
{u1 + u2k-1}. Jadi, suku tengahnya ditentukan oleh hubungan uk = ½
{u1+u2k-1}.

Contoh :
1) Diketahui barisan aritmatika 3, 5, 7, 9, …, 95. Banyak suku pada
barisan itu adalah ganjil.
a) Carilah suku tengahnya
b) Suku keberapakah suku tengahnya itu?
c) Berapakah banyak suku barisan itu?
Jawab :
a) Barisan 3, 5, 7, 9, …, 95. Suku pertama a = u1 = 3, beda b = 2, dan
suku terakhir u2k-1= 95.
uk = ½ (u1+u2k-1) = ½ (3 + 95) = 49
Jadi, suku tengahnya adalah 49.
b) Dari hasil a), diperoleh :
U uk = a + ( k-1) b = 49
⇔ 3 + (k-1)2 = 49
⇔ 2k = 48
⇔ k = 224
Jadi, suku tengahnya adalah suku ke-24.
c) Banyaknya suku barisan itu sama dengan 2k – 1 = 2(24) – 1 = 47.

c. Sisipan pada barisan aritmatika


Misalkan diantara dua bilangan real x dan (dengan x ≠ y ) akan
disisipkan sebanyak k buah bilangan ( k bilangan asli). Bilangan –
bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan itu
membentuk suatu barisan aritmatika. Susunan bilangan-bilangan semula
dengan bilangan-bilangan yang disisipkan dapat divisualisasikan dengan
menggunakan bagan sebagaimana diperlihatkan berikut ini.

5
Di antara dua bilangan x dan y disisipkan sebanyak k buah bilangan sehingga
bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan membentuk
barisan aritmatika. Nilai beda barisan aritmatika yang terbentuk dapat ditentukan
dengan menggunakan hubungan
b =( y – x) / (k + 1)

Dengan x dan y bilangan real (x ≠ y ) dan k bilangan asli.


Contoh :
1) Di antara bilangan 4 dan 28 disisipkan 5 buah bilangan sehingga
bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan
membentuk barisan aritmatika. Carilah beda dari barisan aritmatika
yang terbentuk.
Jawab :
Diketahui x = 4, y = 28, dan k = 5
Didapat b =( y – x) / (k + 1) = (28-4)/(5+1)=4
Jadi, beda barisan aritmatika yang terbentuk adalah b =4 .

D. Deret Aritmatika
Jumlah beruntun suku-suku suatu barisan aritmatika disebut sebagai deret
aritmatika. Sebagai contoh :
· Dari barisan aritmatika 1, 3, 5, 7, …, 99 dapat dibentuk deret aritmatika 1
+ 3 + 5 + 7 + … + 99,
· Dari barisan aritmatika 2, 4, 6, 8, …, 2n dapat dibentuk deret aritmatika 2
+ 4 + 6 + 8 + … + 2n.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan, jika u1, u2, u3, ... , un, merupakan suku
– suku barisan aritmatika, maka u1 + u2 + u3 + ... + un dinamakan sebagai deret
aritmatika.
a. Rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika
Jumlah n suku pertama deret aritmatika dilambangkan dengan Sn , dan
Sn ditentukan oleh :
Sn = u1 + u2 + u3 + ... + un-2 + un-1 + un
Substitusikan u1 = a, u2 = a+b, u3 = a+2b , un-2 = un – 2b, un-1 =un – b;
diperoleh
Sn = a + (a+b) + (a+2b) + ... + (un – 2b) + (un – b) + un …(*)
Jika urutan suku-suku penjumlahan pada persamaan (*) itu
dibalik, diperoleh:
Sn = un + (un – b) + (un – 2b) + ... + (a+2b) + (a+b) + a … (**)
Jumlahkan masing masing ruas pada persamaan (*) dengan persamaan
(**), sehingga diperoleh :

6
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah n suku pertama suatu deret
aritmatika dapat ditentukan melalui hubungan sebagai berikut.
Jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika u1 + u2 + u3 + ... +
un ditentukan dengan menggunakan hubungan :
Sn = n/2 (a+ un)
Dengan n = banyak suku, a = suku pertama, dan un = suku ke-n.
a. Sifat-sifat Sn pada deret aritmatika
Jumlah n suku pertama deret aritmatika mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut.
1. Sn = n/2 (a+ un) merupakan fungsi kuadrat dari n (n bilangan asli)
yang tidak memiliki suku tetapan.
2. Untuk setiap n bilangan asli berlaku hubungan Sn - Sn-1 = un (Suku ke-
n).

Contoh :

1) Hitunglah jumlah deret aritmatika 2 + 4 + 6 + … + 60.


Jawab :
Untuk menghitung jumlah deret pada soal di atas, perlu
ditentukan terlebih dulu banyak suku atau n melalui hubungan

un = a + (n-1)b.

2 + 4 + 6 + … + 60, a = 2, b = 2, dan un = 60
60 = 2 + (n-1) 2
⇔ 60 = 2n
⇔ n = 30
S30 = 30/2 (a+ u30) = 15(2+60) = 930
Jadi, jumlah deret aritmatika 2 + 4 + 6 + … + 60 adalah S30 = 930

E. Pengaplikasian baris dan deret aritmatika dalam


kehidupan sehari hari

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa contoh masalah yang dapat


diselesaikan dengan menggunakan konsep barisan dan deret aritmetika. Berikut
ini adalah beberapa contohnya.

Contoh 1
Fikri memiliki seutas tali rafia yang dipotong menjadi 6 bagian dan membentuk
barisan aritmetika. Panjang tali yang terpendek adalah 6 cm dan yang terpanjang
36 cm. Tentukan panjang rafia semula.
Penyelesaian:

7
banyak potongan tali rafia = n = 6
panjang tali terpedek = a = 6 cm
panjang tali terpanjang = U6 = 36
Panjang rafia semula adalah jumlah seluruh panjang potongan tali rafia (S6),
sehingga

Jadi, panjang tali rafia semula adalah 126 cm.

Contoh 2
Dalam sebuah gedung terdapat 4 buah kursi di barisan terdepan. Banyaknya kursi
pada baris-baris berikutnya selalu lebih banyak 3 kursi dibanding baris
sebelumnya. Jika terdapat 8 baris kursi, maka tentukan banyaknya kursi dalam
gedung tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui barisan-barisan kursi yang membentuk barisan aritmetika dengan,
kursi terdepan = a = 4
selisih banyaknya kursi tiap baris = b = 3
banyak baris kursi = n = 8.
Banyaknya kursi dalam gedung adalah jumlah kursi dari baris terdepan sampai
ke-8 (S8), sehingga

Jadi, banyaknya kursi dalam gedung tersebut adalah 116 buah.

Contoh 3
Setiap minggu Rasti menabung di koperasi sekolah. Pada minggu pertama, Rasti
menabung Rp30.000,00. Pada minggu kedua dan seterusnya, ia menabung
Rp8.000,00. Besarnya uang Rasti pada minggu ke-14 adalah....
Penyelesaian:

8
Diketahui besarnya uang yang ditabung tiap minggu membentuk barisan
aritmetika dengan,
tabungan minggu pertama = a = 30.000
penambahan tabungan tiap minggu = b = 8.000
lama menabung = n = 14
Besarnya uang Rasti pada minggu ke-14 adalah banyaknya tabungan awal
ditambah dengan uang yang ditabung tiap minggu (U14) sehingga,

Jadi, besarnya uang Rasti pada minggu ke-14 adalah Rp134.000,00

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu barisan disebut barisan aritmatika jika untuk sebarang nilai n
berlaku hubungan, dengan b adalah suatu tetapan (konstanta) yang tidak
bergantung pada n. Rumus umum suku ke-n dari barisan aritmatika itu
ditentukan oleh Suku tengahnya ditentukan oleh hubungan . Di antara dua
bilangan dan disisipkan sebanyak buah bilangan sehingga
bilangan-bilangan semula dengan bilangan-bilangan yang disisipkan
membentuk barisan aritmatika. Nilai beda barisan aritmatika yang
terbentuk dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan,
dengan dan bilangan real dan bilangan asli. Jumlah n suku pertama suatu
deret aritmatika ditentukan dengan menggunakan hubungan dengan
banyak suku, suku pertama, dan suku ke-n.
B. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca tidak hanya mengetahui barisan
dan deret aritmatika pada makalah ini, namun juga memperbanyak latihan
mengerjakan soal dan dapat membedakan barisan dan deret aritmatika
serta geometri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Cecep dan Pesta. 2008. “Matematika Aplikasi Untuk SMA dan MA Kelas
XII Program Studi Ilmu Alam”.Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Sari, Ratna. 2014. “Barisan dan Deret Aritmatika” (Online),
(http://ratnasari15.blogspot.co.id/2014/11/barisan-dan-deret-aritmatika.html,
diakses tanggal 28 Maret 2016).
TIM Erlangga Fokus SMA. 2013.”Erlangga Fokus UN SMA/MA 2014 Ilmu
Pengetahuan Alam”. Jakarta: Erlangga
Wirodikromo, Sartono. 2007. “Matematika Untuk SMA Kelas XII”. Jakarta :
Erlangga.

11

You might also like