You are on page 1of 25

TUGAS KELOMPOK

EVALUASI PEMBELAJARAN AUD


“Instrumen dan Asesmen Perkembangan Afektif AUD”

Disusun oleh :

1. Dian Sih Miyati K8116019


2. Eka Putri Rahmadani K8116021
3. Frisca Oktaviany K8116031

4A PG-PAUD

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Instrumen dan Asesmen Perkembangan Afektif Anak Usia Dini ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu
Dra. Jenny Is Poerwanti, M. Pd. selaku Dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Anak
Usia Dini yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita sebagai calon guru mengenai Instrumen dan Asesmen
Perkembangan Afektif Anak Usia Dini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................................2

C. Tujuan .......................................................................................................................2

D. Manfaat .....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3

A. Perkembangan Aspek Afektif ...................................................................................3

B. Penilaian Aspek Afektif ............................................................................................6

C. Pengembangan Instrumen Afektif .............................................................................8

BAB III PENUTUP .........................................................................................................21

A. Kesimpulan .............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembelajaran merupakan bagian yang berkaitan dengan upaya
membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat materi fisika
baik berupa produk maupun prosesnya. Evaluasi hasil belajar mencakup penilaian, baik
berupa assesmen, validasi, maupun evaluasi secara keseluruhan. Peningkatan kualitas
pembelajaran berhubungan dengan upaya membangun komunikasi antara guru dengan
peserta didik yang mampu melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian atau asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan mencakup
kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk
menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun
keterampilan (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Penilaian proses dan hasil belajar
merupakan salah satu upaya guru dalam rangka memperoleh informasi sebagai balikan
tentang pelaksanaan pembelajaran untuk dimanfaatkan sebagai bahan penilaian
sejauhmana keberhasilan pembelajaran baik dari segi proses maupun produknya.
Hal ini berarti bahwa pada evaluasi yang perlu mendapat perhatian adalah proses
penyediaan data yang sahih dan terandal sehingga dapat diambil keputusan yang tepat.
Untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan tentunya harus didukung oleh instrumen penilaian yang sesuai dengan
karakteristik tujuan (termasuk standar kompetensi maupun kompetensi dasar) berkala
dan berkesinambungan. Di samping itu bukan hanya menilai secara parsial, melainkan
secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil belajar yang mencakup wawasan
pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial yang dicapai siswa. Oleh karenanya
penilaian merupakan bagian keseluruhan dari proses pembelajaran sehingga hasil
penilaian dapat menggambarkan kemampuan atau prestasi belajar peserta didik secara
menyeluruh dan sesungguhnya.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Perkembangan Aspek Afektif dalam Evaluasi Pembelajaran?
2. Bagaimanakah Penilaian Aspek Afektif dalam Evaluasi Pembelajaran?
3. Bagaimanakah Pengembangan Instrumen Afektif Dalam evaluasi
pembelajaran?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan Memahami Perkembangan Aspek Afektif dalam Evaluasi
Pembelajaran
2. Mengetahui dan Memahami Penilaian Aspek Afektif dalam Evaluasi
Pembelajaran
3. Mengetahui dan Memahami Pengembangan Instrumen Afektif Dalam
evaluasi pembelajaran

D. Manfaat
Peenulisan ini diharapkan memberi manfaat bagi guru, orangtua maupun kami
penulis. Adapun kegunaan dan manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Bagi Guru: memberikan informasi yang tepat bagi Guru mengenai


Instrumen dan Asesmen Perkembangan Afektif AUD.

2. Bagi Orang tua: mendapatkan informasi yang tepat mengenai Instrumen


dan Asesmen Perkembangan Afektif AUD sehingga dapat memberikan
perlakuan dan rangsangan yang tepat ketika dirumah.

3. Bagi Penulis: memberikan wawasan dan pengetahuan tentang Instrumen


dan Asesmen Perkembangan Afektif AUD.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Aspek Afektif
Life skill merupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai hasil proses
pembelajaran. Pophan (1995), mengatakan bahwa ranah afektif menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan
seorang peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran.
Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat atau karakter terhadap mata
ajar tertentu, maka akan kesulitan mencapaiketuntasan belajar secara maksimal.
Sedangkan peserta didik yang memiliki minat atau karakter terhadap mata ajar, maka
hal ini akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara
maksimal.
Berdasarkan hal diatas, maka seorang guru selainmembantu semua peserta
didik belajar, guru juga harus mampu membangkitkan atau karakter peserta didik dalam
belajar. Ini merupakan tanggung jawab seorang guru sebagai pengajardan pendidik.
Selain itu juga ikatan emosional sering diperlukan untuk membangunkarakter
kebersamaan, rasa sosialis yang tinggi, persatuan, nasionalisme dan lain sebagainya.
Berkenaan dengan hal ini, maka guru dalam merancang program pembelajaran harus
memperhatikan ranah afektif.
Menurut Krathwohl (1961), bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif
mempunyai komponen afektif. Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl
ada lima yaitu :
1. Receiving/ attending (menerima)
Peserta didik memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus
(stimulus). Misalnya keadaan kelas, berbagai kegiatan sekolah (ekstrakurikuler), buku
dan lain sebagainya. Disini seorang guru hanya bertugas mengarahkan perhatian peserta
didik pada fnomena yang menjadi obyek pembelajaran afektif. Misalnya guru
mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk membaca buku, mengerjakan tugas,
memberi motivasi belajar, senang bekerja sama dan lain sebagainya. Jika hal ini terus
menerus dilakukan maka akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini adalah kebiasaan
positif yang sangat diharapkan dalam mendukung keputusan belajar.

3
2. Responding (tanggapan)
Merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya.
Pada peringkat ini peserta didik tidak hanya memperhatikan fenomena khusus tetapi
juga beraksi terhadap fenomena yang ada. Hasil belajar pada peringkat ini yaitu
menekankan di perolehnya respon, keinginan memberikan respon atau kepuasaan dalam
memberi respon. Peringkat tertinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang
menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusu. Misalnya senag
bertanya, senang membaca buku, senang membantu sesama, senang dengan
keberhasilan, dan lain sebagainya.
3. Valuing (menilai)
Melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat
internalisasi dan komitmen. Derajat rentangnya mulai dari menerima suatu nilai,
misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen.
Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik.
Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil
agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pebelajaran, penilaian ini diklasifikasikan
sebagai sikap dan apresiasi.
4. Organization (organisasi)
Antara nilai yang satu dengan nilai yang lain dikaitkan dan konflik antar nilai
diselesaikan, serta mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil belajar
pada peringkat ini yaitu berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai,
misalnya pengembangan filsafat hidup.
5. Characterization (karakterisasi)
Pada peringkat ini peserta didik memiliki sitem nilai yang mengendalikan prilaku
sampai pada waktu tertentu hingga terbenam pola hidup. Hasil belajar pada peringkat
ini adalah berkaitan dengan pribadi emosi dan rasa sosialis.
Menurut Andersen (1981), pemikiran, sikap dan perilaku yang diklasifikasikan
sebagai ranah afektif memiliki kriteria antara lain:
a. Perilaku itu melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
b. Perilaku itu harus tipikal perilaku seseorang.
c. Kriteria lainnya yaitu intensitas, arah dan target.

4
Karakteristik ranah afektif yang penting diantaranya sikap, minat, konsep diri,
nilai dan moral.
1. Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975), yaitu suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep
dan orang. Sikap disini adalah sikap peserta didik terhadap sekolah dan terhadap
mata ajar. Menurut Popham (1999), mengatakan bahwa ranah sikap peserta didik
penting untuk ditingkatkan. Sikap peserta didik terhadap mata ajar matematika
harus lebih postif dibandingkan sebelum mengikuti pelajaran. Perubahan ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar yang membuat sikap peserta didik
terhadap mata ajar menjadi postif.
2. Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisasikan
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh obyek khusus,
aktivitas, pemahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
Hal yang penting dalam minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Jika seseorang berminat
terhadap sesuatu maka orang tersebut akan melakukan langkah-langkah konkrit
untuk mencapai hal tersebut.
3. Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu bersangkutan terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Arah konsep diri bisa positif bisa
juga negatif. Intnsitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinu yang mulai
dari yang rendah sampai yang tinggi.
4. Nilai menurut Tyler (1973), adalah suatu obyek, aktivitas atau ide yang
dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap dan kepuasan. Nilai
berakar lebih dalam dan lebih stabil dibandingkan dengan sikap individu. Bahkan
beberapa ahli mengatakan bahwa nilai merupakan kunci bagi lahirnya sikap dan
perilaku seseorang. Manusia mulai belajar menilai obyek, aktifitas dan ide
sehingga obyek ini pengatur penting minat, sikap dan kepuasan. Sekolah (guru)
harus membantu peserta didik untuk menemukan dan menguatkan nilai yang
bermakna dan signifikasi bagi peserta didik dalam memperoleh kebahagiaan
personal dan memberi kontribusi positif terhadap masyarakat.

5
5. Moral secara bahasa berasal dari bahasa latin mores yang artinya tata cara, adat
kebiasaan sosial yang dianggap permanen sifatnya bagi ketertiban dan
kesejahteraan masyarakat. Moral menyinggung akhlak, tingkah laku, karakter
seseorang atau kelompok yang berperilaku pantas, baik dan sesuai dengan hukum
yang berlaku. Proses belajar akhlak memegang peran penting, begitu juga
perkembangan kognitif memberikan pengaruh besar terhadap sifat prkembangan
tingkah laku.
B. Penilaian Aspek Afektif
Penilaian pada aspek afektif dapat dilakukan dengan menggunakan
angket/kuesioner, inventori dan pengamatan (observasi). Prosedurnya sama yaitu
dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi
konseptuan kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini menjadi isi
pedoman kuesioner, inventori dan pengamatan. Langkah pembuatan instrumen sikap
dan minat adalah sebagai berikut :
1. Pilih ranah afektif yang akan dipilih misalnya, sikap dan minat
2. Tentukan indikator sikap dan minat , misalnya, indikator peserta didik yang
mampu menirukan saat ibadah, mengucapkan doa, berperilaku jujur, penolong,
sopan, hormat, dan membiasakan berperilaku baik
3. Pilih tipe skala yang digunakan misalnya skala Likert dengan empat skala yaitu
sangat senang, senag, kurang senang dan tidak senang
4. Telaah instrumen oleh sejawat
5. Perbaiki instrumen
6. Siapkan inventori laporan diri
7. Tentukan skor inventori
8. Buat hasil analisis inventori skala sikap dan minat
No Sikap Tanggung Ketekunan kerajinan Teng kedisi kerja Hormat Kejuju Nilai
jawab belajar gang plinan sama terhadap ran rata-
rasa sesama rata
Nama

6
Contoh Format Kuesioner Penilaian Minat Peserta Didik Terhadap Mata Ajar

Mata Ajar :
Nama Anak :
Kelas :
Guru kelas :
Tugas : berilah tanda (√) pada kolom frekuensi sesuai dengan kenyataan yang
terjadi

No Pertanyaan Frekuensi
Tidak
Selalu Sering Jarang
pernah
1 Senang dengan materi

tentang binatang
2 Mengerjakan dan

mengumpulkan tugas
tema binatang
3 Bertanya tentang

binatang kepada guru
4 Membaca buku tentang

binatang
5 Membantu teman yang

kesulitan dalam
mengerjakan tugas
6 Berdiskusi dengan

teman maupun guru
Jumlah Skor 20

Skor :
Selalu :4
Sering :3
Jarang :2
Tidak pernah : 1

7
Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik

Nama sekolah :
Mata ajar :
Nama :
Kelas :

Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh √
2 Saya berusaha mematuhi aturan-aturan √
3 Saya berusaha berperan aktif dalam kegiatan di sekolah √
4 Saya berusaha berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa √
5 Saya berusaha menghoramati orang tua, guru dan teman √
Jumlah Skor 9

Skor :
Ya :2
Tidak : 1

C. Pengembangan Instrumen Afektif


Menurut Andersen (1981), adadua metode yang dapat digunakan untuk mengukur
aspek afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode
observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari
perilaku atau perbuatan yan ditampilkan, reaksi psikologis atau keduanya. Sedangkan
metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang
adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap
karakteristik afektif diri sendiri.
Lain halnya dengan Lewin (dalam Andersen, 1981) mengatakan bahwa perilaku
seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan
karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Dengan demikian
perbuatan atau tindakan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi
lingkungan.

8
Langkah – langkah dalam mengembangkan instrumen aspek afektif antara lain :
1. Menentukan spesifikasi instrumen, terdiri atas tujuan dan kisi-kisi instrumen.
Ditinjau dari tujuanada lima macam instrumen penilaian aspek afektif yaitu
instrumen sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.
a. Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat
peserta didik terhadap mata ajar yang selanjutnya digunakan untuk
meningkatkan minat peserta didik terhadap mata ajar.
b. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap
suatu obyek, misalnya mata ajar, sikap peserta didik terhadap mata ajar
bisa positif dan negatif. Hasil pengukuran ini bisa digunakan dalam
menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.
c. Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahana peserta didik
digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh
peserta didik.
d. Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan
keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan
yang positif dan negatif.
e. Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral
seseorang diperoleh melalui pengamatan akan perbuatan yang
ditampilkan serta melalui laporan diri dengan cara mengisi kuesioner.
Setelah tujuan penilaian aspek afektif ditetapkan, maka kegiatan berikutnya
adalah menyusun kisi-kisi (blueprint) instrumen. Kisi-kisi instrumen merupakan tabel
matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis.

9
Contoh Format Kisi – Kisi Instrumen Afektif

1. Sekolah :
2. Mata Ajar :
3. Kelas / SMT :
4. Guru Ajar :

Pertanyaan
No Indikator Jumlah Butir Skala
pernyataan
1
2
3
4
5

2. Menulis instrumen : Aspek afektif yang biasa dinilai adalah aspek sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral. Penilaian aspek afektif dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen afektif.
a. Instrumen Sikap
Instrumen sikap : secara konseptual, sikap merupakan kecenderungan
meresponsecara konsisten baik menyukai ataupun tidak menyukai suatu obyek.
Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu obyek.
Sedangkan secara operasional, sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu
obyek. Cara-cara untuk mengetahui sikap peserta didik yaitu melalui kuesioner.
Pertanyaan yang diajukan mengarah pada perasaan seseorang, menerima-menolak,
senang-tidak senang,baik-buruk, dan lain sebagainya.seorang peserta didik menyukai
mata ajar sebagai berikut :
1. Membaca buku
2. Mempelajarinya
3. Interaksi dan banyak bertanya
4. Mengerjakan semua tugas mata ajar tersebut
5. Diskusi
6. Memiliki buku yang berkaitan dengan mata ajar tersebut
7. Dan lain sebagainya

10
Contoh Kuesioner Sikap

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Saya suka tema binatang
2 Saya senang membaca buku pengetahuan binatang
3 Saya berusaha mengerjakan tugas
4 Saya suka bertanya tentang binatang kepada guru

Asesment dan Instrumen Pengembangan Afektif pada Anak Usia Dini


Kata afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2001) adalah
berbagai perilaku yang berkaitan dengan perasaan, sedangkan dalam KBBI online
dijelaskan bahwa afektif adalah : (1) Berkenaan dengan perasaan seperti takut, cinta; (2)
mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi; dan (3) lingkungan mempunyai gaya atau
makna yang menunjukkan perasaan (tentang gaya bahasa atau makna). Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kata afektif berarti adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan perasaan, seperti rasa cinta, benci, takut.

Taraf Kempuan Uraian


Mau menginternalisasikan nilai-nilai Mau menunjukkan perilaku yang dikendalikan oleh
(karakterisasi) suatu sistem nilai
Memiliki suatu sistem nilai yang dijadikan Kata Kunci: bertindak, menunjukkan,
pedoman berperilaku, sehingga perilaku menjadi memperaktekkan, memodifkasikan, mendengarkan,
konsisten, bisa diprediksikan dan yang terpenting mengusulkan, mengajukan pertanyaan,
menjadi ciri atau karakteristik pribadi yang memverifikasikan, memberikan layanan
bersangkutan (Internalizing Values) Contoh: menunjukkan kemandirian saat
mengerjakan sesuatu secara mandiri. Mampu bekerja
sama dalam aktivitas kelompok. Menerapkan
pendekatan sasaran (objective approach) dalam
memecahkan masalah. Menunjukkan komitmen
terhadap etika dalam praktik sehari-hari. Mau
mengubah pendapat dan perilaku menyesuaikan diri
dengan bukti-bukti baru. Meghargai orang lain apa
adanya, bukan berdasarkan penampilan mereka.
Mau mengorganisasikan nilai-nilai Mau mengorganisasikan nilai-nilai mengikuti urutan
Mengorganisasikan nilai ke dalam skala prioritas prioritas tertentu
(mengurutkan dari yang paling penting/bernilai Kata Kunci: menggabungkan, membandingkan,
sampai yang paling kurang penting/kurang mempertahankan, menjelaskan, merumuskan,
bernilai) dengan cara membandingkan berbagai menggeneralisasikan, mengintegrasikan,
nilai yang berbeda, mengatasi konflik-konflik memodifikasi,mengorganisasikan, menyintesiskan
yang terjadi antar nilai-nilai yang berbeda tersebut Contoh: menyadari pentingnya menyeimbangkan
antara kebebasan dan tanggung jawab.

11
Mau dan akhirnya mampu menciptakan suatu bertanggung jawab atas tindakannya. Menjelaskan
sistem nilai yang khas bagi dirinya (Organization) fungsi perencanaan sistematis dalam pemecahan
masalah. Mau menerima dan mengikuti aneka
standar etika profesi. Mampu menyusun rencana
masa depan selaras dengan kemampuan, minat dan
keyakinan pribadi. Mampu mengatur waktu secara
efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar dan
bermain dengan teman
Mau memberikan nilai/mau memandang Mau memberikan nilai pada sesuatu
bernilai, mulai dari sekedar menerima sesuatu Kata Kunci: menunjukkan, menjelaskan, mengikuti,
sebagai bernilai sampai menunjukkan komitmen mempersilakan, memberikan pembenaran,
yang lebih kompleks. Kemampuan ini didasari mengusulkan, memilih, mempelajari
oleh internalisasi terhadap serangkaian nilai-nilai Contoh: menunjukkan keyakinan tentang
spesifik tertentu (valuing) keunggulan proses yang demoktratis. Peka terhadap
keberagaman individu maupun budaya.
Menunjukkan kemampuan memecahkan aneka
masalah. Mau mengusulkan suatu rencana perbaikan
kehidupan bersama dan mengikutinya dengan penuh
komitmen
Mau memberikan respon terhadap fenomena Mau berperan aktif dalam kegiatan belajar,
tertentu, meliputi mau berpartisipasi aktif, mau berpartisipasi
memberikan perhatian dan reaksi terhadap Kata Kunci: mau menjawab, memberikan bantuan,
fenomena tertentu. Hasil belajar yang ditekankan : mau mengikuti perintah, memberi salam, mau
mau menjawab dan merasakan kepuasan dengan membantu, mau melakukan, memilih
memberikan respon (Responding to Phenomena) Contoh: mau berpariispasi dalam diskusi kelas. Mau
memberikan
presentasi di depan kelas. Mau mengajukan
pertanyaan tentang aneka gagasan, konsep model
yang baru di dengar untuk lebih memahaminya.
Mengetahui aturan tentang kebersihan dan mau
mematuhinya
Mau menerima fenomena tertentu, yaitu mau Mau menyadari, menunjukkan kemauan untuk
menyadari, mau mendengarkan atau mau mendengarkan
memberikan perhatian (Receiving Phenomena) Kata Kunci: bertanya, memilih, mendeskripsikan,
mengikuti, memberikan, menyebut nama, menunjuk,
duduk, menjawab pertanyaan
Contoh: mendengarkan guru atau teman dengan rasa
hormat.

12
Taksonomi tujuan pengajaran ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom, dan
Masia di atas dapat digambarkan diatas.
b. Instrumen Minat
Instrumen minat memiliki tujuan untuk memperoleh informasi mengenai minat
peserta didik terhadap suatu pembelajaran, dan kemudian digunakan untuk
meningkatkan minat terhadap pembelajaran tersebut. Adapun pengertian dari minat
dibedakan menjadi dua jenis. Ada pengertian secara konseptual dan juga pengertian
secara operasional. Definisi minat secara konseptual yaitu watak yang tersusun melalui
pengalaman yang mendorong individu untuk mencari objek, aktivitas, pengertian,
ketrampilan untuk tujuan perhatian atau penguasaan. Sedangkan definisi dari minat
secara operasional yaitu minat adalah keinginan seseorang tentang keadaan suatu objek.
Indikator minat pada pengajaran tema Tanaman : (1) memiliki hasil kerja menggambar
tanaman, (2) berusaha memahami bagian-bagian tanaman, (3) memiliki LKA tema
tanaman, (4) selalu hadir dalam pembelajaran, (5) dan lain sebagainya. Berikut
merupakan contoh bitir instrumen minat terhadap tema tanaman :

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Memiliki hasil kerja menggambar tanaman
2. Berusaha memahami bagian-bagian tanaman
3. Memiliki LKA tema tanaman
4. Selalu hadir dalam pembelajar

13
c. Instrumen Konsep Diri
Konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang
menyangkut keunggulan dan kekurangannya. Sedangkan menurut definisi operasional
konsep diri merupakan pernyataan tentang kemampuan diri sendiri menyangkut suatu
pembelajaran. Instrumen konsep diri memiliki tujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri. Informasi yang didapatkan mengenai kelemahan dan kelebihan
peserta didik berguna untuk menentukan program yang tepat digunakan oleh peserta
didik kelak. Adapun contoh indikator penilaian konsep diri yaitu : (1) pembelajaran
yang mudah, (2) kecepatan memahami pembelajaran, (3) pembelajaran yang dirasa
sulit, (4) kekuatan dan kelemahan fisik,(5) dan lain sebagainya. Berikut contoh
instrumen konsep diri terhadap pembelajaran yaitu :

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Saya sulit menghitung banyak balok

2. Saya mudah menyimak cerita guru

3. Saya mudah menulis angka

4. Saya kesulitan menghafalkan angka

5. Saya mampu membuat mozaik

6. Saya membutuhkan waktu lama untuk menggambar

7. Saya mampu membuat kolase

8. Saya bisa berjalan di papan titian

9. Saya senang bermain drama

10. Saya senang bermain finger painting

d. Instrumen Nilai
Nilai merupakan konsep penting dalam pengembangan kompetensi peserta didik.
Nilai berhubungan dengan keyakinan, sikap, dan aktivitas seseorang. Sikap atau
perbuatan seseorang merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya. Nilai memiliki
beberapa difinisi yaitu dari definisi konseptual dan juga definisi operasional. Menurut
definisi konseptual nilai merupakan keyakinan yang dalam terhadap suatu pendapat,
kegiatan, dan objek tertentu. Sedangkan definisi operasionalnya yaitu, nilai merupakan

14
keyakinan seseorang mengenai keadaan suatu objek atau kegiatan. Instrumen nilai
bertujuan untuk mengungkap nilai keyakinan seorang peserta didik informasi yang
diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan negatif. Keyakinan yang positif
harus diperkuat sedangkan keyakinan yang negatif harus diperlemah dan mungkin juga
dapat dihapuskan. Contoh dari indikator nilai yaitu : (1) keyakinan atas kompetensi
guru, (2) keyakinan atas peran sekolah,(3) keyakinan atas keberhasilan peserta didik,(4)
keyakinan atas harapan masyarakat, dan lain sebagainya. Berikut merupakan contoh
instrumen nilai peserta didik :

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah
maksimal

2. Saya berkeyakinan bahwa sekolah turut berperan


dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Saya beryakinan bahwa prestasi belajar peserta didik


dapat ditingkatkan

4. Saya berkeyakinan bahwa prestasi yang diperoleh


peserta didik adalah hasil usahanya.

Untuk mengetahui aspek afektif pada peserta didik (sikap, minat, konsep diri, nilai
dan moral) selain melalui kuisioner, juga dapat dilakukan melaui pengamatan.
Pengamatan terhadap suatu aspek afektif dapat dilakukan ketika proses belajar
berlangsung. Oleh karena itu sebelum mengajar harus menyiapkan perangkatnya untuk
mencatat aspek afektif yang muncul ketika proses belajar berlangsung.
e. Instrumen Moral
Moral diartikan sebagai sikap atau tindakan yang dianggap baik atau tidak baik.
Instrumen moral bertujuan untuk mengetahui moral dari pserta didik. Indikator moral
peserta didik : (1) adanya keperdulian terhadap tugas yang diberikan oleh guru, (2)
menepati janji, (3) perduli terhadap orang lain (4) jujur, (5) dan lain sebagainya. Berikut
merupakan contoh instrumen moral peserta didik :

15
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Jika berjanji kepada orang yang lebih dewasa, selalu
menepatijanjinya
2. Jika berjanji sama otag yang lebih muda, saya tidak
mesti menepati
3. Saya meminta bantuan orang lain apabila saya tidak
sanggup menyelesaikan masalah
4. Saya akan memberi bantuan kepada orang yang
sedang mengalami kesulitan..

3. Skala Instrumen
Skala Instrumen yang sering digunakan dalam proses penilaian adalah skala likert,
skala beda sematic dan skala thurstone.
a. Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang
menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS (sangat setuju), S (setuju), TB (tidak
berpendapat/abstain), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Langkah-langkah
pembuatan skala ini yaitu :

1. Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan


2. Menyusun kisi-kisi instrumen
3. Adanya keseimbangan antarapernyataan positif dan pernyataan negatif
4. Menulis butir-butir pernyataan dengan prinsip :
 Rumusan pernyataan singkat
 Menggunkan kalimat yang sederhana dan tidak banyak interpretasi
(menimbulakan penafsiran ganda)
 Hindari pernyataan tentang fakta
 Dindari penggunaan kata-aka semua, selalu, tidak pernah, dan sejenisnya.
5. Sistem penskoran yang digunakan untuk skor tertinggi diberi nilai 5 dan untuk
terendah diberi skor nilai 1.

16
Contoh instrumen skala Likert :

Keterangan :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
N : Netral

b. SkalaThurstone
Skala ini mirip dengan skala Likert karena merupakan suatu instrumen yang
pilihan jawabannya menunjukkan tingkatan. Perbedaan skala Thurstone dengan skala
Likert, pada skala Thurstone rentang skala yang disediakan lebih dari lima pilihan, dan
disarankan sekitar sepuluh pilihan jawaban (misalnya dengan rentang angka 1 s/d 11
atau a s/d k). Jawaban di tengah adalah netral, semakin ke kiri semakin tidak setuju,
sebaliknya semakin ke kanan semakin setuju. Skala ini terdiri atas 7 kategori dengan
ketentuan untuk yang paling besar diberi nilai 7 dan yang paling kecil diberi nilai 1.
Contoh instrumen Thurstone :

Skala
No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7
1 Saya senang belajar menggambar
2 Belajar menggambar sangat bermanfaat
3 Belajar menggambar sangat sulit
4 Saya belajar menggambar pohon
5 Belajar menggambar membosankan

17
c. Skala beda Sematic
Langkah-langkah menyusun skala ini yaitu :
1. Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan.
2. Memilih dan membuat daftar konsep yang relevan dengan objek penilaian.
3. Menggunakan kata sifat yang tepat
4. Menentukan rentang skala pasangan bipolar dan penskorannya.
Contoh instrumen skala beda sematik yaitu :
Main Musik
Baik 1234567 Tidak Baik
Berguna 1234567 Tidak berguna
Aktif 1234567 Pasif

4. Sistem Penskoran
Dalam sistem penskoran terlebih dahulu skala instrumen yang digunakan. Untuk
selanjutnya dilakukan analisis terhadappeserta didik dan tingkat rombongan belajar
dengan cara menentukan kumulatif dan sampingan baku skor. Setelah dianalisis
kemudian ditafsirkan untuk mengetahui minat peserta didik terhadap suatu materi
pembelajaran. hasil analisis dan penafsiran ditindaklanjuti oleh guru dengan cara
mengadakan perbaikan seperti perbaikan metode pembelaaran, perbaikan media belajar,
perbaikan dan pengadaan alat peraga, dan lain sebagainya.
5. Telaah Instrumen
Telaah instrumen dilakukan oleh teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui keterbacaan substansi yang ditanyakan serta bahasa yang digunakan jangan
sampai habis.
6. Merakit Instrumen
Setelah instrumen ditelaah maka kemudian diperbaiki, untk selanjutnya instrumen
dirakit dengan langkah-langkah :
a. Menentukan tata letakinstrumen (disusun sebaik mungkin sehingga responden
tertarik untuk mengisinya)
b. Menggunkan pertanyaan atau pernyataan instrumen sesuaidengan tingkat
kemudahan dalam menjawabnya.
c. Pedoman pengisian instrumen.

18
7. Uji Coba Instrumen
Setelah dirakit, instrumen diujicobakan kepada responden sesuai dengan tujuan
penilaian itu sendiri. Responden yang dimaksud bisa seorang peserta didik, guru, dan
atau wali peserta didik. Pada saat uji coba instrumen perlu dicatat saran-saran dari
responden.
8. Analisis Hasil Uji Coba
Hasil ujicoba dianalisis yang meliputi variasi jawaban dari setiap butir pertanyaan
atau pernyataan. Analisis uji coba diharapkan memberikan informasi yang berupa
variasi jawaban, indeks beda dan indeks keandalan instrumen
9. Perbaikan Instrumen
Perbaikan ini dilakukan terhadapbutir pertanyaan ataupernyataan yang tidak baik,
berdasarkan analisis uji coba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil uji coba
empirik tidak baik. Oleh karena itu instrumen harus diperbaiki.
10. Kegiatan pengukuran
Kegiatan pengukuran ini harus dilakukan dengan situasi dan kondisi yang
mendukung responden, sehingga instrumen kuisionerdapat diisi dengan baik dan benar
sesuai dengan pedoman pengisian dengan baik.
11. Penafsiran Hasil Pengukuran
Penafsiran hasil pengukuran dilakukan dengan menggunkan distribusi normal
dengan menggunkanan dua kategori, diantaranya sikap positif dan sikap negatif. Sikap
positif berarti minat atau sikap peserta didik terhadap suatu objek atau kegiatan positif.
Sedangkan negatif artinya sikap atau minat peserta didik terhadapsuatu objek atau
kegiatan negatif.

19
Kategori sikap/ minat pserta didik :

Keterangan :
- Skor rata-rata kelas yaitu jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah
peserta didik
- Kategori sikap/minat sangat positif, jika di atas batas bawah skor
- Kategori sikap/minat sangat negatif/negatif, jika kurang dari skor batas
bawah.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti persaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3)
valuing(4) organization (5) characterization by evalue or calue complex.
Ciri ranah penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki dua
criteria untuk di klasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan
perasaan dan emosi seseorang. kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria
lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas
menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Cakupan yang diukur dalam ranah
afektif adalah adalah: menerima (A1), menanggapi (A2), Menghargai (A3), Mengatur
diri (A4), dan menjadikan pola hidup (C5). Ranah afektif tidak dapat di ukur seperti
halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang di ukur adalah:
Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi.
Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, psikomotor. ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain
secara aksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah tersebut,
namun penekanannya berbeda. mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih
menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut
kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif dan keduanya selalu
mengandug ranah afektif.

21
DAFTAR PUSTAKA

Haryati M (2010) Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Gaung
Persada Press. Jakarta

Purwanto (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Qomari R. (2008). Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif. STAIN


Purwokerto

Rahmawati A. (2014). Pengembangan Afektif Anak Usia Dini. Universitas Sebelas


Maret Surakarta

22

You might also like