You are on page 1of 19

Struktur dan Mekanisme Pernapasan pada Manusia

Disusun oleh:
Sunny
102012325
F/F9
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 Telp : (021) 5694-20
sunny_tahir@hotmail.com

Pendahuluan

Latar belakang
Salah satu ciri-ciri dari makhluk hidup adalah bernapas. Dalam bernapas, manusia
memerlukan oksigen. Oksigen sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena oksigen dapat
membantu perombakan bahan makanan dalam tubuh. Dimana perombakan makanan tersebut
akan menghasilkan energi yang digunakan manusia dalam melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari.
Sistem pernapasan fungsinya adalah untuk mengambil O2 dari atmosfer ke dalam sel-
sel tubuh dan untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.1
Sistem pernapasan merupakan sistem utama, sehingga apabila sistem ini tidak berfungsi
maka sistem lain pun tidak akan berfungsi.2
Pernapasan manusia tidak terjadi secara langsung, artinya udara tidak berdifusi
langsung masuk ke dalam sel manusia melalui seluruh permukaan kulit. Udara dapat masuk
ke dalam sel tubuh dengan melalui saluran pernapasan dan adanya organ-organ pernapasan
untuk pertukaran gas. Alat-alat pernapasan manusia secara garis besar antara lain hidung,
faring, laring, trakea dan paru-paru.1 Dengan adanya mekanisme pernapasan ini, maka
manusia dapat hidup dan beraktivitas dengan baik.

Hipotesis
Seorang anak usia 10 tahun, mengalami gangguan pada saluran pernapasan(faring dan
laring) sehingga menyebabkan batuk, serak dan sakit saat menelan.

1
Sasaran pembelajaran
1. Mengetahui dan memahami sistem saluran pernapasan secara makro dan mikro.
2. Mengetahui dan memahami mekanisme pernapasan pada manusia dan faktor-faktor
yang memperngaruhinya.
3. Mengetahui pusat-pusat pernapasan otomasi.

2
Isi

Skenario
Skenario anak berusia 10 tahun datang berobat dengan keluhan batuk, serak dan sakit saat
menelan. Setelah dilakukan pemeriksaan, anak tersebut didiagnosa menderita radang pada
pharynx.

Pembahasan

Struktur Saluran Pernapasan

Hidung dan sinus paranasalis

Gambar 1(Sumber: google.com/image/anatomi hidung)

3
1. Hidung
Hidung, sebagai ciri wajah yang paling menonjol, mempunyai banyak fungsi, antara
lain :
1. Sebagai indera penghidu(penciuman) yang juga membantu indera pengecapan dengan
membeda- bedakan ciri makanan
2. Membantu mengontrol suhu dan kelembapan udara yang diinspirasi
3. Penyaring partikel-partikel dari udara inspirasi
4. Membantu resonansi bicara
5. Pengaturan aliran udara selama inspirasi3

Berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari
kerangka kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan fibroareolar.1 Rangka hidung luar terdiri
dari tulang-tulang nasal, bagian maksila dan tulang rawan. Sepertiga atas rangka tersebut
terdiri dari tulang hidung, yang membentuk persendian dengan maksila dan tulang frontal.
Duapertiga bagian bawah terdiri dari tulang rawan.4
Ke arah inferior, hidung memiliki 2 pintu masuk berbentuk bulat panjang, yakni
nostril atau nares yang dipisahkan oleh septum nasi(gambar 1). Menonjol dari arah lateral ada
3 turbinatum atau konka antara lain:
1. Konka nasalis superior
2. Konka nasalis medius
3. Konka nasalis inferior4
Konka inferior adalah yang terbesar dan mengandung jaringan semierektil. Dibagian bawah
tiap konka terdapat muara untuk sinus paranasalis, antara lain:
1. Meatus nasi superior, adalah lorong sempit antara concha nasalis superior dan
concha nasalis media dan merupakan tempat bermuaranya sinus ethmoidalis
superior melalui satu atau lebih lubang.
2. Meatus nasi medius, berukuran lebih panjang dan lebih luas dari pada yang di
atasnya. Bagian anterosuperior meatus nasalis medius ini berhubungan dengan
sebuah lubang yang berbentuk sebagai corong, yakni infundibulum yang
merupakan jalan pengantar ke dalam sinus frontalis.Hubungan dari masing-
masing sinus frontalis ke infundibulum terjadi melalui duktus frontonasalis. Sinus
maxillaris juga bermuara ke dalam meatus nasalis medius.
3. Meatus nasi inferior, adalah sebuah lorong horisontal yang terletak inferolateral
terhadap concha nasalis inferior. Duktus nasolacrimalis bermuara di bagian
4
anterior meatus nasalis inferior. Hiatus semilunaris adalah sebuah alur yang
berbentuk setengah lingkaran dan merupakan muara sinus frontalis. Bulla
ethmoidalis adalah sebuah tonjolan yang membulat di sebelah superior hiatus
semilunaris, dan baru terlihat setelah concha nasalis media disingkirkan. Bulla
ethmoidalis ini dibentuk oleh cellulae ethmoidales tengah yang membentuk sinus
ethmoidalis. Di dekat hiatus semilunaris terdapat lubang sinus ethmoidalis
anterior.5
Tiap meatus dinamakan sesuai dengan konka diatasnya.

Gambar 2(Sumber: google.com/image/pendarahan hidung)

Pembuluh-pembuluh nadi yang mendarahi rongga hidung antara lain:


1. Aa. Ethmoidalis anterior dan posterior, cabang A. Opthlamica, mendarahi pangkal
hidung, sinus-sinus cellulae ethmoidalis frontalis.
2. A. Sphenopalatina, cabang A. Maxillaris interna, mendarahi mukosa dinding-
dinding lateral dan medial hidung.
3. A. Palatina major, cabang palatina descendens A. Maxillaris interna, yang melewati
foramen palatinum majus dan canalis incisivus serta beranastomosis dengan A.
Sphenopalatina.
4. A. Labialis superior, cabang A. Facialis, mendarahi septum nasi daerah vestibulum,
beranastomosis dengan A. Sphenopalatina dan seringkali menjadi lokasi kejadian
epistaxis(mimisan).6

5
Persarafan bagian dua pertiga inferior membran mukosa hidung terutama terjadi melalui
nervus nasopalatinus dan cabang nervus cranialis V-2. Bagian anterior dipersarafi oleh
nervus ethmoidalis anterior, cabang nervus nasocilliaris yang merupakan cabang nervus
cranialis V-1. Dinding lateral cavitas nasi memperoleh persarafan melalui rami nasalis nervi
maxillaris (nervus cranialis V-2), nervus palatinus major, dan nervus ethmoidalis anterior.5

2. Sinus paranasalis

Gambar 3(Sumber: google.com/image/sinus paranasalis)

Sinus paranasalis adalah ruang di dalam tulang tengkorak yang berhubungan melalui
lubang ke dalam kavum nasi. Sinus ini dilapisi oleh membran mukosa yang bersambungan
dengan cavum nasi. Sinus paranasalis terdiri dari sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus
sphenoidalis dan sinus maxillaris.7 Nama sinus-sinus ini adalah sesuai dengan nama tulang-
tulang yang ditempatinya.

Sinus frontalis terletak antara tabula eksterna dan tabula interna ossis frontalis, di
belakang arcus superciliaris dan akar hidung. Masing-masing sinus berhubungan melalui
duktus frontonasalis dengan infundibulum yang bermuara di meatus nasalis medius. Sinus
frontalis dipersarafi oleh cabang-cabang kedua nervus supra-orbitalis.5

6
Sinus ethmoidalis terdiri dari beberapa rongga yang kecil, cellulae ethmoidales, di
dalam massa lateral os ethmoidale, antara cavitas nasi dan orbita. Cellulae ethmoidales
anterior dapat berhubungan secara tidak langsung dengan meatus nasalis medius melalui
infundibulum. Cellulae ethmoidales tengah berhubungan langsung dengan meatus nasalis
medius. Cellulae ethmoidales posterior berhubungan langsung dengan meatus nasalis
superior. Sinus ethmoidales dipersarafi oleh nervus ethmoidales anterior dan nervus
ethmoidales posterior cabang nervus nasociliaris.5

Sinus sphenoidales yang terpisah oleh sebuah sekat tulang, terletak di dalam corpus
ossis sphenoidalis dan dapat meluas ke dalam ala major dan ala minor ossis sphenoidalis.
Karena sinus sphenoidales ini, corpus ossis sphenoidalis mudah retak. Sinus sphenoidalis
dipersarafi oleh nervus ethmoidalis posterior, serta diperdarahi oleh arteria ethmoidalis
posterior.5

Sinus maxillaris adalah yang terbesar dari semua sinus paranasales. Rongga-rongga
ini yang berbentuk seperti limas, menempati seluruh badan masing-masing maxilla. Puncak
sinus maxillaris menjulang ke arah os zygomaticum, bahkan seringkali memasukinya.
Persarafan sinus maxillaris diurus oleh nervus alveolaris superior posterior, nervus alveolaris
anterior, nervus alveolaris medius, dan nervus alveolaris superior. Perdarahannya oleh arteria
alveolaris superior cabang arteria maxillaris.5

Faring(tekak)

Gambar 4(Sumber: google.com/image/pharynx)

7
Pharynx atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut, dan laring(tenggorokan).
Faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot(muskulo membranosa)
dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai ketinggin
vertebra cervikal 6, yaitu ketinggian tulang rawan crikoid, tempat pharynx bersambung
dengan oesophagus.8 Pharynx berguna untuk menyalurkan makanan ke oesophagus dan udara
ke larynx, trachea, dan pulmo.
Dinding pharynx terutama dibentuk oleh dua lapis otot-otot pharynx. Lapis otot
sirkular di sebelah luar terdiri dari tiga otot konstriktor. Lapis otot internal yang terutama
teratur longitudinal, terdiri dari m. palatopharyngeus, m. stylopharyngeus, dan m.
salpingopharyngeus. Otot-otot ini mengangkat pharynx dan larynx sewaktu menelan dan
berbicara.5

Pharynx dibedakan menjadi tiga bagian antara lain:

1.
Nasopharynx(bagian di belakang hidung dan di atas palatum molle), mempunyai
fungsi respiratorik. Hidung berhubungan dengan nasopharynx melalui kedua choana.
Di dalam membran mukosa atap dan dinding posterior nasopharynx terdapat massa
jaringan limfoid yaitu tonsila pharyngealis. Dari ujung medial tuba auditiva meluas
sebuah lipatan yaitu plica salpingopharyngea, menutupi m. salpingopharyngeus yang
membuka ostium pharyngeum tuba auditoriae di pharynx sewaktu menelan. Massa
jaringan limfoid di dekat ostium pharyngeum dikenal sebagai torus tubarius. Di
posterior torus tubarius terdapat sebuah tonjolan pharynx ke lateral yang menyerupai
celah, yaitu recessus pharyngeus.5
2. Oropharynx(bagian di belakang mulut), mempunyai fungsi yang berhubungan
dengan pencernaan makanan. Batas superior oleh palatum molle, inferior oleh radix
linguae, dan lateral oleh arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus. Oropharynx
meluas dari palatum molle ke tepi atas epiglotis.5
3. Laryngopharynx(bagian di belakang larynx), terletak posterior dari larynx, dari tepi
atas epiglotis sampai tepi bawah cartilago cricoidea, kemudian menyempit dan beralih
ke oesophagus. Laryngopharynx berhubungan dengan larynx melalui aditus laryngis.5

8
Larynx(pangkal tenggorokan)

Gambar 5(Sumber: google.com/image/larynx)

Larynx terletak di bagian anterior leher setinggi corpus vertebrae cervicales II-IV.
Larynx menghubungkan bagian inferior pharynx dengan trachea. Larynx berfungsi sebagai
katup untuk melindungi jalan-jalan udara dan menjaga supaya jalan udara selalu terbuka,
terutama sewaktu menelan. Larynx juga berfungsi sebagai mekanisme fonasi yang dirancang
untuk pembentukan suara.5

Kerangka larynx terdiri dari sembilan tulang rawan yang berhubungan melalui
ligamentum dan membrana. Dari Sembilan tulang rawan terdapat tiga yang tunggal (cartilago
thyroidea, cartilago cricoidea, dan cartilago epiglotica) dan tiga tulang rawan berpasangan
(cartilago arytenoidea, cartilago corniculata, dan cartilago cuneiformis).5

Cavitas laryngis meluas dari aditus laryngis sampai setinggi tepi bawah cartilago
cricoidea untuk beralih ke dalam lumen tenggorok. Cavitas laryngis dibedakan menjadi tiga
bagian:5

1. Vestibulum laryngis, superior terhadap plica vestibularis.

9
2. Ventriculus laryngis, terletak antara plica vestibularis dan di atas plica vocalis.
3. Cavitas infraglottica, meluas dari plica vocalis ke tepi inferior cartilago cricoidea.

Plica vocalis (pita suara sejati) mengendalikan pembentukan bunyi. Masing-masing


plica vocalis terdapat: sebuah ligamentum vocale, dan sebuah musculus vocalis. Glottis
mencakup plica vocalis dan processus vocalis, serta rima glottidis (celah antara plica
vocalis). Saat kita berbicara, rima glottidis adalah sempit, sewaktu plica vocalis saling
berdekatan. Perubahan tegangan dan panjang lipatan suara, lebar rima glottidis, dan intensitas
hembusan ekspirasi menghasilkan perubahan tinggi atau rendahnya suara. Plica vestibularis
(pita suara palsu) meluas antara cartilago thyoidea dan cartilago arytaenoidea. Plica
vestibularis hampir tidak berperan dalam pembentuka suara, melainkan memiliki fungsi
protektif.5

Trakea

Gambar 6(Sumber: google.com/image/trakea)

10
Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kurang lebih 10 cm dan lebar 2,5 cm.
Trakea berjalan dari cartilago cricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir pada setinggi angulus sternalis(taut manubrium dengan corpus
sterni) tempatnya berakhir, membagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Di dalam leher, trakea
disilang di bagian depan oleh isthymus glandula thyroidea dan beberapa vena. Trakea terdiri
dari 16-20 kartilago berbentuk C yang dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Konstruksi trakea
sedemikian rupa sehingga tetap terbuka pada semua posisi kepala dan leher.7

Trachea mulai dari ujung bawah larynx setinggi vertebra cervicalis VI, dan berakhir
pada angulus sterni setinggi vertebra thoracicae V-VI, dan di sini bercabang menjadi dua,
bronchus principalis dexter dan bronchus principalis sinister.5

Trakea adalah struktur fibroelastik yang kaku. Kartilago hialin berbentuk setengah
cincin yang saling menyambung mempertahankan bentuk lumen trachea. Batas posteriornya
adalah oesophagus. Trachea menerima pasokan darah dari cabang-cabang aa. thyroidea
inferior dan bronchial.9

Gambar 7(Sumber: google.com/image/paru-paru)

11
Bronkus

Bronkus merupakan kelanjutan dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan
dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus kanan
memiliki 3 lobus yaitu lobus atas, tengah dan bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang
dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah(gambar 7).

Bronkiolus

Bronkiolus merupakan saluran percabangan sesudah bronkus(gambar 7). Bronkiolus


bercabang-cabang halus dengan diameter kurang lebih 1 mm dindingnya makin menipis jika
dibanding dengan brokus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada
bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantong
udara(alveolus).

Alveolus

Alveolus adalah kantung berdinding tipis yang mengandung udara, melalui seluruh
dinding inilah terjadi pertukaran gas. Setiap paru mengandung sekitar 300 juta alveoli.
Lubang – lubang kecil didalam dinding alveolar memungkinkan udara melewati satu alveolus
yang lain.

Mekanisme pernapasan

Gambar 8(Sumber: google.com/image/mekanisme pernapasan)

12
Sebagian besar orang berpikir bahwa respirasi sebagai proses menghirup dan
menghembuskan udara. Namun, dalam fisiologi respirasi memiliki arti yang jauh lebih luas.
Respirasi mencakup dua proses terpisah tetapi berkaitan: respirasi internal dan respirasi
eksternal.10

Respirasi internal atau respirasi sel merujuk kepada proses-proses metabolik intrasel
yang dilakukan di mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2selagi
mengambil energi dari molekul nutrien. Sedangkan respirasi eksternal merujuk kepada
seluruh rangkaian kejadian dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh. Respirasi eksternal mencakup empat langkah, di antaranya adalah:10

1. Udara secara bergantian dimasukkan dan dikeluarkan dari paru sehingga udara dapat
dipertukarkan antara atmosfer dan kantung udara. Pertukaran ini dilaksanakan oleh
tindakan mekanis bernapas, atau ventilasi. Kecepatan ventilasi ini diatur sesuai
dengan kebutuhan metabolik tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.
2. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di kapiler paru
melalui proses difusi.
3. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
4. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses difusi
menembus kapiler sistemik/jaringan.

Transport O2 dan CO2

Oksigen yang diserap oleh darah di paru harus diangkut ke jaringan untuk digunakan oleh sel.
Sebaliknya, CO2 yang diproduksi di tingkat sel harus diangkut ke paru untuk dikeluarkan.10

Gambar 9(Sumber: google.com/image/transport oksigen)


13
Oksigen terdapat dalam darah dalam dua bentuk: larut secara fisik dan secara
kimiawi berikatan dengan hemoglobin. Oksigen yang larut secara fisik dalam cairan plasma
sangat sedikit, karena oksigen kurang larut dalam cairan tubuh. Jumlah yang larut berbanding
lurus dengan PO2 darah. Untuk menyalurkan O2 yang dibutuhkan oleh jaringan bahkan dalam
keadaan istirahat, curah jantung harus sebesar 83,3 liter/menit jika O2 hanya dapat diangkut
dalam bentuk larut. Jelaslah, harus ada mekanisme lain untuk mengangkut O2 ke jaringan.
Mekanisme lainnya adalah pengangkutan oleh Hemoglobin (Hb). Hanya 1,5% O2 yang larut,
sisanya 98,5% diangkut dalam ikatan dengan Hb.

Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi dan terdapat dalam sel
darah merah, dapat membentuk ikatan yang longgar dan reversibel dengan O2. Ketika tidak
berikatan dengan O2, Hb disebut sebagai hemoglobin tereduksi, datau deoksihemoglobin;
ketika berikatan dengan O2 disebut oksihemoglobin (HbO2). Mengapa Hb merupakan
pengangkut oksigen yang efektif? Jawabannya ada pada struktur molekular Hb itu sendiri.
Hemoglobin adalah molekul yang besar, terdiri dari kompleks protein yang memiliki struktur
kuartener dengan empat buah protein globular, di mana masing-masing terdapat molekul besi
yang terikat dengan heme. Empat buah molekul heme pada hemoglobin adalah identik,
dengan Fe2+ di tengah-tengahnya. Sekitar 70% besi di dalam tubuh ditemukan di dalam
hemoglobin.10,11

Setiap ion Fe2+ yang berada di tengah heme mampu mengikat satu molekul oksigen
secara reversibel. Karena ada empat molekul besi per hemoglobin, setiap molekul
hemoglobin memiliki potensi untuk mengikat empat buah molekul oksigen. Oksihemoglobin
memiliki rumus reaksi sebagai berikut:11

𝐻𝑏 + 𝑂2 ⇌ 𝐻𝑏𝑂2

Hemoglobin dianggap jenuh ketika semua Hb yang ada membawa oksigennya


secara maksimal. Persen saturasi hemoglobin (%Hb), suatu ukuran seberapa banyak Hb yang
ada berikatan dengan O2, dapat bervariasi dari 0% hingga 100%. Faktor penting yang
menentukan % saturasi Hb adalah PO2 darah, yang berkaitan dengan konsentrasi O2 yang
secara fisik larut dalam darah. Hal ini sangat berkaitan dengan hukum aksi massa. Akibat
perbedaan PO2 di paru dan jaringan lain, maka Hb secara otomatis “mengambil” O2 di paru,
tempat ventilasi secara terus-menerus menyediakan pasokan segar oksigen, dan
“melepaskannya” di jaringan, yang secara terus-menerus menggunakan oksigen.10,11

14
Gambar 10(Sumber: google.com/image/transport karbondioksida)

Ketika darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO2 berdifusi menuruni
gradien tekanan parsialnya dari sel jaringan ke dalam darah. Karbon dioksida diangkut dalam
darah dalam tiga cara:10

1. Larut secara fisik (10%).


2. Terikat ke hemoglobin (30%), membentuk karbamino-hemoglobin. CO2 berikatan
dengan bagian globin Hb, berbeda dari O2 yang berikatan dengan bagian heme. Hb
tereduksi memiliki afinitas lebih besar terhadap CO2 dari pada HbO2. Karena itu
dibebaskannya O2 dari Hb kapiler jaringan.
3. Sebagai bikarbonat (60%), sejauh ini cara yang paling penting adalah dengan cara ini
(bikarbonat, HCO3-), dengan reaksi sebagai berikut:
𝐶𝑂2 + 𝐻2 𝑂 ⇌ 𝐻2 𝐶𝑂3 ⇌ 𝐻 + + 𝐻𝐶𝑂3_

Dalam reaksi pertama, CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3). Reaksi ini terjadi sangat lambat di plasma, tetapi berlangsung sangat cepat di dalam
sel darah merah karena adanya enzim karbonat anhidrase, yang mengkatalisis
(mempercepat) reaksi. Sesuai sifat asam, sebagian dai molekul asam karbonat secara spontan
terurai menjadi ion H+ dan ion bikarbonat. Sewaktu reaksi ini berlangsung, ion bikarbonat
dan H+ menumpuk di dalam sel darah merah sistemik. Membran sel darah merah memiliki
pembawa HCO3-, yaitu Cl- yang secara pasif mempermudah difusi ion-ion ini dalam arah
berlawanan menembus membran. Membran relative impermeabel terhadap H+. Karena itu,

15
HCO3-, bukan H+, berdifusi menuruni gradien konsentrasinya ke luar eritrosit menuju plasma.
Karena HCO3- adalah ion bermuatan negatif, maka efluks HCO3-yang tidak disertai oleh
difusi ke luar ion bermuatan positif menciptakan gradien listrik. Ion klorida, anion plasma
yang utama, berdifusi ke dalam sel darah merah menuruni gradien listrik ini untuk
memulihkan netralitas listrik. Pergeseran masuk Cl- sebagai penukar efluks HCO3- yang
dihasilkan oleh CO2 ini dikenal sebagai pergeseran klorida/chloride shift.10

Faktor yang mempengaruhi mekanisme pernapasan

Tabel 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disosiasi dan Saturasi HbO2


Naik/turun Disosiasi HbO2 Saturasi HbO2
PO2 Naik Turun Naik
Turun Naik Turun
PCO2 Naik Naik Turun
Turun Turun Naik
pH Naik Turun Naik
Turun Naik Turun
Elektrolit Naik Naik Turun
Turun Turun Naik
Temperatur Naik Naik Turun
Turun Turun Naik
Kadar 2,3 Naik Naik Turun
BPG Turun Turun Naik

Ket: Saturasi= kejenuhan Hb terhadap O2


Dissosiasi= pelepasan Hb terhap O2

16
Pusat Pernapasan

Pusat Apneustik INSPIRASI

Pusat Pneumotaksik Hambat apneustik


melalui N. X

Pusat Respirasi

DRG VRG
Impuls balik negative
I I E

Feedback

Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan pola napas yang
berirama. Pusat control pernapasan primer, pusat respirasi medulla, tridiri dari beberapa
agregat badan saraf ke otot – otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan lain terletak
lebih tinggi di batang otak di pons – pusat pneumostatik dan pusat apneustik. Kedua pusat di
pons ini mempengaruhi sinyal kluar dari pusat pernapasan di medulla. Di sini dijelaskan
bagaimana berbagai region ini berinterkasi untuk menghasilkan irama pernapasan. Neuron
Inspirasi dan ekspirasi terdapat di pusat medula.

Kita menghirup dan menghembuskan napas secara ritmis karena kontrakasi dan
relaksasi bergantian otot – otot inspirasi yaitu diafragma dan otot interkostal eksternal, yang
masing – masing disarafi oleh saraf frenikus dan saraf interkostal. Badan – badan sel dari
serat – serat saraf yang membentuk saraf ini terletak di medulla spinalis. Impuls yang berasal
dari pusat di medulla berakhir di badan – badan sel neuron motorik ini. Ketika neuron
motorik diaktifkan maka neuron tersebut sebaliknya mengaktifkan otot – otot pernapasan,
menyebabkan inspirasi; ketika neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls maka otot
inspirasi melemas dan berlangsunglah ekspirasi.12

17
Pusat pernapasan medulla terdiri dari dua kelompok neuron yang dikenal sebagai kelompok
repiratorik dorsal dan kelompok repiratorik ventral.

 Dorsal respiratorik grup (DRG) terutama terdiri dari neuron inpiratorik yang serat –
serat desendens berakhir di neuron motorik yang menyarafi otot inspirasi. Ketika
neuron – neuron DRG ini melepas muatan maka terjadi inspirasi, ketika mereka tidak
menghasilkan sinyal terjadilah ekspirasi. Ekspirasi diakhiri karena neuron – neuron
inpiratorik kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan. DRG memiliki
hubungan penting dengan kelompok respiratorik ventral.12

 Ventral respiratorik grup(VRG) terdiri dari neuron inspiratorik dan neuron


respiratorik yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normal tenang. Bagian ini
diaktifkan oleh DRG sebagai mekanisme penguat selama periode – periode saat
kebutuhan akan ventilasi meningkat. Hal ini terutama penting pada ekspirasi aktif.
Selama bernapas tenang tidak ada impuls yang dihasilkan di jalur desendens oleh
neuron ekspiratorik. Hanya ketika ekspirasi aktif barulah neuron ekspiratorik
merangsang neuron motorik yang menyarafi otot – otot ekspirasi. Selain itu, neuron –
neuron inspiratorik VRG, ketika dirangsang DRG, memacu aktivitas inspirasi ketika
kebutuhan akan ventilasi tinggi.12

Pengaruh dari Pusat Pneumostatik dan Apneustik

Pusat pernapasan di pons pusat di medula oblongata untuk membantu menghasilkan


inspirasi dan ekspirasi . Pusat pneumostatik mengirim impuls ke DRG yang membantu
“memadamkan” neuron-neuron inpiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya,
pusat apneustik mencegah neuron-neuron inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan
inspirasi meningkat. Dengan sistem check and balance ini, pusat pneumostatik mendominasi
pusat upneustik, membantu menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara
normal. Tanpa rem pneumostatik ini, pola bernapas akan berupa tarikan napas panjang yang
terputus mendadak dan singkat oleh ekspirasi. Pola bernapas yang abnormal ini dikenal
sebagai upnuapnustik. Apnusis, karena itu, pusat yang mendorong tipe bernapas ini disebut
pusat apneustik. Apnusis terjadi pada jenis tertentu kerusakan otak berat.10

18
Penutup
Kesimpulan
Sistem saluran pernapasan manusia dimulai dari hidung lalu masuk ke faring, laring,
trakea, bronkus, bronkiolius dan alveolus. Mekanisme pernapasan pada manusia dikendalikan
oleh adanya otot-otot pernapasan dan pusat pernapasan. Selain itu, mekanisme pernapasan
manusia tidak dapat terlepas dari pertukaran O2 dan CO2. Jika terjadi gangguan pada saluran
pernapasan maka dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan seperti batuk dan sesak
napas. Hipotesis diterima.

Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004. Hal. 266.
2. Suryo J. Herbal penyembuh gangguan sistem pernapasan. Yogyakarta: Penerbit B First,
2010. Hal. 2-3.
3. Gruendemann BJ, Fernsebner B. Buku ajar keperawatan perioperatif. Jakarta: EGC, 2005.
Hal. 72-3.
4. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC, 1995. Hal. 121-2.
5. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates, 2002. Hal. 397-401,
433-44.
6. Gunadi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007.
7. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2002.
Hal. 137-144.
8. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009. Hal. 218.
9. Faiz A, Moffat D. At a glance: anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002. Hal. 11.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2012. Hal. 496-534.
11. Silverthorn DV. Human physiology: an integrated approach. 5th ed. San Fransisco:
Pearson Education, 2010. Hal. 575, 598-606.
12. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2006; 498-9.

19

You might also like