You are on page 1of 10

Abses Mammae Sinistra pada Perempuan Usia 28 Tahun

Marry Salavtrix Mekeng

102013065

Email : marisa.salvatrix@gmail.com

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Abses payudara adalah benjolan yang terbentuk di payudara karena berkumpulnya


nanah dan terasa nyeri. Kebanyakan abses muncul persis di bawah lapisan kulit. Abses
payudara umumnya dialami oleh wanita berusia 18 hingga 50 tahun, khususnya oleh ibu yang
sedang dalam masa menyusui. Seringkali abses payudara juga dapat muncul sebagai
komplikasi dari mastitis. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus.
Abses mammae merupakan istilah medis untuk peradangan payudara. Abses ini biasanya
terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami abses mammae pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan. Abses mammae merupakan penyakit yang sulit untuk
sembuh sekaligus mudah untuk kambuh.

Anamnesis

Penyakit pada payudara bisa menimbulkan keluhan benjolan nyeri, ruam, sekret dari
puting, atau gejala sistemik (misalnya demam pada abses payudara atau penurunan berat
badan dan nyeri punggung pada kanker payudara metastatik). 1

Anamnesis yang bisa ditanyakan: 1

a. Keluhan Utama: Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan payudara kiri yang
membengkak dan terasa nyeri.

b. Riwayat penyakit sekarang: Kita menanyakan keluhan di payudara dan sekitar ketiak. Ada
tidaknya benjolan di payudara, apakah membesar atau tidak dan bila membesar bagaimana
kecepatan tumbuhnya serta adakah rasa sakit di ketiak. Rasa sakit nyeri atau berhubungan

1
dengan menstruasi. Cairan keluar dari puting, berdarah atau tidak. Puting retraksi, meninggi,
atau melipat. Perubahan kulit di payudara, borok atau ulserasi.

c. Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien dan keluarganya; apakah klien dahulu
pernah menderita sakit seperti ini, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti
panas tinggi. Apakah sebelumnya pernah melakukan biopsi atau operasi, mamografi,
radioterapi, atau mamoterapi payudara , apakah sekarang mengkonsusmsi obat-obatan,
hormon, termasuk pil KB dan sudah berapa lama.

d. Riwayat reproduksi: kapan haid terakhir, usia menarche, frekuensi dan lama menstruasi,
teratur atau tidak. Jumlah kehamilan, anak laki-laki atau perempuan, riwayat abortus.
Riwayat menyusui, lamanya menyusui. Usia menopause, sudah berapa lama menopause.
Cara KB yang dipakai, apakah pil KB / injeksi / IUD / kondom / cara sistem kalender.

e. Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita
penyakit seperti klien saat ini atau sehubungan dengan penyakit kanker lain (Ca ovarium, Ca
rekti, sarkoma jaringan lunak).

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan – keterangan


yang menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien,
kesadaran, tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan mulai dari bagian kepala dan berakhir
pada anggota gerak yaitu kaki.
Sangat penting pada saat pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan
senyaman mungkin, kita jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, tangan pemeriksa
dan kamar dalam keadaan hangat dengan kamar periksa mempunyai pennerangan yang
cukup. Bila dokter pria, saat melakukan pemeriksaan sebaiknya ditemani paramedis
wanita.2

 Inspeksi: penderita diminta untuk membuka pakaian sampai pingang.


Pemeriksaan dilakukan dengan posisi penderita duduk menghadap dokter
dengan kedua lengan penderita di samping tubuh dan di pinggang. Perhatikan

2
apakah kedua payudara simetris, bentuk dan kontur. Dilihat adakah nodul pada
kulit, lokasi, warna dan jumlahnya. Adakah perubahan warna, luka atau borok.
Adakah pembengkakan pada kulit atau kulit yang tertarik (dimpling). Adakah
nipple discharge atau keluar cairan dari papilla mammae. Axila juga diinspeksi
untuk melihat ada tidaknya pembengkakan akibat pembesaran limfonodi karena
tumor atau karena infeksi, ditandai dengan adanya perubahan warna
kemerahan.2
 Palpasi: Prosedur yang direkomendasikan yaitu pemeriksaan dimulai dari lateral
atas dari tiap payudara, melingkar searah jarum jam ke arah dalam sampai
ketengah, dilakukan dengan tekanan yang ringan. Bila pemeriksa mencurigai
adanya discharge dari puting, maka cara untuk menemukannya adalah dengan
melakukan pijatan pada payudara ke arah puting secara lembut. Dengan
demikian bila ada discharge akan dapat diketahui dan dari duktus mana
discharge tersebut berasal. Bila ditemukan suatu discharge yang hemoragis
maka perlu dilakukan pemeriksaan sitologis dengan menampungnya pada
preparat dan difiksasi.2

gambar 1. Palpasi payudara

Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita abses biasanya dianjurkan untuk melakukan 3 pemeriksaan, yaitu:

 Pemeriksaan darah:
Peningkatan jumlah sel darah putih.
 Mammografi:
Pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat memperlihatkan
kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi.

3
Mikrokalsifikasi adalah deposit-deposit kecil kalsium dalam jaringan
payudara yang terlihat sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan
payudara. Mikrokalsifikasi yang dicurigai sebagai tanda kanker adalah titik-
titik yang sangat kecil, dan berkumpul dalam suatu kelompok (cluster). Massa
yang tampak pada mammogram dapat disebabkan oleh kanker atau bukan
kanker, tetapi untuk memastikan biasanya dilakukan biopsi. Massa yang
tampak dapat berupa massa padat atau kistik (berongga dan berisi cairan).3
 USG payudara:
Pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG dapat
membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan
untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan
lebih direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun).
Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk
deteksi kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi,
kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat. USG saat ini
cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal
pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung
dari pengalaman dan keahlian operator.

Ternyata untuk melakukan USG ataupun Mamografi tidak dapat dilakukan kapan
saja, karena waktu yang tepat untuk melakukan USG dan Mamografi adalah :3

 Sebaiknya dilakukan dalam keadaan sedang tidak menstruasi


 Bagi wanita usia reproduksi sebaiknya dilakukan pada hari 1 -14 dari
siklus haid atau 2 minggu sebelum haid yang akan datang,
 Jangan melakukan mamografi 1 minggu sebelum haid karena pada saat ini
payudara agak bengkak dan kadang-kadang ada rasa sakit
 Bagi wanita usai nonproduktif (menopause) dapat dilakukan kapan saja

Memang tidak ada persyaratan khusus sebelum melakukan pemeriksaan tapi ada hal
yang harus dipersiapkan yaitu, Jangan menggunakan deodorant, bedak badan atau
lotion pada payudara dan ketiak satu hari sebelum dilakukan pemeriksaan dan hingga
pemeriksaan.

4
Diagnosis Banding

Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang
disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau
melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis purpuralis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu,
tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal
bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam
payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. 3

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. Statis ASI terjadi
jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara
terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI,
kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan
dan menyusui untuk kembar dua/lebih. Organisme yang paling sering ditemukan pada
mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan.3

Selain pembesaran berat, precursor tanda dan gejala mastitis biasanya tidak ada
sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu, wanita mungkin mengalami
gejala-gejala berikut: Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi
menyusu. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keputihan. Mastitis hampir selalu
terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis meliputi : Peningkatan suhu
yang cepat dari 39,5 - 40oC. Peningkatan kecepatan nadi, menggigil, malaise umum, sakit
kepala, nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras, kemerahan dengan batas jelas.
Biasanya hanya satu payudara, terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan. Peningkatan kadar
natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin. Timbul
garis-garis merah ke arah ketiak. 3

5
Diagnosis Kerja
Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel
darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.4

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses. Namun, peradangan payudara jarang ditemukan dan selama
stadium akut biasanya menimbulkan nyeri spontan dan nyeri tekan di bagian yang terkena.4

Etiologi

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada
kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui.
Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting
susu).

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai
berikut :

 Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
 Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
 Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

6
 Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
 Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
 Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.5

Epidemiologi

Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan


terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang
walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Terjadinya infeksi pada wanita yang tidak menyusui jarang terjadi. Abses subareolar
berkembang pada wanita muda atau paruh baya yang tidak menyusui. Kurang lebih 3% dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.6

Patofisiologi

Luka atau lesi pada puting menyebabkan terjadinya peradangan sehingga organisme
masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) mengakibatkan pengeluaran susu terhambat
padahal produksi susu normal. Akibatnya terjadi penyumbatan duktus dan bentuk abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali
sulit ditemukan. Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan
peningkatan jumlah sel darah putih. Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses
pecah dengan sendirinya dan mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan
karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak
pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara : Bakteri masuk
ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril. Bakteri menyebar dari suatu infeksi
dibagian tubuh yang lain. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia
dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang
terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
 Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi. Daerah yang
terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan. Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi
akibat adanya infeksi payudara(mastitis). Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui,
akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang
disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di

7
putting, dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada putting
susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh payudara.3

Manifestasi klinik

Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya : 7

1. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
2. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis.
3. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
4. Nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung nanah)
5. Gatal-gatal
6. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.

Penatalaksanaan

Adapun penanganan untuk abses diantaranya adalah :7

a) Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir
areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b) Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan untuk
mencegah kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke
bagian tubuh lainnya.
c) Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
d) Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
e) Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena
untuk mencegah pembengkakan payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya asetaminofen atau
ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.

8
Pencegahan

1. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
2. Setelah menyusui, puting susu diolesi kembali dengan ASI dan biarkan kering
dengan sendirinya (dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D)
3. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
4. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
5. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara
dengan cara memompanya
6. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu.
7. Minum banyak cairan
8. Menjaga kebersihan puting susu
9. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui7

Komplikasi

 Cacat payudara
 Mengalami kesulitan dalam pemberian ASI
 Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk sepsis
 Nyeri payudara yang kronis
 Pembentukan jaringan parut pada jaringan payudara

Kesimpulan
Bahwa perempuan 28 tahun tersebut menderita abses mammae. Ini ditentukan dari
gejala klinis yang ditemukan pada perempuan tersebut, dimana terdapat peradangan pada
payudara. Abses mammae merupakan mastitis yang tidak mendapat penanganan yang baik
sehingga terjadi abses. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan yang baik untuk
mencegah komplikasi buruk terjadinya abses pada payudara. Dengan pengobatan yang baik,
prognosisnya juga akan baik.

9
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h.
34.
2. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis dan
fungsi di bangsal. Jakarta: EGC; 2004.h. 177-88.
3. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi panduan praktis. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2009.h. 238-41.
4. Nelson WE, Behrman ER, Kliegman R, Arvin MA. Nelson ilmu kesehatan anak.
Volume 2. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2012.h.1658-63, 1455-8.
5. Bahiyatum. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC; 2009.h. 29-38.
6. Taber BZ. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2007.h. 98-103.
7. Benson RC, Pernol ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi ke-9. Jakarta: EGC;
2009.h. 488-90.

10

You might also like