You are on page 1of 10

PENGARUH KOMPRESI DADA BERDASARKAN

RULE OF FIVE TERHADAP KEDALAMAN DAN


FREKUENSI KOMPRESI DADA

Rendi Editya Darmawan1, Oktavianus2


1,2
Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK
Kompresi dada rule of Þve yaitu kompresi dada menggunakan irama perhitungan dengan angka yang
mempunyai 2 suku kata. Suku kata pertama digunakan sebagai kode waktu kompresi dan suku kata
kedua sebagai kode waktu pengisian ventrikel. Irama perhitungan yang digunakan yaitu satu, dua,
tiga, empat, satu, satu, dua, tiga, empat, dua, satu, dua, tiga, empat, tiga, satu, dua, tiga, empat, empat,
satu, dua, tiga, empat, lima, satu, dua, tiga, empat, enam. Tujuan penelitian untuk menganalisis efek
kompresi dada berdasarkan rule of Þve terhadap kedalaman dan frekuensi kompresi dada. Metode
penelitian adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre-Post Test Randomized Control Group
Design. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi memiliki IMT normal dan telah mengikuti pelatihan
basic life support, dengan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 43 responden.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Mann-Withney U Test dengan tingkat kemaknaan Į”
0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signiÞkan antara pre-test dan
post-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan hasil statistik Mann-Withney U
Test P Kedalaman = 0,96 dan P Frekuensi = 0,597 (p = 0,05). Kompresi dada berdasarkan rule of
Þve menghasilkan kedalaman kompresi 4-5cm, dengan kecepatan kompresi 100x/menit. Keteraturan
irama kompresi menyebabkan tenaga penolong terjaga, sehingga kecepatan dan tekanan pijatan tetap
konstan. Kesimpulan penelitian ini yaitu tidak ada efek kompresi dada berdasarkan rule of Þve terhadap
kedalaman dan frekuensi kompresi dada.
Kata kunci: kompresi dada, rule of Þve, kedalaman,frekuensi, kompresi dada

ABSTRACT
Rule of Þve chest compression is chest compression using two word counting rhtym. The Þrst word is
used as a code when compressing and the second word as a code when Þlling ventricle. Counting rhythm
used is one, two, three, four,one, one, two, three, four, two, one, two, three, four, three, one, two, three,
four, four, one, two, three, four, Þve, one, two, three, four,six. This research is aimed to anylize the effect
of chest compression based on rule of Þve to the depth dan frequency of chest compression. The methode
is a Quasy Experiment with Pre-Post Test Randomized Control Group Design. The sample chosen based
on inclusion criteria normal IMT having a basic life training with simple random sampling with a
number of 43 respondent. Data were analyzed using the Mann-Whitney U test with a signiÞcance level
of Į ” 0.05. The results showed that there was no signiÞcant difference between pre-test and post-test in
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

the control group and the experimental group with the statistical results of the Mann-Whitney U test P =
0.96 and P Depth Frequency = 0.597 (p = 0.05 ). Chest compression based on the rule of Þve produce
4-5cm depth of compression, with compression speed 100 X/menit. Rhythm regularity compression causes
attendants maintained, so that the speed and the pressure remains constant massage. It is concluded that
there is no effect of chest compression is based on the rule of Þve of the depth and frequency of chest
compressions.
Keyword: chest compression, rule of Þve, depth, frequency, chest compression

PENDAHULUAN tumkan pada buku-buku prosedur resusitasi


jantung paru seperti Handbook of Emergency
Henti jantung adalah berhentinya sirku-
Cardiovascular Care For Health Provi-
lasi normal darah karena kegagalan jantung
ders, buku pedoman pelatihan BTCLS, dan
berkontraksi secara efektif (AHA, 2010).
buku Advance Trauma Life Support. Aki-
Henti jantung berpotensi reversibel jika dio-
bat keadaan ini maka rumah sakit memiliki
bati dini dalam beberapa menit saja. Seran-
tehnik penghitungan irama yang berbeda-
gan jantung tak terduga dapat menyebabkan
beda. Pada RSUD Dr Soetomo Surabaya
kematian dalam waktu beberapa menit. Tin-
diterapkan irama perhitungan rule of Þve.
dakan Perawatan untuk henti jantung terbagi
Irama perhitungan rule of Þve hanya meng-
menjadi 2 berdasarkan irama jantung yang
gunakan angka yang mempunyai 2 suku kata
ditunjukkan. Irama tersebut yaitu “shock-
dan angka penghitungan yang digunakan
able” dan “unshockable”. Untuk irama “un-
yaitu angka 1,2,3,4,5, dan 6 (Diklat Ambu-
shockable” dengan tanda Asystole atau PEA
lance 118 Soetomo, 2012). Sedangkan Pada
maka tindakan yang dilakukan yaitu dengan
Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soehar-
resusitasi jantung paru (AHA, 2010). Menu-
so Surakarta penghitungan irama kompresi
rut Jakarta Medical Service 119 (2012) sur-
menggunakan tehnik penghitungan rule of
vey primer berpatokan pada urutan airway,
ten dimana angka yang digunakan didalam
breathing, circulation, disability, dan expo-
kompresi yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10, 20,
sure. Sedangkan menurut American Heart
dan 30. (Diklat RS Ortopedi, 2013). Selain
Association (2010) survey primer berpatokan
rumah sakit yang disebutkan masih ada be-
pada urutan circulation, airway, breathing,
berapa aplikasi irama perhitungan kompresi
disability, dan exposure.
yang diterapkan pada instansi gawat darurat.
Pada pedoman resusitasi jantung paru Di negara Eropa disebutkan dengan meng-
berdasarkan American Heart Association gunakan sistem irama and one, and two, and
maupun Jakarta Medical Service 119 tetap three, and four. Belum adanya standart yang
terdapat komponen kompresi dada. Kom- jelas tentang metode yang paling efektif di-
presi dada menggunakan rasio 30:2 dimana dalam pelaksanaan resusitasi jantung paru
diartikan 30 kali kompresi dan 2 kali pem- menimbulkan persepsi yang mengakibatkan
berian nafas (AHA, 2010). Sedangkan untuk perdebatan antar perawat sehingga menim-
irama penghitungan kompresi yang digu- bulkan konßik antar perawat di rumah sakit.
nakan oleh rumah sakit belum terstandart. Menurut studi pendahuluan periode Janu-
Irama penghitungan kompresi tidak dican-

48
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

ari 2013 pada mahasiswa STIKes Kusuma besar. Kualitas resusitasi jantung paru dapat
Husada didapatkan dari 15 orang sample, 80 di gambarkan dengan efektiÞtas kompresi
% sample hanya mampu melaksanakan 3 sik- dada. Dengan efektifnya kompresi maka ali-
lus resusitasi jantung paru dan 20 % mampu ran darah yang ada pada jantung akan tetap
melakukan 4 siklus resusitasi jantung paru mengalir keseluruh tubuh. Hal ini diperoleh
pada pantom resusitasi jantung paru. Dengan dari kompresi mengakibatkan penekanan
menghitung kecepatan kompresi 100x/menit jantung oleh sternum dan vertebra (Jakarta
maka untuk standart frekuensi kompresi dada Medical Service 119, 2012). Menurut Diklat
yang harus dilakukan oleh penolong dalam 2 Ambulans Gawat Darurat (2007) kompresi
menit yaitu 200 kali. Seringnya pergantian dengan kecepatan 130-150 kompresi perme-
penolong mengakibatkan waktu terbuang dan nit akan meningkatkan perfusi otak dan coro-
kesempatan keberhasilan resusitasi jantung naria.
paru menurun (AHA, 2010). Namun sampai Salah satu metode penghitungan yang
saat ini pengaruh kompresi dada berdasarkan dapat digunakan didalam irama penghitun-
rule of Þve terhadap kedalaman dan frekuensi gan kompresi dada yaitu dengan sistem rule
kompresi dada belum dapat dijelaskan. of Þve. Metode ini menggunakan jenis angka
Resusitasi jantung paru atau tindakan yang memiliki 2 suku kata dengan harapan
bantuan hidup jantung (Basic Cardiac Life dapat menghemat tenaga penolong. Selain
Support) sebagai bantuan pertama penderita itu dengan menggunakan 2 suku kata maka
henti jantung sangat diperlukan. Di Jepang efektiÞtas pijatan akan lebih efektif. Hal ini
angka keberhasilan resusitasi jantung paru dikarenakan suku kata pertama digunakan
mencapai 50-74 persen (Consensus, 2009). sebagai kode kompresi dan suku kata ked-
Kasus di Amerika, 383.000 serangan jantung ua digunakan sebagai waktu jeda pengisian
henti mendadak terjadi di luar rumah setiap darah ulang. Dengan demikian maka keter-
tahun dan kesempatan untuk hidup akan aturan siklus resusitasi akan terjaga selama
berkurang sekitar 10 persen setiap menit proses pijat jantung paru (Diklat Ambulance
waktu yang terlewati jika tidak menggunak- 118 Soetomo, 2012). Dari uraian di atas,
an alat kejut jantung walaupun tanpa resusi- penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tasi. Tanpa pertolongan yang cepat dan tepat untuk mengetahui pengaruh kompresi dada
dalam empat menit kesempatan hidup bisa berdasarkan rule of Þve terhadap kedalaman
hilang antara 60-80 persen. (AHA, 2010) dan frekuensi kompresi dada.
Adapun faktor yang mempengaruhi ke-
berhasilan dari resusitasi jantung paru antara METODOLOGI PENELITIAN
lain kemampuan dari tenaga kesehatan, re- J enis penelitian yang dilakukan adalah
spone time, kualitas resusitasi jantung paru, penelitian kuantitatif dengan desain pene-
ketersediaan peralatan emergensi, kondisi litian yang digunakan adalah Quasy Experi-
klien, lokasi dirawat, dan kebijakan rumah ment Design bentuk Pre-Post Test Random-
sakit (Jakarta Medical Service 119, 2012). ized Control Group Design. Populasi dalam
Semakin cepat seorang pasien yang mengal- penelitian ini adalah semua mahasiswa
ami henti jantung diberikan bantuan hidup tingkat III S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
dasar dengan RJP kurang dari 5 menit dari Husada Surakarta periode Juni 2013 yang
saat ia mengalami henti jantung maka ke- pernah melakukan resusitasi jantung paru.
mungkinan untuk tetap dapat bertahan hidup

49
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

Besar populasi terjangkau dalam penelitian menghindari adanya kesalahan dan duplikasi
ini sebanyak 45 siswa. Teknik pengambilan entri data.
sampel pada penelitian ini dilakukan secara Analisis data dengan menggunakan uji
simple random sampling. Variabel indepen- statistik Wilcoxon Signed Rank Test (uji kom-
dennya adalah kompresi dada berdasar rule of parasi 2 sampel berpasangan) dengan derajat
Þve. Variabel dependennya adalah kedalam- kemaknaan p ” 0,05
an kompresi dan frekuensi kompresi.
Instrumen yang digunakan dalam pe- HASIL PENELITIAN DAN
ngumpulan data pada variabel kompresi dada PEMBAHASAN
berdasar rule of Þve maka digunakan standart IdentiÞkasi kedalaman kompresi dada
operasional prosedur kompresi dada berdasar sebelum kompresi dada menggunakan rule of
rule of Þve sehingga tindakan yang dilakukan Þve
seragam. Untuk variabel kedalaman kompre-
si dada maka akan diukur dengan menggu-
nakan alat peraga kompresi dada. Alat peraga 80% 60% 64%

kompresi dada pada indikator akan menun- 60%


40% 36.00%
Baik
jukkan warna hijau jika kompresi yang di- 40%
Cukup
lakukan > 5 cm. Dari hasil observasi indika- 20%
tor kedalaman kompresi maka akan dicatat 0%
pada lembar observasi banyaknya kompresi Perlakuan Kontrol
dada yang mengahsilkan kedalaman >5cm
dan <5cm. PengklasiÞkasian berdasarkan
Hidayat (2007) dapat dibagi menjadi 3 yaitu Gambar 1. Distribusi kedalaman kompresi
baik (>75%), cukup (41-74%), dan kurang dada sebelum kompresi dada menggunakan
(<40%). Selanjutnya jumlah kompresi dada rule of Þve
>5cm akan dibagi jumlah keseluruhan kom- Dari gambar 1 menunjukkan kompresi
presi sehingga didapatkan persentase keefek- dada sebelum dilaksanakan kompresi dada
tifan kompresi dada.Persentase tersebut akan berdasarkan metode rule of Þve didapatkan
dikonfersikan menjadi kode 3 (baik), 2 (cu- pada kelompok perlakuan sebagian besar re-
kup), dan 1 (kurang) sponden memiliki kedalaman kompresi dada
Untuk mengetahui variabel frekue- baik (60%) dan sisanya memiliki kemam-
nsi kompresi maka digunakan stopwach puan kompresi dada cukup (40%). Sedang-
dan alat penghitung frekuensi. Sampel dian- kan pada kelompok kontrol sebagian besar
jurkan melakukan kompresi dada selama 2 responden memiliki kedalaman kompresi
menit lalu peneliti akan menghitung frekue- dada baik (64%) dan sisanya memiliki ke-
nsi kompresi dada dalam 2 menit. Data yang dalaman kompresi dada cukup (36%).
telah dikumpulkan kemudian ditabulasi.
Data yang dianggap memenuhi syarat untuk IdentiÞkasi kedalaman kompresi dada
selanjutnya diberi tanda khusus (coding) un- sesudah kompresi dada menggunakan rule of
tuk menghindari pencantuman identitas atau Þve

50
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

presi dada berdasarkan kan kompresi dada


80% 65% 68% berdasarkan metode rule of Þve didapatkan
60% pada kelompok perlakuan sebagian besar re-
35% 32% Baik
40% sponden memiliki frekuensi kompresi dada
Cukup
20% baik (95%) dan sisanya memiliki kemam-
0% puan kompresi dada kurang (5%). Sedang-
Perlakuan Kontrol kan pada kelompok kontrol sebagian besar
responden memiliki frekuensi kompresi dada
Gambar 2. Distribusi kedalaman kompresi baik (95,5%) dan sisanya memiliki kemam-
dada sesudah kompresi dada menggunakan puan kompresi dada kurang (4,5%).
rule of Þve IdentiÞkasi frekuensi kompresi dada
Dari gambar 2. menunjukkan kedala- sesudah kompresi dada menggunakan rule of
man kompresi dada sesudah dilaksanakan Þve
kompresi dada berdasarkan metode rule of
Þve didapatkan pada kelompok perlakuan
sebagian besar responden memiliki kedala-
man kompresi dada baik (65%) dan sisanya
memiliki kedalaman kompresi dada cukup
(35%). Sedangkan pada kelompok kontrol
sebagian besar responden memiliki kedala-
man kompresi dada baik (68%) dan sisanya
memiliki kedalaman kompresi dada cukup
(32%).
Gambar 4. Distribusi frekuensi kompresi
IdentiÞkasi frekuensi kompresi dada
dada sesudah kompresi dada menggunakan
sebelum kompresi dada menggunakan rule
rule of Þve
of Þve
Dari gambar 4. menunjukkan frekuensi
95% 95.50% kompresi dada sesudah dilaksanakan kom-
100%
80%
presi dada berdasarkan metode rule of Þve di-
60% Baik dapatkan pada kelompok perlakuan sebagian
40% besar responden memiliki frekuensi kom-
Kurang
20% 5% 4.50%
0%
presi dada baik (95%) dan sisanya memiliki
Perlakuan Kontrol kemampuan kompresi dada kurang (5%).
Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian
besar responden memiliki frekuensi kom-
Gambar 3. Distribusi frekuensi kompresi
presi dada baik (91%) dan sisanya memiliki
dada sebelum kompresi dada menggunakan
kemampuan kompresi dada kurang (9%).
rule of Þve
Analisa Data menggunakan perangkat
Dari gambar 4.5 menggambarkan
lunak SPSS 17
frekuensi kompresi dada sebelum dilaksana
1. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesu-
Dari gambar 3 menunjukkan frekuensi
dah Dilakukannya Kompresi Dada Ber-
kompresi dada sebelum dilaksanakan kom-
dasarkan Rule of Five Terhadap Kedala-

51
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

man Kompresi Dada pada Kelompok 5. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesu-
Perlakuan dah Dilakukannya Kompresi Dada Ber-
Hasil analisis dengan menggunak- dasarakan Rule of Five Terhadap Frekue-
an uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig nsi Kompresi Dada pada Kelompok
0,84, maka H0 diterima dan H1 ditolak Kontrol
yang artinya tidak ada perbedaan kedala- Hasil analisis dengan mengguna-
man kompresi dada sebelum dan sesudah kan uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig
dilakukan kompresi dada berdasarkan 0,39, maka H0 diterima dan H1 ditolak
rule of Þve pada kelompok perlakuan. yang artinya tidak ada perbedaan frekue-
2. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesu- nsi kompresi dada sebelum dan sesudah
dah Dilakukannya Kompresi Dada Ber- dilakukan kompresi dada berdasarkan
dasarkan Rule of Five Terhadap Kedala- rule of Þve pada kelompok kontrol.
man Kompresi Dada pada Kelompok 6. Analisis Pengaruh Kompresi Dada Ber-
Kontrol dasarkan Rule of Five Terhadap Frekue-
Hasil analisis dengan menggunak- nsi Kompresi Dada
an uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig Hasil analisis dengan menggunak-
0,884, maka H0 diterima dan H1 ditolak an uji Mann-Whitney didapatkan asymp.
yang artinya tidak ada perbedaan kedala- sig 0,597 (Į=0,05), maka H0 diterima dan
man kompresi dada sebelum dan sesudah H1 ditolak yang artinya tidak ada perbe-
dilakukan kompresi dada berdasarkan daan frekuensi kompresi pada kelompok
rule of Þve pada kelompok kontrol. perlakuan dan kelompok kontrol.
3. Analisis Pengaruh Kompresi Dada Ber- Sebelum dilakukan intervensi berupa
dasarkan Rule of Five Terhadap Kedala- kompresi dada berdasarkan rule of Þve, ked-
man Kompresi Dada ua kelompok baik kelompok perlakuan mau-
Hasil analisis dengan menggunak- pun kelompok kontrol dilakukan penguku-
an uji Mann-Whitney didapatkan asymp. ran kompresi dada. Kompresi dada sebelum
sig 0,96 (Į=0,05), maka H0 diterima dan dilaksanakan kompresi dada berdasarkan
H1 ditolak yang artinya tidak ada perbe- metode rule of Þve didapatkan pada kelom-
daan kedalaman kompresi pada kelom- pok perlakuan sebagian besar responden me-
pok perlakuan dan kelompok kontrol. miliki kedalaman kompresi dada baik (60%)
4. Analisis Perbedaan Sebelum dan Sesu- dan sisanya memiliki kemampuan kompresi
dah Dilakukannya Kompresi Dada Ber- dada cukup (40%). Sedangkan pada kelom-
dasarkan Rule of Five Terhadap Frekue- pok kontrol sebagian besar responden me-
nsi Kompresi Dada pada Kelompok miliki kedalaman kompresi dada baik (64%)
Perlakuan dan sisanya memiliki kedalaman kompresi
dada cukup (36%). Adapun beberapa faktor
Hasil analisis dengan menggunak-
yang mempengaruhi kedalaman dari kom-
an uji Wilcoxon didapatkan asymp. sig
presi dada yaitu jenis kelamin dan tingkat
0,011, maka H0 ditolak dan H1 diterima
pendidikan. Hal ini dapat ditunjukkan pada
yang artinya ada perbedaan frekuensi
kelompok perlakuan memiliki distribusi jenis
kompresi dada sebelum dan sesudah di-
kelamin laki-laki 30% dan perempuan 70%,
lakukan kompresi dada berdasarkan rule
sedangkan pada kelompok kontrol jumlah
of Þve pada kelompok perlakuan.

52
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

responden laki-laki dan perempuan memi- kompresi dada kurang (4,5%). Faktor- fak-
liki distribusi sama yaitu 50%. Tentunya hal tor yang mempengaruhi frekuensi kompresi
ini akan mempengaruhi kekuatan kompresi dada sama dengan faktor yang mempen-
pada masing-masing kelompok. Dengan data garuhi kedalaman frekuensi dada yaitu je-
menunjukkan bahwa kelompok kontrol me- nis kelamin dan tingkat pendidikan. Hal ini
miliki distribusi kompresi dada baik lebih dapat ditunjukkan pada kelompok perlakuan
banyak daripada kelompok perlakuan di- memiliki distribusi jenis kelamin laki-laki
karenakan distribusi jenis kleamin laki-laki 30% dan perempuan 70%, sedangkan pada
lebih banyak pada kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol jumlah responden laki-
kedua kelompok baik kelompok perlakuan laki dan perempuan memiliki distribusi sama
maupun kelompok kontrol seluruhnya adalah yaitu 50%. Tentunya hal ini akan mempenga-
mahasiswa semester 6 Program Studi S-1 ruhi daya tahan kompresi pada masing-ma-
Keperawatan Stike Kusuma Husada dimana sing kelompok. Dengan data menunjukkan
responden telah mengikuti proses pelatihan bahwa kelompok kontrol memiliki distribusi
Basic Life Suport. Perbedaan kompresi yang kompresi dada baik lebih banyak daripada
terjadi pada masing-masing responden dia- kelompok perlakuan dikarenakan distribusi
kibatkan oleh pengetahuan masing-masing jenis kelamin laki-laki lebih banyak pada
responden yang berbeda tentang kedalaman kelompok kontrol. Pada umumnya laki-laki
kompresi yang benar. Masih adanya maha- memiliki tenaga yang lebih kuat daripada
siswa yang belum dapat memperkirakan ke- perempuan. Pada kedua kelompok baik ke-
dalaman kompresi menyebabkan kompresi lompok perlakuan maupun kelompok kon-
tidak efektif. Pada manusia dewasa maka trol seluruhnya adalah mahasiswa semester
seharusnya responden dapat mengkompresi 6 Program Studi S-1 Keperawatan Stike Ku-
dada pantom sedalam 5cm, akan tetapi kare- suma Husada dimana responden telah mengi-
na rasa takut akan terlalu dalam maka kom- kuti proses pelatihan Basic Life Suport. Per-
presi tidak dilakukan dengan kuat, sehingga bedaan frekuensi kompresi yang terjadi pada
persentase kedalaman kompresi yang efektif masing-masing responden diakibatkan oleh
masih dalam kategori cukup. pengetahuan masing-masing responden yang
Pada variabel frekuensi kompresi dada, berbeda tentang frekuensi kompresi yang
sebelum dilakukan intervensi berupa kom- benar. Masih adanya mahasiswa yang belum
presi dada berdasarkan rule of Þve, kedua dapat memperkirakan kecepatan kompresi.
kelompok baik kelompok perlakuan mau- Kecepatan kompresi yang seharusnya 100x/
pun kelompok kontrol dilakukan pengukuran menit tidak dilakukan dengan benar, sehing-
frekunsi kompresi dada. Frekuensi kompresi ga menyebabkan lambatnya proses kompresi
dada sebelum dilaksanakan kompresi dada dan dalam waktu tertentu tidak didapatkan
berdasarkan metode rule of Þve didapatkan frekuensi kompresi yang maksimal. Tentu-
pada kelompok perlakuan sebagian besar re- nya frekuensi kompresi yang tidak maksimal
sponden memiliki frekuensi kompresi dada akan membuat cardiac ouput pasien menu-
baik (95%) dan sisanya memiliki kemampuan run dan proses resusitasi jantung paru gagal.
kompresi dada kurang (5%). Sedangkan pada Setelah dilakukannya intervensi kom-
kelompok kontrol sebagian besar respon- presi dada berdasarkan rule of Þve didapat-
den memiliki frekuensi kompresi dada baik kan hasil yang berbeda dengan sebelum di-
(95,5%) dan sisanya memiliki kemampuan lakukan intervensi. Kedalaman kompresi

53
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

dada sesudah dilaksanakan kompresi dada penghitungan irama kompresi menggunakan


berdasarkan metode rule of Þve didapatkan tehnik penghitungan irama rule of ten di-
pada kelompok perlakuan sebagian besar re- mana angka yang digunakan didalam kom-
sponden memiliki kedalaman kompresi dada presi yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10, 20, dan 30.
baik (65%) dan sisanya memiliki kedala- (Diklat RS Ortopedi, 2013). Pada kelompok
man kompresi dada cukup (35%). Sedang- perlakuan yang menggunakan kompresi dada
kan pada kelompok kontrol sebagian besar berdasarkan rule of Þve maka responden me-
responden memiliki kedalaman kompresi miliki irama didalam kompresi. Irama terse-
dada baik (68%) dan sisanya memiliki ke- but menyebabkan terkontrolnya kecepatan
dalaman kompresi dada cukup (32%). Untuk dari kompresi dada. Hal ini ditunjukkan pada
variabel frekuensi kompresi dada sesudah kelompok perlakuan setelah menggunakan
dilaksanakan kompresi dada berdasarkan kompresi dada berdasarkan rule of Þve me-
metode rule of Þve didapatkan pada kelom- miliki rata-rata kecepatan kompresi 100x/
pok perlakuan sebagian besar responden me- menit. Tentunya hal ini sesuai dengan kondisi
miliki frekuensi kompresi dada baik (95%) yang dianjurkan dimana pengisian ulang da-
dan sisanya memiliki kemampuan kompresi rah menuju ventrikel kiri bisa maksimal se-
dada kurang (5%). Sedangkan pada kelom- hingga stroke volume akan terisi maksimal.
pok kontrol sebagian besar responden me- Dengan stroke volume yang maksimal maka
miliki frekuensi kompresi dada baik (91%) angka kebehasilan resusitasi jantung paru
dan sisanya memiliki kemampuan kompresi akan meningkat. Pada penggunaan perhitun-
dada kurang (9%). Hal ini disebabkan karena gan irama rule of ten menggunakan perhitun-
irama perhitungan rule of Þve hanya meng- gan tu, a, ga, pat, ma, nam, juh, pan, lan, luh,
gunakan angka yang mempunyai 2 suku kata tu, a, ga, pat, ma, nam, juh, pan, lan, dua pu-
dan angka penghitungan yang digunakan luh, tu, a, ga, pat, ma, nam, juh, pan, lan, tiga
yaitu angka 1,2,3,4,5, dan 6 (Diklat Ambu- puluh (Diklat RS Ortopedi, 2013). Tehnik
lance 118 Soetomo, 2012). Irama perhitun- perhitungan rule of ten dapat menghemat
gan rule of Þve menggunakan penghitungan tenaga penolong akan tetapi irama kecepa-
sa-tu, du-a, ti-ga, empat, sa-tu, sa-tu, du-a, tan kompresi tidak dapat terkontrol dengan
ti-ga, empat, du-a, sa-tu, du-a, ti-ga, empat, baik. Hal ini ditunjukkan bahwa rata-rata re-
ti-ga, sa-tu, du-a, ti-ga, em-pat, em-pat, sa-tu, sponden yang menggunakan kompresi dada
du-a, ti-ga, em-pat, li-ma, sa-tu, du-a, ti-ga, berdasarkan rule of ten memiliki frekuensi
em-pat, e-nam. Metode ini menggunakan je- kompresi dada lebih dari 150x/menit. Den-
nis angka yang memiliki 2 suku kata dengan gan kecepatan kompresi 150x/menit maka
harapan dapat menghemat tenaga penolong. fase pengisian ulang darah yang menuju ke
Selain itu dengan menggunakan 2 suku kata ventrikel kiri belum terisi penuh akan tetapi
maka efektiÞtas pijatan akan lebih efektif. sudah terdistribusikan. Hal ini menyebab-
Hal ini dikarenakan suku kata pertama di- kan stroke volume dari jantung sendiri akan
gunakan sebagai kode kompresi dan suku menurun. Dengan penurunan stroke volume
kata kedua digunakan sebagai waktu jeda ini akan menyebabkan resusitasi jantung
pengisian darah ulang. Dengan demikian paru kurang efektif.
maka keteraturan siklus resusitasi akan ter- Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
jaga selama proses pijat jantung paru (Diklat ada perbedaan kedalaman kompresi dada
Ambulance 118 Soetomo, 2012). Sedangkan maupun frekuensi kompresi dada pada ke-

54
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

lompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal 5. Frekuensi kompresi dada kelompok per-
ini menunjukkan bahwa baik metode rule of lakuan sesudah dilakukan pelakuan lebih
Þve yang dilakukan oleh kelompok perlakuan baik daripada kelompok kontrol
dan metode rule of ten yang digunakan pada 6. Tidak ada pengaruh kompresi dada ber-
kelompok kontrol memiliki kelebihan dan dasarkan rule of Þve terhadap frekuensi
kekurangan masing-masing. Dengan metode kompresi dada
rule of ten penolong dapat menghemat tena-
ga dikarenakan tidak banyak energi yang ter- DAFTAR PUSTAKA
buang saat menyebutkan angka. Akan tetapi Andrew H. Travers. (2010). CPR Overview
dengan hanya menggunakan satu suku kata 2010 American heart association guide-
saja hal ini mengakibatkan kecepatan dari lines for cardiopulmonary resuscitation
kompresi bertambah dan ketidak efektifan and emergency cardiovascular care. cir-
pada stroke volume pasien. Pada kelompok culation 2010. California
perlakuan yang menggunakan metode rule of Hidayat, (2007). Metode Penelitian Keper-
Þve pada kompresi dada lebih mudah dalam awatan Dan Teknik Analisis Data.
mengatur irama kompresi. Dengan dua suku Jakarta:Salemba Medika. Hal: 90-91.
kata tersebut mengakibatkan kecepatan ter-
John M. Field. (2010). American heart asso-
kontrol. Akan tetapi pada beberapa respon-
ciation guidelines for cardiopulmonary
den menyebutkan bahwa metode rule of Þve
resuscitation and emergency cardiovas-
lebih mudah lelah daripada rule of ten. Hal
cular care circulation 2010. California
ini diakibatkan tenaga yang dikeluarkan un-
tuk menyebutkan angka lebih banyak dari- Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan
pada metode rule of ten. Klien dengan gangguan sistem kardio-
vaskuler. Jakarta: Salemba Medika
KESIMPULAN Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Me-
todologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pada penelitian pengaruh kompresi
Pedoman Skipsi, Tesis, dan Instrumen
dada berdasarkan rule of Þve terhadap ke-
Penelitian. Jakarta: Salemba Medika, hal
dalaman dan frekuensi kompresi dada, dapat
16-21
disimpulkan bahwa:
Nursalam & Pariani. (2000). Pendekatan
1. Kedalaman kompresi dada kelompok
Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
kontrol sebelum dilakukan pelakuan leb-
Surabaya: FK. Unair, hal 23
ih baik daripada kelompok perlakuan.
2. Kedalaman kompresi dada kelompok Putra. (2010). CPR ABC to ‘CAB’ New
kontrol sesudah dilakukan pelakuan leb- AHA guidlines for resuscitation.http://
ih baik daripada kelompok perlakuan. www.exomedindonesia.com /referensi-
3. Tidak ada pengaruh kompresi dada ber- kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/
dasarkan rule of Þve terhadap kedalaman jantung-dan-pembuluh-darah-cardio-
kompresi dada vaskular/2010/11/06/ cpr-abc-to-cba-
4. Frekuensi kompresi dada kelompok kon- new-aha-guidlines-for-resuscitation/
trol sebelum dilakukan pelakuan lebih Robert A. Berg. (2010). Adult basic life sup-
baik daripada kelompok perlakuan. port2010 american heart association
guidelines for cardiopulmonary resus-

55
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2013

citation and emergency cardiovascular Tim pengajar 119 Jakarta. (2012). Jakarta:
care. California Jakarta Medical Service 119 Training
Sastroasmoro, S. (2002). Dasar-dasar Met- Division. Jakarta Selatan
odologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sa- Tim (2000). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:
gung Seto, hal 39-40 Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Peneli-
tian. Bandung: Alfabetha, hal 61-69

-oo0oo-

56

You might also like