You are on page 1of 4

Efui Pleura ec Keganasan

Diagnosis efusi plera ec keganasan dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini didapatkan :
Anamnesis Pemeriksaan fisis Penunjang
Pasien sesak napas tanpa Vokal fremitus menurun di Sitologi cairan pleura:
dipengaruhi oleh aktivitas hemothorax dextra setinggi
dan. Batuk sesekali tidak ICS 6, redup setinggi ICS 6 Sedimen apusan
berlendir. Telah dilakukan di hemithorax dextra, menunjukkan adanya sel
punksi pleura 4 kali (selang Bunyi napas vesicular dan maligna (suspek
waktu 3-7 hari) dalam 2 menurun di hemithorax adenocarcinoma)
bulan terakhir. Warna dextra ICS 6 MSCT Scan dengan dan tanpa
seperti teh/kemerahan. kontras: tampak densitas
cairan bebas (12 HU) pada
seluruh lapangan paru dextra

DEFINISI : Efusi pleura adalah ketika terdapat cairan berlebihan di dalam kavum pleura. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan pleura

Efusi Pleura Ganas (EPG)


Rongga pleura pada orang sehat berisi sekitar 20 ml cairan. Efusi pleura (Cairan pleura) normal
ini biasanya bersih tidak berwarna, mengandung < 1,5 gr protein/ 100 ml dan 1.500 sel/ microliter.
Cairan ini terdiri dari sel mesothelial, monosit, limposit dan granulosit. Efusi pleura dapat dideteksi
pada foto toraks bila > 50 ml. Efusi pleura dapat terjadi pada penyakit tumor ganas intratoraks,
organ ekstratoraks maupun keganasan sistemik. Efusi pleura ganas (EPG) sering menimbulkan
masalah di bidang diagnostik maupun penatalaksanaan. Masalah yang perlu ditanggulangi adalah
mencari dan mengobati tumor primer, serta mengatasi gangguan pernapasan akibat akumulasi
cairan pleura, yang mungkin dapat mengancam hidup penderita.
Gejala klinik
Seperti pada penderita efusi pleura lain, EPG memberikan gejala sesak napas, napas pendek, batuk,
nyeri dada dan isi dada terasa penuh. Gejala ini sangat bergantung pada jumlah cairan dalam
rongga pleura. Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan diafragma berkurang dan deviasi trakea
dan/atau jantung kearah kontralateral, fremitus melemah, perkusi redup dan suara napas melemah
pada sisitoraks yang sakit. Pada kanker paru, infiltrasi pleura oleh sel tumor dapat terjadi sekunder
akibat perluasan langsung (inviltrasi), terutama tumor jenis adenokarsinoma yang letaknya perifer.
Dapat juga terjadi akibat metastasis ke pembuluh darah dan getah bening. Bila efuasi pleura terjadi
akibat metastasis, cairan pleuranya banyak mengandung sel tumor ganas sehingga pemeriksaan
sitologi cairan pleura dapat diharapkan memberi hasil positif.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Kanker paru di Indonesia. Perhimpunan dokter paru
indonesia 2005

TUBERKULOSIS PARU KLINIS SUSPEK KAMBUH


Diagnosis tuberculosis paru klinis kasus suspek kambuh dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini
didapatkan :
Anamnesis Pemeriksaan fisis Penunjang
Gejala respiratorik: Paru: Hasil foto Thorax:
Sesak nafas Bercak berawan pada
Suara napas bronkovesikular
Gejala sistemik: lapangan atas kedua paru
Malaise Ronchi basah kasar seluruh
disertai garis fibrotik
Nafsu makan menurun
lapangan paru
Riwayat minum OAT, BTA : negatif/ negatif/
lengkap (april 2016-oktober
negatif
2016)

Tuberkulosis paru kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah


mendapatkan OAT telah selesai pengobatan dan dikatakan sembuh. Namun, didapatkan
BTA (+) atau kultur (+) kembali dan kembali konsumsi OAT. Atau bila BTA (-), tetapi
radiologi menunjukkan lesi aktif/perburukan dan gejala klinis (+), kemungkinannya yaitu
lesi non-TB (pneumonia, bronkiektasis, dll) atau TB paru kambuh ditentukan oleh dokter
spesialis.
DEFINISI : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Infeksi tuberculosis terdapat dua stase :

Infeksi primer
Infeksi post-primer/sekunder

Infeksi primer adalah di mana suatu host baru pertama kali terpapar pada Mycobacterium
tuberculosis. Bacterium ini akan masuk ke paru dan menjadi membuat sarang. Bacterium ini akan
di endocytosis oleh macrofag dan di bawa ke saluran limfe dan ke kelenjar getah bening untuk
melanjutkan proses imuniti badan. Dalam perjalanan ini, akan terjadi peradangan pada saluran
limfe (limfangitis local) dan kelenjar getah beningnya terdapat pembesaran (limfangitis regional).
Dari infeksi primer ini akan dapat menyebabkan 3 nasib : 1) sembuh dan tidak meninggalkan cacat,
2) sembuh dan meninggalkan bekas, dan 3) menyebar (progressive primary infection).

Infeksi post-primer/ sekunder adalah dimana host terinfeksi kembali dengan tuberculosis apa kerna
depresi imuniti (months to years) maupun terpapar kembali pada Mycobacterium tuberculosis.
Dari infeksi ini juga bisa terdapat nasib : 1) sembuh dan tidak meninggalkan cacat, 2) sembuh dan
meninggalkan bekas, dan 3) menyebar (progressive secondary infection).

GEJALA : Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik
(atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.

Gejala respiratorik
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup
berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check up. Bila
bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk.
Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan.

Gejala sistemik
• Demam
• gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
Daftra Pustaka:

Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Kementrian kesehatan republik indonesia. 2014

You might also like