You are on page 1of 18

KAJIAN VARIASI DOSIS DAN INTENSITAS PEMBERIAN

BIOFERTILIZER DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS


TANAMAN TERONG HIJAU (Solanum melongena L.VAR. KENARI)
PADA MEDIA TANAM POLYBAG

Ahmad Rafdi Wiharja, Prof. Dr. Ir. Tini Surtiningsih, DEA, dan Drs. Salamun,
M.Kes
Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, Surabaya
Email: ahmadrafdi.wiharja@gmail.com

ABSTRACT
The aims of this study was to understand there are a difference with giving
variation of doses and giving frequency of biofertilizer toward productivity of
green plant (Solanum melongena L. var. kenari) in plant medium polybag. This is
an experimental study by using a factorial randomized design. Consist of control
treatment, variation of doses and giving frequency of biofertilizer. Control (-)
(without biofertilizer and NPK), (+) (5 g NPK), P5 (5 mL biofertilizer), P10 (10 mL),
dan P15 (15 mL), given to plant with frequency once during plant time (F1), twice
(F2) and thrice (F3), each treatment was repeated 4 times. This biofertilizer
containing microbes which consist of Azospirillum sp., Azotobacter sp.,
Rhizobium sp., Bacillus megaterium, B. licheniformis, Pseudomonas fluorescens,
P. putida, Cellulomonas sp., Lactobacillus plantarum, and S. cerevisiae. Growth
parameters are plant height, root length, plant and root biomass, then number
of fruit and fruit weight for productivity. Data distribution by Kolmogorov-
Smirnov and Levene test showed some data was normal and homogen. Then
tested with Two Way ANOVA (Analysis of Variance) with α = 5%. Next is Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) and Games-Howell to compare differences between
treatments. The result showed that variation of doses and combination of doses
and frequency have a significant effect on growth of green eggplant. The best
result for dose variation of biofertilizer shown on P10 with mean value for plant
height 27.12±10.29 cm/plant, root length 13.76±5.66 cm/plant, and plant
biomass 25.75±7.06 gr/plant, root biomass on P5 2.18±0.65 gr/plant.
Combination of dose and frequency on P10F3 for height parameter 31.25±11.30,
root length 18.53±3.40 cm/plant, plant biomass on P5 26.25±13.75 gr/plant and
root on P5F3 2.40±0.42 gr/plant and number of fruit on P10F3 7 pieces/plant,
and P5F3 total weight of fruit 141 gr/plant.

Keyword: Green eggplant (Solanum melongena L. var. kenari), Growth,


biofertilizer, Productivity.

1
PENDAHULUAN
Terung atau Terong (Solanum Penggunaan pupuk kimia secara
melongena L.) adalah tanaman terus menerus dapat menyebabkan
pangan yang ditanam untuk pencemaran tanah, menurunkan pH
dimanfaatkan buahnya. Terong tanah (Syaifudin et al., 2010),
menjadi salah satu bahan pangan aktivitas jasad renik terganggu
yang mudah dan murah harganya, sehingga proses penguraian bahan
Menurut data Badan Pusat Statistik organik tanah terhambat dan tingkat
tahun 2012 dan Direktorat Jendral kesuburan tanah menurun (Cahyono,
Holtikultura tahun 2012 jumlah 2003). Salah satu upaya yang dapat
produksi terong di Indonesia sebesar dilakukan dengan memperbaiki
518.787 ton dengan luas lahan panen kesuburan tanah, dengan pemberian
terong seluas 50.599 ha. Pasar dalam pupuk hayati (biofertilizer).
negeri adalah pasar potensial bagi Kelebihan pupuk hayati yaitu, 1.
pemasaran buah dan sayuran. sumber nutrisi yang relatif murah, 2.
Komoditas sayuran dan buah penyuplai elemen-elemen mikro, 3.
memang diarahkan untuk penyuplai nutrisi mikro, 4. penyuplai
menggairahkan pasar dalam negeri. bahan organik, dan 5. menangkal
Tetapi pasar tentu saja memerlukan dampak negatif dari bahan kimia
persediaan barang yang diperlukan, (Gaur, 2010).
baik secara kuantitas maupun kualtas Pemanfaatan biofertilizer terbukti
tertentu. Untuk itu diperlukan sebuah mampu meningkatkan hasil produksi
pola pembudidayaan yang baik dan dan produktivitas tanaman.
benar. agar persediaan barang Penelitian Surtiningsih (2012)
tersebut memenuhi cakrawala menggunakan variasi dosis dan
harapan banyak pihak terkait. Baik waktu pemberian biofertilizer
petani, tengkulak, pedagang, grosir. mendapatkan hasil efektivitas
hingga konsumen pada umumnya. tertinggi pada dosis 15 ml/tanaman
(Eriyandi, 2008). Terong hijau dengan 3 kali pemberian biofertilizer
(Solanum melongena L. var. kenari) pada tanaman kacang hijau. Oleh
merupakan satu diantara verietas karena itu, maka perlu dilakukan
terong di Indonesia. Terong varietas penelitian yang diharapkan dapat
kenari atau yang dikenal terong lalap memperbaiki penggunaan pupuk
memiliki nilai ekonomis yang tinggi kimia dan dosis yang tepat dalam
karena dapat dimakan langsung menggunakan biofertilizer maupun
ataupun diolah. Selain dimanfaatkan kandungan mikroba yang sesuai agar
sebagai sayuran, terung juga memiliki kesinambungan dengan
dimanfaatkan sebagai obat gatal- pertumbuhan dan meningkatkan
gatal pada kulit, sakit perut dan produktivitas terong hijau (Solanum
tekanan darah tinggi (Samadi, 2001). melongena L. var. kenari).
Untuk memenuhi permintaan
pasar akan terong hijau yang terus METODE PENELITIAN
meningkat, para petani berusaha Bahan yang digunakan dalam
meningkatkan produktivitas terong penelitian ini adalah benih terong
hijau dengan melakukan pemupukan hijau (Solanum melongena L. var.
menggunakan pupuk kimia. Namun, kenari), air untuk menyiram

2
tanaman, molase 3% (tetes tebu) agar secara aseptik. Setelah itu,
sebagai carrier biofertilizer, pupuk diinkubasi selama 24 jam pada suhu
kimia NPK, dan 11 genus mikroba ruang.
yang berasal dari koleksi 2. Pemindahan isolat mikroba
Laboratorium Mikrobiologi Media NB sebanyak 1000 mL +
Departemen Biologi Universitas glukosa 1% dibuat dengan
Airlangga Surabaya. Konsorsium mencampurkan 8 g NB dan 10 g
mikroba yang digunakan terdiri dari glukosa lalu dilarutkan kedalam
3 isolat mikroba penambat nitrogen, 1000 ml akuades pada gelas beaker
yaitu bakteri Azospirillum sp., diatas kompor listrik dengan
Azotobacter sp., dan Rhizobium sp.; magnetic stirrer sampai bahan larut
5 isolat mikroba pelarut fosfat, yaitu sempurna. Setelah itu, larutan media
bakteri B. megaterium, B. tersebut dimasukkan kedalam 10
licheniformis, B. subtilis, botol kultur bervolume 100 ml lalu
Pseudomonas fluorescens, dan ditutup dengan kapas dan dilapisi
Pseudomonas putida serta 3 isolat aluminium foil serta cling wrap
mikroba pendegradasi bahan kemudian disterilkan dengan
organik, yaitu Cellulomonas sp., autoclave pada suhu 121°C selama
Lactobacillus plantarum, dan S. 15 – 20 menit. Kemudian pindahkan
cerevisiae. mikroba yang berada di slant agar
dengan cara mengambil 1 ose dari
A. Pembuatan Biofertilizer media slant agar NA dan
1. Peremajaan mikroba menginokulasikan ke dalam 100 mL
Pertama dilakukan peremajaan media NB + glukosa 1% lalu
mikroba, diawali dengan pembuatan diinkubasi selama 24 jam.
media slant agar. Media NA 3. Pengukuran turbiditas OD
(Nutrient Agar) sebanyak 4,8 g (Optical Density)
dilarutkan kedalam 200 ml akuades Pengukuran kuantitas mikroba
diatas kompor listrik sambal diaduk menggunakan metode turbiditas
dengan magnetic stirrer hingga dilakukan dengan mengambil
homogen. Setelah didinginkan, lalu sebanyak 4 mL dari biakan cair
dimasukkan masing-masing 6 mL mikroba pada media NB + glukosa
ke18 tabung reaksi. Tabung reaksi 1% lalu dimasukkan kedalam cuvet
yang telah berisi media ditutup spectrophotometer dan diukur
dengan kapas dan dilapisi aluminium absorbansinya dengan panjang
foil. Media tersebut disterilkan pada gelombang 600 nm. Larutan blanko
suhu 121°C dan tekanan 1 atmosfer untuk pengukuran OD berupa 4 mL
selama 15-20 menit. Setelah proses media NB + glukosa 1% OD yang
sterilisasi selesai, semua media ditentukan untuk kultur mikroba
dimiringkan hingga memadat adalah 1. Apabila nilai yang
menbentuk agar miring. Peremajaan ditunjukkan dalam
isolat mikroba ke media slant agar spectrophotometer melebihi 1, maka
dilakukan dengan cara satu ose kultur mikroba diencerkan dengan
biakan mikroba dari kultur murni menambahkan volume media NB +
ditanam dengan metode streak glukosa 1% hingga tercapai nilai OD
kedalam 2 tabung berisi media slant 1.

3
4. Pembuatan starter biofertilizer B. Penanaman tanaman
10 kultur mikroba dalam setiap 1. Pembagian plot polybag
botol kultur 100 mL media NB + Polybag yang digunakan
glukosa 1% dicampur sehingga berukuran 30 x 30 cm. Jarak antar
volume total 1000 ml sehingga polybag 30 x 30 cm. Pengacakan plot
perbandingan konsorsium mikroba polybag menggunakan lotre, Satu
dengan molase 1 : 1. Jumlah starter perlakuan mendapatkan 4
biofertilizer yang disediakan menjadi pengulangan sehingga ada 60
2000 mL atau 2 L. polybag.
5. Pembuatan stok biofertilizer 2. Perlakuan penelitian
Biofertilizer 10% dibuat dengan Pemberian biofertilizer dengan
menambahkan 18,2 L larutan molase dosis 0 mL/tanaman, 5 mL/tanaman,
3% kedalam 1,8 L starter 10 mL/tanaman, dan 15 mL/tanaman
biofertilizer. Konsorsium mikroba dengan intensitas pemberian
inilah yang digunakan untuk biofertilizer 1 kali yaitu pada waktu
pemupukan dan langsung digunakan penanaman benih, 2 kali yaitu pada
menurut dosis pada masing-masing waktu penanaman benih dan 2
perlakuan. minggu setelah tanam, 3 kali yaitu
6. Penghitungan jumlah koloni pada waktu penanaman benih, 2
mikroba dalam campuran minggu setelah tanam dan 4 minggu
molase 3%. setelah tanam. Kontrol negatif
Analisis kuantitatif atau perlakuan hanya diberi air dengan
penghitungan jumlah mikroba ini intensitas pemberian yang sama.
dilakukan dengan uji selektif Sedangkan kontrol positif perlakuan
mikroba. Dengan cara diberikan pupuk kimia NPK 5
mensuspensikan konsorsium g/tanaman dengan intensitas
mikroba dan dilakukan pengenceran pemberian yang sama seperti
dalam larutan fisiologis. Kemudian biofertilizer.
menumbuhkannya pada media 3. Pemeliharaan tanaman terong
selektif. Media dan bakteri yang (Solanum melongena L. var.
digunakan antara lain Azotobacter kenari)
sp. dan Azospirillum sp. Penyiraman dilakukan 2 hari
menggunakan media Nfb (Nitrogen sekali tiap pagi dan sore hari.
fixing bacteria), Bacillus dan Penyulaman adalah mengganti
Pseudomonas fluorescens tanaman yang mati, rusak atau yang
menggunakan media Pivoskaya, pertumbuhannya tidak normal.
Cellulomonas cellulans Penyulaman dilakukan seminggu
menggunakan media CMCA setelah masa tanam, Tujuan
(Carboxy Methyl Cellulose Agar). penyulaman sendiri adalah
Setelah itu dilakukan penghitungan menyeragamkan pertumbuhan
jumlah koloni mikroba dalam tanaman. Penyiangan dari gulma atau
campuran molase 3% dengan metode tumbuhan dan hewan pengganggu
TPC (cfu/mL). dapat dilakukan 3-4 kali tergantung
kondisi tanaman sendiri.
Pengendalian hama penyakit diatasi
dengan cara pemberian insektisida,

4
bakterisida, fungisida, dan pestisida D. Analisis data
tergantung dari kebutuhan. Data pertumbuhan dan
Pemasangan ajir dilakukan ketika produktivitas tanaman terong
tanaman terong hijau (Solanum (Solanum melongena L. var. kenari)
melongena L. var kenari) memasuki yang didapatkan dianalisis secara
masa panen dengan menancapkan statistik yaitu meliputi uji normalitas
bambu/kayu disamping batang dan homogenitas data. Uji normalitas
tanaman agar tanaman tidak roboh, dilakukan dengan uji Kolmogorov
untuk mengikatkan batang tanaman Smirnov dan uji homogenitas
terhadap kayu digunakan tali rafia. menggunakan Levene Test. Analisis
data menggunakan ANOVA
C. Pemanenan (Analysis of Varians) dua arah
Pemanenan tanaman terong ketika dilakukan apabila data normal dan
sudah masak atau sekitar usia homogen dengan derajat signifikasi
tanaman minggu ke 11, 12, 13, dan yang digunakan adalah 5%. Hasilnya
14 atau ± 66, 72, 79 dan 84 hari. data untuk parameter tinggi tanaman
Pemanenan langsung dipetik normal dan homogen serta memiliki
menggunakan gunting tanaman. perbedaan nyata pada perlakuan
1. Pengambilan data pertumbuhan variasi dosis dan kombinasi variasi
Data pertumbuhan tanaman yang dosis dan frekuensi pemberian, maka
diukur meliputi 5 parameter yaitu dilanjutkan dengan uji Duncan
tinggi tanaman (cm), jumlah daun DMRT (Duncan’s Multiple Range
(helai), berat kering akar tanaman Test) untuk membandingkan hasil
(g), panjang akar tanaman (cm), antar perlakuan. Data panjang akar,
jumlah bunga. Pengukuran terhadap biomassa tanaman dan biomassa akar
parameter tinggi tanaman dan jumlah normal dan tidak homogen maka
daun dilakukan pada 15 hari, 21 hari, data diuji berdasarkan Brown-
28 hari, 36 hari, 43 hari, 50 hari, 56 Forsythe dan hasilnya berbeda nyata
hari, dan 63 hari setelah masa tanam. untuk variasi dosis dan kombinasi
Penghitungan jumlah bunga kemudian dilanjutkan dengan uji
dilakukan saat bunga mekar Games-Howell.
sempurna. Pengukuran berat kering
akar dan panjang akar dilakukan Data tersebut dihitung menggunakan
setelah masa panen berakhir. SPSS 21 untuk menghitung besar
2. Pengambilan data produuktivitas perbedaan antar perlakuan.
Data produktivitas tanaman
meliputi 2 parameter yang diukur
yaitu jumlah buah terong/tanaman
dan berat basah buah
terong/tanaman. Pengukuran ini
dilakukan saat masa panen. Jumlah
buah terong dihitung manual
sedangkan berat buah terong
ditimbang menggunakan timbangan
digital.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN var. kenari) pada media tanam
Penelitian ini bertujuan untuk polybag. Tinggi tanaman diukur pada
mengetahui perbedaan dengan minggu ke 3,4,5,6,7,8,9, dan 10 diuji
variasi dosis dan intensitas secara deskriptif sedangkan pada
pemberian biofertilizer dalam minggu ke-11,12,13,14 (panen)
meningkatkan produktivitas tanaman dianalisis secara dan statistik
terong hijau (Solanum melongena L. deskriptif.

Tabel 4.1. Rata-rata tinggi tanaman terong hijau (S. melongena L. var. kenari)
variasi dosis dan intensitas pemberian biofertilizer pada umur 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, dan 10 minggu setelah tanam.

Perlakuan M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10
3.03 ± 4.28 ± 5.22 ± 7.07 ± 9.92 ± 14.24 ± 17.99 ± 23.61 ±
K-
1.18 1.04 1.23 1.78 3.24 6.76 7.77 9.86
3.00 ± 4.30 ± 4.88 ± 6.43 ± 8.03 ± 12.93 ± 17.93 ± 24.63 ±
P5
0.00 0.48 0.41 0.88 1.78 5.11 7.99 10.97
2.96 ± 4.43 ± 5.45 ± 7.25 ± 11.63 ± 17.73 ± 24.20 ± 30.53 ±
P10
1.05 0.44 0.53 0.95 5.10 7.83 9.94 10.66
2.63 ± 4.05 ± 4.68 ± 5.95 ± 7.65 ± 9.85 ± 13.05 ± 18.38 ±
P15
0.48 0.42 0.47 0.65 1.46 1.67 3.19 4.39
3.06 ± 4.18 ± 4.63 ± 5.48 ± 6.50 ± 8.80 ± 12.50 ± 17.18 ±
P5F2
1.00 0.57 0.83 0.83 1.26 1.91 3.70 5.85
2.93 ± 4.43 ± 5.20 ± 6.93 ± 8.68 ± 11.75 ± 14.98 ± 19.58 ±
P10F2
1.18 0.94 1.61 2.07 2.52 3.83 4.66 5.75
2.88 ± 4.05 ± 7.35 ± 10.40 ± 12.68 ± 17.33 ± 22.55 ± 29.50 ±
P15F2
0.48 0.42 3.22 6.15 6.23 7.63 6.98 7.85
3.03 ± 5.40 ± 7.33 ± 9.58 ± 13.18 ± 16.85 ± 21.58 ± 28.25 ±
P5F3
1.13 1.82 3.10 4.36 5.49 5.68 6.29 8.45
3.13 ± 4.05 ± 5.33 ± 7.00 ± 10.48 ± 15.15 ± 21.60 ± 31.25 ±
P10F3
0.75 0.42 0.79 1.12 3.40 6.46 8.14 11.30
3.88 ± 4.38 ± 6.23 ± 7.30 ± 9.13 ± 11.75 ± 13.95 ± 17.38 ±
P15F3
0.94 1.14 2.20 2.30 2.18 0.65 0.67 2.87

Keterangan: M = minggu ke-, K- (kontrol negatif, tanpa pemberian biofertilizer);


P5, P10, dan P15 adalah dosis biofertilizer 5, 10, dan 15 mL/tanaman.
F1: pemberian 1 kali; F2: pemberian 2 kali (setelah tanam dan minggu
ke 2); F3: pemberian 3 kali (setelah tanam, minggu ke 2, minggu ke 3).

6
35

30
K-

25 P5F1
Tinggi tanaman (cm)

P5F2
20
P5F3
P10F1
15
P10F2
10 P10F3
P15F1
5
P15F2

0 P15F3
3 4 5 6 7 8 9 10
Masa tanam minggu ke-

Keterangan: K- (kontrol negatif, tanpa pemberian biofertilizer); P5, P10, dan P15
adalah dosis biofertilizer 5, 10, dan 15 mL/tanaman.

Pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 nyata dari setiap perlakuan, yaitu
diperoleh suatu deskripsi bahwa perlakuan dosis, frekuensi pemberian
secara keseluruhan dari minggu ke-3 dan kombinasi variasi dosis dan
hingga ke-10, tinggi tanaman terong frekuensi pemberian. Untuk data
hijau terus bertambah. Laju parameter produktivitas dianalisis
pertambahan tinggi tercepat secara deskriptif untuk perlakuan
diperoleh pada perlakuan P10F3 kombinasi.
dengan nilai rata-rata 31.25 ± 11.30
cm. Hal ini ditunjukkan dengan A. Pengaruh variasi dosis
angka yang tertera pada tabel bahwa Tabel 4.2 Rata-rata nilai parameter
dari minggu ke-7, 8 dan 9 laju pertumbuhan tanaman terong hijau
pertambahan tinggi tercepat adalah (S. melongena L. var. kenari) pada
P10F3 dengan nilai kenaikan perlakuan variasi dosis biofertilizer.
mencapai 6.45 cm setiap dua
minggunya. Sedangkan laju
pertambahan tinggi terendah
diperoleh pada perlakuan P5F2 yang
ditunjukkan minggu ke-10 dengan
rata-rata mencapai 17.18 ± 5.85 cm. Berdasarkan uji normalitas
dengan uji Kolmogorov-Smirnov
Analisis data menunjukkan bahwa data tinggi
Seluruh data parameter tanaman, panjang akar, biomassa
pertumbuhan dianalisis secara tanaman, dan biomassa akar
statistik untuk mengetahui perbedaan berdistribusi secara normal, dan uji

7
homogenitas dengan uji Levene Pada gambar 4.2 menunjukkan
menunjukkan data homogen pada bahwa untuk perlakuan dosis
parameter tinggi tanaman tetapi pada biofertilizer nilai tertinggi yaitu P10
parameter panjang akar, biomassa dengan nilai 27.12 ± 10.29 cm/
tanaman, biomassa akar tanaman dan P15 dengan rerata
menunjukkan data tidak homogen tinggi tanaman terendah dengan
pada taraf 5%. Nilai probabilitas nilai 21.75 ± 7.57, Huruf di bagian
parameter pertumbuhan tersebut atas grafik menunjukkan huruf yang
berturut-turut adalah P = 0.043, berbeda jika terdapat perbedaan
0.004; 0.004; dan 0.003 pada uji nyata.
normalitas dan P = 0.382; 0.021; 25 a

Panjang akar (cm)


0.002; dan 0.001 pada uji 20 a
a a
homogenitas (lampiran). Oleh karena 15
data berdistribusi normal, maka uji 10
ANOVA dapat berlaku. Berdasarkan 5
0
uji ANOVA dua arah diperoleh nilai
K- P5 P10 P15
probabilitas P < α (0.05) P = 0.000
Variasi dosis
untuk variasi dosis. Distribusi data
yang normal dan homogen dari
parameter tinggi tanaman dilanjutkan Gambar 4.3 Perbedaan dengan
dengan uji Duncan untuk perlakuan variasi dosis terhadap
membandingkan perbedaan antar panjang akar tanaman terong hijau
perlakuan. Oleh karena itu H0a pada minggu ke-14
ditolak sebab hasil uji menunjukkan Keterangan: K- (kontrol negatif,
bahwa terdapat perbedaan signifikan tanpa pemberian biofertilizer); P5,
terhadap pertumbuhan tanaman P10, dan P15 adalah dosis
terong hijau pada perlakuan variasi biofertilizer 5, 10, dan 15
dosis. mL/tanaman.

Pada gambar 4.3 menunjukkan


40 a a a
bahwa untuk perlakuan dosis
Tinggi tanaman (cm)

30
a
biofertilizer nilai tertinggi yaitu P10
20 dengan nilai 13.76 ± 5.66 cm/
10 tanaman dan P15 dengan rerata
0 panjang akar tanaman terpendek
K- P5 P10 P15 dengan nilai 10.48 ± 3.86 cm/
Variasi dosis tanaman, Huruf di bagian atas grafik
menunjukkan huruf yang berbeda
Gambar 4.2 Perbedaan dengan jika terdapat perbedaan nyata.
perlakuan variasi dosis terhadap
tinggi tanaman terong hijau pada
minggu ke-10
Keterangan: K- (kontrol negatif,
tanpa pemberian biofertilizer); P5,
P10, dan P15 adalah dosis
biofertilizer 5, 10, dan 15
mL/tanaman.

8
40 a dengan nilai 2.18 ± 0.65 gr/ tanaman
Biomassa tanaman a dan P15 dengan rerata biomassa
30 a a
akar tanaman terendah dengan nilai
20
1.37 ± 0.24 gr/ tanaman, Huruf di
(gr)

10
bagian atas grafik menunjukkan
0
huruf yang berbeda jika terdapat
K- P5 P10 P15
perbedaan nyata.
Variasi dosis

B. Pengaruh frekuensi pemberian


Gambar 4.4 Perbedaan dengan
Tabel 4.3 Rata-rata nilai parameter
perlakuan variasi dosis terhadap
pertumbuhan tanaman terong hijau
biomassa tanaman terong hijau pada
(S. melongena L. var. kenari) pada
minggu ke-14
perlakuan frekuensi pemberian
Keterangan: K- (kontrol negatif,
biofertilizer.
tanpa pemberian biofertilizer); P5,
P10, dan P15 adalah dosis
biofertilizer 5, 10, dan 15
mL/tanaman.

Pada gambar 4.4 menunjukkan


bahwa untuk perlakuan dosis
biofertilizer nilai tertinggi yaitu P10 Keterangan: F1: pemberian 1 kali
dengan nilai 25.75 ± 10.01 gr/ (setelah tanam); F2: pemberian 2 kali
tanaman dan P5 dengan rerata (setelah tanam dan minggu ke 2); F3:
biomassa tanaman terendah dengan pemberian 3 kali (setelah tanam,
nilai 15.97 ± 12.36 gr/ tanaman, minggu ke 2, minggu ke 3).
Huruf di bagian atas grafik
menunjukkan huruf yang berbeda Pada uji Brown-Forsythe pada
jika terdapat perbedaan nyata. parameter panjang akar, bimassa
tanaman, dan biomassa akar
3 a a menunjukkan nilai (P > 0.05)
Biomassa akar (gr)

a berturut-turut 0.505; 0.484; dan


2 a 0.379, sehingga tidak bisa
1 dilanjutkan dengan uji Games-
Howell. Maka H0b diterima, tidak
0
K- P5 P10 P15
terdapat perbedaan nyata terhadap
pertumbuhan terong hijau pada
Variasi dosis
perlakuan frekuensi.
Gambar 4.5 Perbedaan dengan
perlakuan variasi dosis terhadap
biomassa akar tanaman terong hijau
pada minggu ke-14

Pada gambar 4.5 menunjukkan


bahwa untuk perlakuan dosis
biofertilizer nilai tertinggi yaitu P5

9
60 tertinggi dengan nilai 15.69 ± 9.42
Tinggi tanaman cm/ tanaman dan frekuensi
40
(cm)
pemberian 1 kali selama masa tanam
20 (F1) memiliki rerata panjang akar
0 terpendek dengan nilai 12.71 ± 4.78
1 2 3 cm/ tanaman.
Frekuensi
80

Biomassa tanaman
Gambar 4.6 Perbedaan dengan 60
perlakuan frekuensi pemberian 40
terhadap tinggi tanaman terong hijau

(gr)
20
pada minggu ke-10
0
Keterangan: F1: pemberian 1 kali 1 2 3
(setelah tanam); F2: pemberian 2 kali
Frekuensi
(setelah tanam dan minggu ke 2); F3:
pemberian 3 kali (setelah tanam, Gambar 4.8 Perbedaan dengan
minggu ke 2, minggu ke 3). perlakuan frekuensi pemberian
terhadap biomassa tanaman terong
Pada gambar 4.6 menunjukkan
hijau pada minggu ke-14
bahwa pada frekuensi pemberian 3
kali selama masa tanam (F3) Pada gambar 4.8 menunjukkan
memiliki rerata tinggi tanaman bahwa pada frekuensi pemberian 3
tertinggi dengan nilai 32.26 ± 17.74 kali selama masa tanam (F3)
cm/ tanaman dan frekuensi memiliki rerata biomassa tanaman
pemberian 1 kali selama masa tanam tertinggi dengan nilai 31.62 ± 30.28
(F1) memiliki rerata tinggi tanaman gr/ tanaman dan frekuensi pemberian
terendah dengan nilai 28.11 ± 11.50 1 kali selama masa tanam (F1)
cm/ tanaman. memiliki rerata biomassa tanaman
terendah dengan nilai 22.91 ± 11.16
30 gr/ tanaman.
Panjang akar (cm)

20

10 6
Biomassa akar (gr)

0 4
1 2 3 2
Frekuensi
0
1 2 3
Gambar 4.7 Perbedaan dengan
Frekuensi
perlakuan frekuensi pemberian
terhadap panjang akar tanaman
Gambar 4.9 Perbedaan dengan
terong hijau pada minggu ke-14
perlakuan frekuensi terhadap
biomassa akar tanaman terong hijau
Pada gambar 4.7 menunjukkan
pada minggu ke-14.
bahwa pada frekuensi pemberian 3
kali selama masa tanam (F3)
memiliki rerata panjang akar

10
Pada gambar 4.9 menunjukkan kali selama masa tanam (F1)
bahwa pada frekuensi pemberian 3 memiliki rerata biomassa akar
kali selama masa tanam (F3) terendah dengan nilai 1.72 ± 0.74
memiliki rerata biomassa akar gr/ tanaman.
tertinggi dengan nilai 2.23 ± 1.34 gr/
tanaman dan frekuensi pemberian 1

C. Pengaruh kombinasi variasi dosis dan frekuensi pemberian


Tabel 4.4 Rata-rata nilai parameter pertumbuhan tanaman terong hijau (S.
melongena L. var. kenari) pada perlakuan kombinasi variasi dosis dan frekuensi
pemberian.
Tinggi tanaman Panjang Akar Biomassa Biomassa akar
Perlakuan
(cm) (cm) tanaman (gr) (gr)

K- 23.61 ± 9.87a 10.79 ± 5.15 21.64 ± 8.70ab 1.78 ± 0.88a


P5 24.63 ± 10.97a 11.75 ± 6.86 26.25 ± 13.75ab 2.40 ± 0.42ab
P10 30.53 ± 10.66ab 12.38 ± 2.14 25.85 ± 12.37ab 1.28 ± 0.19a
P15 18.38 ± 4.39a 10.85 ± 2.30 12.85 ± 1.03ab 1.33 ± 0.10a
P5F2 17.18 ± 5.85a 8.80 ± 2.55 5.15 ± 0.69a 1.55 ± 0.40ab
P10F2 19.58 ± 5.75a 10.38 ± 1.93 26.15 ± 2.33ab 1.21 ± 0.16a
P15F2 29.50 ± 7.85ab 12.20 ± 5.25 23.23 ± 9.80ab 1.52 ± 0.37a
P5F3 28.25 ± 8.45a 16.83 ± 11.74 16.50 ± 8.57ab 2.60 ± 0.61ab
P10F3 31.25 ± 11.30ab 18.53 ± 7.80 25.25 ± 14.43ab 1.83 ± 1.46ab
P15F3 17.38 ± 2.87a 8.38 ± 3.40 14.10 ± 0.25ab 1.25 ± 0.13a
Keterangan: K- (kontrol negatif, tanpa pemberian biofertilizer; P5, P10, dan P15
adalah dosis biofertilizer 5, 10, dan 15 mL/tanaman. F1: pemberian 1 kali; F2:
pemberian 2 kali (setelah tanam dan minggu ke 2); F3: pemberian 3 kali (setelah
tanam, minggu ke 2, minggu ke 3).

Nilai rata-rata yang diikuti huruf bahwa parameter panjang akar,


berbeda pada kolom biomassa tanaman, biomassa akar
mengindikasikan perbedaan yang berbeda nyata oleh perlakuan variasi
signifikan berturut-turut berdasarkan dosis dan kombinasi (P (0,002) < α
uji Duncan dan Games-Howell pada (0,05)). Untuk membandingkan
taraf 5%. perbedaan antar perlakuan
dilanjutkan dengan uji Games-
Uji ANOVA terhadap parameter Howell (lampiran). Hasil uji panjang
panjang akar, biomassa tanaman, dan akar, biomassa tanaman, dan
biomassa akar menunjukkan hasil biomassa akar menunjukkan bahwa
yang berbeda signifikan (P (0,000) < K+ menunjukkan hasil tertinggi
α (0.05)) oleh perlakuan variasi dosis diantara semua perlakuan, Oleh
dan kombinasi. Karena data yang karena itu, H0c ditolak sebab hasil uji
dihasilkan tidak homogen, maka menunjukkan adanya perbedaan
dilanjutkan dengan uji Brown- nyata terhadap pertumbuhan tanaman
Forsythe. Hasil uji menunjukkan

11
terong hijau pada perlakuan dan frekuensi pemberian pada
kombinasi. minggu ke-14

50 Pada gambar 4.11 perlakuan dosis


ab ab
Tinggi tanman (cm)

40 ab a biofertilizer nilai tertinggi yaitu


a a
30 P10F3 dengan nilai 18.53 ± 7.80 cm/
a a a a
20 tanaman dan perlakuan dengan nilai
10
rerata terendah adalah 8.38 ± 3.40
0
cm/ tanaman yaitu pada perlakuan
P15F3.
P10F2
P15F2

P10F3
P15F3
P5F2

P5F3
P10
P15
P5
K-

50
Gambar 4.10 Perbedaan dengan

Biomassa tanaman
40 ab ab ab
perlakuan kombinasi variasi dosis ab
ab ab
dan frekuensi pemberian terhadap 30 ab

(gr)
tinggi tanaman terong hijau pada 20 ab ab
minggu ke-10 10 a
Keterangan: K- (kontrol negatif, 0

P10F2

P15F3
P5F2

P15F2
P5F3
P10F3
P10
P15
P5
K-
tanpa pemberian biofertilizer); P5,
P10, dan P15 adalah dosis
biofertilizer 5, 10, dan 15 Gambar 4.12 Rata-rata biomassa
mL/tanaman. F1: pemberian 1 kali; tanaman terong hijau dengan
F2: pemberian 2 kali (setelah tanam perlakuan kombinasi variasi dosis
dan minggu ke 2); F3: pemberian 3 dan frekuensi pemberian pada
kali (setelah tanam, minggu ke 2, minggu ke-14.
minggu ke 3). Pada gambar 4.12 nilai rerata
biomassa tanaman tertinggi untuk
Pada gambar 4.10 perlakuan dosis perlakuan dosis biofertilizer yaitu
biofertilizer nilai tertinggi yaitu P10F2 dengan nilai 26.15 ± 2.23 gr/
P10F3 dengan nilai 31.25 ± 11.30 tanaman dan perlakuan dengan nilai
cm/ tanaman dan perlakuan dengan rerata terendah adalah 5.15 ± 0.69 gr/
nilai rerata terendah adalah 17.18 ± tanaman yaitu pada perlakuan P5F2.
5.85 cm/tanaman yaitu pada
perlakuan P5F2. 4
ab ab
Biomassa akar (gr)

3 a ab
30 ab a
Panjang akar (cm)

25 2 a a a a
20 1
15
10 0
P10F2
P15F2

P10F3
P15F3
P5F2

P5F3
P5
P10
P15
K-

5
0
P10F2
P15F2

P10F3
P15F3
P5F2

P5F3
P10
P15
P5
K-

Gambar 4.13 Rata-rata biomassa


akar tanaman terong hijau dengan
Gambar 4.11 Rata-rata panjang akar perlakuan kombinasi variasi dosis
tanaman terong hijau dengan dan frekuensi pemberian pada
perlakuan kombinasi variasi dosis minggu ke-14

12
Pada gambar 4.13 nilai rerata Keterangan: K- (kontrol negatif,
biomassa akar tertinggi untuk tanpa pemberian biofertilizer); P5,
perlakuan dosis biofertilizer yaitu P10, dan P15 adalah dosis
P5F3 dengan nilai 2.60 ± 0.61 gr/ biofertilizer 5, 10, dan 15
tanaman dan perlakuan dengan nilai mL/tanaman. F1: pemberian 1 kali
rerata terendah adalah 1.25 ± 0.13 gr/ (setelah tanam); F2: pemberian 2
tanaman yaitu pada perlakuan kali (setelah tanam dan minggu ke
P15F3. 2); F3: pemberian 3 kali (setelah
tanam, minggu ke 2, minggu ke 3).
Tabel 4.5 Nilai parameter
produktivitas tanaman terong Pada gambar 4.14 jumlah buah
(Solanum melongena L. var. kenari) tertinggi untuk perlakuan dosis
perlakuan kombinasi variasi dosis biofertilizer jumlah buah tertinggi
dan frekuensi pemberian yaitu P10F3 dengan 7 buah, dan
biofertilizer. perlakuan dengan jumlah buah
terendah adalah 0 buah yaitu pada
perlakuan P10, P5F2, dan P15F3.

200
Berat buah (gr)

150
100
50

Keterangan: K- (kontrol negatif, 0 P10F2


P10F3

P15F2
P15F3
P5F3
P5F2

P10

P15
P5
K-

tanpa pemberian biofertilizer); P5,


P10, dan P15 adalah dosis
biofertilizer 5, 10, dan 15 Gambar 4.15 Berat buah tanaman
mL/tanaman. F1: pemberian 1 kali terong hijau dengan perlakuan
(setelah tanam); F2: pemberian 2 kali kombinasi variasi dosis dan
(setelah tanam dan minggu ke 2); F3: frekuensi pemberian
pemberian 3 kali (setelah tanam,
minggu ke 2, minggu ke 3). Pada gambar 4.15 berat buah
tertinggi untuk perlakuan dosis
10 biofertilizer berat buah tertinggi
8 yaitu P5F3 dengan berat buah 141 gr
Jumlah buah

6 dan perlakuan dengan berat terendah


4
adalah 0 gr yaitu pada perlakuan
2
P10, P5F2, dan P15F3.
0
P10F3
P5F2
P5F3

P10F2

P15F2
P15F3
P10

P15
P5
K-

Gambar 4.14 Jumlah buah tanaman


terong hijau dengan perlakuan
kombinasi variasi dosis dan
frekuensi pemberian

13
PEMBAHASAN biofertilizer yang membutuhkan
Perbedaan variasi dosis dapat waktu untuk beradaptasi sebelum
memberi beda terhadap tinggi, memberi nutrisi tambahan bagi
panjang akar, biomassa tanaman dan tanaman.
biomassa akar. Untuk kombinasi Rendahnya tinggi tanaman terong
variasi dosis dan frekuensi hijau pada perlakuan yang lain yaitu
pemberian dapat memberi beda pada P5, P10, P15 dapat disebabkan
4 parameter pertumbuhan yaitu karena aktivitas mikroba dalam
tinggi, panjang akar, biomassa biofertilizer membutuhkan waktu
tanaman dan biomassa akar serta untuk tumbuh dan beradaptasi
parameter produktivitas yaitu jumlah dengan lingkugan sekitarnya yang
buah dan berat buah. selalu berubah-ubah selain itu
dengan konsentrasi yang lebih
A. Pengaruh variasi dosis terhadap rendah sehingga pertumbuhan
parameter pertumbuhan pada tanaman pun terhambat. Populasi
tanaman terong hijau (Solanum mikroba di dalam tanah dipengaruhi
melongena L. var. kenari) oleh beberapa faktor yaitu macam zat
Menurut Soepardi (1983), hara, nutrisi, pH dan suhu
pertumbuhan, dan perkembangan (Budiyanto, 2004). Dibandingkan
berlangsung secara terus menerus pupuk NPK yang merupakan bahan
sepanjang daur hidup, bergantung kimia yang langsung dapat diserap
kepada ada atau tidaknya meristem, oleh tanaman untuk digunakan dalam
hasil asimilasi dan substansi proses pertumbuhannya.
pertumbuhan lainnya serta
lingkungan yang mendukung. Pada B. Pengaruh perlakuan frekuensi
perbedaan variasi dosis terhadap pemberian
pertumbuhan tanaman terong hijau Pada penelitian ini menunjukkan
(Solanum melongena L. var. kenari) bahwa hasil terbaik untuk parameter
yaitu tinggi, panjang akar, biomassa tinggi tanaman, panjang akar,
tanaman, dan biomassa akar. Pada biomassa tanaman dan biomassa akar
minggu ke-10 didapatkan hasil untuk terlihat pada frekuensi pemberian
semua parameter pertumbuhan, hasil tiga kali selama masa tanam (setelah
untuk perlakuan variasi dosis penanaman, 2 minggu setelah tanam
biofertilizer dengan nilai rerata dan 4 minggu setelah tanam)
tertinggi untuk parameter tinggi daripada pemberian pupuk dengan
tanaman, panjang akar, biomassa frekuensi 2 kali (setelah tanam, 2
tanaman, dan biomassa akar berturut- minggu setelah tanam). Hal ini
turut yaitu ditunjukkan pada didukung oleh pendapat Budiyanto
perlakuan P10, P10, P10, dan P5. (2004), yang mengatakan bahwa
Tetapi sebagai pembanding yaitu K+ pemberian pupuk melalui tanah
sebenarnya memiliki nilai lebih dengan frekuensi yang sangat jarang
tinggi pada semua parameter (sekaligus, dua atau tiga kali
pertumbuhan, hal tersebut dapat sepanjang siklus pertumbuhan)
dikarenakan sifat pupuk kimia yang membutuhkan jumlah pupuk yang
dapat langsung diserap oleh tanaman sangat banyak karena adanya
berbeda dengan mikroba pada pencucian. Rosliani dkk. (2001)

14
dalam Masfufah (2011), juga sel pada bagian meristem sehingga
melaporkan bahwa pupuk N yang pada bagian ujung-ujung tanaman
diberikan kedalam tanah, hanya 30% mengalami peningkatan. Berbeda
- 50% yang diserap tanaman, pada K+ frekuensi 3 kali pemberian
sedangkan pupuk P dan K lebih mendapatkan hasil rerata tertinggi
rendah lagi hanya sebesar 15 – 20%, pada parameter biomassa tanaman.
selebihnya menjadi residu dalam Diduga perbedaan tersebut
larutan tanah dan tercuci. dikarenakan pada saat frekuensi 3
kali pemberian yaitu 4-5 minggu (±
C. Pengaruh kombinasi variasi 28-35 hari) setelah tanam, tanaman
dosis dan frekuensi pemberian terong hijau sudah berada pada fase
pada parameter pertumbuhan peningkatan massa sel terutama pada
tanaman terong hijau (Solanum bagian batang utama dan dahan
melongena L. var. kenari) untuk pertumbuhan sekunder.
Hasil rerata tertinggi untuk
parameter pertumbuhan yaitu tinggi D. Pengaruh perlakuan kombinasi
tanaman, panjang akar, dan biomassa variasi dosis dan frekuensi
akar terlihat pada perlakuan variasi pemberian biofertilizer pada
dosis biofertilizer yaitu berturut-turut parameter produktivitas terong
pada perlakuan P10F3, P10F3, dan hijau (Solanum melongena L. var.
P5F3 untuk parameter biomassa kenari)
tanaman terlihat pada perlakuan Pada hasil rerata tertinggi untuk
variasi dosis biofertilizer yaitu pada parameter produktivitas yaitu jumlah
perlakuan P5. Tetapi sebagai buah terlihat pada perlakuan K+F2
pembanding yaitu K+F2 dan K+F3 dan untuk perlakuan biofertilizer
sebenarnya memiliki nilai lebih yaitu pada perlakuan P10F3. Diduga
tinggi untuk semua parameter dikarenakan perlakuan K+
pertumbuhan. Untuk perlakuan K+ merupakan pupuk kimia yang dapat
yaitu pupuk NPK dapat memberikan langsung diserap oleh tanaman dan
hasil tertinggi karena merupakan digunakan untuk pertumbuhannya,
bahan kimia yang dapat langsung berbeda dengan biofertilizer yang
diserap oleh tanaman dan digunakan membutuhkan waktu untuk
untuk pertumbuhannya, Terutama memberikan nutrisi tambahan bagi
pada tanaman berkayu yang tanaman sehingga hasil rerata
membutuhkan nutrisi yang banyak tertinggi jumlah buah didapatkan
dan cepat menyerap nutrisi pada perlakuan K+ dan untuk
disekitarnya. perlakuan biofertilizer yaitu pada
Pada K+ frekuensi 2 kali perlakuan P5F3. Untuk frekuensi 2
pemberian mendapatkan hasil rerata kali pemberian dapat dikarenakan
tertinggi untuk tinggi tanaman, pada saat itu tanaman berada pada
panjang akar, dan biomassa akar. fase generatif terutama peningkatan
Diduga perbedaan tersebut jumlah sel sehingga rerata jumlah
dikarenakan hingga pada frekuensi 2 buah tertinggi dapat dicapai dan
kali pemberian yaitu 2-3 (± 14-21 untuk parameter berat buah nilai
hari) minggu setelah tanam, tanaman rerata tertinggi terlihat pada
terong berada pada fase pembelahan perlakuan K+F3 dan untuk perlakuan

15
biofertilizer yaitu pada perlakuan siklus hidupnya lebih cepat,
P5F3. Diduga dikarenakan pada sedangkan tanaman yang kekurangan
frekuensi 3 kali pemberian, tanaman hara akan berpengaruh pada proses
memasuki fase generatif terutama pertumbuhan dan perkembangan
peningkatan massa sel pada bagian sehingga berjalan lambat (Rasyid et
bakal buah sehingga bisa al., 2010).
mendapatkan nilai rerata berat buah
tertinggi. E. Pengaruh faktor lingkungan
Semakin tinggi nilai parameter Pertumbuhan tanaman secara
pertumbuhannya menandakan umum dapat dipengaruhi oleh
tanaman tersebut memperoleh nutrisi banyak faktor baik faktor internal
yang cukup sehingga dapat maupun eksternal (lingkungan).
menyimpan kelebihan nutrisi yang Dalam penelitian ini salah satu faktor
didapat pada parameter produktivitas penting yang menyebabkan
yaitu jumlah dan berat buah. perbedaan nyata pada hasil yang
Kebutuhan unsur hara tersebut dapat didapatkan yaitu: faktor cuaca pada
tercukupi dari pemberian biofertilizer tempat penelitian, yang memberi
dengan konsentrasi yang optimal perbedaan pada jumlah sinar
agar pertumbuhannya berlangsung matahari yang didapatkan oleh
dengan maksimal. Selain itu tanaman. Selama penelitian ini
frekuensi pemupukan yang berbeda berjalan, cuaca yang berubah-ubah
juga memberi perbedaan terhadap terutama curah hujan yang
pertumbuhan tanaman karena dengan jumlahnya cukup tinggi dapat
frekuensi pemupukan yang sesuai mempengaruhi proses pertumbuhan
akan memaksimalkan ketersediaan tanaman, jumlah cahaya matahari
unsur hara dalam tanah melalui yang didapatkan tanaman juga
penambahan mikroba. menurun dengan banyaknya awan
Adanya peranan mikroba yang hujan yang muncul saat hujan.
mampu menambat N, melarutkan P, Penggunaan jaring-jaring penutup
dan merombak bahan organik dalam dan posisi tanaman pada tempat
biofertilizer dapat menyediakan penelitian (lampiran) juga dapat
kebutuhan unsur hara seperti N, P, mengurangi jumlah cahaya yang
dan K serta unsur hara lainnya yang dapat diterima oleh tanaman.
kemudian akan diserap oleh tanaman Curah hujan yang cukup tinggi
untuk selanjutnya digunakan dalam dapat mempengaruhi pH tanah dan
proses metabolisme. Suplai hara jumlah pupuk maupun jumlah
yang cukup membantu terjadinya mikroba yang terdapat dalam media
proses fotosintesis dan menghasilkan tanah yang digunakan untuk tempat
senyawa organik yang akan diubah tumbuh tanaman. Sehingga koloni
dalam bentuk ATP saat mikroba dalam tanah sulit untuk
berlangsungnya respirasi, bekerja secara optimal, bahkan
selannjutnya ATP ini akan pupuk yang terdapat dalam tanah
digunakan untuk membantu dapat lebih cepat tercuci dan
pertumbuhan tanaman (Meirina et pertumbuhan tanaman pun
al., 2011). Tanaman yang mendapat terhambat. Adanya hama serangga,
cukup hara dapat menyelesaikan yaitu larva kepik (ladybug), semut

16
hitam, kaki seribu (millipede) dan biomassa akar pada perlakuan P5
gulma tanaman, yaitu rumput dan yaitu 2.18 ± 0.65 gr/ tanaman.
jamur (mushroom) ikut memberi 2. Perlakuan frekuensi pemberian
dampak negatif terhadap proses biofertilizer tidak memberi
pertumbuhan tanaman. mulai dari perbedaan nyata terhadap
persaingan memperebutkan tempat pertumbuhan tanaman terong
untuk tumbuh, sinar matahari, air dan hijau (Solanum melongena L. var.
nutrisi dalam tanah untuk gulma kenari). Berdasarkan parameter
tanaman, hingga merusak daun dan tinggi tanaman, panjang akar,
batang tanaman untuk digunakan biomassa tanaman dan biomassa
sebagai makanan dan tempat akar yang memiliki nilai tertinggi
bersarang untuk serangga. adalah pada perlakuan F3 dengan
Terlambatnya penggunaan pestisida nilai berturut-turut 32.26 ± 17.74
untuk mencegah datangnya hama cm/ tanaman, 15.69 ± 9.42 cm/
dan herbisida untuk pertumbuhan tanaman, 31.62 ± 30.28 gr/
gulma tanaman. Faktor posisi tanaman dan 2.23 ± 1.34 gr/
peletakan pada tempat penelitian tanaman.
juga ikut memberi perbedaan 3. Pemberian perlakuan kombinasi
terhadap jumlah cahaya matahari dan variasi dosis dan frekuensi
air hujan yang didapatkan oleh pemberian biofertilizer memberi
tanaman. perbedaan nyata terhadap
Pada akhirnya jika proses pertumbuhan dan produktivitas
pertumbuhan tanaman berjalan tidak tanaman terong hijau (Solanum
optimal, maka produktivitasnya pun melongena L. var. kenari).
ikut menurun. Seperti pada Berdasarkan parameter
parameter jumlah buah dan berat pertumbuhan untuk perlakuan
buah, hasil yang didapatkan kurang biofertilizer nilai tertinggi yaitu
memuaskan bahkan ada beberapa pada perlakuan P10F3 untuk
yang tidak berbuah sama sekali. parameter tinggi dan panjang akar
berturut-turut 31.25 ± 11.30 dan
KESIMPULAN 18.53 ± 3.40 cm/tanaman,
1. Pemberian berbagai variasi dosis parameter biomassa tanaman pada
biofertilizer memberi perbedaan perlakuan P5 yaitu 26.25 ± 13.75
nyata terhadap pertumbuhan gr/tanaman dan biomassa akar
tanaman terong hijau (Solanum pada perlakuan P5F3 yaitu 2.40 ±
melongena L. var. kenari). 0.42 gr/tanaman. Parameter
Berdasarkan parameter produktivitas yaitu untuk
pertumbuhan untuk perlakuan perlakuan biofertilizer jumlah
biofertilizer nilai tertinggi yaitu buah tertinggi yaitu P10F3 dengan
perlakuan P10 untuk pada 7 buah/tanaman, dan P5F3 untuk
parameter tinggi, panjang akar, berat buah total terbanyak yaitu
dan biomassa tanaman berturut- 141 gr/tanaman.
turut 27.12 ± 10.29 cm/ tanaman,
13.76 ± 5.66 cm/ tanaman, dan
25.75 ± 7.06 gr/ tanaman,

17
SARAN Terhadap Pertumbuhan dan
1. Penggunaan biofertilizer pada Produktivitas Tanaman Tomat
tanaman terong hijau dengan (Lycopersicon esculentum)
variasi dosis dan kombinasi pada Polybag. Skripsi.
variasi dosis dan frekuensi Fakultas Sains dan Teknologi
pemberian dapat meningkatkan Universitas Airlangga.
tinggi tanaman, panjang akar, Surabaya.
biomassa tanaman, biomassa akar, Meirina, T., Darmanti, S., dan
jumlah buah dan berat buah jika Haryanti, S. 2011,
dibarengi dengan perawatan serta Produktivitas Kedelai (Glycine
pembersihan gulma dan hama max (L) Merril var lokon)
tanaman yang teratur. yang diperlakuakan dengan
2. Pemakaian herbisida pada media Pupuk Organik Cair Lengkap
tanah sebelum penanaman bibit pada Dosis dan Waktu
juga diperlukan untuk Pemupukan yang Berbeda,
menghilangkan bibit gulma Skripsi, Jurusan Biologi
tanaman yang tak diinginkan. MIPA, Universitas
Pestisida pada tanaman juga dapat Diponegoro, Semarang.
digunakan jika jumlah hama Rasyid, B., Samosir, S. S. R., dan
tanaman cukup banyak. Sutomo, F., 2010, Respon
3. Pilih tempat dan waktu atau tanaman jagung (Zea mays)
musim yang sesuai agar jumlah pada berbagai regim air tanah
air hujan yang berlebihan dapat dan pemberian pupuk
dihindari sehingga hasil yang nitrogen, Prosiding Pekan
didapatkan bisa lebih optimal. Serealia Nasional: 26-34.
Penggunaan biofertilizer ini perlu Samadi, B. 2001. Budi daya terung
dikaji lebih lanjut agar didapatkan hibrida. Kanisius:
dosis dan intensitas pemberian Yogyakarta
yang tepat. Surtiningsih, Tini. 2012. Efektivitas
dosis dan waktu pemberian
DAFTAR PUSTAKA campurna mikroba pada
Budiyanto, M. A. K. 2004. pertumbuhan dan produksi
Mikrobiologi Terapan. tanaman kacang hijau (Vigna
Universitas Muhammadiyah radiata L.). Berkala Ilmiah
Press. Malang. Agroteknologi Plumula 1 (2).
Eriyandi. 2008. Budi Daya tanaman Syaifudin, A. L. Mulyani, M.
Terung. CV. Wahana lptek Ariesta. 2010. Pupuk
Bandung. Kosarmas sebagai Upaya
Gaur, V. 2010. Biofertilizer – Revitalitas Guna
Necessity for Sustainability. Meningatkan Kualitas dan
J. Adv. Dev. 1:7-8. Kuantitas Hasil Pertanian.
Masfufah, Ainun., Agus Supriyanto., Universitas Negeri Solo.
Tini Surtiningsih. 2011.
Pengaruh Pemberian Pupuk
Hayati (Biofertilizer) pada
Berbagai Dosis Pupuk dan
Mediam Tanam yang Berbeda

18

You might also like