You are on page 1of 21

multiple sklerosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian

Sklerosis multiple ( SM ) merupakan keadaan kronis penyakit system syaraf pusat


degenerative yang dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada
otak dan medulla spinalis. Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yang
menunjukkan adanya adanya material lunak dan protein di sekitar serabut-serabut
syaraf otak dan medulla spinalis, yang menghasilkan gangguan transmisi impuls
syaraf.

Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung
pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan
cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan
sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan
sedikit upaya. Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan
kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi
terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang
mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang
belakang.

Multiple Sklerosis (Multiple Sclerosis – MS) adalah penyakit kronis pada sistem
saraf pusat (SSP) yang dikarakteristikan oleh sedikit lapisan dari batas substansia
alba pada saraf optik, otak dan medulla spinalis. Multipel sklerosis paling sering
ditemukan pada usia muda. Kasus ini sedikit lebih banyak menyerang wanita
dibandingkan dengan pria. Usia rata-rata penderita penyakit ini adalah 30 tahun,
dengan batas antara 18-40 tahun.

MS adalah salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf sum-
sum tulang belakang) akibat kerusakan myelin. Myelin adalah materi yang
melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan
memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan
efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh
yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Pada
MS, kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut
syaraf untuk menghantarkan ‘pesan’ ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan
myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS,
parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.

B. Etiologi

Multiple sclerosis biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :

1. Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang
menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis dimana Lapisan ini
mengakibatkan gangguan transmisi impuls saraf.

2. Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek


terhadap lapisan saraf.

3. Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan karena factor predisposisis


yang berhubungan dengan disfungsi autoimun, kelainan genetik atau proses infeksi
oleh virus

4. Virus : infeksi retrovirus akan menyebabkan kerusakan oligodendroglia.

5. Bakteri : reaksi silang sebagai respon perangsang heat shock protein


sehingga menyebabkan pelepasan sitokin

C. Manifestasi klinis multiple Sklerosis

Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-gejalanya


bergantung pada area sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus
pada MS dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri,
yang bentuknya dari waktu ke waktu bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka
waktunya pun dapat berubah, dan semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi
bahkan pada penderita yang sama. Tidak ada MS yang tipikal. Kebanyakan
penderita MS akan mengalami lebih dari satu gejala, tetapi meskipun ada gejala-
gejala umum yang diderita banyak orang, tidak ada seorangpun yang memiliki
semua gejala tersebut sekaligus.

Perjalanan SM dapat menunjukkan banyak pola yang berbeda. Banyak pasien


mulai dengan perjalanan relapsing remitting dengan pemulihan komplit di antara
kesembuhan. Pasien lain mengalami perjalanan progressif kronik dari awitan
dengan penurunan fungsi progressif. Perjalan penyakit progressif yang cepat jarang
terjadi. Pada pasien yang lain, penyakit mengikuti perjalanan penyakit jinak.
Sepanjang hidup dan gejala sangat ringan sehingga pasien tidak mencari bantuan
kesehatan ataupun pengobatan.

Gangguan Penglihatan

· Penglihatan kabur

· Penglihatan membayang (diplopia)

· Neuritis optikal

· Pergerakan mata yang tak terkontrol

· kebutaan (sangat jarang terjadi)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi

· hilang keseimbangan tubuh

· Gemetar (tremor)

· ketidakstabilan kemampuan berjalan (ataksia)

· pusing (vertigo)

· kekakuan anggota tubuh


· gangguan koordinasi

· perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki
dan kemampuan berjalan

Kekakuan (spasticity)

· kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan

· kejang

Gangguan indra perasa

· perasaan geli di beberapa bagian tubuh

· perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum

· kebas (paraesthesia)

· perasaan seperti terbakar

· nyeri dapat menyertai penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah (seperti


trigeminal neuralgia), dan nyeri otot.

Gangguan kemampuan berbicara

· perlambatan cara berbicara

· berbicara seperti menggumam

· perubahan ritme berbicara

· sulit menelan (dysphagia)

Keletihan berlebihan
· Perasaan lemah dan letih yang datang tidak terduga dan tidak sebanding
dengan aktivitas yang sedang dikerjakan. Keletihan berlebihan adalah gejala
penyakit MS yang paling umum (dan yang paling menyusahkan).

Gangguan kandung kemih dan usus

· Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat
buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.

· Gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare.

Gangguan Seksual

· impoten

· Berkurangnya kemampuan seksual

· kehilangan gairah

Sensitivitas terhadap Panas

· perburukan gejala-gejala yang dialami karena udara panas

Gangguan Kognitif dan Emosi

· kehilangan memori jangka pendek

· kehilangan kemampuan konsentrasi, penilaian, penalaran

D. Patofisiologi

Penyebab MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan penelitian
untuk mencari penyebab pasti penyakit MS. Kerusakan myelin pada MS mungkin
terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh terutama focal
lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi menuju lokasi dan
melakukan penyerangan seperti yang layak terjadi pada setiap infeksi). Sitem
kekebalan tubuh ini seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme
berbahaya (bakteri dan virus). Banyak jenis MS yang menampakkan gejala
penyakit kekebalan tubuh, dimana tubuh menyerang sel-sel dan jaringan-
jaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang diserang adalah Myelin). Para peneliti
belum mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang
myelin, tetapi ada satu pemikiran bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa
faktor.

Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam
tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini
dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung mengubah
proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah mencoba
mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak ada virus
MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak ( rubella ) dan
herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Pada penderita multipel
sklerosis ternyata serum dan cairan serebrospinal mengandung berbagai antibodi
campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti tersebut dihasilkan dalam
otak.

Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah menuju
ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi yang
melindungi darah/otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-
unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya
membuat sel-sel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin. Pada awalnya,
setiap peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan
regenerasi selaput mielin. Pada saat ini, gejala awal MS masih berupa episode
disfungsi neurologis yang berulang kali membaik. Walaupun demikian, dengan
berselangnya waktu, sitokina yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi sejumlah
mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak dan
sumsum tulang belakang, dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta degenerasi
saraf kronis yang berkelanjutan.

Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut


syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan
myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS,
parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.

Penyebab lain MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan
penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit MS. Masih dipertanyakan
apakah meningkatnya kasus pada keluarga diakibatkan oleh predisposisi genetik
(tidak terdapat pola herediter) atau disebabkan karena sering kontak dengan agen
infeksi (mungkin virus) pads masa kanak-kanak yang entah dapat menyebabkan
multipel sklerosis pads waktu mulai menginjak masa dewasa muda.

Penyelidikan migrasi menunjukkan bahwa jika orang dewasa pindah dari tempat
dengan risiko tinggi ke tempat dengan risiko rendah, mereka tetap mempunyai
risiko tinggi untuk menderita multipel sklerosis. Tetapi jika migrasi terjadi sebelum
mencapai usia 15 tahun, maka individu tersebut mempunyai risiko yang rendah
sesuai dengan tempat tinggalnya yang baru. Data-data Ini sesuai dengan teori yang
menyatakan virus mungkin merupakan penyebabnya dengan periode laten yang
panjang antara paparan awal dengan awitan (onset penyakit). Mekanisme kerjanya
mungkin merupakan reaksi autoimun yang menyerang mielin.

Penyelidikan lain mengajukan kemungkinan adanya faktor-faktor genetik sehingga


ada orang-orang yang lebih rentan terhadap serangan berbagai virus yang bereaksi
lambat pada Sistem saraf pusat. Virus lambat ini mempunyai masa inkubasi yang
lama dan mungkin hanya berkembang dalam kaitannya dengan status imun yang
abnormal atau terganggu

Sklerosis ditandai dengan adanya bercak kerusakan mielin yang tersebar diikuti
dengan gliosis dan substansia alba sistem persarafan. Bercak-bercak berwarna
kekuning-kuningan dan keras yang ditemukan pada otopsi dipakai sebagai sumber
nama penyakit ini. Sifat perjalanan penyakit merupakan serangkaian serangan pada
berbagai bagian sistem saraf pusat. Setiap serangan memperlihatkan derajat remisi
tertentu tetapi secara menyeluruh gambarannya adalah ke arah yang buruk
(Brunner dan Suddarth, 2002).

Secara klinis, akan terjadi akumulasi progresif seperti masalah


penglihatan,kelemahan pada otot, penurunan daya indra, depresi, kesulitan
koordinasi dan berbicara, rasa sakit dan bahkan kelumpuhan. Secara paraklinis,
akan terjadi kerusakan akson dan lebam pada otak dan sumsum tulang belakang
akibat peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi berulangkali pada akson dan
glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam darah juga mengalami
peningkatan.Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson dan lebam pada otak
dan sumsum tulang belakang akibat peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi
berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam darah juga
mengalami peningkatan.

E. Jenis-jenis MS

Relapsing-Remitting MS (MS Hilang-Timbul/Kambuhan)

o Pada MS jenis ini, terjadi beberapa kali kekambuhan (serangan) yang tidak
terduga. Serangan ini berlangsung dalam waktu yang bervariasi (dalam hitungan
hari atau bulan) dan dapat pulih secara parsial atau total. Jenis ini dapat bersifat
‘tidak aktif’ selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

o Frekuensi – kurang lebih 25%

Benign MS (MS Jinak)

· Setelah satu atau dua kali serangan dan kemudian pulih total, MS jenis ini
tidak mengalami perburukan dan tidak timbul kecacatan permanen. MS jinak
hanya dapat diidentifikasi ketika adanya ringan yang timbul pada masa 10 – 15
tahun setelah serangan dan pada awalnya dapat dikategorikan sebagai MS hilang-
timbul. MS jinak cenderung berhubungan dengan gejala-gejala yang tidak parah
ketika terjadinya serangan (contohnya pada sistem sensorik).

· Frekuensi – kurang lebih 20%

Secondary Progressive MS (MS Progresif Sekunder)


· Bagi beberapa orang yang pada awalnya mengalami MS hilang – timbul,
dalam perjalanan penyakitnya ada bentuk perkembangan lebih lanjut yang
mengarah pada ketidakmampuan yang bersifat progresif, dan seringkali disertai
kekambuhan terus menerus.

· Frekuensi – kurang lebih 40%

Primary Progressive MS (MS Progresif Primer)

o MS jenis ini ditandai dengan tidak adanya serangan yang parah, tetapi ada
serangan-serangan kecil dengan gejala-gejala yang terus memburuk secara nyata.
Terjadi satu akumulasi perburukan dan ketidakmampuan yang dapat membawa
penderita pada tingkat/titik yang semakin rendah atau terus berlanjut hingga
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

o Frekuensi – kurang lebih 15%

F. Epidemiologi

Penyakit ini lebih sering dijumpai pada daerah beriklim sedang (Eropa Utara dan
Amerika Utara), dengan insidens kurang lebih 10 per 10.000 penduduk. Penyakit
ini jarang ditemukan di daerah tropis tetapi multipel sklerosis juga jarang dijumpai
di Jepang. Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang
pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada
keluarga dekat.Peta dunia yang menunjukkan bahwa risiko terkena MS makin
tinggi dengan meningkatnya jarak dari khatulistiwa. Di Eropa utara, Amerika
Utara, dan Australasia, sekitar satu dari 1000 warganegara menderita sklerosis
ganda, sementara di jazirah Arab, Asia, dan Amerika Selatan, persentasenya jauh
lebih rendah. Di Afrika sub-Sahara, MS sangat jarang. Dengan beberapa
pengecualian, ada gradasi utara-selatan di belahan bumi utara dan gradasi selatan-
utara di belahan bumi selatan, dengan MS lebih jarang di sekitar khatulistiwa.
G. Komplikasi

Komplikasi yang biasanya sering terjadi pada multiple skelrosis adalah :

Disfungsi pernafasan,Infeksi kandung kemih, infeksi sistem pernafasan,sepsis,


Komplikasi dari imobilitas,dekubitus, Konstipasi, deformitas kontraktur, edema
depemden pada kaki, pneumonia dan depresi reeaktif, masalh-masalh emosi,
social, pernikahan, ekonomi, pendidikan juga dapat menjadi akibat dari penyakit.

H. Pemeriksaan Diagnostic

Dalam menegakkan diagnosis multiple sklerosis dibutuhkan beberapa pemeriksaan


penunjang sebagai berikut :

· Pemeriksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP


yang abnormal.

Pemeriksaan elektroforesis terhadap SSP biasanya mengungkap adanya ikatan


oligoklonal (beberapa pita imunoglobulin gamma [IgG]), yang menunjukkan
abnormalitas imunoglobulin. Dalam kenyataannya, hampir 95% antibodi IgG
normal terlihat di SSP pada klien dengan multipel skierosis. Pemeriksaan potensial
bangkitan dilakukan untuk membantu memastikan luasnya proses penyakit den
memantau perubahan.

· Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang substansia alba dari
SSP.

CT scan dapat menunjukkan atrofi serebri. MRI menjadi alat diagnostik utama
untuk memperlihatkan plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit den
efek pengobatan. Disfungsi kandung kemih yang mendasari diagnosis dengan
pemeriksaan urodinamik. Pengujian neuropsikologis dapat diindikasikan untuk
mengkaji kerusakan kognitif. Riwayat seksual menbantu untuk mengindentifikasi
hal-hal kekhawatiran khusus.

Pemeriksaan MRI menunukkan bahwa banyak plak tidak menimbulkan gejala


serius, dan pasien dengan plak ini tidak secara serius mengalami gangguan tetapi
mengalami periode remisi yang panjang di antara episode remisi. Terdapat bukti
bahwa remielinasi secara actual terjadi pada beberapa pasien.

· Tes elektro-fisiologis, menimbulkan potensial-potensial, meneliti perjalanan


impuls melalui saraf untuk menentukan apakah impuls-impuls bergerak secara
normal atau terlalu lambat.

· Akhirnya, pengujian cairan cerebro-spinal yang mengelilingi sumsum otak


dan tulang belakang dapat mengidentifikasi bahan kimia yang tidak normal
(antibodi) atau sel yang menunjukkan adanya multiple sclerosis.

I. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.


Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik.

Program pengobatan sesuai dengan individu, kelompok, dan rasional yang menjadi
indikasi untuk mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara
terus¬menerus. Banyak klien multipel skierosis mengalami keadaan stabil dan
hanya memerlukan pengobatan yang lebih sering yang ditujukan pada
pengontrolan gejala sedangkan yang lain mengalami progresi penyakit yang
mantap.

1) Penatalaksanaan Serangan Akut ( Farmakoterapi )

· Kortikosteroid dan ACTH digunakan sebagai agen anti-inflamasi yang dapat


meningkatkan konduksi saraf, menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu
singkat atau eksaserbasi (exacerbation). Karena mekanisme imun merupakan
faktor patogenesis multipel sklerosis, make sejumlah agen farmakologik dicoba
untuk modulasi respons imun dan menurunkan kecepatan perkembangan penyakit
den serangan yang sering den menurunkan keadaan yang semakin buruk. Obat-
obat ini mencakup azatioprin, sikiofosfamid, dan interferon.
· Beta interferon (Betaseron) telah disetujui untuk digunakan dalam
perjalanan relapsing-remitting. Beta interferon (Betaseron ®) digunakan untuk
mempercepat penurunan gejala. Betaseron telah diketahui efektif dalam
menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi akut dengan
pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang lebih kecil pada
jaringan otak. ini merupakan obat baru yang dapat menjanjikan untuk pengobatan
multipel skierosis meskipun telah ratusan kali dicoba.

· Modalitas lain (misalnya radiasi, kopolimer 1, dan kladribin) sekarang


masih diteliti sebagai pengobatan yang mungkin untuk bentuk multipel sklerosis
progresif.

· Baklofen sebagai agen antispasmodik merupakan pengobatan yang dipilih


untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan kontraktur memerlukan blok
saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.

· Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit

2) Penatalaksanaan Gejala Kronik

· Pengobatan spastic dengan bacloferen (Lioresal®), dantrolene (Dantrium®),


diazepam (Valim®), terapi fisik, intervensi pembedahan.

· Kontrol kelelahan dengan namatidin (Simmetrel®).

· Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling.

· Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan pemasangan


kateter tetap.

Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih dan defekasi pada kebanyakan


masalah sulit klien. Umumnya, gejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu ketidakmampuan untuk menyimpan urine (hiperefleksi;
tidal tertahan), ketidakmarnpuan mengosongkan kandung kemih (hiporefleksi,
hipotonik), dan campuran kedua tipe. Berbagai variasi pengobatan digunakan
untuk mengatasi masalah masalah ini. Kateterisasi sendiri yang dilakukan secara
sering efektif digunakan untuk disfungsi kandung kemih.
Infeksi saluran kemih sering terjadi akibat disfungsi neurologis. Asam askorbat
dapat diberikan untuk mengasamkan urine, sehingga menurunkan kemungkinan
bakteri untuk bertumbuh. Antibiotik diberikan bile dibutuhkan,

· Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria.

· Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.

· Kontrol distonia dengan karbamazim (Treganol®).

· Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol®), feniton


(Dilantin®), perfenazin dengan amitriptilin (Triavili®)

Ada banyak isu untuk pasien dan dokter untuk dipertimbangkan dalam mengobati
multiple sclerosis. Tujuan mungkin termasuk:

meningkatkan kecepatan pemulihan dari serangan (pengobatan dengan obat


steroid);

mengurangi jumlah serangan atau jumlah lesi MRI, atau

mencoba untuk memperlambat perkembangan penyakit (pengobatan dengan obat


penyakit memodifikasi atau DMDS).

Tujuan lain adalah bantuan dari komplikasi karena hilangnya fungsi organ yang
terkena (pengobatan dengan obat bertujuan gejala spesifik).

Kebanyakan ahli saraf akan mempertimbangkan pengobatan dengan DMDS


setelah diagnosis kekambuhan multiple sclerosis remitting didirikan. Banyak akan
mulai perawatan pada saat serangan pertama sclerosis ganda, sejak uji klinis
menunjukkan bahwa pasien yang pengobatan tertunda tidak dapat mengambil
manfaat sebanyak pasien yang diobati dini.

Penting bagi pasien untuk berbicara dengan dokter mereka sebelum memutuskan
untuk melanjutkan terapi sejak DMDS berbeda dalam penggunaannya (misalnya,
satu DMD dapat digunakan untuk memperlambat cacat maju tetapi tidak untuk
pengobatan serangan pertama MS; DMD lain mungkin digunakan untuk
mengurangi kekambuhan tetapi tidak untuk memperlambat kemajuan cacat).
Akhirnya, memanfaatkan kelompok pendukung atau konseling dapat membantu
untuk pasien dan keluarga mereka yang hidupnya mungkin akan terpengaruh
langsung oleh multiple sclerosis.

Begitu tujuan telah ditetapkan, terapi awal mungkin termasuk obat-obatan untuk
mengelola serangan, gejala, atau keduanya. Pemahaman tentang potensi efek
samping obat sangat penting untuk pasien karena efek samping yang kadang-
kadang saja mencegah pasien dari terapi obat. Pasien dapat memilih untuk
menghindari obat-obatan sama sekali atau memilih obat alternatif yang mungkin
menawarkan bantuan dengan efek samping yang lebih sedikit. Sebuah dialog terus
menerus antara pasien dan dokter tentang obat adalah penting dalam menentukan
kebutuhan untuk pengobatan.

Obat diketahui mempengaruhi sistem kekebalan tubuh telah menjadi fokus utama
untuk mengelola multiple sclerosis. Awalnya, kortikosteroid, seperti prednison
(Deltasone, Pred Cair, Deltasone, Orasone, Prednicen-M) atau metilprednisolon
(Medrol, Depo-Medrol), telah banyak digunakan. Namun, karena efeknya pada
sistem kekebalan tubuh non-spesifik (umum) dan mereka dapat menggunakan
dapat menyebabkan efek samping banyak, kortikosteroid sekarang cenderung
digunakan untuk mengelola hanya serangan sclerosis parah beberapa (yaitu,
serangan yang menyebabkan cacat fisik atau menyebabkan nyeri).

Interferons for relapsing multiple sclerosis Interferon untuk kekambuhan multiple


sclerosis

Sejak tahun 1993, obat-obatan yang mengubah sistem kekebalan tubuh, terutama
interferon, telah digunakan untuk mengelola multiple sclerosis. Interferon adalah
protein utusan yang sel-sel sistem kekebalan memproduksi dan digunakan untuk
berkomunikasi satu sama lain. Ada berbagai jenis interferon, seperti alpha, beta,
dan gamma. Semua interferon memiliki kemampuan untuk mengatur sistem
kekebalan tubuh dan berperan penting dalam melindungi terhadap penyusup
termasuk virus. Setiap interferon berfungsi secara berbeda, tapi fungsi tumpang
tindih. Para interferon beta telah ditemukan berguna dalam mengelola multiple
sclerosis.

Interferon beta-1b (Betaseron ®) adalah interferon pertama disetujui di AS untuk


mengelola RR-MS pada tahun 1993.
Pada tahun 1996, intramuskular interferon beta-1a (Avonex ®) mendapat
persetujuan FDA untuk RR-MS.

Subkutan Interferon beta-1a (Rebif ®) disetujui di AS pada tahun 2002.

FDA juga menyetujui pemasaran Interferon beta-1b dengan merek Extavia ® pada
2009.

Secara keseluruhan, pasien yang diobati dengan interferon mengalami lebih sedikit
relaps atau suatu interval yang lebih panjang antara kambuh. Avonex ® dan Rebif
® digunakan untuk memperlambat cacat berkembang. Efek samping yang paling
umum adalah sindrom seperti flu yang mencakup demam, kelelahan, kelemahan,
menggigil, dan nyeri otot. Sindrom ini cenderung terjadi lebih jarang sebagai terapi
terus. . Efek samping lain yang umum adalah reaksi di tempat injeksi, perubahan
jumlah sel darah, dan kelainan tes-tes hati . Tes-tes hati Reguler dan jumlah darah
yang direkomendasikan untuk pasien yang menerima beta-interferon. Tiroid
pengujian fungsi periodik juga dianjurkan karena efek beta-interferon pada
kelenjar tiroid. Dengan penggunaan seiring analgesik dan berkembang
keperawatan dengan pengalaman mengelola reaksi kulit lokal, tolerabilitas untuk
interferon tampaknya telah meningkat selama bertahun-tahun.

Uji klinis beta-interferon pada pasien dengan serangan pertama dari multiple
sclerosis menunjukkan bahwa pada populasi pasien awal, serangan kedua ditunda.
Interferon disetujui oleh FDA untuk pengobatan pada serangan pertama dari
multiple sclerosis termasuk Avonex ®, yang intramuskular seminggu sekali, dan
Betaseron ® atau Extavia ®, yang diberikan subkutan setiap hari.

Tersedia beta-interferon meliputi:

Interferon beta-1b ( Betaseron ® dan Extavia ®) digunakan untuk pengobatan


kekambuhan bentuk multiple sclerosis, untuk mengurangi frekuensi relaps klinis.
Pasien dengan multiple sclerosis di antaranya keberhasilan telah ditunjukkan
mencakup pasien yang mengalami episode klinis pertama dan memiliki fitur MRI
konsisten dengan multiple sclerosis.

Interferon beta-1a ( Rebif ®) digunakan untuk pengobatan pasien dengan


kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk mengurangi frekuensi relaps klinis
dan menunda akumulasi dari ketidakmampuan fisik.Keberhasilan Rebif ® pada
multiple sclerosis progresif yang kronis belum ditetapkan.

Interferon beta-1a ( Avonex ®) digunakan untuk pengobatan pasien dengan


kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk memperlambat akumulasi cacat fisik
dan mengurangi frekuensi kambuh klinis. Pasien dengan multiple sclerosis di
antaranya keberhasilan telah ditunjukkan mencakup pasien yang mengalami
episode klinis pertama dan memiliki fitur MRI konsisten dengan multiple sclerosis.
Keamanan dan kemanjuran pada pasien dengan multiple sclerosis progresif belum
ditetapkan.

Obat lain disetujui untuk kekambuhan multiple sclerosis

Glatiramer asetat (Copaxone)

Asetat glatiramer (Copaxone) adalah DMD yang disetujui untuk mengurangi


frekuensi relaps pada RR-MS. Asetat glatiramer adalah sintetis (buatan manusia)
asam amino campuran yang mungkin serupa dengan komponen protein dari
myelin. Diperkirakan bahwa reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap myelin pada
multiple sclerosis mungkin diblokir atau berkurang oleh asetat glatiramer. Reaksi
yang terjadi segera setelah injeksi asetat glatiramer adalah umum, mempengaruhi
satu dari 10 pasien. Reaksi mungkin melibatkan flushing, nyeri dada atau sesak,
jantung berdebar , gelisah , sesak napas , sesak di tenggorokan, atau gatal-gatal .
Reaksi biasanya sembuh dalam waktu 30 menit dan membutuhkan pengobatan.
Beberapa pasien mungkin berada pada risiko mengembangkan lipoatrofi,
peradangan dan kerusakan jaringan lemak di bawah kulit di tempat injeksi.

Natalizumab (Tysabri®) Natalizumab (Tysabri ®)

Natalizumab (Tysabri ®) adalah obat yang disetujui oleh FDA untuk mengobati
kekambuhan multiple sclerosis. Natalizumab adalah antibodi monoklonal terhadap
VLA-4, sebuah molekul yang diperlukan untuk sel kekebalan untuk mematuhi sel
lain, dan menembus ke otak. Hal ini diberikan melalui infus intravena bulanan. Ini
membawa peringatan bagi penyakit yang berpotensi fatal, progressive multifocal
leukoencephalopathy (PML), infeksi virus dari otak yang biasanya menyebabkan
kematian atau cacat berat. Untuk alasan ini hanya pasien yang telah mendaftar
untuk pengobatan berdasarkan program distribusi obat terkontrol dapat menerima
pengobatan dengan natalizumab.

Natalizumab digunakan sendiri untuk pengobatan pasien dengan kekambuhan


bentuk multiple sclerosis untuk menunda perkembangan cacat fisik dan
mengurangi frekuensi kambuh klinis. Keamanan dan kemanjuran natalizumab
lebih dari dua tahun tidak diketahui. Risiko PML dapat meningkat dengan kontak
yang terlalu lama natalizumab. Karena kenaikan natalizumab risiko PML,
umumnya direkomendasikan hanya untuk pasien yang memiliki respon cukup, atau
tidak dapat mentoleransi terapi alternatif sklerosis ganda.

Mitoxantrone (Novantrone ®)

Mitoxantrone (Novantrone ®) disetujui oleh FDA untuk pengobatan multiple


sclerosis (SP-MS, PR-MS, dan memburuknya RR-MS). Mitoxantrone adalah
kemoterapi obat yang membawa risiko serius efek samping jantung atau kanker (
leukemia ). Karena efek samping yang serius, dokter cenderung untuk
mencadangkan penggunaannya untuk kasus yang lebih maju atau memburuknya
multiple sclerosis, dan ada batas untuk jumlah total mitoxantrone yang dapat
diberikan. Pemantauan jantung sebelum setiap dosis dan tahunan setelah dosis
terakhir mitoxantrone juga diperlukan.

Mitoxantrone digunakan untuk mengurangi kecacatan neurologis dan / atau


frekuensi relaps klinis pada pasien dengan SP-MS, PR-MS, atau memburuk RR-
MS (misalnya, pasien yang status neurologis secara signifikan abnormal antara
kambuh). Mitoxantrone tidak digunakan dalam pengobatan pasien dengan PP-MS.

Fingolimod (Gilenya®) Fingolimod (Gilenya ®)

Fingolimod (Gilenya ®) adalah obat oral harian untuk mengobati MS yang telah
disetujui oleh FDA Amerika Serikat pada September 2010 sebagai obat oral
pertama untuk mengobati MS. Meskipun mekanisme yang tepat tindakan
fingolimod tidak jelas, tampaknya untuk bekerja dengan mengurangi jumlah
limfosit (sejenis sel darah putih yang penting untuk kekebalan tubuh dan proses
peradangan) dalam darah. Fingolimod diambil setiap hari dalam bentuk kapsul. Ini
bukan obat untuk MS, tetapi telah terbukti menurunkan jumlah flare MS dan
memperlambat perkembangan kecacatan fisik yang disebabkan oleh MS. Seperti
terapi suntik banyak untuk MS, keamanan jangka panjang dari fingolimod tidak
diketahui. Efek samping yang paling umum dari fingolimod adalah sakit kepala,
flu, diare, nyeri punggung, peningkatan enzim hati dalam darah, dan batuk. Efek
samping lain yang juga mungkin termasuk masalah mata, sehingga mereka yang
memakai obat ini harus memiliki evaluasi ophthalmologic biasa.

Bagaimana manifestasi fisik dari multiple sclerosis diobati?

Ada obat banyak yang digunakan untuk mengelola komplikasi yang terkait dengan
multiple sclerosis. Tabel berikut berisi daftar komplikasi umum, contoh terapi obat
dan non-obat, dan komentar tentang komplikasi dan / atau manajemen. Di
antaranya, hanya dalfampridine (Ampyra ®) telah disetujui oleh FDA sebagai
pengobatan simtomatik (non-DMD) untuk multiple sclerosis.

Tabel komplikasi Multiple sclerosis dengan contoh-contoh pengelolaan obat dan


non-obat (daftar ini tidak menyeluruh, sebagian besar obat tercantum di bawah ini
digunakan untuk mengobati gejala multiple sclerosis meskipun mereka belum
disetujui FDA untuk tujuan tertentu)..

Komplikasi

Obat-obatan

Non-manajemen obat dan komentar

) Kesulitan berjalan (kelambatan)

dalfamipridine (Ampyra)
dalfamipridine (Ampyra) telah disetujui FDA pada 2010 untuk meningkatkan
berjalan pada pasien dengan MS. Terapi fisik, peralatan orthotic, dan alat bantu
berjalan juga saya bermanfaat.

kelenturan

baclofen (Lioresal)

tizanidine (Zanaflex)

diazepam (Valium)

clonazepam (Klonopin)

dantrolene (Dantrium)

Terapi fisik juga dapat memberikan manfaat. Kebanyakan obat diberikan melalui
mulut. Beberapa obat diberikan melalui pompa tulang belakang.

Kelemahan

Tidak ada

Terapi fisik dan latihan digunakan terutama. Kawat gigi kaki, tongkat atau walker
adalah manfaat.

Mata masalah (akut neuritis optik )

methylprednisolone (Solu-Medrol)

Solu-Medrol diberikan selama serangan akut secara intravena, kadang-kadang


diikuti dengan kortikosteroid melalui mulut.

Kelelahan, emosional ledakan

Anti-depressants Anti-depresi

amantadine (Symmetrel) untuk kelelahan;

fatigue modafinil (Provigil) untuk kelelahan


Mengurangi atau menghindari aktivitas fisik dan paparan panas. Amitriptyline
digunakan untuk tiba-tiba tertawa / menangis.

Pain Sakit

aspirin

Ibuprofen acetaminophen anti-convulsants , Anti-depresi

Aspirin, NSAID , asetaminofen, atau terapi fisik digunakan untuk otot dan nyeri
punggung . Anti-convulsants, seperti carbamazepine (Tegretol) atau gabapentin
(Neurontin) digunakan untuk nyeri wajah atau anggota tubuh. Anti-depressants
atau stimulasi listrik digunakan untuk nyeri menusuk-nusuk, kesemutan intens, dan
pembakaran. Rujukan ke spesialis nyeri direkomendasikan dengan nyeri yang
hebat.

Bladder dysfunction Kandung kemih disfungsi

Antibiotik

Vitamin C

oxybutynin (Ditropan)

Antibiotik digunakan untuk mengelola infeksi.

Vitamin C dan jus cranberry digunakan untuk mencegah infeksi.

Kateter digunakan untuk meringankan retensi urin.

Oxybutynin (Ditropan, Ditropan LX, Oxytrol) atau tolterodine (Detrol, Detrol LA)
digunakan untuk disfungsi kandung kemih.

Sembelit

Meningkatkan cairan dan serat .

Disfungsi seksual
Vaginal gels sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), vardenafil (Levitra), papaverine ,
gel vagina

Untuk laki-laki, disfungsi ereksi obat, papaverin, implan penis, atau


electrostimulation digunakan.

.Untuk perempuan, gel vagina atau perangkat bergetar digunakan.

Getaran

Sering resisten terhadap pengobatan. Terkadang obat-obatan atau operasi


digunakan jika tremor yang parah.

Sumber :

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


persyarafan. Jakarta : salemba medika

Suzanne c.smeltzer& brenda G.bare. 2003.Buku ajar keperawatan medikal bedah


Brunner& suddarth edisi 8 . Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

Fransisca B. Batticaca.2008. asuhan keperawatan dengan gangguan sistem


persyarafan. Jakarta : salemba medika

Multiple Sclerosis International Federation – MSIF 2007)

You might also like