You are on page 1of 4

Perbedan pendapatku dengan Hirst adalah bahwa dia mengungkapkan tentang praktik

berdasarkan logika murni, tetapi tidak mencoba memahami praktik tersebut secara kompleks.
Selanjutnya, kelemahan dalam praktik ini terletak pada rasionalitas yang tidak diimbangi
dengan berbagai dengan berbagai analisis tentang rindakan yang rasional atau alasan praktis.
Yang dimaksud dengan rasional disini adalah memilih berbagai proses mental yang tidak
sesuai dengan paradigma untuk mengambil sebuah kesimpulan. Contohnya, dalam sebuah
seminar atau diskusi dengan anak, kegiatan yang mengajarkan untuk menandai hal-hal yang
sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan, (seperti berpendapat secara logis, menunjukkan apresiasi
terhadap siswa atau anak, menghubungkan berbagai keterangan) daripada membuat maksud
tertentu untuk mencapai maksud akhir yang diinginkan.

Hirst mencontohkan kesalahan yang dilakukan oleh para filosof yang melakukan
praktik tanpa melakukan pengujian terhadap praktik tersebut, atau bahkan mengenai struktur
bahasa yang digunakan dalam praktik. Intinya, prof. Hirst berpendapat bahwa implementasi
dalam kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan pernyatan para filosof.

Dua macam kurkulum Michael Young

Menurut Michael Young, masalah pendidikan adalah hasil pengalaman dari orang-
orang yang berada dilingkungan sekolah. Mengenai fakta tersebut tersirat bahwa
mempelajari kurikulum yang muncul secara terus-menerus yang bertujuan pada pengalaman
praktik yang akan dihasilkan, tentunya hal tersebut menggambarkan situasi dimana banyak
teori kurikulum yang sudah berlaku, serta cara-cara yang digunakan untuk kepentingan siswa.
Michael Young menekankan bahwa didalam kurikulum termuat materi pelajaran dan
berbagai pengalaman yang dimiliki guru.

Selanjutnya, Michael Young mengemukakan tentang konsep kurikulum yang berbeda,


yaitu praktik kurikulum dimana seseorang mengaktualisasikan diri dalam mengikuti berbagai
kegiatan sesuai bakat dan minat yang dimiliki untuk dikembangkan dan didukung oleh
lingkungan sekolah. Pada konteks ini diharapkan seorang siswa terlibat secara aktif dan tidak
hanya terpaku terhadap nilai mata pelajaran.
Namun untuk terlibat dalam praktek penelitian konstruktif ini. Kita perlu menghadapi
kesulitan yang tinggi, dan menemukan cara yang sesuai di untuk merealisasikannya. Pada
praktek nyata dapat diketahui perbedaan permasalahan yang akan dihadapi, seperti perbedaan
motivasi, perbedaan dalam menyusun atau mengembangkan pemikiran-pemikiran, ataupun
perbedaan dalam tujuan pendidikan. Dari perbedaan tersebut, diharapkan menghasilkan teori-
teori yang menarik, bukan hanya teori praktek.

Ujian prakteknya bersandar pada perbedaan 2 konsep kurikulum yang berlainan.1


kurikulum adalah fakta (pandangan komoditi) 2 kurikulum adalah praktek. Contoh pertama
adalah sebuah konsep yang diwujudkan, lalu kita banyak diberitahu dalam hal yang dikatakan
oleh Hirts sebuah struktur social menentukan pengetahuan external terhadap hal yang akan di
kuasai siswa. Keragaman kurikulum Burner yang tidak diragukan lagi akan menjadi contoh
lebih lanjut dalam hal ini. Misalnya, pemahaman yang harus dikuasai dalam bukunya ‘Man;
A Course Of Study” contoh kurikulum adalah praktek adalah, saya kira adalah semacam
penyelidikan interdisipliner terbuka(IDE) yang dibuat oleh Charity James dalam laboratorium
kurikulum Goldsmith. Dalam kurikulum seperti yang dimaksud, tidak ada maksud yang
dipaksakan. Semua arti dinegosiasikan anatara kolaborasi yang memungkinkan antara guru
dan siswa yang mencoba menguasai dunianya/ areanya.

Objek dari kurikulum adalah fakta, adalah melalui pembagian pengetahuan pada
subjek (dalam sruktur yang berbeda) kita harus menerima untuk melakukan seperti mutlak
dan pemberian, sebagai sebuah komoditas, sebagai object yang akan di teliti dan dipelajari,
apa yang menjadi realita social, sejarah social dan penentu sejarah social, bias jadi ataupun
tidak.

Dan kami gagal dalam melihat (dalam pandangan) pengetahuan itu. Sebagai cara
penyelidikan yang dihasilkan oleh orang orang dalam konteks social tertentu, dengan cara
dimana kelompok social tertentu untuk memahami realita mereka, tidak memiliki kehidupan
mereka sendiri, terputus dari renungan, masalah, perjuangan orang-orang tertentu. Sebab itu
kesalahan dalam pandangan ini yang melihat kurikulum sebagai sebuah inisail kedalam
bentuk pengetahuan guru adalah sesuatu yang bersifat external kepada cara berpikir anak.
Kesulitanku terhadap kritik Michael adalah pada cara berfikirnya yang terlalu sederhana,
dimana dia mencoba mengambarkan praktek. Kurikulum adalah fakta kita diberitahu
pencerminan dari asumsi para pelaku praktek. Bukankah begitu? Asumsi-asumsi tersebut
sangat banyak, meskipun benar melakukan beberapa treatment kepada subjek yang berbeda
sesuatu yang tidak berubah seperti mempelajari dan menghafal, banyak yang melihat subjek
belajar sebagai sebuah jalan masuk pada jenis penyelidikan tertentu, perkembangan social
yang pasti, tetapi bukan hanya masalah konvensi seperti itu semua.

Tetapi perbedaan diantara kita disini bukan hanya masalah bagaimana


mempraktekkan tujuan, sebaiknya kita gambarkan kurikulum realita. Dia berusaha
menyalurkan pengetahuan perkembangan social. Tentunya banyak arti yang bergantung pada
kata “transmit”. Tetapi apakah perkembangan social-pengetahuan yang kita cari untuk
dikenalkan pada murid- kami menggabungkan standar logika dan sosial yang tidak bisa
diabaikan. Dan pengetahuan memiliki kehidupan sendiri, terlepas dari renungan setiap
individu. Dan dikenalkan pada anak-anak. Dalam mempelajari sebuah bahasa, anak sedang
diperkenalkan terhadap hal-hal yang berada diluar dirinya dan ketika hal itu di
internalisasikan menjadi halayan yang bermanfaat untuk mengkonsepkan pengalamanya, dan
bermanfaat bagi sosial-historiknya yang telah memungkinkan kita untuk melihat dengan cara-
cara ini. Yang memiliki sesuatu untuk dilakukan pada dunia. Harusnya kita tetap sadar proses
sosial yang menghasilakan konsep kita ,diantara yang lain, ‘viscosity’. Tapi kita juga harus
sadar hal ini karena dunia bengitu kental dengan social. Dan akan salah jika kita
menyampaikan tanpa melihat perkembangan dunia. Dan melihat dunia diawali dari melihat
orang lain.

Aku menyambut teori praktek kurikulum Micae Young dengan baik.Itu semua sangat
mengecewakan. Suatu konsep sempit yang bervariasi.

Bernstein's classification and farming of knowledge

Baik hart’s maupun Young memiliki gagasan teori yang terlalu formal atau ketat.
Kritik saya terhadap teori mereka memiliki alasan lain. Namun ada teori lain tentang teori
praktik yang mencoba mengembangkan teori praktek. Teori-teori semacam itu jauh dari
memberi penjelasan dan membantu praktisi untuk berlatih lebih baik. Cenderung
menempatkan pemahaman praktik kedalam perlindungan teoritis dan untuk menjaga dari
berbagai macam praktik yang harus dipahami.

Dalam artikel Bernstein (1971) mengklarifikasikan dan menyusun pengetahuan dalam


kedudukan praktik. Tentu hal itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang dapat saya
ajukan, yaitu: Bagaimana menghubungkan konteks teoritis dengan realitas yang kompleks
didalam diri guru? Bagaimana hubungan bahasa yang teoritis dengan bahasa yang dipakai di
sekolah? bagaimana kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan kita telah berkembang dalam
kehidupan nyata? Bagaimana kita dapat mengungkapkan bahwa praktik baru ini lebih baik
daripada apa yang biasanya dilakukan melalui media teoritis yang digunakan sehari-hari?
Kecuali dapat diberikan jawaban-jawaban atas hal-hal ini oleh para praktisi dibantu oleh para
ahli yang berkelut dengan hal tersebut. atau dapat menggambarkan hubungan secara logis
antara teoritis baru dengan teoritis lama yang dapat digunakan guru dalam praktiknya,
ataupun teori baru ini dapat memberikan prediksi/gambaran yang lebih baik dari pada teoritis
lama yang kita pakai sekarang.

Selanjutnya, jika jawaban yang telah diberikan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut


sesuai. Maka kita mendapat suatu permasalahan yang ganjil dalam tubuh pengetahuan (erat
kaitannya dengan epistemologi, ontologi, dan aksiologi) dan itu memberikan suatu substansi
yang masuk akal bagi Michael Young terhadap kritik kurkulum sebagai fakta. Artikel
tersebut menjadi fakta pendidikan tentang seperangkat konsep kurikulum baru yang tak
terhitung jumlahnya, dan menyediakan kerangka kerja untuk spekulasi teoritis yang lebih
jauh lagi tentang kurikulum sekolah.

Pada artikelnya, ia mencoba mengemukakan kerangka teoritis yang memadai (pada


chapter 8), yaitu: bagaimana masyarakat memilih, mengklarifikasikan, mendistribusikan
mengtransmisikan dan mengevaluasi pendidikan yang bersifat umum dalam menggambarkan
distribusi kekuasaan dan prinsip-prinsip kontrol sosial.

Pada pengtahuan pendidikan umum ada tiga sistem didalamnya, yaitu kurikulum (apa
yang dianggap sebagai pengetahuan yang valis), pedagogi (cara apa yang dianggap valid
untuk mentransmisiskan pengetahuan) dan evaluasi (apa yang dianggap realisasi yang valid
dalam pengetahuan). ‘Kode pengetahuan pendidikan’ adalah prinsip-prinsip dari bentuk
pengetahuan pendidikan.

You might also like