You are on page 1of 5

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.

1 April 2010 ISSN : 1907-9931

STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI


PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

Indah Wahyuni Abida

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo


E-mail: indahwahyuni@trunojoyo.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton dan
faktor yang mempengaruhi di perairan muara sungai Porong Sidoarjo. Metode penelitian dilakukan dengan
metode deskriptif yang bersifat ex post facto. Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Tanah dan
Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Struktur
komunitas fitoplankton yang ada di perairan muara Sungai Porong terdapat 2 kelas yaitu Bacillariophyceae
(14 genera) dan Dinophyceae (2 genera) dengan kelimpahan berkisar antara 18.077 sel/L - 29.305 sel/L.
Indeks Keanekaragaman menunjukkan kestabilan populasi rendah dengan indeks keseragaman yang rendah
sehingga tidak ada dominansi species. Faktor yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah tingkat
kecerahan perairan yang rendah akibat tingginya bahan tersuspensi.

Kata Kunci : Struktur Komunitas, Fitoplankton, Muara Sungai Porong

PENDAHULUAN atau bahkan kematian masal organisme dan bisa


menyebabkan berkurangnya penetrasi cahaya
Wilayah pesisir merupakan daerah pada kolom air. Hal ini akan berakibat pada
pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah keberadaan organisme terutama plankton yang
ini sangat kompleks karena dipengaruhi oleh langsung merespon dari keberadaan nutrien dan
berbagai kegiatan yang ada diluar maupun di kualitas air tersebut. Karakteristik perairan dari
dalam wilayah itu sendiri. Kesalahan aspek biologi, dalam hal ini komunitas
pengelolaan wilayah pessisir menjadikan fitoplankton penting untuk diketahui sebagai
wilayah ini sebagai tempat pembuangan limbah dasar dalam menentukan pengelolaan perairan
yang dapat mengakibatkan hilangnya potensi karena pada kawasan tersebut banyak terdapat
yang ada. Masuknya bahan organik ke pesisir lahan pertambakan yang memanfaatkan air
ini cepat atau lambat akan dapat mempengaruhi sungai sebagai media budidaya.
kualitas air, yang selanjutnya berpengaruh pada Komposisi dan kelimpahan tertentu dari
keberadaan organisme yang ada di perairan fitoplankton pada suatu perairan sangat
khususnya plankton yang merupakan organisme berperan sebagai makanan alami pada tropik
yang pertama merespon perubahan kualitas air level diatasnya, juga berperan sebagai penyedia
tersebut. oksigen dalam perairan. Adanya masukan
Salah satu kasus yang terjadi pada bahan-bahan organik dan buangan lumpur
pengelolaan wilayah pesisir yang kurang lapindo pada perairan sungai Porong dapat
memperhatikan kelestarian lingkungan adalah menyebabkan tingkat kekeruhan yang terjadi
pembuangan lumpur yang dilakukan oleh PT. pada muara sungai tersebut sangat tinggi,
Lapindo Brantas. Beban masukan yang nyata sehingga menyebabkan ketersediaan unsur hara
berupa lumpur tersebut membawa partikel yang tersebar tidak merata dan penetrasi cahaya
tersuspensi, nutrien dan bahan organik terlarut yang masuk ke dalam perairan akan berkurang
yang akan mendukung terjadinya eutrofikasi dan sangat mempengaruhi aktivitas fitoplankton

36
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

dalam berfotosintesis. Berdasarkan hal tersebut versi 9.0. Analisis data tersebut meliputi :
diatas maka perlu dilakukan kajian atau Analisis komunitas fitoplankton dilakukan
penelitian mengenai struktur komunitas dan dengan menggunakan indeks biologi yang
kelimpahan fitoplankton yang berhubungan meliputi indeks keanekaragaman, indeks
dengan ketersediaan zat hara setelah terjadinya keseragaman dan indeks dominansi. Untuk
pembuangan lumpur lapindo di muara sungai menentukan indeks keanekaragaman (Diversity
Porong Kab. Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan index) dihitung dengan indeks keanekaragaman
untuk mengetahui struktur komunitas dan Shannon – Wiener dalam Odum ( 1996).
kelimpahan fitoplankton dan faktor yang
mempengaruhi di perairan muara sungai Porong HASIL DAN PEMBAHASAN
Sidoarjo.
Kelimpahan dan Stuktur Komunitas
METODE PENELITIAN Fitoplankton

Penelitian ini akan dilakukan dengan Selama pengamatan di perairan muara


pengambilan sampel di muara sungai Porong Sungai Porong, ditemukan 2 kelas fitoplankton.
Kab. Sidoarjo. Lokasinya secara geografis Kedua kelas tersebut terdiri dari
terletak pada 112˚50’48.2’’BT dan Bacillariophyceae dan Dinophyceae yang
07˚33’0.96’’LS. Pengambilan sampel dilakukan ditemukan menyebar pada ketiga stasiun.
pada 3 stasiun dengan jarak 1,5km antar stasiun, Genera fitoplankton pada ketiga stasiun tersebut
yang dimulai pada jam 09.00 – selesai. terdiri dari 14 genera Bacillariophyceae dan 2
Penelitian ini dilakukan dengan mengukur genera Dinophyceae. Dari kedua kelas ini,
parameter Biologi yaitu struktur komunitas dan kelimpahan sel fitoplanktonnya yang
kelimpahan Fitoplankton sebagai parameter mendominasi pada ketiga stasiun adalah dari
utama, sedangkan sebagai parameter penunjang kelas Baccillariophyceae genera Bacterioastrum
yaitu parameter fisika dan kimia pada muara dan Chaetoceros, jenis yang lain yang juga
sungai Porong yang diantaranya : suhu, pH, ditemukan lebih banyak dari kelas ini adalah
salinitas, kecerahan, kedalaman, DO (oksigen genera Thalasiotrix, Nitzschia, Rhizosolenia,
yang terlarut), Nitrat (NO3), Amonium (NH4) Pleurosigma dan Navicula. Sedangkan dari
dan Fosfat (PO4). Pengambilan sampel kelas Dinophyceae hanya ditemukan genera
dilakukan secara horisontal. Pengambilan Peridinium dan Ceratium.
sampel air dilakukan setiap seminggu sekali Kelas Bacillariophyceae merupakan kelas
selama 3 kali. Analisis sampel air dilakukan di yang mendominasi di lokasi pengamatan. Hal
Laboratorium Tanah dan Laboratorium Ilmu ini juga sama dengan hasil penelitian Damar
Kelautan Universitas Trunojoyo. Metode (2003); Abida (2008) dan Arinardi et al., (1997)
penelitian dilakukan dengan metode deskriptif bahwa genera fitoplankton dari kelas
yang bersifat ex post facto. Metode pencacahan Bacillariophyceae dan Dinophyceae ditemukan
fitoplankton yang digunakan yaitu metode strip. melimpah karena fitoplankton dari kedua kelas
Untuk identifikasi species fitoplankton tersebut merupakan anggota utama fitoplankton
dengan menggunakan literatur Davis (1955), yang terdapat di seluruh bagian perairan laut,
Yamaji (1979) dan Tomas (1997). Kelimpahan baik perairan pantai maupun perairan oseanik.
fitoplankton dihitung berdasarkan APHA Kelimpahan fitoplankton ini dapat dilihat pada
(1998). Data hasil pengamatan yang Gambar 1. berikut.
didapatkan, disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik serta dideskripsikan. Analisis data
dilakukan secara komputasi dengan
menggunakan program Excel, Kgraph dan SPSS

37
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

yang berkisar antara 0.293-1.587. Berdasarkan


45000 Odum (1971) nilai ini termasuk dalam kategori
40000 keanekaragaman yang rendah dan mempunyai
35000
Kelimpahan (Sel/L)

kestabilan komunitas yang rendah. Dengan nilai


30000
25000
Pengamatan 1 indeks keseragaman (E) yang juga rendah,
20000
Pengamatan 2 menunjukkan bahwa pola sebaran individu
15000
Pengamatan 3 hamppir merata sehingga tidak ditemukan
10000 adanya dominansi species tertentu pada semua
5000 stasiun. Ketidakstabilan komunitas di perairan
0 muara Sungai Porong ini diduga dipengaruhi
A B C
oleh faktor pasang surut yang terjadi di perairan
Stasiun
yang membawa perubahan unsur hara ke
Gambar 1. Kelimpahan Fitoplankton Selama perairan.
Pengamatan (Sel/L) Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Sanders et al. (1987) bahwa faktor-faktor
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa lingkungan yang mempengaruhi dominansi
pada stasiun A dan B mempunyai kelimpahan suatu spesies & suksesi adalah cahaya,
fitoplankton yang hampir sama yaitu masing- temperatur, konsentrasi, rasio, dan bentuk kimia
masing sebesar 18.077 sel/L dan 19.200 sel/L, nutrien. Setiap spesies fitoplankton
sedangkan kelimpahan fitoplankton tertinggi menunjukkan persyaratan yang berbeda
ada pada stasiun C dengan rata-rata sebesar terhadap nutrien, perubahan dalam struktur
29.305 sel/L. Perbedaan nilai kelimpahan komunitas sering terjadi sebagai akibat dari
fitoplankton bisa disebabkan oleh beberapa konsentrasi nutrien relatif dan fluktuasinya.
faktor antara lain : ketersediaan nutrien,
keberadaan cahaya dikolom perairan dan laju Unsur Hara
grazing oleh organisme lain. Dari grafik Dari hasil pengukuran parameter
tersebut menunjukkan pada pengamatan ke-2, hidrooceanografi di muara Sungai Porong
nilai kelimpahan menunjukkan hasil yang lebih didapatkan suhu sekitar 29-32oC; pH sekitar
rendah. Hal ini disebabkan oleh keberadaan 7,1-7,9; DO sekitar 2,1-6,5 mg/L serta salinitas
cahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan 11-13‰. Konsentrasi unsur hara yang diperoleh
waktu pengamatan lainnya akibat tingkat selama pengamatan antar stasiun menunjukkan
kekeruhan kolom perairan yang tinggi sehingga fluktuasi berbeda pada tiap waktu pengamatan.
cahaya yang masuk ke kolom perairan relatif Konsentrasi ammonium selama pengamatan
terbatas. pada stasiun A diperoleh kisaran antara 76,11-
Hasil penelitian Abida (2008) di perairan 85,56 µM , pada stasiun B berkisar antara
pantai Selat Madura kabupaten Bangkalan 73,89-101,67µM dan pada stasiun C berkisar
menunjukkan bahwa kolom perairan yang 72,78-148,89µM. Konsentrasi ammonium ini
teraduk akibat resuspensi sedimen mempunyai nilainya diperoleh lebih tinggi bila
nilai kekeruhan yang tinggi sehingga ada dibandingkan dengan konsentrasi ammonium
keterbatasan cahaya dikolom perairan dalam yang diperoleh di Teluk Jakarta pada musim
mendukung proses fotosintesis dan hujan dengan nilai sebesar 25,79 µM NH4-N
mempengaruhi sebaran fitoplankton di kolom dan hampir sama dengan konsentrasi yang
perairan. ditemukan di Teluk Lampung dekat muara
sungai yaitu sebesar 2,40-299,01 µM NH4-N
Indeks Biologi Fitoplankton (Damar 2003).
Indeks Keanekaragaman (H’) selama Tingginya proses dekomposisi bahan
pengamatan pada semua stasiun diperoleh nilai organik di kolom perairan seperti yang

38
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

dikemukakan oleh Paasche (1988) dalam menunjukkan peningkatan konsentrasi dengan


Blackburn & Sorensen (1988) pada perairan meningkatnya kedalaman dan padatan
dangkal, akan menyebabkan tingginya tersuspensi (Abida, 2008).
konsentrasi ammonium, nitrogen di recycled Dari hasil regresi sederhana antara
menjadi amonium oleh mikrobial benthik dan konsentrasi nutrien yang terukur dengan
komunitas hewan yang penting bagi kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa
fitoplankton yang dapat menyediakan lebih unsur hara mempunyai korelasi yang rendah dan
besar atau semua N yang dikonsumsi di kolom beragam pada ketiga stasiun, hal ini dapat
air. Hal ini juga dimungkinkan akibat masuknya diketahui dari nilai koefisien determinasi (R2)
bahan organik dari air sungai porong yang dibawah 50 % pada taraf α 0,05 (Gambar 2).
merupakan tempat buangan limbah lumpur Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa regresi
lapindo dan juga dari limbah domestik dari linier tidak bisa menggambarkan hubungan
pemukiman penduduk yang berada di sekitar antara masing-masing unsur hara (NO3-N, NH4-
perairan sungai Porong mulai dari hulu sampai N, PO4-P) dengan kelimpahan Fitoplankton .
hilir.
Konsentrasi nitrat yang diperoleh selama 45000
pengamatan berkisar antara 4,19-4,52 µM pada
40000
stasiun A, 3,87-6,93 µM pada stasiun B dan
Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) 35000
3,71-6,94 µM pada stasiun C. Nilai sebaran y = 55.07x + 17330
R2 = 0.0266
Nitrat masih dalam kisaran hasil penelitian yang 30000
dilakukan Damar (2003) di Teluk Jakarta pada 25000
muara Sungai Priok yaitu berkisar antara 0,58 – 20000
35,17µM NO3-N dan di area pantai diperoleh
15000
konsentrasi nitrat berkisar antara 0,22-16,81µM
NO3-N, sedangkan di area offshore yang 10000

ditemukan lebih rendah yaitu berkisar antara 5000


0,02-3,62µM NO3-N. Nitrat yang ditemukan 0
mempunyai kisaran yang lebih rendah bila 0 50 100 150 200
dibandingkan dengan konsentrasi ammonium, NH4-N (uM)
hal ini dimungkinkan karena nitrat yang tersedia Gambar 2. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton
di perairan sudah dimanfaatkan oleh dan NH4-N
fitoplankton sehingga konsentrasi yang terukur
lebih rendah. Hal ini seperti yang dikemukakan 45000

oleh Goes et al., (2004) bahwa konsentrasi 40000


Kelimpahan Fitoplankton (Sel/L)

y = 3449.8x + 4821.3
nitrat yang menurun sampai sekitar 6 µM 35000 R2 = 0.2562
menunjukkan telah terjadi penyerapan nitrat 30000
dengan cepat oleh fitoplankton.
25000
Kisaran konsentrasi ortofosfat yang
diperoleh selama pengamatan pada stasiun A 20000

sebesar 15,58-22,52µM PO4-P, pada stasiun B 15000


dan C masing-masing berkisar 15,89-28,32µM 10000
PO4-P dan 16,95-25,05µM PO4-P. Kisaran 5000
konsentrasi ortofosfat yang diperoleh dimuara
0
Sungai Porong ini kisarannya hampir sama 0 2 4 6 8
dengan konsentrasi ortofosfat yang ada di
NO3-N (uM)
perairan Selat Madura daerah Kwanyar yang Gambar 3. Hubungan Kelimpahan Fitoplankton
terukur sebesar 4,32 – 27,70 µM PO4-P dan dan NO3-N

39
Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-9931

KESIMPULAN
Damar, A., 2003. Effects of Enrichment on
Dari hasil penelitian menunjukkan Nutrient Dynamics, Phytoplankton
bahwa Struktur komunitas fitoplankton yang Dynamics and Productivity in Indonesian
ada di perairan muara Sungai Porong terdapat 2 Tropical Water: A Comparison Between
kelas yaitu Bacillariophyceae dan Dinophyceae Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka
dengan nilai kelimpahan berkisar antara 18.077 Bay. Ph.D Dissertation Christian Albrechts
sel/L - 29.305 sel/L. Indeks Keanekaragaman University. Kiel.Germany.
menunjukkan kestabilan populasi rendah
dengan indeks keseragaman yang rendah Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
sehingga tidak ada dominansi species. Faktor Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton Perairan. Kanisius Yogyakarta.
adalah tingkat kecerahan perairan yang rendah
akibat tingginya bahan tersuspensi. Goes, J.I, Kosei, S., Helga, D. R.G., Sei-Ichi, S.,
Perlu penelitian lebih lanjut tentang & Toshiro, S., 2004. A Comparison of the
dinamika unsur hara terkait dengan keadaan Seasonality and Interannual Variability of
hidrodinamika perairan dalam menunjang Phytoplankton Biomass and Production in
keberadaan fitoplankton sebagai produsen the Western and Eastern Gyres of the
primer dalam rantai makanan Subartic Pacific Using Mulati Sensor
Satellite Data. J. of Oceanography 60: 75-
91
DAFTAR PUSTAKA
Lonsdale, D.J., Greenfield, D.I., Hillebrand,
American Public Health Association (APHA), E.M., Nuzzi R., & Taylor, G.T., 2006.
1998. Standard Methods for the Contrasting microplanktonic composition
Examinition of Water and Waste Water. 20 and food web structure in two coastal
th Ed. Amer.Publ. Health Assciation Inc. embayments (Long Island NY. USA). J.of
Wangsington Plankton Res. 28 : 907-918

Abida, I. W., 2008. Produktivitas Primer Millero, F. J. & Sohn, M. L., 1991. Chemical
Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Oceanography. CRC Pres, Boca Raton Ann
Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Arbor London.
Nutrien Pada Perairan Selat Madura
Kabupaten Bangkalan. Prosiding SENTA Odum, E.P., 1971. Fundamental of Ecology.
2008. ITS. Surabaya Thrird Ed. W.B. Sounders Company.
Philadelphia and London.
Blackburn dan Sorensen Jan, 1985. Nitrogen
Cycling in Coastal Marine Environments. Spencer, C.P., 1975. The Micronutrient
John Willey & Sons. Element. In Chemical Oceanography. Vol.
2 Ed. J.P. Riley and G. Skirrow. Academic
Davis, G.C., 1955. The Marine and Freshwater Press. New York.
Plankton. Michigan State. University Press
USA

40

You might also like