Professional Documents
Culture Documents
SISTEM OPTIK
SKRIPSI
Oleh:
MINTO
NIM : 013214012
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SCRIPTION
By
MINTO
NIM : 013214012
YOGYAKARTA
2008
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SISTEM OPTIK
Oleh :
Minto
NIM : 013214012
27 Februari 2008
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
Minto
NIM : 013214012
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
”MOTTO”
”Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan karena kita tidak pernah gagal,
tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (konfusius)
”Berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan .
Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu
tidak akan sia-sia.” (1 Kor 15:58)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
”HALAMAN PERSEMBAHAN”
Almamaterku tercinta.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Minto
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,
Minto
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
SISTEM OPTIK
Elemen matriks suatu lensa dan sistem optik ditentukan secara eksperimen dengan
menganalisis data hasil eksperimen menggunakan metode grafik. Elemen matriks yang
diperoleh dari hasil eksperimen dibandingkan terhadap hasil perhitungan teoretis. Hasil
eksperimen sangat sesuai dengan hasil perhitungan teoretis.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Matrix elements both for single lens and optical system have been obtained by
analizing the experimental data using graphical method. Matrix elements obtained from
experimental results to be compared with the theoretical calculation results. The
experimental result in agreement with the theoretical calculation results.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
(S.Si) dalam bidang ilmu fisika di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. Drs. Vet. Asan Damanik, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak
2. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fisika.
3. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Kepala Laboratorium Fisika Universitas
4. Romo Ir. Gregorius Heliarko S.J., S.S., B.S.T., M.Sc., M.A. selaku Dekan Fakultas
5. Apa man Uwe ku, Adi’-adi’ku dan samua kaluargaku nang salalu dukung aku, serta
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Agus kemali yang telah banyak memberi masukkan dalam mengerjakan skripsi ini.
9. Ayu, Manggar, Nur, Ratna, N Bambang Trim’s atas antriannya saat bimbingan.
10. Ayukng-ayukngku ka’ kost SN Laundri (☺Enzo, Bento, Hari, Mamat, Hero,
P’Aryo serta semua teman-teman yang lainnya yang ga bisa disebutkan namanya
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat untuk
Minto
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR............................................................................................ xi
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IV.3. Nilai Rata-rata Determinan dari Hasil Eksperimen Elemen Matriks Lensa
IV.4. Selisih Hasil Eksperimen dan Hasil Teoretis Elemen Matriks Lensa atau
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 67
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1. Karakteristik lensa untuk sistem optik dua lensa postif
f1 = 6,25 cm, f2 = 12,5 cm, jarak antar lensa 5 cm, dan n = 1,650......... 32
Tabel 4-2. Karakteristik lensa untuk sistem optik dua lensa postif
f1 = 6,25 cm, f2 = -12,5 cm, jarak antar lensa 5 cm, dan n = 1,650........ 35
Tabel 4-4. Data eksperimen lensa tunggal dengan f = 6,25 cm, t = 3,1 cm
Tabel 4-5. Data eksperimen lensa tunggal dengan f = 12,5 cm, t = 1,5 cm
Tabel 4-7. Data eksperimen dua lensa positif dengan f1 = 6,25 cm, f2 = 12,5 cm
Tabel 4-8. Data eksperimen dua lensa positif dengan f1 = 6,25 cm, f2 = 25 cm
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f2 = -12,5 cm, t1 = 3,1 cm, t2 = 0,6 cm, x1 = 2 cm, dan n = 1,650 ........ 57
__
Tabel 4-11. Nilai det S dan det S untuk satu lensa positif
f = -12,5 cm.......................................................................................... 65
__
Tabel 4-14. Nilai det O dan det O kombinasi lensa positif-negatif
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-4. Lintasan dan koordinat sinar falam medium homogen ..................... 11
Gambar 2-7. Sinar paraksial lewat lensa tipis indeks bias n .................................. 20
Gambar 3-2. Susunan alat pada eksperimen kombinasi lensa positif-negatif ........ 26
Gambar 4-1. Grafik M1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +6,25 cm.......... 37
Gambar 4-2. Grafik Z1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +6,25 cm ........... 37
Gambar 4-3. Grafik M2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +6,25 cm.......... 38
Gambar 4-4. Grafik Z2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +6,25 cm ........... 39
Gambar 4-5. Grafik M1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +12,5 cm.......... 40
Gambar 4-6. Grafik Z1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +12,5 cm ........... 41
Gambar 4-7. Grafik M2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +12,5 cm.......... 42
Gambar 4-8. Grafik Z2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +12,5 cm ........... 42
Gambar 4-9. Grafik M1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +25 cm............. 44
Gambar 4-10. Grafik Z1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +25 cm ............ 44
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4-11. Grafik M2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +25 cm........... 45
Gambar 4-12. Grafik Z2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = +25 cm ............ 46
Gambar 4-21. Grafik M1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = -12,5 cm......... 54
Gambar 4-22. Grafik Z1 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = -12,5 cm.......... 55
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4-23. Grafik M2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = -12,5 cm......... 56
Gambar 4-24. Grafik Z2 sebagai fungsi D2 untuk lensa positif f = -12,5 cm.......... 56
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Dari optik geometri diketahui bahwa benda (objek) yang ditempatkan sejauh D1 dari
suatu lensa cembung atau cekung akan membentuk bayangan sejauh D2. Kaitan antara D1
1 1 1
+ = (1.1)
D1 D2 f
dengan f sebagai panjang fokus lensa. Persamaan (1.1) sangat dikenal luas dalam optik
Jika sistem optik tersusun atas dua atau lebih lensa dengan masing-masing lensa
mempunyai ketebalan tertentu, maka penggunaan persamaan lensa tipis pada persamaan
(1.1) kurang sesuai dan tidak praktis. Kurang sesuai karena persamaan (1.1) mengandaikan
lensa tipis, sedangkan dalam eksperimen ketebalan lensa tidak seperti yang diasumsikan.
Tidak praktis, karena penentuan posisi akhir bayangan suatu benda untuk sistem optik yang
tersusun dari dua atau lebih lensa memerlukan perhitungan tahap demi tahap posisi
bayangan yang dibentuk suatu lensa yang kemudian bayangan tersebut dianggap sebagai
benda (objek) terhadap lensa berikutnya. Dengan demikian, kalau sistem optik tersusun atas
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak lensa, maka perhitungan dengan menggunakan persamaan (1.1) menjadi tidak
praktis dan sangat kompleks. Dengan alasan tersebut, fisikawan mengembangkan suatu
metode yang dapat mempermudah perhitungan yang dikenal sebagai optik matriks.
yang dipadukan dengan sifat-sifat fisis sistem optik dalam menyelesaikan masalah optik
khususnya untuk optik sinar paraksial dengan optik matriks, suatu sistem optik diwakili
oleh sebuah matriks berorde 2x2 yang merupakan perkalian dua buah matriks yaitu
perkalian matriks translasi dan matriks refraksi. Karena matriks berorde 2x2, maka ada
Elemen-elemen matriks suatu sistem optik dapat dihitung secara teoretis jika besaran-
besaran yang terkait dengan sistem optik diketahui. Untuk menguji kesesuaiaan hasil
perhitungan teoretis dengan segala pendekatan dan metode yang digunakan dalam
memperoleh data empiris yang dapat mendukung kebenaran pendekatan atau metode yang
digunakan.
Penentuan elemen matriks sistem optik secara teoretis dan eksperimen dan
perbandingan telah dilaporkan oleh Damanik (1998). Dalam penelitian ini yang dilakukan
adalah menentukan elemen matriks sistem optik menggunakan metode grafik. Alasan
lainnya yang mendorong penulis melakukan penelitian ini adalah untuk menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa elemen-elemen matriks suatu sistem optik dapat ditentukan (diperoleh) secara
matriks suatu sistem optik yang diperoleh dari hasil perhitungan teoretis dengan hasil yang
diperoleh dari eksperimen. Seperti diketahui, elemen-elemen matriks suatu sistem optik
yang diperoleh dari hasil perhitungan teoretis merupakan suatu pendekatan dengan segala
keterbatasan metode atau model yang digunakan. Oleh karena itu, analisis data hasil
eksperimen untuk sistem optik yang dapat menghasilkan elemen-elemen matriks sistem
optik perlu dilakukan untuk menguji kesesuaian pendekatan dan metode atau model yang
digunakan.
Lensa yang digunakan adalah lensa konvergen (lensa positif) dan lensa divergen
(lensa negatif).
• Lensa positif (kovergen) dengan panjang fokus adalah f = +6,25 cm, f = +12,5
Kombinasi dua lensa positif dengan panjang fokus adalah (f1 = +6,25 cm, f2 =
Kombinasi lensa positif dan lensa negatif dengan panjang fokus adalah (f1 =
batasan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna
menggunakan grafik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
matriks suatu sistem optik secara teoretis dengan elemen-elemen matriks yang diperoleh
dari hasil eksperimen. Dengan mengetahui kesesuian elemen-elemen matriks tersebut dapat
dalam pengembangan dan pengkajian pendekatan yang digunakan dalam penentuan elemen
matriks lensa atau optik secara teoretis, khususnya dalam penentuan elemen-elemen
BAB I PENDAHULUAN
Bab I terdiri dari latarbelakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan
Dalam Bab II disajikan penjabaran teoretis Lensa dan Hukum-hukum Lensa, Efek
Dalam Bab III ini dijelaskan secara rinci langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bab IV menyajikan hasil perhitungan teoretis, penelitian dan analisa data serta
pembahasannya.
Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
DASAR TEORI
Sinar atau cahaya merambat dalam suatu sistem optik, maka sinar atau cahaya
tersebut dapat mengalami hamburan, serapan, translasi, refraksi, refleksi, difraksi, dan
sebagainya. Dalam sistem optik yang akan ditinjau, anggap bahwa sinar atau cahaya dalam
Sinar mengalami translasi jika merambat dalam medium atau sistem optik yang serba
sama (homogen), sedangkan sinar mengalami refraksi jika sinar membentur bidang batas
Lensa adalah suatu bahan transparan yang dapat memfokuskan berkas cahaya
sedemikian sehingga suatu bayangan dapat dibentuk. Lensa biasanya terbuat dari kaca
(gelass) atau plastik dengan indeks bias (n) tertentu. Dalam pembahasan ini yang ditinjau
hanyalah lensa yang tipis dan yang mempunyai permukaan sferis serta ditempatkan dalam
udara dengan indeks bias udara pada tekanan normal dan suhu kamar sebesar n = 1.
Secara umum, lensa dapat dikategorikan menjadi lensa konvergen dan divergen.
Lensa konvergen sering juga sisebut lensa positif akan membelokkan cahaya (sinar) yang
lewat lensa ke arah sumbu lensa sehingga kalau cahaya (sinar) paralel lewat lensa positif
maka cahaya terdebut akan melalui suatu titik pada jarak tertentu dari lensa positif. Titik
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tertentu tersebut dikenal sebagai titik fokus lensa. Jarak titik fokus dari pusat lensa disebut
panjang fokus lensa (f) seperti diperlihatkan pada Gambar 2-1 untuk lensa positif. Karena
lensa yang ditinjau adalah lensa yang mempunyai permukaan sferis (bola), maka
Pernyataan bahwa semua sinar yang merambat sejajar sumbu optik setelah melewati
lensa positif akan konvergen (memusat) pada suatu titik tertentu (pada titik fokus) hanyalah
berlaku pada lensa yang sempurna. Pada kenyataannya, jarak titik fokus tersebut tidak tepat
pada suatu titik, tetapi sedikit menyebar. Gejala ini dikenal sebagai aberasi monokromatik.
Demikian juga jika cahaya yang digunakan merupakan campuran sinar dengan berbagai
panjang gelombang maka penyebaran titik fokus tersebut semakin besar (Gambar 2-1).
sumbu
Lensa divergen sering juga disebut lensa negatif akan membelokkan cahaya atau sinar yang
Permukaan lensa dapat cembung, cekung, atau datar. Permukaan lensa cembung
mempunyai jari-jari kelengkungan positif, lensa yang permukaan cekung mempunyai jari-
jari kelengkungan negatif, dan lensa yang permukaan datar mempunyai jari-jari
lensa tipis dapat dijelaskan dengan meninjau hukum-hukum lensa berikut ini:
1. Sinar yang merambat sejajar sumbu lensa akan dibelokkan oleh lensa menuju titik
fokus lensa.
2. Sinar yang berasal dari titik fokus setelah melewati lensa akan diteruskan sejajar
10
Ketiga aturan lintasan sinar oleh keberadaan lensa diperlihatkan secara grafis pada
Gambar 2-3. Bayangan suatu benda (objek) terbentuk pada jarak tertentu dari lensa, yaitu
objek 2 3
bayangan
f f
pada titik dimana ketiga sinar tersebut lewat. Bayangan dapat real (nyata) dan dapat juga
imajiner (maya). Bayangan real adalah bayangan suatu objek yang dapat diamati pada layar
yang ditempatkan pada jarak tertentu dari lensa sedangkan bayangan maya adalah
bayangan yang tidak dapat diamati pada layar yang ditempatkan di daerah lintasan cahaya
Untuk melukiskan lintasan sinar yang melewati sebuah lensa secara skematis
1. Sinar selalu berasal dari sebelah kiri gambar sistem optik menuju ke kanan.
2. Objek real berada sebelah kiri lensa dan bayangan real berada sebelah kanan lensa
3. Bayangan maya berada sebelah kiri lensa dan benda maya sebelah kanan lensa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Ditinjau sinar paraksial yang merambat dalam medium dengan indeks bias n dan
berjarak x1 dari sumbu optik (sumbu-Z). Sinar membentuk sudut sebesar 1 terhadap
sumbu-Z seperti ditunjukan pada Gambar 2-4. setelah sinar menempuh jarak D (yaitu
proyeksi panjang lintasan sinar PM terhadap sumbu-Z) koordinat sinar adalah (x2,2).
M 2
1 X2
P
X1
Z
P’ M’
D
Jika medium homogen, maka sinar akan merambat lurus dalam medium sehingga diperoleh
1 = 2.
Kalau PP’ dan MM’ tegak lurus terhadap sumbu-Z dengan P’M’ = D, maka dari
x 2 = D tan α 1 + x1
(2.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Untuk sinar-sinar paraksial (sinar yang merambat sejajar dengan sumbu-Z) sudut 1 sangat
tan α 1 ≈ α 1
x 2 = D α 1 + x1
(2.2)
λ1 = n1 α 1 (2.3)
dan
λ2 = n2 α 2 (2.4)
serta mengingat α 1 = α 2 dan n1 = n 2 (karena medium homogen), maka dari persamaan (2.2),
λ 2 = λ1
⎛D⎞
x 2 = ⎜⎜ ⎟⎟ λ1 + x1
⎝ n1 ⎠
yang dapat dituliskan dalam bentuk matriks
⎛ λ 2 ⎞ ⎛1 0 ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎟ ⎜⎜ ⎟
⎟ (2.5)
⎝ x 2 ⎠ ⎝ D n1 1 ⎠ ⎝ x1 ⎠
Jadi, kalau posisi sinar mula-mula adalah (λ1,x1) yang kemudian merambat sejauh D
dalam medium homogen dengan indeks bias n1, maka koordinat sinar diberikan oleh (λ2,x2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sebagaimana terlihat pada persamaan (2.5). Matriks yang menghubungkan koordinat (λ1,x1)
dan (λ2,x2) disebut matriks translasi (T). Matriks translasi tersebut adalah
⎛1 0⎞
T = ⎜⎜ ⎟ (2.6)
⎝ D n1 1 ⎟⎠
det T =1 (2.7)
perbatasan dua medium yang mempunyai indeks bias yang berbeda tetapi transparan
dengan indeks bias masing-masing n1 dan n2, dan PB sebagai lintasan sinar sesudah
mengalami refraksi (Gambar 2-5). Dari Gambar 2-5 tersebut dapat diketahui bahwa sinar
yang merambat dalam medium yang mempunyai indeks bias yang berbeda dengan indeks
bias medium sebelumnya akan mengalami perubahan arah rambat dengan syarat bahwa
sinar yang jatuh pada suatu permukaan membentuk sudut dengan garis normal bidang serta
14
φ P 2
θ1 φ θ2
1
x
A
n1 C
n2
r
Sesuai dengan hukum Snellius, sinar yang merambat suatu medium dengan indeks
bias n1 dan membentuk sudut θ1 terhadap garis normal bidang permukaan, maka sinar
tersebut akan dibiaskan dengan sudut θ2 pada medium dengan indeks bias n2 atau secara
matematis dituliskan
Kalau sudut θ sangat kecil (merupakan syarat pada pendekatan sinar paraksial), maka dapat
dituliskan
sin θ ≈ θ
n1 θ1 ≈ n2 θ 2 (2.9)
15
θ1 = φ + α 1 (2.10a)
θ 2 =φ + α 2 (2.10b)
serta sesuai dengan pengandaian yang dipilih bahwa sinar yang merambat atau mengalami
tan φ ≈ φ
sehingga
φ=x r (2.11)
maka diperoleh
n1 (φ + α 1 ) ≈ n2 (φ + α 2 )
atau
n2 α 2 ≈ n1 α 1 − x (n2 − n1 ) / r (2.12)
Kalau dilakukan substitusi persamaan (2.3) dan (2.4) ke dalam persamaan (2.12) akan
diperoleh
λ 2 = λ1 − Px (2.13)
dengan
n 2 − n1
P= (2.14)
r
dengan P sebagai kuat refraksi permukaan atau bidang batas dua medium yang berbeda
indeks biasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada bidang batas, yaitu di titik P (Gambar 2-5), tinggi sinar sebelum dan sesudah
refraksi sama (x1 = x2), dan dari persamaan (2.13), maka koordinat sinar setelah refraksi
diberikan oleh
⎛ λ2 ⎞ ⎛1 − P ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟ (2.15)
⎝ x2 ⎠ ⎝0 1 ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
⎛1 − P⎞
R = ⎜⎜ ⎟ (2.16)
⎝0 1 ⎟⎠
Dari persamaan (2.16) terlihat bahwa determinan matriks refraksi bernilai satu atau secara
matematis dituliskan
det R =1 (2.17)
Dengan melihat hasil yang diperoleh dari perumusan efek translasi dan refraksi
tersebut dapat dinyatakan bahwa sistem optik yang dilewati oleh sinar dapat ditampilkan
dalam bentuk suatu matriks yang merupakan perkalian dari matriks translasi dan matriks
refraksi.
Jika koordinat sinar yang masuk ke sistem optik adalah (λ1 , x1 ) dan koordinat sinar
saat meninggalkan sistem optik adalah (λ 2 , x 2 ) , maka kaitan antara kedua koordinat
⎛ λ2 ⎞ ⎛b − a ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟ (2.18)
⎝ x2 ⎠ ⎝− d c ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
dengan matriks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
⎛b − a⎞
S = ⎜⎜ ⎟ (2.19)
⎝− d c ⎟⎠
disebut matriks optik yang elemen-elemennya bergantung pada sistem optik. Tanda negatif
Kalau sinar yang merambat dalam sistem optik hanya mengalami translasi dan
refraksi, maka matriks optik S hanya merupakan perkalian antara matriks translasi dan
refraksi.
S =T R
atau
bc − ad =1 (2.20)
Untuk menentukan elemen-elemen matriks lensa tipis ditinjau sinar paraksial O’P
yang mengalami translasi sejauh D1 sebelum membentur permukaan lensa di titik P. Sinar
yang jatuh di P akan mengalami refraksi sebelum kemudian bertranslasi dalam lensa
menuju titik Q. Sinar yang sampai di titik Q kembali mengalami refraksi sebelum menuju
18
P Q
O’
I’
x1 x2
O D1 D2 I
⎛ λ ' ⎞ ⎛1 0 ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜ ⎟=⎜ ⎟⎜ ⎟
⎜ x' ⎟ ⎜ − D 1 ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
⎝ ⎠ ⎝ 1
⎛ λ"⎞ ⎛ b − a ⎞ ⎛ λ'' ⎞
⎜ " ⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟
⎜x ⎟ −d
⎝ ⎠ ⎝ c ⎟⎠ ⎜⎝ x' ⎟⎠
⎛ λ 2 ⎞ ⎛1 0 ⎞ ⎛ λ"⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ x 2 ⎠ ⎝ D2 1 ⎟⎠ ⎜⎝ x" ⎟⎠
sehingga
⎛ λ 2 ⎞ ⎛1 0⎞⎛b − a ⎞ ⎛1 0 ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ (2.21)
⎝ x 2 ⎠ ⎝ D2 1 ⎟⎠ ⎜⎝ − d c ⎟⎠ ⎜⎝ − D1 1 ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
atau
⎛ λ 2 ⎞ ⎛ b + aD1 − a ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟ (2.22)
⎝ x 2 ⎠ ⎝ bD2 + aD1 D2 − cD1 − d c − aD2 ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kalau sinar berasal dari titik objek paraksial (x1 = 0), maka bayangannya juga akan
yang dikenal sebagai syarat untuk keberadaan objek-bayangan suatu lensa atau sistem optik
(Anthony, 1966: 67). Jadi persamaan (2.22) dapat dituliskan kembali dalam bentuk
⎛ λ 2 ⎞ ⎛ b + aD1 − a ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟ (2.24)
⎝ x2 ⎠ ⎝ 0 c − aD2 ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
dengan x1 dan x2 masing-masing sebagai tinggi objek atau tinggi / jarak lintasan sinar dan
tinggi bayangannya atau tinggi lintasan sinar setelah lewat lensa. Jika perbesaran sistem
(M) didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan atau tinggi lintasan sinar
diukur dari sumbu optik pada jarak tertentu dengan tinggi objek atau jarak lintasan sinar ke
x2
M=
x1
maka sesuai dengan persamaan (2.25) perbesaran sistem optik lensa tipis diberikan oleh
M = (c − aD2 ) (2.26)
20
b + aD1 −a
=1
0 c − aD2
sehingga
1 1
b + aD1 = = (2.27)
c − aD2 M
Jadi secara umum untuk sistem optik dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai
⎛ 1 ⎞
⎛ λ2 ⎞ ⎜ − a ⎟ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜ M ⎟ ⎜⎜ x ⎟⎟ (2.28)
⎝ x2 ⎠ ⎜ 0 M ⎟⎠ ⎝ 1 ⎠
⎝
Selanjutnya ditinjau sebuah lensa tipis dengan ketebalan t yang terbuat dari bahan
transparan dengan indeks bias n dan jari-jari kelengkungan lensa adalah r1 dan r2 (Gambar
2-7).
P
Q
O
x1 x2
I
D1 t D2
n
r1 r2
21
Kalau koordinat titik P dan Q secara berturut-turut diberikan oleh (λ1,x1) dan (λ2,x2)
serta mengingat persamaan (2.6) dan (2.18), maka kaitan antara koordinat sinar tersebut
diberikan oleh
⎛ λ 2 ⎞ ⎛1 − P2 ⎞ ⎛1 0 ⎞ ⎛1 − P1 ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ (2.29)
⎝ x2 ⎠ ⎝ 0 1 ⎟⎠ ⎜⎝ t n 1 ⎟⎠ ⎜⎝ 0 1 ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
dengan
n −1 n −1
P1 = dan P2 = (2.30)
r1 r2
yang dikenal sebagai refraksi lensa yang berada dalam udara dengan indeks bias n = 1. Jika
persamaan (2.29) disederhanakan, maka akan diperoleh matriks sistem optik untuk sebuah
Pada keadaan t → 0 (pada kasus lensa tipis), matriks lensa pada persamaan (2.31) menjadi
⎛1 − P1 − P2 ⎞
S = ⎜⎜ ⎟ (2.32)
⎝0 1 ⎟⎠
Lensa tipis didefinisikan sebagai lensa yang ketebalannya sangat kecil dibandingkan
terhadap besaran-besaran fisis optik seperti jari-jari kelengkungan (r), panjang fokus lensa
(f) jarak objek dan bayangannya (Jenkins dan White, 1985: 60).
Jadi suatu benda atau objek yang ditempatkan sejauh D1 di depan suatu sistem optik
yang terdiri dari sebuah lensa dengan indeks bias n, tebal lensa t, jari-jari kelengkungan r1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dan r2 dan lensa tersebut berada dalam udara dengan indeks bias n =1, akan mempunyai
bayangan pada jarak tertentu dari lensa. Dengan menggunakan metode matriks, matriks
O =T ST (2.33)
dengan T matriks translasi dan S matriks lensa. Untuk sistem optik yang terdiri dari N buah
Persamaan (2.34) sangat berguna untuk menentukan letak lintasan (koordinat) sinar
yang melewati sistem optik yang tersusun dari N buah lensa yang disusun seri. Elemen
matriks sistem optiknya dapat dengan mudah diperoleh secara eksperimen. Sedangakan
secara teoritis elemen matriks dan koordinat lintasan sinar tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan komputer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
elemen-elemen matriks sistem optik antara yang dihitung secara teoretis dengan yang
diperoleh dari eksperimen, maka dalam penelitian ini dilakukan dua cara untuk
memperoleh elemen-elemen matriks, yaitu dengan cara menghitung secara teoretis dan
Penelitian ini dilakukan di ruang gelap Laboratorium Fisika Modern Fakultas Sains
Matriks optik untuk lensa dengan panjang fokus (f), ketebalan lensa (t), dan jari-jari
kelengkungan (r) permukaan lensa yang sudah diketahui dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.31). Sedangkan untuk menghitung matriks optik untuk suatu sistem optik
digunakan persamaan (2.33) atau (2.34). Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk matriks.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kemudian dilakukan juga pengujian hasil tersebut dengan menghitung determinan matriks
yang diperoleh.
¾ Meja Optik
¾ Mikrometer Skrup
¾ Objek (benda)
Indeks bias lensa adalah n = 1,650 untuk lensa yang terbuat dari flint glass sesuai
dengan yang ada pada buku petunjuk Practical Physics in SI (Armitage, 1982).
Untuk dapat menentukan eleman matriks suatu lensa atau sistem optik terlebih dahulu
dilakukan pengukuran fokus lensa, pengukuran tebal lensa, dan penyusunan alat-alat yang
25
sumber objek
lensa layar
cahaya
x1 x2
D1
D2
Dengan menempatkan objek sejauh D1 dari lensa yang mempunyai fokus f maka akan
diperoleh bayangan sejauh D2 dari lensa. Untuk setiap jarak D1 dilakukan pengukuran jarak
bayangan D2 pada layar sekaligus mengukur tinggi bayangan (x2) untuk setiap jarak D2.
Karena dalam pengamatan, posisi bayangan D2 kurang tegas (tidak terfokus pada satu
dengan cara menggeser layar sedikit maju dan mundur yang masih memberikan bayangan
Untuk lensa negatif, yang dijadikan sebagai objek (benda) adalah bayangan yang
dihasilkan oleh sebuah lensa positif. Jadi ditentukan terlebih dahulu bayangan suatu objek
dan tinggi bayangannya dari lensa positf. Kemudian antara lensa positif dan bayangan
benda ditempatkan lensa negatif dengan fokus yang sudah diketahui. Bayangan lensa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
positif tadi berfungsi sebagai benda (objek) bagi lensa negatif, sehingga jarak benda ke
lensa negatif sebesar D1 dikurangi jarak antar lensa positif dengan lensa negatif.
Jarak bayangan diukur dari lensa negatif ke layar yang menampilkan bayangan objek
dengan jelas. Pada Gambar 3-2 diperlihatkan secara skematis eksperimen penentuan
variabel-variabel yang diukur untuk lensa negatif dan sistem optik yang merupakan
kombinasi lensa positif dan negatif. Hasil dicatat dan disajikan dalam tabel.
x1 x2
D1 d D2
Andaikan bidang refrensi RP1 dan RP2 terletak pada permukaan pertama dan
permukaan kedua lensa dan koordinat sinar (λ1,x1) pada RP1 dan (λ2,x2) pada RP2 dan
27
⎛b − a⎞
S = ⎜⎜ ⎟ (3.1)
⎝− d c ⎟⎠
maka kaitan antara (λ1,x1) dan (λ2,x2) diberikan oleh
⎛ λ2 ⎞ ⎛b − a ⎞ ⎛ λ1 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎜ ⎟ (3.2)
⎝ x2 ⎠ ⎝− d c ⎟⎠ ⎜⎝ x1 ⎟⎠
Kalau objek ditempatkan sejauh D1 dari RP1, maka translasi (pergeseran) objek
sampai ke RP1 adalah D1 dan bayangan berada sejauh D2 dari bidang permukaan RP2.
Dengan demikian matriks transformasi dari bidang yang mengandung objek ke bidang yang
⎛1 0⎞ ⎛b − a ⎞ ⎛1 0 ⎞ ⎛ b + aD1 −a ⎞
⎜⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟= ⎜ ⎟ (3.3)
⎝ D2 1 ⎟⎠ ⎜⎝ − d c ⎟⎠ ⎜⎝ − D1 1 ⎟⎠ ⎜⎝ bD2 + aD1 D2 − cD1 − d c − aD2 ⎟⎠
M = c − aD2 (3.5)
dengan a dan c elemen matriks lensa. Sedangkan elemen matriks b dan d dapat ditentukan
dari persamaan (3.4) yaitu dengan cara menyusun kembali persamaan (3.4) dalam bentuk
MD1 = −d + bD2
28
Z = − d + bD2 (3.7)
Jadi diperoleh dua buah persamaan linear untuk menentukan elemen-elemen matriks sistem
optik secara eksperimen, yaitu persamaan (3.5) dan (3.7). Dengan demikian analisa statistik
Dari persamaan (3.5), jika penyimpangan garis linear dari titik-titik data didefinisikan
sebagai
g i = M i − M (D2 i )
N N
G = ∑ ( g i ) = ∑ (M i − c + aD2i )
2 2
(3.9)
i =1 i =1
Karena c dan d sembarang parameter, maka nilai c dan d dapat ditentukan dengan
G terhadap masing-masing c dan d sama dengan nol, atau secara matematis dituliskan
∂G N
= − 2 ∑ (M i − c + aD 2 i ) = 0 (3.10a)
∂c i =1
dan
∂G N
= − 2 ∑ D 2 i (M i − c + aD 2 i ) = 0 (3.10b)
∂a i =1
∑i =1
M i = Nc − a ∑ D 2 i
i =1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
N N N
∑
i =1
D 2i M i = c ∑ D 2i − a ∑ ( D 2i )
i =1 i =1
⎡ N ⎤ ⎡ N
⎤ ⎡c ⎤
⎢∑ M i ⎥ ⎢N ∑ D 2i ⎥⎢ ⎥ (3.11)
⎢ i =1 ⎥ = ⎢ i =1
⎥⎢ ⎥
⎢ N ⎥ ⎢ N N 2
⎥⎢ ⎥
⎢∑ D 2i M i ⎥ ⎢∑ D ∑ (D ) ⎥⎢ ⎥
⎦ ⎣− a
2i 2i
⎣ i =1 ⎦ ⎣ i =1 i =1 ⎦
c= i =1 i =1 i =1 i =1
2
( ) ⎛ ⎞
N N
N ∑ D 2i − ⎜ ∑ D2i ⎟
2
i =1 ⎝ i =1 ⎠
(3.12)
N N N
N ∑ D 2i M i − ∑ D 2i ∑ M i
a = i =1 i =1 i =1
2
∑ (D )
N
⎛ N ⎞
− ⎜ ∑ D 2i ⎟
2
N
⎝ i =1 ⎠
2i
i =1
N ∑ D 2i ∑ M i
∑ D 2i M i − i =1
N
i =1 (3.13)
r = i =1
⎛ ⎛ N ⎞ ⎞⎟ ⎛⎜
2
⎛ N ⎞ ⎞
2
⎜
⎜ N
⎜ ∑
⎝ i =1
D 2 i ⎟
⎠ ⎟⎜
N
⎜∑ M i ⎟ ⎟
⎠ ⎟
⎜ ∑ (D 2 i ) − ⎟ ⎜ ∑ (M ) − ⎝ i =1
2
2
i ⎟
⎜ i =1 N ⎟ ⎜ i =1 N ⎟
⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ ⎠⎝ ⎠
Jadi elemen matriks c dan a dapat ditentukan dari persamaan (3.12) dan koefisien
30
Dengan cara yang sama untuk persamaan (3.7) diperoleh elemen-matriks d dan b
sebagai berikut
N N N N
∑ (D ) ∑ Z − ∑ D ∑ D
2
2i i 2i 2i Zi
d= i =1 i =1 i =1 i =1
2
(3.14a)
N
⎛ N ⎞
N ∑ (D 2 i ) − ⎜ ∑ D2i ⎟
2
i =1 ⎝ i =1 ⎠
N N N
N ∑ D 2i Z i − ∑ D 2i ∑ Z i
b = i =1 i =1 i =1
2
(3.14b)
N
⎛ ⎞ N
∑ (D ) − ⎜ ∑ D 2i ⎟
2
N 2i
i =1 ⎝ i =1 ⎠
N ∑ D 2i ∑ Z i (3.15)
∑ D 2i Z i − i =1
N
i =1
r = i =1
⎛ ⎛ N
⎞
2
⎞⎛ ⎛ N
⎞
2
⎞
⎜
⎜ N
⎜ ∑ D 2i ⎟ ⎟⎜
⎟⎜ N
⎜ ∑ Zi ⎟ ⎟
⎟
∑ (D ) − ⎝ i =1 ⎠
∑ (Z ) − ⎝ i =1 ⎠
2 2
⎜ 2i ⎟⎜ i ⎟
⎜ i =1 N ⎟⎜ i =1 N ⎟
⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ ⎠⎝ ⎠
Jadi persamaan (3.12) dan (3.14) akan digunakan untuk menentukan elemen-elemen
matriks sistem optik, sedangkan persamaan (3.13) dan (3.15) masing-masing untuk
keterkaitan antara variabel terikat dan variabel bebas. Dalam eksperimen ini variabel bebas
adalah D2 (jarak bayangan ke lensa) dan variabel terikat adalah perbesaran M untuk
Hasil perhitungan teoretis dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari eksperimen
kemudian dibahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
Elemen matriks lensa atau sistem optik yang dihitung secara teoretis berdasarkan
persamaan (2.31) untuk lensa tunggal, dan persamaan (2.33) atau (2.34) untuk sistem optik
yang tersusun dari dua atau lebih lensa dengan jarak antar lensa tertentu dengan T pada
persamaan tersebut sebagai matriks translasi yang diberikan oleh persamaan (2.6).
Lensa positif (konvergen) dengan panjang fokus lensa f = +6,25 cm, tebal lensa t =
3,1 cm, dan indeks bias n = 1,650 diperoleh matriks lensa sesuai dengan persamaan (2.31)
⎛1 − P2 t / n − P1 − P2 (1 − P1t / n )⎞
S = ⎜⎜ ⎟⎟ (4.1)
⎝t / n 1 − P1t / n ⎠
⎛1,097697 − 0,00508 ⎞
S = ⎜⎜ ⎟ (4.2)
⎝1,878788 0,90230303 ⎟⎠
Jika panjag fokus f = +12,5 cm, tebal lensa t = 1,5 cm, dan indeks bias n = 1,650
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
⎛1,023636 − 0,000615 ⎞
S = ⎜⎜ ⎟
⎝ 0,909091 0,97636364 ⎟⎠
Jika panjang fokus lensa f = +25 cm, tebal lensa t = 0,9 cm, dan indeks bias n = 1,650
⎛1,007091 − 0,0000922 ⎞
S = ⎜⎜ ⎟ (4.5)
⎝ 0,545455 0,99290909 ⎟⎠
Sistem optik yang merupakan kombinasi dua lensa positif dengan karakteristik lensa
⎛1,097697 − 0,00508 ⎞
S1+ = ⎜⎜ ⎟ (4.7)
⎝1,878788 0,90230303 ⎟⎠
33
⎛1,0236363 − 0,000615 ⎞
S 2+ = ⎜⎜ ⎟ (4.8)
⎝ 0,909091 0,976364 ⎟⎠
⎛1 0⎞
T = ⎜⎜ ⎟ (4.9)
⎝5 1⎟⎠
dari persamaan (4.7), (4.8), dan (4.9) diperoleh matriks untuk sistem optik yang tersusun
atas dua lensa positif dengan karakteristik lensa seperti pada Tabel 4-1 sebagai berikut:
O = S1+T S 2+
⎛1,0930236 − 0,00561939 ⎞
= ⎜⎜ ⎟
⎝ 7,3616199 0,87704616 ⎟⎠
Sistem optik yang merupakan kombinasi dua lensa positif dengan karakteristik lensa
seperti pada Tabel 4-2.
Tabel 4-2. Karakteristik lensa untuk sistem optik dua lensa
positif, jarak antar lensa 10 cm, dan n = 1,650
Lensa f (cm) t (cm)
Lensa-1 6,25 3,1
Lensa-2 25 0,9
34
⎛1,051546942 − 0,005140723 ⎞
= ⎜⎜ ⎟
⎝11,47128728 0,89489993 ⎟⎠
dengan determinan diberikan oleh
det O = 0,999999995 (4.16)
Lensa negatif (divergen) dengan panjag fokus f = -12,5 cm, tebal lensa t = 0,6 cm, dan
indeks bias n = 1,650 menghasilkan matriks lensa S sesuai dengan persamaan (2.31)
sebagai berikut:
⎛1,009455 − 0,0002458 ⎞
S = ⎜⎜ ⎟ (4.17)
⎝ 0,363636 0,99054545 ⎟⎠
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Sistem optik yang merupakan kombinasi lensa positif dan lensa negatif dengan
karakteristik lensa seperti terlihat pada Tabel 4-3 dihitung matriks sistem optiknya
Matriks lensa-1 sama dengan persamaan (4.7) dan untuk lensa-2 sama dengan
persamaan (4.12) serta matriks translasinya sama dengan persamaan (4.9) sehingga
O = S1+T S 2+
⎛1,0805883 − 0,00529554 ⎞
= ⎜⎜ ⎟
⎝ 6,7788333 0,89220142 ⎟⎠
36
Hasil pengukuran secara eksperimen jarak objek (benda) ke lensa D1, jarak bayangan
D2, tinggi benda (objek) x1, tinggi bayangan x2, perbesaran yang merupakan perbandingan
jarak bayangan dangan jarak objek (M1 = D2/D1) dan perbesaran yang dihitung dari
perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi objek (M2 = x2/x1), dapat dilihat pada Tabel 4-
Hasil eksperimen sistem optik satu lensa positif dengan panjang fokus 6,25 cm, tebal
lensa 3,1 cm, dan indeks bias 1,650 dengan jarak objek (benda) dari lensa D1 dan jarak
Dari Tabel 4-4 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar (4-1) sampai
Gambar (4-4), sehingga dapat ditentukan nilai-nilai elemen matriks sistem optik (a, b, c, d)
dengan menggunakan persamaan linear persamaan (3.5) dan (3.7). Dari grafik dapat juga
37
Dari Gambar 4-1. Mempunyai persamaan garis sebesar M1 = 0,15223D2 – 1,1411 dan
korelasi koefisien (r) sebesar r = 0,9982 = 0,9991 . Maka elemen matriks sistem optik
untuk M1 = c-aD2 dan koefisien korelasi (r) pada Gambar 4-1 menghasilkan nilai
a = −0,15223
c = 1,1411
r = 0,9991
38
b =1
d =0
r =1
⎛1 − 0,15223 ⎞
S1 = ⎜⎜ ⎟ (4.21)
⎝0 1,1411⎟⎠
Jika yang digunakan untuk menentukan niali a dan c adalah M2 = c – aD2 dan nilai
39
a = −0,1289
c = 0,6816
r = 0,9963
serta niali b dan d dari M2 D1 = -d + bD2 dan nilai koefisien korelasi (r) dari Gambar 4-4,
yang menghasilkan
b = 0,82
d = 3,4542
r = 0,9952
⎛ 0,82 − 0,1289 ⎞
S 2 = ⎜⎜ ⎟ (4.23)
⎝ 3,4542 0,6816 ⎟⎠
40
Hasil pengukuran jarak benda, jarak bayangan, perbesaran, dan tebal lensa untuk satu
lensa positif dengan panjang fokus f = +12,5 cm secara eksperimen ditunjukkan pada Tabel
4-5.
Dari Tabel 4-5 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar (4-5) sampai
Gambar (4-8), sehingga dapat ditentukan nilai-nilai elemen matriks sistem optik (a, b, c, d)
dengan menggunakan persamaan linear persamaan (3.5) dan (3.7). Dan koefisien korelasi
41
Dari Gambar 4-5 untuk M1 = c – aD2 menghasilkan nilai a, c, dan r sebagai berikut:
a = −0,0808
c = 1,117
r = 0,9987
b =1
d =0
r =1
⎛1 − 0,0808 ⎞
S1 = ⎜⎜ ⎟ (4.25)
⎝0 1,117 ⎟⎠
dengan determinan
42
Dengan menggunakan M2 = c – aD2 dan koefisien korelasi (r) dari Gambar 4-7
diperoleh nilai
a = −0,0786
c = 1,0726
r = 0,9997
43
dan untuk M2 D1 = -d + bD2 dan koefisien korelasi (r) dari Gambar 4-8 diperoleh
b = 0,9771
d = 0,0273
r = 0,9962
⎛ 0,9771 − 0,0786 ⎞
S 2 = ⎜⎜ ⎟ (4.27)
⎝ 0,0273 1,0726 ⎟⎠
Hasil eksperimen sistem optik satu lensa positif dengan panjang fokus = +25 cm,
tebal lensa 0,9 cm, dan indeks bias 1,650 dengan jarak objek (benda) dari lensa D1 dan
Dari Tabel 4-6 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar (4-9) sampai
Gambar (4-12), sehingga dapat ditentukan nilai-nilai elemen matriks sistem optik (a, b, c,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
d) dengan menggunakan persamaan linear persamaan (3.5) dan (3.7). Dan koefisien
korelasi (r)
Gambar 4-9 jika dianalisis dengan menggunakan persamaan (3.5) untuk M1 = c-aD2
a = −0,0416
c = 1,0484
r = 0,99895
45
b =1
d =0
r =1
⎛1 − 0,0416 ⎞
S1 = ⎜⎜ ⎟ (4.29)
⎝0 1,0484 ⎟⎠
Jika yang digunakan untuk menentukan niali a dan c adalah M2 = c – aD2 dan
46
a = −0,0389
c = 0,9616
r = 0,99569
serta niali b dan d dari M2 D1 = -d + bD2 dan nilai koefisien korelasi (r) yang menghasilkan
b = 0,9158
d = 2,0059
r = 0,99307
⎛ 0,9158 − 0,0389 ⎞
S 2 = ⎜⎜ ⎟ (4.31)
⎝ 2,0059 0,9616 ⎟⎠
Hasil pengukuran jarak benda, jarak bayangan, perbesaran, dan tebal lensa untuk
sistem optik yang tersusun atas kombinasi dua lensa positif dengan panjang fokus dan
47
Tabel 4-7. Data eksperimen dua lensa tunggal f1 = +6,25 cm, f2 = +12,5 cm,
t1 = 3,1 cm, t2 = 1,5 cm, x1 = 2 cm, dan n = 1,650
D1 (cm) D2 (cm) x2 (cm) M1 M2 Z1 (cm) Z2 (cm)
5,5 25,5 ± 0,05 8,8 ± 0,05 4,64 4,40 25,52 14,20
6 19,8 ± 0,05 6,7 ± 0,05 3,30 3,35 19,80 20,10
6,5 15,9 ± 0,05 5,1 ± 0,05 2,45 2,55 15,93 16,58
7 12,5 ± 0,05 3,8 ± 0,05 1,79 1,90 12,53 13,30
7,5 11,2 ± 0,05 3,3 ± 0,05 1,49 1,65 11,18 12,38
8 10,1 ± 0,05 3,1 ± 0,05 1,26 1,55 10,08 12,40
Dari Tabel 4-7 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar (4-13) sampai
Gambar (4-16), sehingga dapat ditentukan nilai-nilai elemen matriks sistem optik (a, b, c,
d) dengan menggunakan persamaan linear persamaan (3.5) dan (3.7). Dan korelasi
Gambar 4-13. Grafik M1 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +12,5 cm
Dari Grafik 4-12 untuk M1 = c – aD2 menghasilkan nilai a, c, dan r sebagai berikut
a = −0,2177
c = 0,9581
r = 0,99945
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 4-14. Grafik Z1 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +12,5 cm
b =1
d =0
r =1
⎛1 − 0,2177 ⎞
O1 = ⎜⎜ ⎟ (4.33)
⎝0 0,9581 ⎟⎠
49
Gambar 4-15. Grafik M2 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +12,5 cm
diperoleh nilai
a = −0,1897
c = 0,4368
r = 0,99925
Gambar 4-16. Grafik Z2 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +12,5 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
b = 0,813
d = 3,6196
r = 0,996343
⎛ 0,813 − 0,1897 ⎞
O2 = ⎜⎜ ⎟ (4.35)
⎝ 3,6196 0,4368 ⎟⎠
Tabel 4-8. Data eksperimen dua lensa tunggal f1 = +6,25 cm, f2 = +25 cm,
t1 = 3,1 cm, t2 = 0,9 cm, x1 = 2 cm, dan n = 1,650
D1 (cm) D2 (cm) x2 (cm) M1 M2 Z1 (cm) Z2 (cm)
6 43,0 ± 0,05 11,9 ± 0,05 7,17 5,95 43,02 35,70
6,5 31,0 ± 0,05 8,8 ± 0,05 4,77 4,40 31,01 28,60
7 24,0 ± 0,05 6,8 ± 0,05 3,43 3,40 24,01 23,80
7,5 18,7 ± 0,05 5,5 ± 0,05 2,49 2,75 18,68 20,63
8 15,0 ± 0,05 4,5 ± 0,05 1,88 2,25 15,04 18,00
8,5 14,5 ± 0,05 4,4 ± 0,05 1,71 2,20 14,55 18,70
9 12,0 ± 0,05 3,7 ± 0,05 1,33 1,85 11,97 16,65
Dari Tabel 4-8 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar (4-17) sampai
Gambar (4-20), sehingga dapat ditentukan nilai-nilai elemen matriks sistem optik (a, b, c,
d) dengan menggunakan persamaan linear persamaan (3.5) dan (3.7). Dan korelasi
51
Gambar 4-17. Grafik M1 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +25 cm
Dari Gambar 4-17 untuk M1 = c – aD2 menghasilkan nilai a, c, dan r sebagai berikut
a = −0,1882
c = 0,9988
r = 0,99950
Gambar 4-18. Grafik Z1 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +25 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
b =1
d =0
r =1
⎛1 − 0,1882 ⎞
O1 = ⎜⎜ ⎟ (4.37)
⎝0 0,9988 ⎟⎠
Gambar 4-19. Grafik M2 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +25 cm
a = −0,1323
c = 0,2674
r = 0,9999
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 4-20. Grafik Z2 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = +25 cm
dan untuk M2 D1 = -d + bD2 dan koefisien korelasi (r) dari Gambar 4-20 diperoleh
b = 0,6174
d = 9,2016
r = 0,99885
⎛ 0,6174 − 0,1323 ⎞
O2 = ⎜⎜ ⎟ (4.39)
⎝ 9,2016 0,2674 ⎟⎠
Hasil pengukuran jarak benda, jarak bayangan, perbesaran, dan tebal lensa negatif
54
Dari Tabel 4-9 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar (4-21) sampai
Gambar (4-24), sehingga dapat ditentukan nilai-nilai elemen matriks sistem optik (a, b, c,
d) dengan menggunakan persamaan linear persamaan (3.5) dan (3.7). Dan korelasi
Dari Tabel 4-21 untuk M1 = c – aD2 menghasilkan nilai a, c, dan r sebagai berikut
a = −0,081
c = 0,9579
r = 0,99955
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
b =1
d =0
r =1
⎛1 − 0,081⎞
S1 = ⎜⎜ ⎟ (4.41)
⎝0 0,9579 ⎟⎠
dengan determinan
56
Dengan menggunakan M2 = c – aD2 dan koefisien korelasi (r) dari Gambar 4-23
diperoleh nilai
a = −0,0479
c = 1,0142
r = 0,98316
57
untuk M2 D1 = -d + bD2 dan koefisien korelasi (r) dari Gambar 4-24 diperoleh
b = 0,5466
d = 13,489
r = 0,98666
⎛ 0,5466 − 0,0479 ⎞
S 2 = ⎜⎜ ⎟ (4.43)
⎝13,489 1,0142 ⎟⎠
Hasil pengukuran jarak benda, jarak bayangan, perbesaran, dan tebal lensa untuk
Tabel 4-10. Data eksperimen dua lensa tunggal f1 = +6,25 cm, f2 = -12,5 cm,
t1 = 3,1 cm, t2 = 0,6 cm, x1 = 2 cm, dan n = 1,650
D1 (cm) D2 (cm) x2 (cm) M1 M2 Z1 (cm) Z2 (cm)
10,5 57,5 ± 0,05 14,9 ± 0,05 5,48 7,45 57,54 78,23
11 47,6 ± 0,05 12,3 ± 0,05 4,33 6,15 47,63 67,65
11,5 34,5 ± 0,05 8,60 ± 0,05 3,00 4,30 34,50 49,45
12 28,5 ± 0,05 7,00 ± 0,05 2,38 3,50 28,56 42,00
12,5 22,7 ± 0,05 5,40 ± 0,05 1,82 2,70 22,75 33,75
13 19,2 ± 0,05 4,40 ± 0,05 1,48 2,20 19,24 28,60
Dari Tabel 4-10 dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar (4-25) sampai
Gambar (4-28), sehingga dapat ditentukan nilai-nilai elemen matriks sistem optik (a, b, c,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
d) dengan menggunakan persamaan linear persamaan (3.5) dan (3.7). Dan korelasi
Gambar 4-25. Grafik M1 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = -12,5 cm
Dari Gambar 4-25 untuk M1 = c – aD2 menghasilkan nilai a, c, dan r sebagai berikut
a = −0,1039
c = 0,5533
r = 0,99955
Gambar 4-26. Grafik Z1 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = -12,5 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
b =1
d =0
r =1
⎛1 − 0,1039 ⎞
O1 = ⎜⎜ ⎟ (4.45)
⎝0 0,5533 ⎟⎠
Gambar 4-27. Grafik M2 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = -12,5 cm
a = −0,1374
c = 0,4239
r = 0,99995
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 4-28. Grafik Z2 sebagai fungsi D2 dua lensa positif f1 = +6,25 cm dan f2 = -12,5 cm
b = 1,3062
d = 4,23
r = 0,99905
⎛1,3062 − 0,1374 ⎞
O2 = ⎜⎜ ⎟ (4.47)
⎝ 4,23 0,4239 ⎟⎠
IV.3. Nilai Rata-rata Determinan dari Hasil Eksperimen Elemen Matriks Lensa atau
Sistem Optik.
Hasil eksperimen elemen matriks lensa atau sistem optik nilai dari determinan pada
Gambar 4-1 sampai Gambar 4-28 di rata-rata, kemudian hasil rata-rata determinan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dibandingkan dengan hasil teoretis, selanjutnya ditentukan berapa persen (%) selisih dari
Hasil eksperimen sistem optik satu lensa positif dengan panjang fokus f = +6,25 cm,
tebal lensa t = 3,1 cm, dan indeks bias 1,650 pada Grafik M1 sebagai fungsi D2 dan Grafik
Z1 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-1 dan Gambar 4-2 mempunyai nilai det S1 = 1,1411
persamaan (4.22) dan Grafik M2 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z2 sebagai fungsi D2 pada
Gambar 4-3 dan Gambar 4-4 mempunyai nilai det S2 = 1,00415838 persamaan (4.24),
sehingga dari persamaan (4.22) dan (4.24) jika det S di rata-rata sebagai berikut
__
det S1 + det S 2 1,1411 + 1,00415838
det S = = = 1,07262919 (4.49)
2 2
Untuk panjang fokus f = +12,5 cm, tebal lensa t = 1,5 cm, dan indeks bias 1,650 pada
Grafik M1 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z1 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-5 dan Gambar
4-6 mempunyai nilai det S1 = 1,117 persamaan (4.26) dan Grafik M2 sebagai fungsi D2 dan
Grafik Z2 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-7 dan Gambar 4-8 mempunyai nilai det S2 =
1,05018324 persamaan (4.28), sehingga dari persamaan (4.26) dan (4.28) jika det S di rata-
__
det S1 + det S 2 1,117 + 1,05018324
det S = = = 1,08359162 (4.50)
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Untuk panjang fokus f = +25 cm, tebal lensa t = 0,9 cm, dan indeks bias 1,650 pada
Grafik M1 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z1 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-9 dan Gambar
4-10 mempunyai nilai det S1 = 1,0484 persamaan (4.30) dan Grafik M2 sebagai fungsi D2
dan Grafik Z2 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-11 dan Gambar 4-12 mempunyai nilai det
S2 = 0,95866279 persamaan (4.32), sehingga dari persamaan (4.30) dan (4.32) jika det S di
__
det S1 + det S 2 1,0484 + 0,95866279
det S = = = 1,003531395 (4.51)
2 2
Hasil eksperimen sistem optik dua lensa positif dengan panjang fokus f1 = +6,26 cm,
f2 = +12,5 cm, dengan tebal lensa t1 = 3,1 cm, t2 = 1,5 cm, dan indeks bias 1,650 pada
Grafik M1 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z1 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-13 dan
Gambar 4-14 mempunyai nilai det O1 = 0,9581 persamaan (4.34) dan Grafik M2 sebagai
fungsi D2 dan Grafik Z2 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-15 dan Gambar 4-16 mempunyai
nilai det O2 = 1,04175652 persamaan (4.36), sehingga dari persamaan (4.34) dan (4.36) jika
__
det O1 + det O2 0,9581 + 1,04175652
det O = = = 0,99992826 (4.52)
2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Jika panjang fokus f1 = +6,26 cm, f2 = +25 cm, dengan tebal lensa t1 = 3,1 cm, t2 = 0,9
cm, dan indeks bias 1,650 Pada Grafik M1 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z1 sebagai fungsi
D2 pada Gambar 4-17 dan Gambar 4-18 mempunyai nilai det O1 = 0,9988 persamaan (4.38)
dan Grafik M2 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z2 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-19 dan
Gambar 4-20 mempunyai nilai det O2 = 1,38246444 persamaan (4.40), sehingga dari
__
det O1 + det O2 0,9988 + 1,38246444
det O = = = 1,19063222 (4.53)
2 2
Hasil eksperimen sistem optik satu lensa positif dengan panjang fokus f = -12,5 cm,
tebal lensa t = 0,6 cm, dan indeks bias 1,650 pada Grafik M1 sebagai fungsi D2 dan Grafik
Z1 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-21 dan Gambar 4-22 mempunyai nilai det S1 = 0,9579
persamaan (4.42) dan Grafik M2 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z2 sebagai fungsi D2 pada
Gambar 4-23 dan Gambar 4-24 mempunyai nilai det S2 = 1,256803 persamaan (4.44),
sehingga dari persamaan (4.42) dan (4.44) jika det S di rata-rata sebagai berikut
__
det S1 + det S 2 0,9579 + 1,256803
det S = = = 1,262965 (4.54)
2 2
Hasil eksperimen sistem optik dua lensa positif dengan panjang fokus f1 = +6,26 cm,
f2 = -12,5 cm, dengan tebal lensa t1 = 3,1 cm, t2 = 0,6 cm, dan indeks bias 1,650 pada Grafik
M1 sebagai fungsi D2 dan Grafik Z1 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-25 dan Gambar 4-26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
mempunyai nilai det O1 = 0,5533 persamaan (4.46) dan Grafik M2 sebagai fungsi D2 dan
Grafik Z2 sebagai fungsi D2 pada Gambar 4-27 dan Gambar 4-28 mempunyai nilai det O2 =
1,13490018 persamaan (4.48), sehingga dari persamaan (4.46) dan (4.48) jika det O di rata-
__
det O1 + det O2 0,5533 + 1,13490018
det O = = = 0,84410009 (4.55)
2 2
IV.4. Selisih Hasil Eksperimen dan Hasil Teoretis Elemen Matriks Lensa atau Sistem
Optik
Nilai determinan Elemen matriks sistem optik hasil eksperimen yang merupakan nilai
__ __
rata-rata dari masing-masing det S (untuk lensa tunggal) dan det O (untuk kombinasi lensa)
jika dibandingkan dengan hasil perhitungan teoretis det S (untuk lensa tunggal) dan det O
(untuk kombinasi lensa) dapat dilihat pada Tabel 4-11 sampai Tabel 4-14 dibawah ini
__
Tabel 4-11. Nilai det S dan det S untuk satu lensa positif
__
f (cm) det S det S ∆S persen (%)
6,25 1,0726 0,9991 0,0735 7,35
12,5 1,0836 1 0,0836 8,36
25 1,0035 1 0,0035 0,35
__
Tabel 4-12. Nilai det O dan det O kombinasi dua lensa positif
__
f (cm) det O det O ∆O persen (%)
6,25 dan 12,5 0,9999 0,9991 0,0008 0,08
6,25 dan 25 1,1906 0,9991 0,1915 19,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
__
Tabel 4-13. Nilai det S dan det S untuk satu lensa negatif
__
f (cm) det S det S ∆S persen (%)
-12,5 1,1074 1 0,1074 10,74
__
Tabel 4-14. Nilai det O dan det O kombinasi lensa positif-negatif
__
f (cm) det O det O ∆O persen (%)
+6,25 dan -12,5 0,8441 0,9991 0,155 15,5
metode grafik memberikan hasil yang sangat teliti.Terlihat dari Tabel 4-11 sampai Tabel 4-
14 bahwa selisih hasil perhitungan teoretis dan hasil perhitungan eksperimen untuk nilai
Dengan mengetahui koefisien korelasi (r) dari grafik, keterkaitan antara variabel
terikat dan variabel bebas, dimana dalam eksperimen ini variabel bebas adalah D2 (jarak
bayangan ke lensa) dan variabel terikat adalah perbesaran (M). Jika nilai koefisien korelasi
mendekati 1 (satu), berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sangat kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
V. 1. Kesimpulan
Nilai-nilai elemen matriks sistem optik dapat ditentukan dengan menganalisis data
hasil eksperimen menggunakan metode grafik. Elemen matriks yang diperoleh dari hasil
eksperimen sangat sesuai dengan hasil perhitungan teoretis, hal ini dapat dilihat dari selisih
__
antara nilai determinan matriks sistem optik hasil eksperimen det S dan nilai determinan
sistem optik hasil perhitungan teoretis det S lebih kecil dari 0,2 (lebih kecil dari 20%).
V.2. Saran
Pendekatan yang digunakan dalam perumusan teoretis secara umum cukup baik
dalam penentuan elemen matriks lensa atau sistem optik. Walaupun demikain, beberapa hal
yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan adalah ketebalan lensa, panjang fokus dan
indeks bias lensa juga perlu diukur secara teliti agar hasil yang diinginkan bisa terpenuhi.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Armitage, A., 1982, Practical Physics in SI, Jhon Murray (Publisher) Ltd, London.
Damanik, A., 1998, Penentuan Elemen Matriks Sistem Optik (Laporan Penelitian),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kopertis Wilayah V,
Yogyakarta.
Gerhard, A., 1996, “An Experimental Method of Determining the Matrix Elements of an
Optical System”, Am. J. Phys. Vol. 43 (1), halaman 166.
Ghatak, A., 1977, Optics, Tata Mc Graw-Hill Publishing Co. Ltd., New Delhi.
Jenkins, F. A., dan White, H.E., 1985, Fundamentals of Optics, Fourth edition, Mc Graw-
Hill Book Company, Singapure.
Kane, J. W., dan Sterheim, M.M., 1983, Physics, Second edition, Jhon Wiley &
S o n s Inc., New York.
67