You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya udang merupakan salah satu usaha yang prospektif dilihat dari tujuan utama
adalah ekspor ke Jepang, Eropa dan Amerika Serikat (Mahmud et al., 2007). Total
produksi perikanan budidaya mencapai 60 juta ton pada tahun 2010 dengan nilai
US$119.4 milyar (FAO, 2012). Total produksi budidaya udang dunia sebanyak 77%
diantaranya diproduksi oleh negara-negara Asia termasuk Indonesia (FAO, 2012). Luas
areal tambak udang di Indonesia saat ini sekitar 344.759 ha atau sekitar 39,78 % dari potensi
lahan yang tersedia yakni seluas 866.550 ha yang tersebar di seluruh Indonesia (Arifin
et al., 2012).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk pembelajaran mengenai komoditas udang
vannamei dalam hal budidaya hingga pemasaran.

1.3 Biologi Udang Vannamei


1.3.1 Taksonomi Udang Vannamei

Berikut adalah klasifikasi dari udang vannamei:


Filum : Arthopoda
Subfilum : Crustacea
Class : Malacostraca
Sub ordo : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Suborder : Natantia
Family : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

1.3.2 Morfologi Udang Vannamei


Cephalathorax  Kepala dada bergabung menjadi satu
a. Carapace  melindungi organ di dalam cephalathorax
b. Rostrum  ujung carapace yang berfungsi untuk melindungi mata dan
perlindungan diri
2. Abdomen badan
3. Uropoda  ekor
a. Exopoda
b. Endopoda
c. Telson
Kalsium merupakan pembentuk kulit udang. Pada tangkai mata udang vannamei
terdapat Hormon X (hormon penghambat) yang berfungsi untuk pertumbuhan dan percepatan
kematangan gonad yang dilakukan melalui ablasi pada mata. Udang ini juga memiliki
kemoreseptor yaitu pada antennular flagellum pada sepanjang ventral yang berfungsi untuk
melihat pergerakan, merespon atraktan pada pakan. Memiliki kaki jalan atau periopoda dan
kakirenang atau pleopoda.

1.3.3 Siklus Hidup Udang Vannamei

Berikut adalah urutan siklus hidup udang vannamei:


1. Naupli : Mengandalkan kuning telur (28 jam)
2. Zoea : mengambil makanan dari luar tubuh  plankton (3 – 4 hari) , merupakan
stadia kritis karena tinggi mortalitas (Zoea I, Zoea II, Zoea III)
3. Mysis : (Mysis I, Mysis II, Mysis III) , berenang mundur,memakan plankton, segmen
ke 6 terdapat perubahan morfologi ditandai dengan segmen lebih panjang
4. Post larvae : seperti udang dewasa secara morfologi, namun perkembangan insang
baru sempurna di hari ke 9 (PL 9 – 10)  insang yang terbentuk secara sempurna
mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap lingkungan
5. Juvenil
6. Udang dewasa

1.3.4 Kebiasaan Makan Udang Vannamei


Berikut adalah kebiasaan makan udang vannamei:
1. Aktif makan pada kondisi intensitas cahaya yang rendah  menaikkan nafsu makan
2. Omnivor scavenger atau pemakan segala
3. Kanibal : memangsa sesame jenis
4. Mendeteksi makanan melalui sinyal kimiawi di tangkap sensor antenulla, antenna,
mulut, maxillaped, capit
5. Mengambil makanan dengan capit pada kaki jalan 1, 2, 3 untuk disalurkan ke mulut

1.3.5 Sistem Reproduksi Udang Vannamei


1. Udang vanname Jantan (Internal)
 Testis : menghasilkan sperma
 Vas deferens : saluran sperma ke spermatophore
 Terminal ampoule : temapt penyimpanan spermatophore
o Reproduksi jantan (eksternal)
 Petasma  tonjolan pada kaki renang ke 1
 Appendix masculina  tonjolan untuk mencengkram betina
2. Udang vanname Betina (Internal)
 Penyimpanan telur pada gonad  telur keluar karena dipengaruhi hormone feromon
 memecah spermatophore  keluar telur  fertilisasi eksternal
 Eksternal  organ thelycum  proses mating (pembuahan)  open thelycum
 Pada udang windu  moulting dulu baru mengalami mating  close thelycum
3. Perkembangan gonad
 Immature stage : ovary masih tipis, agak bening dan oocyte bulatan kecil
 Early maturing stage : ukuran ovary meningkat dan permukaan punggung berwarna
kuning
 Late maturing stage : ovary hijau muda  ovary abu – abu
 Mature stage : ovary hijau tua dan ovary lebih besar
 Spent recovery : Pengeluaran telur

1.3.6 Kelebihan Udang Vannamei


Berikut adalah kelebihan udang vannamei:
a. Tahan penyakit  induk melalui proses domestikasi breeding progam
b. Pertumbuhan lebih pesat
c. Responsif terhadap pakan sehingga efisien dalam penggunaan pakan
d. Perilaku udang vanname yang mampu hidup pada padat tebar tinggi (100 ekor/m2)
karena sifatnya hidup di kolom air sehingga ruang hidup luas. Dibandingkan dengan
Udang windu (Penaeus monodon) maksimal padat tebar 40 ekor/m2 dan kebutuhan
protein pakan monodon lebih tinggi 40%, sedangkan udang vannamei hanya
membutuhkan 30 – 32% protein pakan

Dafpus:
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, 2013. Budidaya Ikan Lele Teknologi Bioflok.
Avnimelech, 2011. Biofloc Technology. Israel Institute of Technology.
https://cals.arizona.edu/azaqua/ista/ISTA9/PDF’s/Yoram-
BFT%20Brief%20Summary%205.3.11.pdf
Trobos, 2011. Pakan Herbal Untuk Gurami. http://www.trobos.com/detail-
berita/2011/11/01/15/3181/pelet-herbal-untuk-gurami

You might also like