Professional Documents
Culture Documents
LP Sirosis Hepatis r25
LP Sirosis Hepatis r25
PADA NY.U
DISUSUN OLEH :
NIM : 201720461011053
Laporan pendahuluan dan asuhan kepeerawatan di Ruang 25 Rumah Sakit Syaiful Anwar
Malang.
disusun oleh :
NIM : 201720461011053
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners departemen
Keperawatan Medikal Bedah(KMB).
Rio Hardiatma
Mengetahui
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.U
DISUSUN OLEH :
NIM : 201720461011053
Laporan pendahuluan dan asuhan kepeerawatan di Ruang 25 Rumah Sakit Syaiful Anwar
Malang.
disusun oleh :
NIM : 201720461011053
Kasus : HEPATOMA
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners departemen
Keperawatan Medikal Bedah(KMB).
Rio Hardiatma
Mengetahui
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
7. Komplikasi
a. Edema dan Acites
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk
pada kaki( edema) dan abdomen ( acites)
b. Luka dan perdarahan
Ketika liver lambat atau berhenti memproduksi protein yang dibutuhkan tubuh
untuk penggumpalan darah, penderita akan mudah luka dan berdarah.
c. Penguningan ( Joundice)
Penguningan pada kulit dan mata yang terjadi ketika liver sakit, tidak bisa
menyerap bilirubin.
d. Batu Empedu
Jika sirosis mencegah air empedu mencapai empedu, maka akan timbul batu
empedu. (Misnadiarly, 2007)
8. Penatalaksanaan
a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
b. Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori).
Bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000
mg). Bila proses tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan
tinggi protein (80-125 gr/hari). Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma
hepatikum, jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet hati II) untuk
kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan
tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau meningginya
hasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya
koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas
tidak hepatotoksik.
d. Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial
berantai cabang dengan glukosa.
e. Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang
mengandung alkohol.
Penatalaksanaan asites dan edema adalah :
a. Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500
mg perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya
harus dibantu dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya
sampai 1 liter atau kurang.
b. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretik
berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300
mg/hari bila setelah 3 – 4 hari tidak terdapat perubahan.
c. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi
medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis. Walupun
merupakan cara pengobatan asites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkan
karena berbagai komplikasinya, parasentesis banyak kembali dicoba untuk
digunakan. Pada umunya parasentesis aman apabila disertai dengan infus albumin
sebanyak 6 – 8 gr untuk setiap liter cairan asites. Selain albumin dapat pula
digunakan dekstran 70 % Walaupun demikian untuk mencegah pembentukan
asites setelah parasentesis, pengaturan diet rendah garam dan diuretik biasanya
tetap diperlukan.
d. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari.
Hati-hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapat
mencetuskan ensefalopati hepatik.
9. Pencegahan
Pencegahan pada sirosis hepatis adalah:
a. Kurangi efek estrogen.
b. Berhenti merokok.
c. Ketahui status kesehatan tentang mitra seksual .
d. Gunakan suatu jarum bersih jika kamu menyuntik obat.
e. Berhati-hati sekitar produk darah di negara-negara tertentu.
f. Hindari atau membatasi alkohol.
g. Hindari pengobatan yang boleh menyebabkan kerusakan hati.
h. Hindari ekspose ke toksin lingkungan
4. Kebutuhan sirkulasi
Kerusakan sel hepar dan peningkatan tekanan vena porta mengakibatkan
terjadinya gangguan pada fungsi limpa, mengakibatkan terjadinya leukopenia,
trombositopenia dan anemia.
5. Kebutuhan Eliminasi
Kerusakan fungsi hepar mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem
pencernaan dan metabolisme, terjadi gangguan pada gastrointestinal, menyebabkan
flatulen dan atau konstipasi.
6. Kebutuhan aktifitas
Kerusakan fungsi hepar mengakibatkan gangguan metabolisme, produksi ATP
menurun, terjadi kelemahan fisik (patique).
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-
faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama
disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani
penderita. Pola penggunaan alkohol yang sekarang dan pada masa lampau(durasi dan
jumlahnya) dikaji serta dicatat. Riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja
atau selama melakukan aktivitas. Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat
hepatotoksin atau dengan obat-obat anastesi umum. Status mental dikaji melalui
anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan
waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau
kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani.
Data pengkajian menurut Doenges ME. dkk (2000) pada pasien yang mengalami
Sirosis Hepatis adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah
Tanda : Penurunan massa otot
b. Eliminasi
Gejala : Flatus
Tanda : Distensi abdomen, penurunan atau tidak adanya bising usus, fase warna
tanah liat, melena, dan urine gelap.
c. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual /muntah
Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan , penggunaan jaringan, edema
umum pada jaringan,kulit kering, Ikterik.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadram kanan atas;
Pruritus; Neuritis perifer.
Tanda : Perilaku berhati-hati; focus pada diri sendiri.
e. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam; Ikterik; Ekimosis; Angioma Spider.
f. Pernapasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Pernapasan dangkal; Ekspansi paru terbatas; Hipoksia.
Brunner & Suddarth .Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah. Vol. 2. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Ketiga Jilid 1. 2001. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.