Professional Documents
Culture Documents
JURNAL
JURNAL
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diartikan pembinaan aparat dimana seornang
karyawan yang telah mengikuti pendidikan dan penelitian diharapkan untuk mengikatan
pengetahuan,keterampilan dan professional dan dalam kontekspromosi dilakukan berdasarkan
kompetensi, keahlian, dan dapat bekeja sebagai seorang reformasi, dan dalam aspek mutasi/rotasi
dapat mengubah sikap, mampu bekerja sebagai seorang reformasi, dapat didorong untuk bekerja,
dan motivasi kerja. Fakta yang ada perbedaan dibidang motivasi karyawan dengan intensitas
tinggi (mengikuti) dan intensitas rendah (tidak mengikuti) untuk pendidikan dan penelitian
(training).
Teori yang digunakan dalam jurnal tersebut yaitu Herzberg’s two factor tentang factor
ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi kerja. Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsic
akan menyenangi pekerjan yang memungkinkan menggunakan kreativitas dan inovasinya,
bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan katat. Kepuasan
disini tidak terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya,
mereka yang lebih terdorong oleh factor entrinsik cenderung melihat kepada perolehan hal-hal
yang diinginkan dari organisasi. Ferderick Herzberg menyatakan bahwa factor-faktor tertentu di
tempat kerja ang menyebabkan kepuasan kerja, sementara pada bagian lain ada pula factor lain
yang menyebabkan ketidakpuasan. Dengan kata lain kepuasan dan ketidakpuasan kerja
berhubungan satu sama lain. Factor tertentu di tempat kerja tersebut oleh Frederick Herzberg
diidentifikasi sebagai hygiene factors (factor kesehatan) dan motivation factors (factor pemuas).
1. Factor kesehatan adalah factor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat
kerja. Factor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang. Tetapi jika
factor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini adalah factor
entrinsik untuk bekerja. Factor hiegenis juga disebut juga sebagai dissatiesfiers atau
factor pemeliharaan yang diperlukan untuk menghindari ketidakpuasan.
2. Factor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif. Faktoryang melekat dalam
pekerjaan dan motivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul disebut sebagai
factor pemuas. Gaji hanya akan menghailkan jangka pendek. Tetapi tidak dengan factor
motivasi seperti pengangkat karyawan tetap. Sehingga menyebabkan penurunan motivasi
karyawan dalam bekerja.
Focus penelitian ini adalah pembinaan aparatur yang meliputi pendidikan dan pelatihan
terdiri dari peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan, termasuk promosi.
Mengingatkan pengetahuan, keterampilan, profesinalisme, dan promosi berdasarkan kompetensi,
keahlian, dan antusiasme untuk bekerja sebagai pembaharu, dan pelaksanaan mutasi dengan
harapan peubahan sikap, bersemangat unntuk kerja,meningkatkan motivasi untuk bekerja dan
mewujudkan sistem penurunan pangkat (non-kantor) dengan harapan untuk perubahan prilaku.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan sejumlah informan dan hasil pengelohan data
kusioner responden survey meliputi variable melayani kepuasan public, profesionalisme pada
pekerjaan, mendapatkan gaji yang tingi, tanggung jawab pekerjaan,hubungan baik dengan
atasan, kondisi kerja yang nyaman, hubungan dengan rekan kerja, peluang karir, kesempatan
untuk menambah pengalaman kerja, keamanan kerja, tantangan dalam diri mereka sendiri untuk
bekerja, pelaksanaan hukuman yang adil.
ANALISIS
Secara empiris dari hasil peneitian ini, ada makna yang terkandung dalam penelitian ini
adalah bahwa, tidak peduli seberapa baik pelaksanaan pembangunanelalu pendidikan dan
pelatihan aparat jika tidak didukung oleh perencanaan yang baik dan anggaran yang cukup, maka
tidak akan sesuai yang dilaksanakan dengan yang diharapkan.
KONTRIBUSI JURNAL
Kontrinusi yang terdapat dalam jurnal tersebut yaitu pembinnaan aparat di mana seorang
karyawan yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan diharapkan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan profesinalisme, dan dalam kontekspromosi dilakukan
berdasarkan kompetensi, keahlian, dan dapat bekerja sebagai seorang reformasi, dan daalm aspek
mutasi/ rotasi dapat mengubah sikap, mampu bekerja sebagai seorang reformasi, dapat didorong
untuk bekerja, dan motivasi kerja. Demikian juga sistem pengelolahan demosi ( penurunan
pangkat non-kantor) dengan tujuan perubahan perilaku, ada kepuasan dalam berkeja, dan dapat
mendapatkan keadilan dalam organisasi sehingga kenaikan diharapkan dalam efisienisi dan
efektifitas mejalankan organisasi untuk mencapai tujuan. (mengikuti) dan intensitas rendah (tidak
mengikuti) untuk pendidikan dan pelatihan (training). Hal ini dapat dilihat bahwa termotivasi
untuk bekerja karena gaji / penghasilan yang tinggi. Oleh karena itu kariyawan dengan intensitas
pendidikan tinggi dan pelatihan dapat dipromosikan untuk menduduki posisi tertentu. Ini berarti
bahwa jika seorang kariyawan memiliki menepati eselon berarti otomatis akan mendapatkan
tunjangan dan pendapatan / gaji gaji dapat ditingkatkan. Dengan demiikian terjadi perbedaan
yang sangat segnifikan terhadap karyawan yang telah mengikuti pendidikan dan tidak mengikuti
dan juga pelatihan.
Untuk hasil yang posetif pelaksanaan karja karyawn yang baik, jika didukung oleh
pengembangan persoalan berkelanjutan untuk mendukung peningkatan pengetahuan,
kemampuan, professional yang diharapkan untuk mendapatakan karyawan berdasarkan
kompentensi mereka serta untuk meningkatkan pendapatan / gaji tinggi untuk memotivasi
karyawan melakukan pekerjaan pelayanan publik. Tidak dapat dipungkiri bahwa layanan sipil
danmendapatakan harapan yang paling nyata sama sekali.karena seorang karyawan harus
menjadi sumber pendapatan yang bias memenuhi kebutuhan keluarga karyawan. Sehingga
menjandi karyawan membutuhkan perjuangan yang luar biasa untuk memenuhi persyaratan
untuk menjadi pegawi negeri sipil.
KESIMPULAN