You are on page 1of 2

BAB I

LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization)adalah ketika seseorang


tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat
menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak
sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun 2014).

Menurut data dari riskesdas 2013 menunjukan bahwa Prevalensi gangguan jiwa
berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah
memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang
tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks
kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk
Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur
(RISKESDAS.2013).

Ganguan jiwa dapat dialami oleh setiap orang tidak terkecuali dengan mahasiswa.
Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap masalah
kesehatan mental. Berdasarkan usia perkembangannya, mahasiswa termasuk dalam
golongan remaja akhir yaitu berusia 17 – 21 tahun (Hurlock, 2003). Usia remaja
adalah usia yang memiliki karakteristik khas perkembangan yaitu emosi labil, sehingga
rentan mengalami kecemasan (Santrock, 2004). Tekanan akademik merupakan prediktor
terkuat timbulnya kecemasan di kalangan remaja (Zheng, dkk, 2012). Pada mahasiswa
tingkat akhir, mereka diharuskan untuk membuat tugas akhir dalam wujud skripsi.
Skripsi merupakan perwujudan dari kemampuan meneliti calon ilmuwan pada jenjang
program sarjana strata-1 (S1). Pada saat mengerjakan skripsi, mahasiswa harus dapat
mengendalikan perasaan cemas dan tetap tenang untuk menjaga semangat dalam pengerjaan
skripsi. Kemampuan mengatasi kecemasan merupakan faktor penting dalam pengerjaan
tugas akhir tersebut (Puspitasari, 2013). Berdsarkan latar belakang ini maka kami ingin
mengetahui kondisi kesehatan mental mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas ahir di
salah satu universitas dengan membuat penelitian dengan judul “ PENGUKURN MENTAL
MAHASISWWA TINGKAT AHIR PSDKU UNAIR DENGAN METODE MHI (Mental
health inventory ).

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kondisi kesehatan mental mahasiswa PSDKU UNIAR di banyuwangi


yang sedang mengerjakan tugas ahir ?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan mental mahasiswa PSDKU UNIAR


di banyuwangi yang sedang mengerjakan tugas ahir

You might also like