Professional Documents
Culture Documents
Askep TB
Askep TB
ASKEP TBC
Disusun Oleh:
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2008
LAPORAN PENDAHULUAN
“TUBERKULOSIS PARU”
1. Pengertian
mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui
udara (airborne). Pada hampir semua kasus infeksi tuberculosis didapatkan melalui
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya
3. Patofisiologi
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel infeksi ini
terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Bila, masukke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini
Gejala klinik tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala
a. Gejala respiratorik
2. Batuk darah
3. Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1. Demam
2. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
5. Pemeriksaan diagnostic
c. Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa lalu dan
adanya anti bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan satuarasi
desigen sekunder terhadap infiltrasi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru
6. Penatalaksanaan / Pengobatan
gejalah.
7. Komplikasi
a. Batuk darah
b. Pneumothorax
c. Luluh paru
d. Gagal nafas
e. Gagal jantung
f. Efusi pleura
8. Pencegahan
b. Terapi pencegahan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3
minggu.
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh,
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani
penyakitnya.
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada
malam hari
d. Nutrisi metabolic
e. Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan
BAK.
f. Kognitif Perseptual.
g. Konsep Diri
h. Pola Koping
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Bersihan jalan Bersihan jalan
1. kaji fungsi pernafasan, Penurunan bunyi nafas dapat
nafas tidak efektif nafas kembali contoh bunyi nafas, menunjukkan atelektasis, ronchi,
berhubungan efektif kecepatan dan irama. mengi menunjukkan akumulasi
dengan sekret ketidak mampuan
penumpukan membersihkan jalan nafas.
sekret purulen
pada jalan nafas. Posisi membantu memaksimalkan
2. berikan pasien posisi ekspansi paru dan menurunkan
semi fowler atau fowler upaya pernafasan.
tinggi bantu pasien
untuk batuk efektif dan
latihan nafas dalam. Pemasukan tinggi cairan
membantu untuk mengencerkan
3. pertahankan masukan sekret, membuatnya mudah
cairan sedikitnya 2500 dikeluarkan.
ml/hari, kecuali kontra
indikasi Agen mukolitik menurunkan
kekentalan dan perlengketan sekret
paru untuk memudahkan
pembersihan.
4. kolaborasi untuk
pemberian obat sesuai
indikasi, obat mukolitik
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran
agama biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai dan
kepercayaan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D.M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan : SD (tamat)
Pekerjaan : Tani
Status : Kawin
Suku/ bangsa : Minahasa/ Indonesia
Tgl. MRS : 15 - 07- 2008
Tgl. Pengkajian : 10 - 08-2008, jam 08.00 wita
Diagnosa medis : TB Paru
No. Med. Reg : 19 09 69
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Batuk berlendir.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dialami sejak + 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai
sesak nafas, keringat dingin pada malam hari dan kelemahan tubuh. Saat dikaji klien
mengeluh batuk berlendir, lendir kental dan berwarna putih, disertai sesak nafas dan
aktivitas dibantu orang lain.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan baru pertama kali dirawat di rumah
sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hanya pasien yang menderita penyakit seperti ini di dalam keluarga. Klien memiliki
satu orang istri dan satu orang anak, tinggal di dalam satu rumah, jenis rumah
permanen memiliki kamar tidur 2, dapur 1 dan ruang tamu 1, ventilasi cukup,
pencahayaan cukup.
Genogram
Keterangan :
A : Pihak ayah
B : Pihak Ibu
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
+ : Sudah meninggal
3. Pengkajian Kasus Kelolaan
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
BB : 40 kg
Head to Toe
- Kepala
peksi : warna rambut hitam, kebersihan terjaga, bentuk kepala bulat
lpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mata
peksi : sclera tidak ikterus, konjungtiva anemis, pupil bulat
lpasi : nyeri tekan tidak ada
- Hidung
peksi : bentuk simetris, sekret tidak ada
lpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mulut
peksi : bibir tampak kering, gigi berlubang, mukosa lembab, bau mulut tidak ada
- Leher
peksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
- Thorax/ dada
peksi : simetris kiri dan kanan
lpasi : stem fremitus kiri dan kanan
rkusi : sonur kiri dan kanan
skultasi : ronchi +/ +, wheezing +/ +a
- Abdomen
peksi : datar
lpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa
rkusi : tidak kembung
skultasi : bising usus normal
- Ekstremitas
as : akral hangat, tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infuse dextrose 5% 20 gtt/
mnt
wah : akral hangat, tidak ada odem
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tgl. 8-8-2008
Jenis Hasil Normal
HB 5,7 g/ dL 13-17 g/ dL
Eritrosit 2,03 uL 4,20-5,40 uL
Leukosit 7400 uL 5.000-10.000 uL
Trombosit 230.000 uL 150.000-450.000 uL
GDS 67 mg/ dL 110-160 mg/ dL
Ureum 31 mg/ dL 10-50 mg/ dL
Creatinin 1,1 mg/ dL 0,6-1,1 mg/ dL
Asam urat 8,5 mg/ dL 2,4-7,0 mg/ dL
Protein total 7,6 mg/ dL 6,6-8,3 mg/ dL
Albumin 2,2 mg/ dL 3,7-5,3 mg/ dL
b. Foto thorax
Hasil : tampak TB Paru
c. Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobakterium Tuberkolosis
6. Terapi
Tgl. 11-08-2008
IVFD Dextrose 5% 20 gtt/ mnt
Cefixime 2 x 100 mg tab
Ranitidine 2 x 1 amp inj
Codein 3 x 20 gr tab
Rifampisin 150 mg 1 x 3 tab
INH 750 mg 1 x 3 tab
PZA 400 mg 1 x 3 tab
Etambutol 275 mg 1 x 3 tab
B6 1 x 1 tab
Alupurinol 100 mg tab 1-0-0
7. Klasifikasi Data
DS : - klien mengeluh batuk berlendir
- klien mengeluh sesak nafas
- klien mengeluh aktivitasnya perlu bantuan orang lain
- klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
- klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
DO : - TTV
TD : 130/80 mmHg N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt SB : 36,5oC
- auskultasi paru ronchi +/ +, wheezing +/ +
- aktivitas dibantu orang lain
- BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
- terpasang infuse di lengan kanan dextrose 5%
- BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg
- pendidikan klien tamat SD
ANALISA DATA
No Data Dampak Masalah Masalah
DS 1: - klien mengeluh batuk Peradangan parenkim Bersihan jalan
berlendir paru nafas tidak efektif
- klien mengeluh sesak nafas
DO : - TTV Keluarnya eksudut
TD : 130/80 mmHg dalam alveoli
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt Peningkatan produksi
SB : 36,5oC sputum
- auskultasi paru ronchi +/ +
- sputum kental Kemampuan batuk
menurun
Tertahannya sekresi
Jalan nafas terganggu
DS 2: - klien mengatakan Proses penyakit Intoleransi aktivitas
aktivitasnya dibantu
DO : - BAB dan BAK Kelemahan tubuh
dilakukan di tempat tidur
No Data Dampak Masalah Masalah
- terpasang IVFD dextrose 5% Terpasang infuse di
di lengan kanan lengan kanan
Aktivitas terbatas
DS 3: - klien mengeluh mengalami Adanya sputum pada Ketidakseimbangan
penurunan nafsu makan saluran pernafasan dan nutrisi kurang dari
- klien mengeluh mengalami di bagian mulut kebutuhan tubuh
penurunan berat badan
DO : - BB sebelum sakit : 46 Batuk produktif
kg, BB sesudah sakit : 40 kg
Peningkatan frekuensi
pernafasan
Nafsu makan menurun
DS 4: - klien mengatakan tidak Tingkat pendidikan Kurang
mengerti tentang penyakitnya tamat SD pengetahuan
DO : - pendidikan klien
tamat SD Kurang informasi
tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
Prioritas Masalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum yang kental
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan proses pengobatan
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d produksi sputum yang kental
4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya informasi
ASUHAN KEPERAWATAN
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
k Bersihan jalan nafas 11-8-08, jm.08.00 S : - klien mengat
um kembali efektif 1. Kaji fungsi pernafasan 1. Penurunan fungsi nafas 1. Melakukan pengkajian berkurang set
setelah diberikan seperti bunyi, kecepatan dapat menunjukkan frekuensi pernafasan 24x/ pada posisi se
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
tindakan keperawatan dan irama setiap jam ketidakmampuan untuk mnt, iramanya teratur, - klien mengata
selama 3 hari dengan 06.00, 12.00, 18.00 setiap membersihkan jalan terdengar ronchi dan jenis yang keluar b
fas kriteria hasil: hari nafas. pernafasan torakal O : - TTV
- batuk berlendir abdominal TD : 130/80mmHg
berkurang atau hilang 11-8-08, jm.12.00 N : 82 x/ mnt
- sekret encer 2. Mengukur TTV R : 24 x/ mnt
- tanda-tanda vital 2. Penyimpangan normal TD : 130/80mmHg SB : 36,2oC
dalam putus normal 2. Observasi tanda-tanda TTV menunjukkan N : 84 x/ mnt A : masalah belum
+- ronchi -/- vital setiap jam 06.00, perubahan status pasien. R : 24 x/ mnt P : - kaji fungsi pe
12.00, 18.00 setiap hari SB : 36,2oC setiap jam 06
18.00
- Mengawasi klien minum - observasi TT
obat codein 1 tablet dan jam
cefixime 1 tablet - pertahankan p
11-8-08, jm.12.15 semi fowler
3. Posisi membantu 3. Merubah posisi tidur - anjurkan klie
ekspansi paru dan klien dari tidur satu minum air pu
3. Atur posisi klien dengan menurunkan upaya bantal menjadi posisi banyak
posisi semi fowler setiap pernafasan. semi fowler - anjurkan klie
kali klien merasa sesak menggunakan
nafa 11-8-08, jm.13.15 batuk efektif
4. Memaksimalkan 4. Mengajarkan teknik nafas
4. Ajarkan teknik nafas ventilasi dan dalam dan batuk efektif
dalam dan batuk efektif meningkatkan gerakan pada klien
pada pertemuan pertama sekret ke dalam jalan
nafas besar sebagai
mudah dikeluarkan
11-8-08, jm.13.30
5. Melatih pasien untuk 5. Menganjurkan pasien
5. Anjurkan pasien untuk dapat belajar mengatasi untuk gunakan teknik
gunakan teknik batuk batuk yang dialaminya. batuk efektif setiap batuk
efektif setiap ingin batuk 11-8-08, jm.13.45
6. Menganjurkan keluarga
6. Pemasukan cairan yang dan klien untuk
6. Anjurkan klien untuk banyak membantu memenuhi asupan cairan
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
meningkatkan asupan mengencerkan sekret. yang cukup bagi klien
cairan sedikitnya 2.500 dengan minum air putih
ml/ hari yang banyak +2500 ml/
hari
11-8-08, jm.18.00
7. Beri obat dengan teratur 7. Memberikan obat sesuai
7. Kolaborasi beri obat mempercepat proses instruksi ranitidine inj 1
sesuai instruksi dokter penyembuhan ampul/ 3 cc melalui
Ranitidine inj 2x1 amp IVFD
(06.00 & 18.00) Menganjurkan klien
Cefixime 2x1 tab (06.00, untuk minum obat tablet
12.00, 18.00) secara teratur dan tidak
Codein 3x1 tab (06.00, boleh berhenti
12.00, 18.00)
Rifampisin 1x3 tab
(06.00)
INH 1x3 tab (06.00)
PZA 1x3 tab (06.00)
Etambutol 1x3 tab
(06.00)
B6 1x1 tab (06.00)
Alupurinol 1-0-0 (06.00)
Klien dapat 11-8-08, jm.08.00 S :- klien mengel
beraktivitas dengan 1. Monitor derajat mobilitas 1. Untuk mengetahui 1. Melakukan observasi bisa sepenuhn
baik dengan kriteria dengan menggunakan tingkat ketergantungan derajat ketergantungan beraktivitas m
hasil : skala ketergantungan pada klien. mandi = 4, terbatas pada
- Klien dapat berpakaian = 4, eliminasi - klien mengelu
beraktivitas secara = 3, mobilisasi = 2, lelah
mandiri pindah = 4, ambulasi =O4,: -klien belum b
- BAB dan BAK naik tangga = 4. Hasil : melakukan se
dilakukan sendiri di terjadi ketergantungan aktivitas
toilet -BAB dan BA
tidur
11-8-08, jm.08.10 A : masalah belum
2. Membantu pasien dalam
P : - bantu klien d
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
eliminasi BAK dengan pemenuhan k
menyediakan urinal dan - anjurkan klie
2. Bantu pasien dalam 2. Memenuhi kebutuhan pispot pada saat BAB beraktivitas se
pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien 11-8-08, jm.08.15 mandiri
berdasarkan tingkat 3. Menganjurkan klien
ketergantungannya untuk bisa melakukan
mobilisasi miring kiri,
miring kanan dan duduk
3. Anjurkan klien untuk 3. Melatih klien untuk secara mandiri tanpa
beraktivitas secara tidak tergantung dan bantuan orang lain. Hasil
bertahap secara bertahap bisa : klien bisa melakukan
mandiri mobilisasi miring kiri dan
miring kanan
11-8-08, jm.08.15
4. Memberikan pujian pada
klien karena klien sudah
bisa mobilisasi secara
mandiri
12-8-08, jm.12.00
4. Kolaborasi ahli gizi 4. Mengawasi pola makan
komposisi diit 4. Memberikan bantuan pasien, hasil klien
Pagi : bubur dan telur, dalam perencanaan diit menghabiskan
Siang : nasi, telur/ ikan, dengan nutrisi yang makanannya, porsi
sayur, sup, buah, adekuat makan sedikit
Sore : ekstra telur,
Malam : nasi, telur/ ikan,
sayur
Klien mengerti 13-8-08, jm.08.00 S :- klien dan kel
tentang penyakitnya 1. Kaji pengetahuan klien 1. Belajar tergantung pada 1. Mengukur kemampuan mengatakan m
setelah diberikan tentang penyakit TBC emosi dan kesiapan fisik klien untuk belajar, hasil tentang penya
penyuluhan dengan yang dialaminya klien mau diberikan diderita
kriteria hasil : penyuluhan O:- klien dapat m
- Klien kembali penti
mengungkapkan 13-8-08, jm.08.20 obat dan akib
n pemahaman tentang 2. Jelaskan pada klien 2. Perawatan pengobatan di2. Memberikan penyuluhanA : masalah terata
penjelasan yang pentingnya perawatan rumah sakit penting kepada klien dan P : - anjurkan klie
diberikan dan pengobatan di rumah untuk mengurangi keluarga tentang keluarga bero
- Klien dapat sakit komplikasi pentingnya perawatan di teratur dan tid
menjelaskan kembali rumah sakit putus obat
secara umum 13-8-08, jm.09.00
penjelasan yang 3. Jelaskan pada klien 3. Memberikan 3. Memberikan penyuluhan
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
diberikan tentang proses penyakit, pengetahuan pada klien pada klien dan keluarga
pengobatan dan tentang penyakitnya tentang penyakit yang
pencegahan diderita klien
13-8-08, jm.09.30
4. Jelaskan pada klien dan 4. Mencegah pasien putus 4. Menjelaskan pada klien
keluarga tentang dosis obat, dan meningkatkan dan keluarga tentang
obat, frekuensi, alasan kerja sama dalam pentingnya pengobatan
pengobatan lama dan pengobatan dan dampak berhenti
akibat putus obat minum obat yaitu
pengobatan dimulai dari
pertama dan penyakit
yang diderita bisa
bertambah parah.
CATATAN PERKEMBANGAN
I, II 18.00
Rabu, I, II, III, 08.00 - Melakukan pengkajian Diagnosa I
13-8-08 IV frekuensi pernafasan 24 x/S : - klien mengeluh batuk
mnt, irama teratur, jenis berlendir
pernafasan torakal O : - sputum kental
abdominal - TTV
- Observasi derajat TD : 130/80mmHg
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
ketergantungan, mandi = 2, N : 80 x/ mnt
berpakaian = 2, eliminasi R= : 22 x/ mnt
2, mobilisasi = 0, pindah =SB : 36,5oC
3, ambulasi = 2, naik A : masalah belum teratasi
tangga = 3 P : - pertahankan posisi semi
- Mengukur kemampuan fowler
klien untuk belajar - anjurkan klien untuk
Hasil : klien mau diberikan meningkatkan asupan
penyuluhan cairan
- Memberikan penyuluhan - anjurkan untuk tetap
kepada klien tentang gunakan teknik batuk
pentingnya perawatan di efektif
III 08.20 rumah sakit, proses
penyakit, alasan Diagnosa II
pengobatan lama dan akibatS : - klien mengatakan belum
putus obat bisa beraktivitas
- Mengatur posisi pasien sepenuhnya masih terbatas
semi fowler pada mobilisasi
- Mengganti cairan dari O : - BAB dan BAK di tempat
dextrose 5% dengan tidur
08.30 dextrose 5% - berpakaian dibantu oleh
- Menganjurkan klien untuk keluarga
09.00 menggunakan teknik batukA : masalah belum teratasi
efektif setiap ingin batukP : - anjurkan klien beraktivitas
- Menganjurkan klien untuk mandiri secara bertahap
10.00 terus meningkatkan
aktivitas secara mandiri Diagnosa III
- Mengobservasi TTV S : - klien mengatakan sudah
TD : 130/80mmHg bisa dalam porsi sedikit
10.10N : 80 x/ mnt - klien mengatakan sering
R : 22 x/ mnt makan
o
SB : 36,5 C O : - porsi makan sedikit,
- Mengawasi pola makan makanan dihabiskan
klien, klien makan dengan - BB : 40 kg
12.00 porsi sedikit makanan A : masalah teratasi sebagian
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
dihabiskan P :- anjurkan klien tetap
- Menimbang BB pasien mempertahankan asupan
Hasil : BB = 40 kg nutrisi yang
- Memberikan suntikan via - timbang BB setiap hari
IVFD ranitidine 1 ampul
- Menganjurkan untuk Diagnosa IV
minum obat secara teraturS :-klien mengungkapkan
jangan sampai putus obat mengerti tentang cara
dan akibat putus obat pencegahan penularan
13.00 - Menjelaskan bahwa tugas penyakit dan akibat putus
di ruangan telah selesai obat
O:- klien dapat menjelaskan
18.00 kembali cara pencegahan
dan akibat putus obat
- klien dapat minum obat
sendiri
A : masalah teratasi
P :-
Arjatmo Tjokronegoro, Prof, dr. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. 2001
63
Lihat komentar
1.
Balas
1.
NOV
27
I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Status :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tangal MRS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa medis : Fraktur Rusuk
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat pelayanan
kesehatan. Biasanya pasien dengan fraktur mengeluh nyeri didaerah yang mengalami
fraktur.
2. Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan
meringankan, seberapa berat keluhan dirasakan, seberapa sering terjadinya, lokasi
keluhan serta apakah terjadi mendadak atau bertahap.Biasanya pasien merasa nyeri pada
saat mobilitas, pada daerah fraktur.
3. Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini, seperti keadaan
umum kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang pernah dialami.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri kemungkinan
adanya kecenderungan berhubungan dengan faktor ginetik, namun fraktur tidak ada
hubungan dengan herediter karena faktornya hanya kecelakaan.
5. Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup pasien, pola aktivitas, keadaan
mental pasian.Bisanya pasien dengan fraktur marasa kurang percaya diri, karena adanya
perubahan status kesehatan.
C. 14 Kebutuhan Dasar Manusia manurut Virginia Handerson yaitu terdiri dari :
1. Pola Pernapasan
2. Pola Nutrisi
3. Pola Eliminasi
4. Pergerakan berhubungan dengan sikap yang diinginkan
5. Istirahat dan Tidur
6. Memilih, Mengenakan dan Melepaskan pakaian
7. Suhu Tubuh
8. Kebersihan dan Kesegaran Tubuh
9. Mencegah dan Menghindari bahaya
10. Komunikasi
11. Baribadah sesuai keyakinan
12. Mengerjakan dan melaksanakan sesuatu yang sesuai, untuk memenuhi
13. Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi.
14. Belajar memuaskan keingintahuan yang mengarah pada perkembangan kesehatan.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
TTV : -Tekanan darah
-Respirasi
-Nadi
-Suhu badan
kepala
Inspeksi : Bentuk bulat simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Rambut
Warna : Hitam
Penyebaran : Rata di seluruh area kulit kepala
Hidung : Tidak ada secret, Nasal septum berada di tengah
Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
Wajah : Bentuk simetris kiri dan kanan
Telinga : Pendengaran (kiri dan kanan)
Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi Vena
jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Thorax
si : Simetriks kiri dan kanan, pergerakan antara dada kiri dan dada kanan tidak sama.
i : Terdengar suara sonor
asi : Suara napas bronchovesikuler, tidak ada suara pernapasan Tambahan.
Abdomen
si : Terdapat pernapasan abdominalis (pada laki-laki)
Pernapasan Torakalis (pada wanita)
Warna kulit sawo matang
: Adanya pembesaran dan pembengkakan, turgor kulit elastic
i : Bunyi pekak
Genetalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Jika fraktur terjadi diatas maka akan terganggu, begitu Pula
sebaliknya dengan di bawah.
ANALISA DATA
3. DS : Pasien mengatakan tidak Adanya nyri pada daerah Gangguan istirahat dan
dapat tidur/beristirahat fraktur tidur
karena nyeri ↓
DO :-Frekuensi jam tidur pasien Stimutus nyeri merangsang
berkurang susunan saraf
-Pasien tampak lemah ↓
REM manurun
↓
Pasien sulit tidur/istirahat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri pada daerah fraktur sehubungan dengan keterbatasan pergerakan dan aktifitas karena
adanya fraktur sehingga pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur.
2. Resiko gangguan integritas kulit sehubungan dengan keterbatasan pergerakan dan aktifitas
karena adanya fraktur,sehingga pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur.
3. Gangguan aktifitas sehubungan dengan adanya fraktur.
4. Gangguan istirahat dan tidur sehubungan dengan adanya rasa nyeri pada daerah yang
mengalami fraktur.
3. Kolaborasi dalam
3. Menghilangkan nyeri
pemberian perubahan sehubungan dengan tegangan
enalgesik. otot dan spasme.
4. Kecemasan sehubungan Pasien merasa tenang 1. Kaji TTV 1. Untuk mengetahui keadaan
dengan ancaman kembali setelah di beri
2. Berikan penjelasan umum pasien
terhadap perubahan tindakan atas kepada klien tentang
2. Agar klien mengetahui dan
dalam status kesehatan penyakitnya penyakitnya memahami tebtang penyakin
yang dialaminya
DAFTAR PUSTAKA
0
Tambahkan komentar
2.
JAN
30
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR
I. Konsep Medik
A. Pengertian
1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan.
2. Fraktur cruris adalah patah tulang pada kaki, yaitu pada bagian 1/3 tengah.
B. Etiologi
Penyebab paling sering pada patah tulang adalah trauma dapat menyebabkan
terjadinya fraktur baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Trauma langsung misalnya tulang patah pada tempat dikenalnya trauma karena
benturan pada paha terjadinya fraktur femur.
- Trauma tidak langsung terjadi patah tulang jauh dari tempat yang terkena benturan.
C. Patofisiologi
Tulang dikatakan fraktur atau patah apabila terdapat intruksi dari kontinuitas.
Biasanya fraktur disertai cedera jaringan diseputarnya yaitu ligamen, otot dan
tendon, pembuluh darah dan persyarafan. Pada tulang yang patologik biasanya
disebabkan oleh penyakit seperti infeksi tulang, tulang bisa patah karena otot-otot
dapat mengobserbsi energi disebut fraktur stress.
D. Manifestasi klinis
1. Nyeri : nyeri tekan dan nyeri gerak
2. Bergerak
3. Deformitas
4. Dislokasi sendi panggul dan sobeknya ligamenum didaerah lutut.
E. Penatalaksanaan
Pada fraktur tertutup untuk sementara dilakukan fraksi kulit dengan metode
ekstensi. Tujuannya untuk mengurangi rasa sakit atau mencegah kerusakan
jaringan lunak lebih lanjut didaerah sekitar yang patah, setelah dilakukan fraksi kulit
dapat karena operatif karena akan menyambung baik.
a) Pengobatan Non Operatif
Dilakukan fraksi skeletal. Pada anak dibawah 3 tahun digunakan fraksi kulit Byart,
sedangkan usia 3-13 tahun dengan fraksi Russel.
1. Metode Perkin
Pasien tidur telentang 1 jari dibawah tubernositas. Tibia di bor dengan stermapin lalu
ditarik dengan tali, paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai
12 minggu sampai terbentuk talus yang cukup kuat.
2. Metode balance skeletal traktion
- pola tidur telentang, 1 jari tuburasit tibia di bor
- paha dipotong dengan Tomas splin sedangkan tungkai bawah dipotong oleh
personal Bachment, tarikan dipertahankan sampai 12 minggu sampai tulangnya
membentuk talus yang cukup kuat
- kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu
dipasang gips Hemispicah atau cast bracing.
3. Tranksi kulit Bryan
Anak tidur terlentang kedua tungkai dipasang traksi kulit kemudian ditegakkan
keatas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg sampai kedua bokong anak
tersebut terangkat dari tempat tidur.
4. Tranksi Russel
- anak tidur terlentang dipasang plester dari batas lutut kebatas sling pada daerah
kopliteal. Sling dihubungkan dengan tali yang diberi beban penarik
- untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu distraksi dipasang gips
hemispica karena talus yang terbentuk belum kuat benar.
b) Penanganan Operatif
Indikasi operatif lain :
- penanggulangan non operatif gagal
- fraktur multipel
- robeknya arteri femoralis
- fraktur pada orang tua
Fraktur dapat dilakukan dengan cara terbuka atau tertutup. Cara terbuka yaitu
dengan menyayat kulit Fasia sampai tulang yang patah, pen dipasang secara
retregard.
F. Komplikasi
Komplikasi dini fraktur femur terjadi syok dan emboli lemah. Sedangkan
komplikasi lambat yang dapat terjadi Dolayet Union, mal union, kekakuan sendi
lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat fraksi yang berlebihan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa I : Kerusakan mobilitas fisik b/d fraktur dan cedera pada jaringan
sekitar.
n : Tidak terjadi kerusakan pada jaringan kulit akibat fraktur dengan kriteria hasil :
pasien mendapatkan mobilitas pada tingkat
ikut serta dalam rencana tindakan
mengungkapkan pantangan yang dipertahankan & dimengerti
vensi : Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diperlukan untuk meningkatkan
kesembuhan
Tinggikan ekstermitas yang sakit dan pasang kantung O2 sesuai indikasi
Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit diatas dan dibawah fraktur ketika
bergerak, berbalik dan mengangkat
Pantau gips, traksi dan sling setiap 1 jam pada awalnya kemudian setiap 4 jam,
observasi terhadap integritas gips dan posisi pemberat traksi dan sling.
Bantu ajarkan penggunaan Trapes dan metode bergerak dan membalik
Lakukan latihan-latihan tentang gerak aktif atau pasif
Jelaskan pantangan dan keterbatasan aktifitas
Beri dorongan pada pasien untuk melakukan aktifitas dalam lingkup keterbatasan ;
berikan bantuan sesuai kebutuhan.
II : Potensial terhadap kerusakan perfusi jaringan perifer b/d lokasi fraktur resiko
gangguan aliran anteriovena
: Pantau hasil distal dari fraktur setiap 1x2 jam yang b/d lokasi fraktur resiko
gangguan aliran anteriovena
Kaji pengisian kapiler, laporkan keadaan normal
Peratahankan kesejajaran tubuh dan posisi yang diperlukan
Observasi terhadap syndrome kompartemen
Pasang stokinh antiemetik : lepaskan setiap hari untuk menginspeksi terhadap
tekanan nyeri dan kemerahan.
gnosa III : Potensial terhadap perubahan perfusi jaringan cerebral dan atau kardiopulmoner
b/d emboli lemah.
Intervensi : Kaji status kardiopulmoner
Pantau TTV setiap 2-4 jam, dihitung nadi spical
Auskultasi untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 4 jam observasi terhadap
hilangnnya.
I. Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Tn. M.M
Umur : 28 thn
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tatelu jaga 1
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
Tanggal MRS/jam : 13 April 2008
Tanggal pengkajian/jam : 16 April 2008
No. Med. Reg. : 154263
Diagnosa medis : Fraktur Femur Dextra 1/3 Proximal Terbuka
B. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Luka dan nyeri pada kaki kanan
2) Riwayat keluhan utama
Luka dan nyeri pada kaki kanan akibat keelakaan lalu lintas dialami pasien sejak 5
jam SMRS. Awalnya penderita sedang dibonceng motor dengan kecepatan tinggi,
kemudian motor menabrat pembatas jalan yang sedang diperbaiki
D. Pemeriksaan fisik
1) Data klinik
Usia : 57 Tahun
TTV : TD : 120/70 mmHg R : 20 x/m
N : 84 x/m S : 36,5 oC
2) Pernapasan dan sirkulasi
Frekwensi pernapasan : 20 x/m
Kualitas pernapasan : normal
Batuk : tidak ada
Auskultasi : ronchi tidak ada kiri dan kanan
wheezing tidak ada kiri dan kanan
3) Metabolik integumen
- Kulit
arna : kuning langsat
urgor : baik
cet/luka : luka pada kaki kanan
bersih, personal hygiene baik.
- Mulut
Gusi : tampak kemerahan
Gigi : normal
- Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas
Auskultasi : peristaltik usus normal
4) Muskuloskeletal
- ROM
: fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
n : fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
: fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
: fleksi, ekstensi dan rotasi tidak bisa dilakukan karena terpasang perban dan spalk
: fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
m otot : tangan kanan dan kiri normal (kuat), kaki kanan lemah, kaki kiri normal.
ot Tonus otot
5 5 N N
N N
E. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 13 April 2008
Pemeriksaan foto (R) femur dextra 1/3 proximal mterbuka
Hasil : fraktur femur dextra 1/3 proximal terbuka
F. Pengobatan
Ceftriaxone 3 x 1 gram
Ranitidin 3 x 1 amp
Ketorolac 3 % drips
ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
DS
1. : klien mengatakan nyeri pada kaki Benturan benda keras Nyeri
kanan ↓
DO : fraktur femur dextra
- ekspresi wajah tampak meringis 1/3 proximal terbuka
- terpasangnya perban dan spalk pada ↓
kaki kanan Terputusnya
- TTV : kontinuitas jaringan
TD : 120/80 mmHg tulang dan kulit
N : 84x/m ↓
R : 24 x/m Rangsangan nyeri
S : 36,5 oC dihantar ke
hipotalamus
↓
Nyeri dipersepsikan
2.
DS : pasien mengatakan tidak dapat Benturan benda keras Intoleransi
melakukan aktifitas sendiri ↓ aktifitas
DO : fraktur femur dextra
- Aktifitas dibantu oleh perawat dan 1/3 proximal terbuka
keluarga ↓
- Terpasang perban dan spalk pada Kerusakan jaringan
kaki kanan neuromuskuler
↓
Intoleransi aktifitas
0
Tambahkan komentar
3.
JAN
30
ASKEP COMBUSTIO
TINJAUAN TEORITIS
Lupus Eritematosa Sistemik
A. Pengertian
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan
atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi
dalam tubuh. (Sumber : http://stikep.blogspot.com)
Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai
organ dan manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Pada keadaan
awal, sering sukar dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi
bersamaan. (arif mansjoer kapita selekta kedokteran, edisi ketiga, jilid satu, hal 568,)
LES suatu penyakit peradangan kulit dan visera yang etiologinya belum
diketahui, pada pemeriksaan darah kadang – kadang sel dan jaringan dirusak oleh auto
antibody dan komplek imun pathogen terlihat tesirologi positif palsu untuk sifilis, test
Coomb positif, protein serum abnormal, dan factor reumatoid serum positif. (Petrus
andrianto, kapita selekta dermatovenerologi, EGC hal 97)
B. Etiologi
Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Diduga factor genetik, infeksi,
dan lingkungan yang ikut berperan pada patofisologi LES.
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedahkan antigen dari sel
dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan anti
bodi secara terus – menerus. Anti bodi ini juga akan berperan dalam pembentukan
kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan
kerusakan multiorgan
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,
luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparatantikonvulsan di samping makanan seperti kecambah
alfalfa turut terlibat dalampenyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi
sel T supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
C. Manifestasi Klinis
1. Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal
hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3. Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi
lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6. Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7. Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit
neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
D. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil
pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan
berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis. Pemeriksaan serum :
anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi
antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak
memastikan diagnosis.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama
kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
2. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
3. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.
Asuhan Keperawatan Pada Sistemisc Lupus Erythematosus
PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :
Tempat/ tgl lahir :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat
Suku bangsa :
Tgl masuk R.S :
Tgl pengkajian :
No Med.rec :
Diagnosa Medis : Sistemisc lupus erythematosus
B. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang:
- Keluhan utama: Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher
- Keluhan yang menyertai: mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas
D. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum :
2) Kesadaran :
3) TTV ,
TD :
N :cepat
R : meningkat
SB : meningkat
4) HEAD TO TOE
Kepala : plak eritematous
Wajah : Ruam eritematous berbentuk kupu-kupu
Mata :
Hidung :
Telinga : plak eritematous
Mulut :
Lidah :
Leher : plak eritematous
Thorax :
Jantung :
Abdomen :
Genetalia :
Kulit : plak eritematous dan Ruam eritematous
Eks
Atas : plak eritematous
Bawah :
KLASIFIKASI DATA :
1. DATA SUBJEKTIF : -
2. DATA OBJEKTIF :
- Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher
- mudah lelah,
- lemah,
- nyeri,
- kaku,
- demam/panas
ANALISA DATA
NO DATA DAMPAK MASLAH MASALAH
1. Ds : terganggunya regulasi Gangguan Integritas
Do : kekebalan kulit
- Terdapat lesi pada
daerah kulit
peningkatan autoantibodi
yang berlebihan
Atralgia/arthritis
Nyeri
3. Ds: Peningkatan autoantibody Kerusakan mobilitas
Do: yang berlebihan fisik
- Gangguan persendian
- Kelemahan Terganggunya system
- Mudah lelah persendian
Atralgia/arthritis
menyerangsel
peradangan
SB meningkat
Demam
hipertermi
- Kelemahan
- Mudah lelah
0
Tambahkan komentar
4.
JAN
30
TINJAUAN TEORITIS
Lupus Eritematosa Sistemik
A. Pengertian
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan
atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi
dalam tubuh. (Sumber : http://stikep.blogspot.com)
Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai
organ dan manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Pada keadaan
awal, sering sukar dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi
bersamaan. (arif mansjoer kapita selekta kedokteran, edisi ketiga, jilid satu, hal 568,)
LES suatu penyakit peradangan kulit dan visera yang etiologinya belum
diketahui, pada pemeriksaan darah kadang – kadang sel dan jaringan dirusak oleh auto
antibody dan komplek imun pathogen terlihat tesirologi positif palsu untuk sifilis, test
Coomb positif, protein serum abnormal, dan factor reumatoid serum positif. (Petrus
andrianto, kapita selekta dermatovenerologi, EGC hal 97)
B. Etiologi
Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui. Diduga factor genetik, infeksi,
dan lingkungan yang ikut berperan pada patofisologi LES.
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedahkan antigen dari sel
dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan anti
bodi secara terus – menerus. Anti bodi ini juga akan berperan dalam pembentukan
kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan
kerusakan multiorgan
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,
luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparatantikonvulsan di samping makanan seperti kecambah
alfalfa turut terlibat dalampenyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi
sel T supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
C. Manifestasi Klinis
1. Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal
hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3. Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi
lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6. Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7. Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit
neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
D. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil
pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan
berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis. Pemeriksaan serum :
anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi
antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak
memastikan diagnosis.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama
kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
2. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
3. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.
PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :
Tempat/ tgl lahir :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat
Suku bangsa :
Tgl masuk R.S :
Tgl pengkajian :
No Med.rec :
Diagnosa Medis : Sistemisc lupus erythematosus
B. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang:
- Keluhan utama: Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher
- Keluhan yang menyertai: mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas
KLASIFIKASI DATA :
1. DATA SUBJEKTIF : -
2. DATA OBJEKTIF :
- Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher
- mudah lelah,
- lemah,
- nyeri,
- kaku,
- demam/panas
ANALISA DATA
NO DATA DAMPAK MASLAH MASALAH
1. Ds : terganggunya regulasi Gangguan Integritas
Do : kekebalan kulit
- Terdapat lesi pada
daerah kulit
peningkatan autoantibodi
yang berlebihan
Atralgia/arthritis
Nyeri
3. Ds: Peningkatan autoantibody Kerusakan mobilitas
Do: yang berlebihan fisik
- Gangguan persendian
- Kelemahan
Terganggunya system
- Mudah lelah
persendian
Atralgia/arthritis
menyerangsel
peradangan
SB meningkat
Demam
hipertermi
- Kelemahan
- Mudah lelah
1
Lihat komentar
5.
JAN
30
ASKEP HIRSCHPRUNG
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………….. . i
Tinjauan Teoritis…………………………………………………. 1
si……………………………………………………. . 1
gi……………………………………………………. . 1
estasi Klinis…………………………………………2
siologi………………………………………………. 2
likasi……………………………………………….. . 2
alaksanaan…………………………………………. 3
riksaan Penunjang………………………………. . 3
Asuhan Keperawatan………………………………………….. . 4
Analisa Data………………………………………………………. 8
Diagnosa Keperawatan…………………………………………. 10
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi
Penyakit Hirschprung disebut juga congenital aganglionosis/megakolon
(aganglionik megacolon) yaitu tidak adanya sel ganglioan dalam rectum dan
sebagian tidak ada dalam colon. (Asuhan Keperawatan Anak Edisi I, hal 241).
B. Etiologi
Sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome (Asuhan Keperawatan Anak,
hal 443)
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel “neural crest” embrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan flexus mensenterikus dan
submukosa untuk berkembang kearea kraniokaudal di dalam dinding usus.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, hal 443)
C. Patofisiologi
Persyarafan parasimpatik colon didukung oleh ganglion. persyarafan para
simpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglion mengakibatkan
peristaltic abnormal, sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi.
Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel ganglion selama
perkembangan embrioembrio lagi, karena sel ganglion tersebut berimigrasi ada
bagian kaudal saluran gastrointestihal (rectum). Kondisi ini akan memperluas
hingga proximal dari anus.
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk control
kontraksi dan relaksasi peristaltic secara normal.
Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul di bagian proximal
dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar
(megacolon).
Region aganglionik
D. Manisfestasi Klinis
Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan
Konstipasi kronik mulai bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti pita.
Dari penyakit diketahui adanya peningkatan kesulitan dalam defekasi.
Anggota gerak yang kecil, perut yang besar dan membuncit merupakan
penampilan yang khas
Obstruksi usus dalam periode neonatal
Nyeri abdomen
Gangguan pertumbuhan
(Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, hal 242-243)
E. Komplikasi
Obstruksi usus
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Konstipasi
F. Penatalaksanaan
Penggunaan pelembek tinja
Dengan pembedahan, colostomy
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rectum
Pemeriksaan dengan barium enema
Pemeriksaan rectal biopsy
(Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, hal 243)
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/Bangsa :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
Ruangan :
Diagnosa medis : Hirschprung
No Med. Reg :
2. Identitas penanggung
Nama Ayah :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Umur :
Nama Ibu :
Agama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
B. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan Utama : Konstipasi
b. Riwayat keluhan utama : Konstipasi mulai bulan pertama kehidupan, tinja
seperti pita
c. Keluhan yang menyertai : Obstruksi usus, nyeri dan distensi abdomen serta
gangguan pertumbuhan
d. Keadaan umum : Tampak gelisah, lemah, sering menangis
Riwayat kesehatan dahulu
a. Riwayat kehamilan/persalinan
Prenatal
- kondisi ibu saat hanil baik
- ada kelainan atau tidak
- nutrisi yang di konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna
- berapa kali pemeriksaan kehamilan di tempat pelayanan kesehatan
- imunisasi TT 2 kali
Natal
- bayi lahir aterm atau premature
- lahir spontan atau dengan alat atau operasi
- letak bokong atau sungsang atau normal
- di tolong oleh bidan atau dokter atau perawat atau bidan kampong
- dimana RS, Puskesmas atau klinik bersalin atau rumah
- ada cacat bawaan tidak bias buang air besar sejak lahir
Neonatal
- kondisi bayi waktu lahir baik dan menangis
- BB 2,9 Kg, PB 50 Cm, Apgar skor 9
- Warna kulit kemerah-merahan
- Ada masalah setelah lahir
Postnatal
- lamanya ibu dirawat setelah persalinan
- produksi ASI
- ada meeonium atau tidak
- bayi menetek dengan baik
b. Riwayat Tumbang
Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh)
c. Riwayat imunisasi
2. Riwayat keluarga
Dalam keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit sama dengan
pasien.
3. Riwayat social
Siapa yang merawat anak dan bagaimana hubungan dengan anak.
4. Riwayat kesehatan lingkungan
Rumah : berapa kamar, penghuni dalam rumah berapa orang, sumber air
minum, pembuangan sampah dan air kotor.
Pola Kebiasaan
- Pola nafas :
- Pola makan :
- Pola eliminasi : BAB : Tinja seperti pita, konstipasi
- Pola istirahat dan tidur :
- Pola aktivitas :
- Pola kebersihan diri :
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemah
b. Kesadaran : Compos metis
c. Tanda-tanda vital :
d. Kepala :
- Mata : Gerakan bola mata+, conjungtiua, sclera-
- Telinga : Bersih, tidak ada kelainan
- Hidung : Bersih, tidak ada kelainan
- Mulut : Bersih, tidak ada kelainan
- Kulit : Turgor baik
e. Thorax dan perut :
- Thorax :
- Perut : Perut membuncit
- Jantung :
f. Genetalia :
g. Anus :
h. Ekstremitas :
i. Neurologi :
j. Pemeriksaan penunjang : - Pemeriksaan rektum
- Pemeriksaan dengan barium enema
- Pemeriksaan rectal biopsy
C. ANALISA DATA
Konstipasi
2 Do : Proses pembedahan Risiko kurang
- Turgor kulit jelek volume cairan
- Membran mukosa tidak
lembab Pengeluaran cairan
- Mual dan muntah
Risiko kurangnya volume
air
3 Do : Prosedur pembedahan dan Risiko infeksi
- Adanya kemerahan, bengkak insisi
pada insisi
- Adanya demam, drainage
yang tidak biasanya
Risiko terjadinya infeksi
4 Do : Adanya pembatasan diet Perubahan nutrisi
- Adanya tanda-tanda dehidrasi yang sekunder terhadap kurang dari
- BB menurun pembedahan kebutuhan tubuh
- Adanya bising usus
Kurangnya intake
makanan
Nyeri
6 Ds : Proses penyakit Gangguan citra
- Klien menyangkal dan tubuh
menarik diri
Do : Penanganan Colostomy
-Perubahan bentuk tubuh
Gangguan Citra Tubuh
7 Ds : Kurangnya informasi Kurang
- Ungkapan ketidaktahuan tentang proses penyakit pengetahuan
keluarga tentang proses dan
penyakit, pengobatan dan pengobatan
perawatan
Do :
- Kurang pengetahuan keluarga
tentang penyakit, pengobatan
Kurang pengetahuan
dan perawatan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intrevensi
1 Konstipasi berhubungan Tidak ada konstipasi dengan - Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja
dengan obstruksi karena criteria hasil :
aganglion pada usus. Ds : - Siapkan anak untuk pembedahan dan
Ditandai dengan : - Anak tidak lagi gelisah dan tidak colostomy temporer, lakukan enema isotonic
Ds: Orang tua pasien mengeluh ada kesulitan BAB hingga bersih, dan monitor intake dan output
anaknya gelisah dan sulit Do : pemberian elektrolit polyethylene glycol
BAB - Tidak ada konstipasi melalui oral atau NGT 25-60 ml/kg perhari
Do : Adanya kostipasi Tinja
seperti pita Bau Busuk
2 Risiko kurangnya volume Tidak terjadi risiko kurangnya - Monitor intake dan output, monitor mual ser
cairan berhubungan dengan cairan muntah
persiapan pembedahan, Dengan kriteris hasil :
intake yang kurang, mual Do : - Berikan cairan secara intravena bila
dan muntah - Membran mukosa lembab dibutuhkan dan sesuai program, pertahankan
Ditandai dengan : - Turgor kulit baik intake dan output
Do : - Kaji status hidrasi sebelum dan sesudah
- Turgor kulit jelek pembedahan dengan mengkaji turgor kulit da
- Membran mukosa tidak membrane mukosa
lembab
3 Risiko infeksi berhubungan Tidak terjadi infeksi - Kaji insisi pembedahan, kemerahan, bengka
dengan prosedur Dengan criteria hasil: dan drainage
pembedahan dan adanya Do : - Observasi warna stoma, pendarahan dan
insisi - Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kerusakan sekeliling area insisi pembedahan
Ditandai dengan : insisi - Catat adanya demam, drainage yang tidak
Do : - Tidak ada demam, dan tidak ada biasanya, kemerahan dan atau bau
- Adanya kemerahan, drainage yang tidak biasanya dan laporkan
bengkak, pada insisi. - Gunakan kantong stoma yang hypoallergi
- Adanya demam, drainage
yang tidak biasanya
4 Perubahan nutrisi kurang Mempertahankan status nutrisi - Kaji status nutrisi
dari kebutuhan tubuh yang adekuat - Puasakan anak hingga bising usus dan ada
berhubungan dengan adanya Dengan criteria hasil: buang gas (Flatus)
pembatasan diet yang Ds : - Pertahankan NGT
sekunder terhadap Do :
pembedahan untuk - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi - Pemberian cairan melalui intravena sesuai
pembuatan colostomy. - BB meningkat program sampai anak toleran dengan intake
Ditandai dengan : - Tidak ada bising usus secara oral
Ds : - Timbang BB setiap hari
Do :
- Adanya tanda-tanda
dehidrasi
- BB meurun
- Adanya bising usus
5 Nyeri berhubungan dengan Memberikan control nyeri yang - Kaji tingkat nyeri
insisi pembedahan adekuat
Ditandai dengan : Dengan kriteria hasil: - Berikan rasa nyaman; reposisi, “back rub”
Ds : Ds : (pijat punggung), mendengarkan musik,
- Orang tua pasien - Orang tua mengatakan anak tidak sentuhan dll.
mengatakan anak gelisah, lagi gelisah - Kolaborasi untuk pemberian obat anti nyeri
menangis - Klien mengatakan nyeri hilang sesuai program
- Klien mengatakan nyeri Do :
Do : - Anak dapat melakukan aktivitas
- Anak tidak dapat melakukan- Klien tampak rileks - Berikan ketenangan kepada anak
aktivitas
- Wajah meringis
- Menangis
6 Gangguan citra tubuh Mampu mengenali dan bekerja - Pertahankan hubungan terapeutik klien deng
berhubungan dengan sama dalam perubahan konsep perawat
colostomy diri/peran, tanpa menimbulkan
Ditandai dengan : harga diri yang negative - Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses
Ds : Dengan criteria hasil: kesembuhan
Klien menyangkal dan Ds :
menarik diri Klien mampu mengungkapkan - Dukung penggunaan mekanisme koping
Do : kenyataan secara realisasi dan
Perubahan bentuk tubuh penerimaan terhadap tubuhnya
Do :
Klien dapat menerima kenyataan
Suryadi, Skp dan Rita Yuliana, Skp, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, PT
Fajar Interpratama, Jakarta : 2001
A.H Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehata Anak. Jilid I, FKUI, Jakarta : 1991.
Diposting 30th January 2016 oleh dolvi criswanto
0
Tambahkan komentar
6.
APR
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Satu Rumah
: Ibu klien menderita hipertensi
: Meninggal
b. Penyakit yang pernah di derita anggota keluarga
klien mengatakan ibu klien menderita penyakit hipertensi.
c. Penyakit yang sedang di derita oleh keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya yaitu ibu, menderita penyakit hipertensi.
k. Abdomen
peksi : Bentuk datar/simetris
kultasi : Peristaltik usus 10x/mnt
kusi : terdengar suara thympani
pasi : tidak terdapat nyeri tekan
l. Genetalia
Tidak terdapat hemoroid, dan pemasangan kateter pada hari ke-4
m. Ekstremitas atas dan bawah
Klien mengatakan pada bagian kanan/ekstremitas atas sebelah kanan tidak bisa
digerakkan, tingkat kekuatan otot 1 yaitu tidak ada gesekan, teraba/terlihat adanya
kontraksi otot 10% dalam melakukan ROM klien dapat melakukan miring kanan dan
kiri, pada ekstremitas atas atau lengan kanan terpasang infus RL 20 tpm, tidak
terdapat oedem pada ekstremitas atas dan bawah.
Pengkajian Neurologi :
a. Pengkajian Kranial
s I Olfatorius : Tidak ada gangguan
s II Optikus : Terdapat gangguan penglihatan
motoris : Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan pupil ketika ada pantulan cahaya.
s IV Troklearis : Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata.
s V Tigeminus : Tidak ada gangguan pada kornea kanan dan kiri.
s VI Abdusen : Tidak dapat menggerakkan bola mata ke samping.
s VII Fasialis : Terdapat gangguan pada otot wajah.
s VIII Auditorius : Tidak ada gangguan pendengaran.
s IX Vagus : Ada gangguan dalam kemampuan menelan.
s X Vagus : Palatum simetris, periksa keras bicara klien.
s XI Asesorius : Kepala klien susah digerakkan dan susah mengangkat bahu.
us XII Hipoglosus : Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa menggerakkan lidah dari sisi
yang satu ke yang lain, terdapat kesulitan dalam menelan.
b. Pengkajian Reflek
a. Reflek fisiologis
1) Reflek kornea : berkedip (baik)
2) Reflek faring : +
3) Reflek cahaya : +
4) Reflek abdominal : +
5) Reflek kremaster : +
6) Reflek anal : -
7) Reflek bulbocavernosa : -
8) Reflek bicep : fleksi lengan bawah kanan : -
dan fleksi lengan bawah kiri : +
9) Reflek tricep : pada lengan kanan : -
pada lengan kiri : +
10) Reflek brachioradilia : pada pergelangan tangan kanan : -
pada pergelangan tangan kiri : +
11) Reflek quandriceps : +
b. Reflek Patologis
1. Reflek Hofman Tromner : jari tangan kanan : -
jari tangan kiri : +
2. Reflek Jaw : +
3. Reflek Babinski : +
4. Reflek Chaddock : +
5. Reflek Oppenheim : +
c. Reflek Regresi
1. Reflek Glabella : -
2. Reflek Snout : -
3. Reflek Svcking : -
4. Reflek graps : telapak tangan kanan : -
Telapak tangan kiri : +
5. Reflek Palmomental : +
c. Pengkajian tingkat kesadaran
GCS :
M:4
V:3
E:6
KO :
Oedem
ROM :
4. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d menurunnya reflek batuk
dan imobilisasi ditandai dengan :
DS : klien mengatakan dadanya sesak waktu batuk dan batuknya susah dikeluarkan
DO : klien bernafasnya tampak kesusahan
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama ditandai dengan :
DS : klien mengatakan kalau punggung sebelah kanan agak sakit
DO : dipunggung klien tampak menahan sakit
6. Gangguan komunikasi verbal b.d terganggunya nervus 12 ditandai dengan :
DS : klien mengatakan agak kesulitan berbicara.
DO : klien kelihatan kesulitan berbicara.
D. Planning / Intervensi
Tgl/Jam No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
11/08/09 1 Setelah dilakukan tindakan- observasi dan catat TTV Untuk mengetahui setiap
12.30 keperawatan selama 2 x 24 jam tiap 2 jam sekali perubahan yang terjadi
klien perfusi jaringan otaknya- berikan kepala lebi tinggi pada klien secara dini
dapat tercapai dengan optimal- anjurkan klien untuk bed dan untuk penetapan
dengan KH : rest total tindakan yang tepat
- klien tidak gelisah - berikan penjelasan kepada- mengurangi tekanan
- tidak ada keluhan nyeri kepala keluarga tentang sebab- arteri dengan
- TTV normal sebab gangguan perfusi meningkatnya draimage
jaringan otak dan vena
akibatnya - untuk mencegah
- kolaborasi dengan tim pendarahan ulang
dokter dalam pemberian - keluarga berpartisipasi
( piracetam 4 x 3 gr) lebih dalam proses
penyembuhan
- memperbaiki sel yang
masih reviseabel
11/08/09 2 Setelah dilakukan tindakan- ubah posisi klien tiap 2- menurunkan resiko
16.30 keperawatan selama 2 x 24 jam jam terjadinya iskemia
klien mampu melaksanakan- ajarkan klien untuk jaringan akibat sirkulasi
aktivitas fisik sesuai dengan melakukan latihan gerak darah yang jelek pada
kemampuannya dengan KH : aktif pada ekstrimitas derah yang tertekan
- tidak terjadi kontraktur sendi yang tidak sakit - gerakan aktif
- bertambahnya kekuatan otot - lakukan gerak pasif pada memberikan massa,
- klien menunjukkan tindakan ektrimitas yang sakit tonus, dan kekuatan otot
untuk meningkatkan mobilitas - observasi KU serta memperbaiki fungsi
- Kolaborasi dengan jantung dan pernafasan
fisioterapi - otot akan kehilangan
tonus dan kekuatannya
bila tidak dilatih untuk
digerakkan
- untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi klien
11/08/09 3 Setelah dilakukan tindakan- tentukan kemampuan klien- untuk menetapkan jenis
12.00 keperawatan selama 2 x 24 jam, dalam mengunyah, makanan yang akan
tidak ada gangguan nutrisi lagi menelan diberikan pada klien
pada klien dengan KH : - letakkan posisi kepala- untuk klien lebih mudah
- BB dapat dipertahankan / lebih tinggi pada waktu menelan karena gaya
ditingkatkan selama dan sesudah gravitasi
- Nafsu makan bertambah makan - klien dapat
- berikan makan dengan berkonsentrasi pada
perlahan pada lingkungan mekanisme makan tanpa
yang tenang adanya distraksi
- anjurkan klien- menguatkan otot tasial
menggunakan sedotan dan otot menelan dan
meminum cairan menurunkan
resikoterjadinya tersedak
12/08/09 4 Setelah dilakukan tindakan- observasi pola dan- untuk mengetahui ada
10.30 keperawatan selama 2 x 24 jam frekuensi nafas dan bunyi tidaknya ketidak
klien jalan nafasnya tetap efektif nafas efektifan jalan nafs
dengan KH : - berikan intake yang- air yang cukup dapat
- klien tidak sesak nafas adekuat mengencerkan secret
- tidak terdapat ronchi - berikan penjelasan kepada- klien dan keluarga mau
klien dan keluarga tentang berpartisispasi dalam
sebab dan akibat ketidak mencegah terjadinya
efektifan jalan nafas ketidak efektifan
- Rubah posisi tiap 2 jam bersihan jalan nafas
sekali - perubahan posisi dapat
melepaskan secret dari
saluran nafas
12/08/09 5 Setelah dilakukan tindakan- observasi keadaan kulit- untuk mengetahui
15.30 keperawatan selama 2 x 24 jam pasien keadaan kulit pasien
klien mampu mempertahankan- jaga kebersihan dan secara dini dan untuk
keutuhan kulit, dengan KH : kelembaban kulit penetapan tindakanb
- tidak ada tanda-tanda kemerahan- rubah posisi tiap 2 jam yang tepat
/ luka - mempertahakan keutuhan
- nyeri berkurang kulit
- menghindari tekanan dan
meningkatnya aliran
darah
Diposting 7th April 2014 oleh dolvi criswanto
1
Lihat komentar
7.
APR
ASKEP HIPOPARATIROID
Tinjauan Teori
1. Definisi
a. Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi
hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
b. Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon paratiroid
atau parathyroid hormone (PTH).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari
kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang
cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum
kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%).
Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan
atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang
lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
2. Etiologi
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti.
Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: Post operasi
pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
2. Hipomagnesemia
3. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
4. Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-
kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.
Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin
berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid
bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari,
atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme,
kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.
3. Anatomi Paratiroid
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus ketiga
dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat cenderung
bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid dibagian
kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar
paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan tetapi,
sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini bisa
dijumpai pada posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan
berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim
kelenjar tiroid. (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2004, 695)
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat
dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub
inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup
bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan
tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman.
Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung sel utama (chief cell)
yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus retikulum endoplasma dan
granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil
yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar
mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit
dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar
binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih
belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi
mensekresi sejumlah hormon.
4. Fisiologi Paratiroid
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH)
yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila
kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus,
sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH
akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis
kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)
5. Patofisiologis
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat,
yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa
sampai 9,5 - 12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya
adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu
banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total
tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang
dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat
terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada
operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid
bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis
tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi
kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons
terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1)
pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %,
dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada
bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon
terganggu.
6. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70
%) adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus
corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi
dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam
keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. Dalam tetanic
aequivalent:
1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
3. Parestesia
4. Hipestesia
6. Kelumpuhan otot-otot
7. Aritmia jantung
8. Gangguan pernapasan
9. Epilepsi
14. Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
7. Klasifikasi
Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid,
dan hipoparatiroid pascabedah.
1. Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang
menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh
maternal hiperkalsemia.
2. Simpel idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai
akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid,
ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan
karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa,
kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
3. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah
operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi
tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena
pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau
permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-
operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis
walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang.
2. Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak,
kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.
3. Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase
alkali normal atau rendah.
9. Penatalaksanaan Medis
1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-
20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di
samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D
100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk
meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa.
Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas
pemberian alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di
usus.
Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila
ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada
terhadap kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan
untuk menurunkan kadar kalsium serum.
10. Komplikasi
1. Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml.
Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan
atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.
2. Insufisiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari
fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja
hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPARATIROID
1. Pengkajian
Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah mengkaji
manifestasi distres pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan
hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti
kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom seperti Parkinson atau adanya
katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup :
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Riwayat Penyakit :
1. Keluhan Utama
Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang , pendarahan yang sulit berhenti ,
kejang-kejang , kesemutan dank lien merasa lemas / lemah .
Periksa juga terhadap temuan tanda Chvosteks atau Trousseaus positif. Kaji pula
manifestasi distress pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan
hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti
kulit dan rambut kering. Juga kaji terhadap sindrom seperti parkinson atau adanya
katarak.
2. Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan disekitar mulut atau
ujung jari tangan atau ujung jari kaki .
3. Riwayat penyakit dahulu :
Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya pengangkatan
kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada klien apakah ada riwayat
penyinaran pada leher .
4. Riwayat penyakit keluarga:
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan Hipoparatiroid.
3. Pemeriksaan Fisik :
athing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid biasanya terdengar suara stridor, suara
serak.
B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi
3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki. Kesemutan, tremor, hiperefleksia,
tanda chvostek’s dan trousseau’s positif papil edema, labilitas emosional, peka rangsang,
ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran, tetani kejang
B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal
B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen
B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk yang
deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan bentuk tulang
(Endokrin) : penurunan sekresi parathormon dari jumlah normal
4. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan kadar kalsium serum.
b) Pemeriksaan radiologi.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh
hipokalsemia.
b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.
c) Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
3. Intervensi
a) Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh
hipokalsemia.
Tujuan:
Klien tidak mengalami cedera dengan kriteria: reflek normal, tanda vital stabil, makan diet
dan obat seperti yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1. Siapkan peralatan penghisap dan jalan1. Supaya memudahkan karena serangan bisa
nafas oral di dekat tempat tidur secara tiba-tiba.
sepanjang waktu.
2. Siapkan tali tracheostomi, oksigen, dan
2. Untuk memudahkan dalam tindakan apabila
peralatan resusitasi manual siap pakai terjadi sumbatan jalan nafas.
sepanjang waktu.
Edema laring:
3. Kaji upaya pernafasan dan kualitas
suara setiap 2 jam.
4. Auskultasi untuk mendengarkan stridor3. Untuk mengetahui suara dan keadaan jalan
laring setiap 4 jam. nafas.
5. Laporkan gejala dini pada dokter dan 4. Adanya stridor suatu tanda adanya oedema
kolaborasi untuk mempertahankan jalan laring
nafas tetap terbuka.
6. Intruksikan pasien 5.
agar Kolaborasi dengan dokter untuk
menginformasikan pada perawat atau mempertahankan jalan nafas tetap terbuka karena
dokter saat pertama terjadi tanda perawat terbatas akan hak dan wewenang.
kekakuan pada tenggorok atau sesak 6. Agar perawat bisa siap-siap untuk melakukan
nafas. suatu tindakan.
7. Baringkan pasien untuk
mengoptimalkan bersihan jalan nafas,
pertahankan kepala dalam posisi kepala
dalam posisi alamiah, garis tengah.
7.
8. Bila terjadi kejang: pertahankan jalan Untuk mencegah penekanan jalan
nafas, penghisapan orofaring sesuai nafas/mempertahankan jalan nafas untuk tetap
indikasi, berikan O2 sesuai pesanan, terbuka.
pantau tensi, nadi, pernafasan dan
tanda-tanda neurologis, periksa setelah
Intervensi Rasional
terjadi kejang, catat frekwensi, waktu,8. Bila terjadi kejang otomatis O2 ke otak menurun
tingkat kesadaran, bagian tubuh yang sehingga bisa berakibat fatal ke seluruh jaringan
terlibat dan lamanya aktivitas kejang. tubuh termasuk pernafasan.
9. Siapkan untuk berkolaborasi dengan
dokter dalam mengatasi status
efileptikus misalnya: intubasi,
pengobatan.
10. Lanjutkan perawatan untuk kejang.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola aktivitas yang lalu. 1. Untuk membandingkan aktivitas sebelum sakit dan
yang akan diharapkan setelah perawatan.
2. Untuk memantau keberhasilan perawatan.
2. Kaji terhadap perubahan dalam gejala
muskuloskeletal setiap 8 jam. 3. Untuk melihat suatu perkembangan perawatan
3. Kaji respon terhadap aktivitas: Catat terhadap aktivitas secara bertahap.
perubahan tensi, nadi, pernafasan,
hentikan aktivitas bila terjadi perubahan,
tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan
kecil sesuai dengan peningkatan
toleransi, ajarkan pasien untuk
Intervensi Rasional
DAFTAR PUSTAKA
0
Tambahkan komentar
8.
AUG
ASKEP Fraktur
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Fraktur adalah pemisahan atau patanya tulang.Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur.Lima
yang utama adalah:
1. Incomplete : Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang salah satu sisi
patah yang lain biasanya hanya bengkok
2. Complete : Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen
tulang biasanya berubah tempat
3. Tertutup (Simple) : Fraktur tidak luas melewati kulit
4. Terbuka (Compound) : Fragmen tulang luas melewati otot dan kulit dimana potensi untuk
terjadi infeksi
5. Patologis : Fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti : kanker,osteoporosis) dengan tak ada
trauma atau hanya minimal.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang imumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Fraktur ada dua jenis :
1. Fraktur terbuka : Bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara
keluar atau permukaan kulit.
2. Bila mana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan
kulit.
B. Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma,trauma ini antara lain adalah jatuh dari
ketinggian,kecelakaan kerja,kecelakaan domestik,dan kecelakaan/cedera atau
olahraga.Fraktur oleh trauma :
a. Trauma langsung (direct) : yaitu bila fraktur terjadi ditempat di mana bagian tersebut
mandapat ruda paksa,misalnya pukulan/benturan yang melibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung (indirect): misalnya suatu daerah yang tertekan sedangkan yang
mengalami perratahan di daerah lain.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh di sebut
fraktur patologik.
C. Manifestasi Klinis
Nyeri
Infeksi : bengkak,deformitas,edimosis
Palpasi ;Nyeri,nyeri sumbu,krepitasi
Gerak : Aktif (tidak bisa fungsi laesa),pasif (gerak abnormal)
D. Penyembuhan
Pada saat tulang tumbuh mengadakan Penyembuhan untuk memperbaiki jejas dan
perbaikan Equilibrium tubuh.Dalam waktu 42-72 jam setelah jejas terjadi hemotoma
terbentuk disekitar fraktur karena ada nekrosis.Fibrolas obsteobalas berimigrasi segera
membentuk granulasis sebagai awal pertumbuhan.sehinga terbentuk vaskularisasi dan
poliferasi sel sekitar fraktur.Jaringan tersebut dinamakan callus.
Proses pembentukan dan reabsorbsi disebut remodeling.Remodeling berlansung sekitar 6
mimggu.Individu yang mempunyai masa tulang yang kurang seperti pada usila maka
remodeling berlangsung lebih lama sekitar 3-6 bulan.Faktor yang mempengaruhi remodeling
adalah proses penuaan
E. Penatalaksanaan
Pengobatan fraktur bisa konserfatif dan operatif
1.Terapi konserfatif,terdiri dari :
a. Proteksi saja misalnya mitela untuk fraktur collum chirurgieum humeri dengan kedudukan
baik
b. Emobilisasi saja tanpa reposisi,misalnyapemasangan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur
dengan kedudukan baik.
7.Gips spika
Melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstermitas (Gips spika tunggal atau
ganda)
I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Status :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tangal MRS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa medis : Fraktur
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat pelayanan
kesehatan.Biasanya pasien dengan fraktur mengeluh nyeri didaerah yang mengalami fraktur.
2. Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama,yang memberatkan dan
meringankan,seberapa berat keluhan dirasakan,seberapa sering terjadinya,lokasi keluhan
serta apakah terjadi mendadak atau bertahap.Biasanya pasien merasa nyeri pada saat
mobilitas,pada daerah fraktur.
3. Riwayat Kesehatan Dahng sedang yapa ulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini,seperti keadaan umum
kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang pernah dialami.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri kemungkinan
adanya kecenderungan berhubungan dengan faktor ginetik,namun fraktur tidak ada hubungan
dengan herediter karena faktornya hanya kecelakaan.
5. Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan,separti kebiasaan hidup pasien,pola aktivitas,keadaan
mantal pasian.Bisanya pasien dengan fraktur marasa kurang percaya diri,karena adanya
perubahan status kesehatan.
C. 14 Kebutuhan Dasar Manusia manurut Virginia Handerson
1. Pola Pernapasan
Biasanya pasien dengan fraktur pernapasannya cepat karena adanya nyeri
2. Pola Nutrisi
Selera makan pasien sedang,makan teratur,dalam melaksanakan kegiatan ini,pasien
membutuhkan bantuan dari orang lain karena keterbatasan dalam pergerakan.
3. Pola Eliminasi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan eliminasi,untuk BAB dan BAK dilakukan di
tempat tidur dan dibantu oleh perawat dan keluarga.
7. Suhu Tubuh
Biasanya pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
10. Komunikasi
Biasanya pola komunikasi pasian tidak mengalami gangguan kecuali fraktur terjadi di
tulangrahang bawah atau atas.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
TTV : Tekanan darah
-Respirasi
-Nadi
-Suhu badan
kepala
Inspeksi : Bentuk bulat simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Rambut
Warna : Hitam
Penyebaran : Rata di seluruh area kulit kepala
Hidung : Tidak ada secret,Nasal septum berada di tengah
Mata : Sklera tidak ikterus,konjungtiva tidak anemis
Wajah : Bentuk simetris kiri dan kanan
Telinga : Pendengaran (kiri dan kanan)
Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada distensi
Vena jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Thorax
Inspeksi : Simetriks kiri dan kanan,pergerakan antara dada kiri dan dada
Kanan sama.
Palpasi : Vibrasi fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Terdengar suara sonor
Auskutasi : Suara napas bronchovesikuler,tidak ada suara pernapasan
Tambahan.
Abdomen
Inspeksi : Terdapat pernapasan abdominalis (pada laki-laki)
Pernapasan Torakalis (pada wanita)
Warna kulit sawo matang
Palpasi : Tidak ada pembesaran dan pembengkakan,turgor kulit elastic
Perkusi : Bunyi pekak
Genetalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Jika fraktur terjadi diatas maka akan terganggu,begitu
Pula sebaliknya dengan di bawah.
ANALISA DATA
2
Lihat komentar
9.
AUG
ASKEP TBC
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2008
LAPORAN PENDAHULUAN
“TUBERKULOSIS PARU”
1. Pengertian
mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui
udara (airborne). Pada hampir semua kasus infeksi tuberculosis didapatkan melalui
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya
3. Patofisiologi
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel infeksi ini
terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Bila, masukke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini
4. Manifestasi Klinik
Gejala klinik tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala
a. Gejala respiratorik
2. Batuk darah
3. Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1. Demam
2. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
5. Pemeriksaan diagnostic
c. Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa lalu dan
adanya anti bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
e. Histologi atau kulutr jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis.
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan satuarasi
desigen sekunder terhadap infiltrasi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru
6. Penatalaksanaan / Pengobatan
gejalah.
7. Komplikasi
a. Batuk darah
b. Pneumothorax
c. Luluh paru
d. Gagal nafas
e. Gagal jantung
f. Efusi pleura
8. Pencegahan
b. Terapi pencegahan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3
minggu.
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh,
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani
penyakitnya.
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada
malam hari
d. Nutrisi metabolic
e. Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan
BAK.
f. Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
g. Konsep Diri
h. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran
agama biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai dan
kepercayaan.
ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas
1. kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi Penurunan
efektif berhubungan dengan kembali efektif nafas, kecepatan dan irama. menunjukk
penumpukan sekret purulen mengi men
pada jalan nafas. sekret ketid
membersihk
2. Perubahan nutrisi kurangn Menunjukkan berat 1. catat status nutrisi pasien, catat Berguna da
dari kebutuhan tubuh badan meningkat. turgor kulit, berat badan dan derajat derajat / ma
berhubungan dengan kekurangan berat badan, kemampuan menentukan
produksi sputum, anoreksia / ketidak mampuan menelan, riwayat tepat.
mual-muntal.
2. tekankan pentingnya
mempertahankan protein tinggi dan Memenuhi
diit karbohidrat dan masukan cairan membantu
adekuat. kelemahan
penyembuh
3. Jelaskan dosis obat, frekwensi, kerja
yang diharapkan dan alasan Meningkatk
pengobatan lama program pe
mencegah p
4. Tekankan untuk tidak minum alkohol
dan tidak merokok Kombinasi
menunjukk
hepatitis.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D.M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan : SD (tamat)
Pekerjaan : Tani
Status : Kawin
Suku/ bangsa : Minahasa/ Indonesia
Tgl. MRS : 15 - 07- 2008
Tgl. Pengkajian : 10 - 08-2008, jam 08.00 wita
Diagnosa medis : TB Paru
No. Med. Reg : 19 09 69
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Batuk berlendir.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dialami sejak + 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai
sesak nafas, keringat dingin pada malam hari dan kelemahan tubuh. Saat dikaji klien
mengeluh batuk berlendir, lendir kental dan berwarna putih, disertai sesak nafas dan
aktivitas dibantu orang lain.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan baru pertama kali dirawat di rumah
sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hanya pasien yang menderita penyakit seperti ini di dalam keluarga. Klien memiliki
satu orang istri dan satu orang anak, tinggal di dalam satu rumah, jenis rumah
permanen memiliki kamar tidur 2, dapur 1 dan ruang tamu 1, ventilasi cukup,
pencahayaan cukup.
Genogram
Keterangan :
A : Pihak ayah
B : Pihak Ibu
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
+ : Sudah meninggal
4. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
BB : 40 kg
Head to Toe
- Kepala
peksi : warna rambut hitam, kebersihan terjaga, bentuk kepala bulat
lpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mata
peksi : sclera tidak ikterus, konjungtiva anemis, pupil bulat
lpasi : nyeri tekan tidak ada
- Hidung
peksi : bentuk simetris, sekret tidak ada
lpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mulut
peksi : bibir tampak kering, gigi berlubang, mukosa lembab, bau mulut tidak ada
- Leher
peksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
- Thorax/ dada
peksi : simetris kiri dan kanan
lpasi : stem fremitus kiri dan kanan
rkusi : sonur kiri dan kanan
skultasi : ronchi +/ +, wheezing +/ +a
- Abdomen
peksi : datar
lpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa
rkusi : tidak kembung
skultasi : bising usus normal
- Ekstremitas
as : akral hangat, tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infuse dextrose 5% 20 gtt/
mnt
wah : akral hangat, tidak ada odem
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tgl. 8-8-2008
Jenis Hasil Normal
HB 5,7 g/ dL 13-17 g/ dL
Eritrosit 2,03 uL 4,20-5,40 uL
Leukosit 7400 uL 5.000-10.000 uL
Trombosit 230.000 uL 150.000-450.000 uL
GDS 67 mg/ dL 110-160 mg/ dL
Ureum 31 mg/ dL 10-50 mg/ dL
Creatinin 1,1 mg/ dL 0,6-1,1 mg/ dL
Asam urat 8,5 mg/ dL 2,4-7,0 mg/ dL
Protein total 7,6 mg/ dL 6,6-8,3 mg/ dL
Albumin 2,2 mg/ dL 3,7-5,3 mg/ dL
b. Foto thorax
Hasil : tampak TB Paru
c. Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobakterium Tuberkolosis
6. Terapi
Tgl. 11-08-2008
IVFD Dextrose 5% 20 gtt/ mnt
Cefixime 2 x 100 mg tab
Ranitidine 2 x 1 amp inj
Codein 3 x 20 gr tab
Rifampisin 150 mg 1 x 3 tab
INH 750 mg 1 x 3 tab
PZA 400 mg 1 x 3 tab
Etambutol 275 mg 1 x 3 tab
B6 1 x 1 tab
Alupurinol 100 mg tab 1-0-0
7. Klasifikasi Data
DS : - klien mengeluh batuk berlendir
- klien mengeluh sesak nafas
- klien mengeluh aktivitasnya perlu bantuan orang lain
- klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
- klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
DO : - TTV
TD : 130/80 mmHg N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt SB : 36,5oC
- auskultasi paru ronchi +/ +, wheezing +/ +
- aktivitas dibantu orang lain
- BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
- terpasang infuse di lengan kanan dextrose 5%
- BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg
- pendidikan klien tamat SD
ANALISA DATA
No Data Dampak Masalah Masalah
DS 1: - klien mengeluh batuk Peradangan parenkim Bersihan jalan
berlendir paru nafas tidak efektif
- klien mengeluh sesak nafas
DO : - TTV Keluarnya eksudut
TD : 130/80 mmHg dalam alveoli
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt Peningkatan produksi
SB : 36,5oC sputum
- auskultasi paru ronchi +/ +
- sputum kental Kemampuan batuk
menurun
Tertahannya sekresi
Jalan nafas terganggu
DS 2: - klien mengatakan Proses penyakit Intoleransi aktivitas
aktivitasnya dibantu
DO : - BAB dan BAK Kelemahan tubuh
dilakukan di tempat tidur
- terpasang IVFD dextrose 5% Terpasang infuse di
di lengan kanan lengan kanan
Aktivitas terbatas
DS 3: - klien mengeluh mengalami Adanya sputum pada Ketidakseimbangan
penurunan nafsu makan saluran pernafasan dan nutrisi kurang dari
No Data Dampak Masalah Masalah
- klien mengeluh mengalami di bagian mulut kebutuhan tubuh
penurunan berat badan
DO : - BB sebelum sakit : 46 Batuk produktif
kg, BB sesudah sakit : 40 kg
Peningkatan frekuensi
pernafasan
Nafsu makan menurun
DS 4: - klien mengatakan tidak Tingkat pendidikan Kurang
mengerti tentang penyakitnya tamat SD pengetahuan
DO : - pendidikan klien
tamat SD Kurang informasi
tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
Prioritas Masalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum yang kental
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan proses pengobatan
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d produksi sputum yang kental
4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya informasi
ASUHAN KEPERAWATAN
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
k Bersihan jalan nafas 11-8-08, jm.08.00 S : - klien mengat
um kembali efektif 1. Kaji fungsi pernafasan 1. Penurunan fungsi nafas 1. Melakukan pengkajian berkurang set
setelah diberikan seperti bunyi, kecepatan dapat menunjukkan frekuensi pernafasan 24x/ pada posisi se
tindakan keperawatan dan irama setiap jam ketidakmampuan untuk mnt, iramanya teratur, - klien mengata
selama 3 hari dengan 06.00, 12.00, 18.00 setiap membersihkan jalan terdengar ronchi dan jenis yang keluar b
fas kriteria hasil: hari nafas. pernafasan torakal O : - TTV
- batuk berlendir abdominal TD : 130/80mmHg
berkurang atau hilang 11-8-08, jm.12.00 N : 82 x/ mnt
- sekret encer 2. Mengukur TTV R : 24 x/ mnt
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
- tanda-tanda vital 2. Penyimpangan normal TD : 130/80mmHg SB : 36,2oC
dalam putus normal 2. Observasi tanda-tanda TTV menunjukkan N : 84 x/ mnt A : masalah belum
+ - ronchi -/- vital setiap jam 06.00, perubahan status pasien. R : 24 x/ mnt P : - kaji fungsi pe
12.00, 18.00 setiap hari SB : 36,2oC setiap jam 06
18.00
- Mengawasi klien minum - observasi TT
obat codein 1 tablet dan jam
cefixime 1 tablet - pertahankan p
11-8-08, jm.12.15 semi fowler
3. Posisi membantu 3. Merubah posisi tidur - anjurkan klie
ekspansi paru dan klien dari tidur satu minum air pu
3. Atur posisi klien dengan menurunkan upaya bantal menjadi posisi banyak
posisi semi fowler setiap pernafasan. semi fowler - anjurkan klie
kali klien merasa sesak menggunakan
nafa 11-8-08, jm.13.15 batuk efektif
4. Memaksimalkan 4. Mengajarkan teknik nafas
4. Ajarkan teknik nafas ventilasi dan dalam dan batuk efektif
dalam dan batuk efektif meningkatkan gerakan pada klien
pada pertemuan pertama sekret ke dalam jalan
nafas besar sebagai
mudah dikeluarkan
11-8-08, jm.13.30
5. Melatih pasien untuk 5. Menganjurkan pasien
5. Anjurkan pasien untuk dapat belajar mengatasi untuk gunakan teknik
gunakan teknik batuk batuk yang dialaminya. batuk efektif setiap batuk
efektif setiap ingin batuk 11-8-08, jm.13.45
6. Menganjurkan keluarga
6. Pemasukan cairan yang dan klien untuk
6. Anjurkan klien untuk banyak membantu memenuhi asupan cairan
meningkatkan asupan mengencerkan sekret. yang cukup bagi klien
cairan sedikitnya 2.500 dengan minum air putih
ml/ hari yang banyak +2500 ml/
hari
11-8-08, jm.18.00
7. Beri obat dengan teratur 7. Memberikan obat sesuai
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
7. Kolaborasi beri obat mempercepat proses instruksi ranitidine inj 1
sesuai instruksi dokter penyembuhan ampul/ 3 cc melalui
Ranitidine inj 2x1 amp IVFD
(06.00 & 18.00) Menganjurkan klien
Cefixime 2x1 tab (06.00, untuk minum obat tablet
12.00, 18.00) secara teratur dan tidak
Codein 3x1 tab (06.00, boleh berhenti
12.00, 18.00)
Rifampisin 1x3 tab
(06.00)
INH 1x3 tab (06.00)
PZA 1x3 tab (06.00)
Etambutol 1x3 tab
(06.00)
B6 1x1 tab (06.00)
Alupurinol 1-0-0 (06.00)
Klien dapat 11-8-08, jm.08.00 S :- klien mengel
beraktivitas dengan 1. Monitor derajat mobilitas 1. Untuk mengetahui 1. Melakukan observasi bisa sepenuhn
baik dengan kriteria dengan menggunakan tingkat ketergantungan derajat ketergantungan beraktivitas m
hasil : skala ketergantungan pada klien. mandi = 4, terbatas pada
- Klien dapat berpakaian = 4, eliminasi - klien mengelu
beraktivitas secara = 3, mobilisasi = 2, lelah
mandiri pindah = 4, ambulasi =O4,: -klien belum b
- BAB dan BAK naik tangga = 4. Hasil : melakukan se
dilakukan sendiri di terjadi ketergantungan aktivitas
toilet -BAB dan BA
tidur
11-8-08, jm.08.10 A : masalah belum
2. Membantu pasien dalamP : - bantu klien d
eliminasi BAK dengan pemenuhan k
menyediakan urinal dan - anjurkan klie
2. Bantu pasien dalam 2. Memenuhi kebutuhan pispot pada saat BAB beraktivitas se
pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien 11-8-08, jm.08.15 mandiri
berdasarkan tingkat 3. Menganjurkan klien
ketergantungannya untuk bisa melakukan
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
mobilisasi miring kiri,
miring kanan dan duduk
3. Anjurkan klien untuk 3. Melatih klien untuk secara mandiri tanpa
beraktivitas secara tidak tergantung dan bantuan orang lain. Hasil
bertahap secara bertahap bisa : klien bisa melakukan
mandiri mobilisasi miring kiri dan
miring kanan
11-8-08, jm.08.15
4. Memberikan pujian pada
klien karena klien sudah
bisa mobilisasi secara
mandiri
12-8-08, jm.12.00
4. Kolaborasi ahli gizi 4. Mengawasi pola makan
komposisi diit 4. Memberikan bantuan pasien, hasil klien
Pagi : bubur dan telur, dalam perencanaan diit menghabiskan
Siang : nasi, telur/ ikan, dengan nutrisi yang makanannya, porsi
sayur, sup, buah, adekuat makan sedikit
Sore : ekstra telur,
Malam : nasi, telur/ ikan,
sayur
Klien mengerti 13-8-08, jm.08.00 S :- klien dan kel
tentang penyakitnya 1. Kaji pengetahuan klien 1. Belajar tergantung pada 1. Mengukur kemampuan mengatakan m
setelah diberikan tentang penyakit TBC emosi dan kesiapan fisik klien untuk belajar, hasil tentang penya
penyuluhan dengan yang dialaminya klien mau diberikan diderita
kriteria hasil : penyuluhan O:- klien dapat m
- Klien kembali penti
mengungkapkan 13-8-08, jm.08.20 obat dan akib
n pemahaman tentang 2. Jelaskan pada klien 2. Perawatan pengobatan di2. Memberikan penyuluhanA : masalah terata
penjelasan yang pentingnya perawatan rumah sakit penting kepada klien dan P : - anjurkan klie
diberikan dan pengobatan di rumah untuk mengurangi keluarga tentang keluarga bero
- Klien dapat sakit komplikasi pentingnya perawatan di teratur dan tid
menjelaskan kembali rumah sakit putus obat
secara umum 13-8-08, jm.09.00
penjelasan yang 3. Jelaskan pada klien 3. Memberikan 3. Memberikan penyuluhan
diberikan tentang proses penyakit, pengetahuan pada klien pada klien dan keluarga
pengobatan dan tentang penyakitnya tentang penyakit yang
pencegahan diderita klien
n Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Eval
13-8-08, jm.09.30
4. Jelaskan pada klien dan 4. Mencegah pasien putus 4. Menjelaskan pada klien
keluarga tentang dosis obat, dan meningkatkan dan keluarga tentang
obat, frekuensi, alasan kerja sama dalam pentingnya pengobatan
pengobatan lama dan pengobatan dan dampak berhenti
akibat putus obat minum obat yaitu
pengobatan dimulai dari
pertama dan penyakit
yang diderita bisa
bertambah parah.
CATATAN PERKEMBANGAN
I, II 18.00
Rabu, I, II, III, 08.00 - Melakukan pengkajian Diagnosa I
13-8-08 IV frekuensi pernafasan 24 x/S : - klien mengeluh batuk
mnt, irama teratur, jenis berlendir
pernafasan torakal O : - sputum kental
abdominal - TTV
- Observasi derajat TD : 130/80mmHg
ketergantungan, mandi = 2, N : 80 x/ mnt
berpakaian = 2, eliminasi R= : 22 x/ mnt
2, mobilisasi = 0, pindah =SB : 36,5oC
3, ambulasi = 2, naik A : masalah belum teratasi
tangga = 3 P : - pertahankan posisi semi
- Mengukur kemampuan fowler
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
klien untuk belajar - anjurkan klien untuk
Hasil : klien mau diberikan meningkatkan asupan
penyuluhan cairan
- Memberikan penyuluhan - anjurkan untuk tetap
kepada klien tentang gunakan teknik batuk
pentingnya perawatan di efektif
III 08.20 rumah sakit, proses
penyakit, alasan Diagnosa II
pengobatan lama dan akibatS : - klien mengatakan belum
putus obat bisa beraktivitas
- Mengatur posisi pasien sepenuhnya masih terbatas
semi fowler pada mobilisasi
- Mengganti cairan dari O : - BAB dan BAK di tempat
dextrose 5% dengan tidur
08.30 dextrose 5% - berpakaian dibantu oleh
- Menganjurkan klien untuk keluarga
09.00 menggunakan teknik batukA : masalah belum teratasi
efektif setiap ingin batukP : - anjurkan klien beraktivitas
- Menganjurkan klien untuk mandiri secara bertahap
10.00 terus meningkatkan
aktivitas secara mandiri Diagnosa III
- Mengobservasi TTV S : - klien mengatakan sudah
TD : 130/80mmHg bisa dalam porsi sedikit
10.10N : 80 x/ mnt - klien mengatakan sering
R : 22 x/ mnt makan
o
SB : 36,5 C O : - porsi makan sedikit,
- Mengawasi pola makan makanan dihabiskan
klien, klien makan dengan - BB : 40 kg
12.00 porsi sedikit makanan A : masalah teratasi sebagian
dihabiskan P : - anjurkan klien tetap
- Menimbang BB pasien mempertahankan asupan
Hasil : BB = 40 kg nutrisi yang
- Memberikan suntikan via - timbang BB setiap hari
IVFD ranitidine 1 ampul
- Menganjurkan untuk Diagnosa IV
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
minum obat secara teraturS :- klien mengungkapkan
jangan sampai putus obat mengerti tentang cara
dan akibat putus obat pencegahan penularan
13.00 - Menjelaskan bahwa tugas penyakit dan akibat putus
di ruangan telah selesai obat
O:- klien dapat menjelaskan
18.00 kembali cara pencegahan
dan akibat putus obat
- klien dapat minum obat
sendiri
A : masalah teratasi
P :-
Arjatmo Tjokronegoro, Prof, dr. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. 2001
63
Lihat komentar
8.
9.
10.
ijin copas ya
makasi
Balas
11.
Salam Kesehatan...
Kunjungi : http://dunia-keperawatan33.blogspot.co.id/
12.
13.
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
Balas
14.
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
Balas
15.
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
Balas
16.
ok benget infonya, jadi nambah pengetahuan baru buat ane gan.. terima kasih udah
berbagai info..
sebelumnya ane mohon maaf, ane juga mau berbagai infomrasi, seperti berikut :
cara mengobati payudara gatal
cara menghilangkan kutil kelamin
cara mengobati gatal di sela jari
Semoga aja ada yg mau baca, dan semoga bermanfaat..
Balas
17.
Saya lebih memilih untuk menggunakan beberapa fitur dari blog anda yang dipasang
pada di blog saya apakah Anda tidak keberatan. Tentu saja aku akan memberikan link
di blog web Anda. Terima kasih telah berbagi.
cara mengobati infeksi lambung
cara mengobati maag
cara menyembuhkan pembengkakan ginjal
Balas
18.
sangat lengkap askepnya dan membantu saya untuk menambahkan askep saya di
http://akkesaskep.blogspot.co.id/
Balas
19.
Saat ini dunia pengobatan tradisional modern telah dikejutkan dengan teripang emas
yakni bahan alami yang mampu mengobati beragam penyakit, salah satunya adalah
mampu dijadikan obat jantung bengkak,obat tbc paru sehingga tbc paru bisa sembuh
tanpa efek samping. Selain itu bagi anda yang saat ini sedang mencari cara mengobati
hepatitis byang aman maka konsumsi teripang emas bisa menjadi solusinya. Teripang
emas juga sangat baik dan tepat dijadikan sebagai pengobatan jantung lemah dan
berbagai gangguan jantung lainnya.
Balas
20.
Salah satu terapi tumor otak yang bisa anda lakukan adalah dengan konsumsi jelly
gamat qnc yakni obat alami yang dibuat dari teripang emas, selain itu jelly gamat juga
bisa untuk mengobati Tumor Payudara yang biasa ditandai dengan munculnya benjolan
di payudara. Dan andapun yang menderita kelenjar getah bening, liver bengkak anda
bisa mengkonsumsinya. Tanpa terkecuali anda yang memiliki
keluhan tbc hingga gangguan pencernaan dan kista anda pun bisa mengkonsumsinya
sungguh hebat bukan.
Balas
21.
Thank you for the information gan, may be useful for all of us.
Greetings from us:
Links We wish Beneficial For Information About Health.
22.
23.
http://www.efeksampingvigpower.com/cara-mengobati-sperma-kosong/
Cara Mengobati Sperma Kosong
Balas
24.
25.
26.
Before we say many thanks for having given a very useful information .
Akibat Cedera Tulang Belakang
Obat Mata Eye Care Softgel
Cara Mengobati Fistula Ani Secara Alami Tanpa Operasi
Cara Ampuh Menyembuhkan Sakit Perut Secara Alami
Cara Ampuh Menyembuhkan Sakit Perut Secara Alami
Balas
27.
28.
This is an extraordinary page pleased to visit your page, I found your site on google
Obat Kista Payudara
Obat Maag Kronis
Obat Gagal Ginjal
Obat Jantung Bengkak
Obat Asam Urat
Balas
29.
Salah satu terapi pengotan tumor otak tanpa operasi yang bisa anda lakukan adalah
dengan konsumsi jelly gamatyakni obat alami yang dibuat dari teripang emas, selain itu
jelly gamat juga bisa dijadikan obat tumor payudara serta obat benjolan di payudara.
Dan andapun yang menderita kelenjar getah bening di leher bengkak, liver anda bisa
mengkonsumsinya. Tanpa terkecuali anda yang memiliki keluhan tbc
paru hingga gangguan lambung dan miom anda pun bisa mengkonsumsinya sungguh
hebat bukan.
Balas
30.
Thanks for the information. Once very beneficial to us all. Awaited further information.
31.
32.
33.
34.
36.
When it comes to health matters, everyone yearns to have a good and functioning body.
Nursing is one of the major areas that helps us stay very functional in all our body parts,
since besides being there to treat us, nurses also offer valid and genuine guidance on
how to avoid improper eating & living habits. The heart is one of the most important body
parts, seeing a blog that sheds light on its fcntions is thrilling. Carrying out Legal
research for 3 Clients Thanks a lot for sharing.
Balas
37.
38.
The information is interesting and I'm glad to be able to read your article.
Penyebab-&-Obat-Sakit-Perut-Bagian-Bawah-Pada-Pria-dan-Wanita
Cara-Terbaik-Mengobati-Penyakit-Kanker
6-Bahaya-Menggunakan-Celana-Ketat-Yang-Penting-untuk-Anda
We are waiting for the latest information
Balas
39.
41.
42.
Thanks for the information. I'm glad to be able to read your article.
Read also our article:
Kanker-Darah-Penyebab-Gejala-dan-Pengobatannya
Angina-Pektoris-Gejala-Penyebab-serta-Pengobatannya
Cara-Mengatasi-Penyakit-Asam-Lambung
We are waiting for the latest information
Balas
43.
Thanks for the article. I'm glad to be able to read your article.
Read also our article:
Cara-Menyembuhkan-Pembengkakan-Kelenjar-Prostat
Obat-Herbal-Penyakit-Kanker-Kolorektal-Terbaik
Cara-Mengobati-Keratitis-Pada-Mata
Balas
44.
The information is interesting and I'm happy to read this article. Thanks for the article
Agen-Resmi-Jelly-Gamat-QnC-kabupaten-brebes
Agen-Resmi-Jelly-Gamat-QnC-kabupaten-cilacap
Agen-Resmi-Jelly-Gamat-QnC-kabupaten-jepara
Balas
45.
Balas
46.
47.
Thankas for the information, do not forget to update and hold yes
May be useful
Agen-Resmi-Jelly-Gamat-QnC-kota-tegal
Agen-Resmi-Jelly-Gamat-QnC-kota-Yogyakarta
Agen-Resmi-Jelly-Gamat-QnC-kabupaten-bantul
Balas
48.
thnks for your useful information.and i hope u will update every day. :D
Manfaat Lecithin Softgel
Gastric Health tablet Green World
Khasiat Cordyceps plus capsule
Harga Ganoderma Plus capsule
Manfaat Ovary Nutrition capsule
Manfaat triflex capsule Green World
Manfaat Eye Care softgel Green world
Cara Pemesanan Ginkgo biloba plus capsule
Agen Eye Care softgel Bandung
Khasiat Braincare capsule
Balas
49.
50.
51.
Thanks a lot of information that you serve every day is very meaningful to us.
Pengobatan Alami Untuk Menyembuhkan Penyakit Ginjal
Obat Tradisional Untuk Menyembuhkan Penyakit Katup Jantung
Operasi Batu Empedu Dan Efek Sampingnya
Ahlinya Obat Migren Yang Alami
Apakah Penyakit Chikungunya Menular Atau Tidak
Balas
52.
punyanha herbal12 Juni 2017 00.10
Your site is very helpful we are very waiting for the latest information
Good luck to all of us
53.
You have really shared a informative and interesting blog post with people
Agen Resmi Jelly Gamat QnC kota Cirebon
Balas
54.
QnC Jelly Gamat Original15 Juni 2017 00.03
informasi yang sangat bermanfaat senang bisa berada di halamn anda kami tunggu
artikel terbarunya
Ciri Maag Kronis
Gejala Sinusitis
Balas
55.
56.
57.
14
Askep Impetigo
I. Definisi
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit (Djuanda,
56:2005). Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan paling sering
merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan
pada insect bites (Beheshti, 2:2007).
II. Sinonim
Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, atau impetigo
Tillbury Fox. Impetigo bulosa juga dikenal sebagai impetigo vesikulo-bulosa atau cacar monyet (Djuanda,
56-57:2005).
III. Etiologi
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta
Hemolitik Streptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcusmerupakan pathogen primer pada
impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007).
Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 µm, berbentuk bulat, biasanya
tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur, kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai
juga bisa didapatkan. Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan
pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler.
Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai
enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin,
toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. (Brooks, 317:2005).
Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik
dapat berbentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang
antigenic termasuk dalam grup A, (Streptococcus pyogenes) diantaranya adalah Streptokinase,
streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik, disphosphopyridine nucleotidase, dan hemolisin
(Brooks, 332:2005).
IV. Epidemologi
Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan angka kejadiannya selalu meningkat dari tahun ke
tahun. Di Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak dan
terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah tenggara Amerika (Provider synergies,
2:2007). Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6%
pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa (Cole, 1:2007).
Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi
seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak atau juga pada tempat dengan
hygiene buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk (Cole, 1:2007).
V. Faktor Predisposisi
o Kontak langsung dengan pasien impetigo
o Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo
o Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab
o Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti gulat
o Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik
(Sumber Beheshta, 2:2007).
X.Penatalaksanaan
1.Terapi nonmedikamentosa
Ø Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai mengelupaskan krusta
dengan handuk basah
Ø Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet dengan perban
tahan air dan memotong kuku anak
Ø Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh
Ø Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik untuk mencegah penyebaran
local
Ø Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada impetigo krustosa.
Ø Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di bawah
2.Terapi medikamentosa
a. Terapi topikal
Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta sedikit dilepaskan baru
kemudian diberi salep antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukan dengan
pemberian antiseptik atau salap antibiotik (Djuanda, 57:2005).
1). Antiseptik
Antiseptik yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan impetigo terutama yang telah dilakukan
penelitian di Indonesia khususnya Jember dengan menggunakan Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) adalah triklosan 2%. Pada hasil penelitian didapatkan jumlah koloni yang dapat tumbuh
setelah kontak dengan triklosan 2% selama 30”, 60”, 90”, dan 120” adalah sebanyak 0 koloni (Suswati,
6:2003).
Sehingga dapat dikatakan bahwa triklosan 2%mampu untuk mengendalikan penyebaran penyakit akibat
infeksi Staphylococcus aureus (Suswati, 6:2003).
2). Antibiotik Topikal
Ø Mupirocin
Mupirocin topikal merupakan salah satu antibiotik yang sudah mulai digunakan sejak tahun 1980an.
Mupirocin ini bekerja dengan menghambat sintesis RNA dan protein dari bakteri. Pada salah satu
penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan mupirocin topikal yang dibandingkan dengan
pemberian eritromisin oral pada pasien impetigo yang dilakukan di Ohio didapatkan hasil sebagai berikut:
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan mupirocin topikal jauh lebih unggul dalam mempercepat
penyembuhan pasien impetigo, meskipun pada awal kunjungan diketahui lebih baik penggunaan
eritromisin oral, namun pada akhir terapi dan pada evaluasi diketahui jauh lebih baik mupirocin topikal
dibandingkan dengan eritromisin oral dan penggunaan mupirocin topikal memiliki
sedikit failure (Goldfarb, 1-3).
Untuk penggunaan mupirocin topikal dapat dilihat pada tabel berikut:
Ø Fusidic Acid
Tahun 2002 telah dilakukan penelitian terhadap fusidic acid yang dibandingkan dengan plasebo pada
praktek dokter umum yang diberikan pada pasien impetigo dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan plasebo jauh lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan fassidic acid.
Ø Ratapamulin
Pada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun bukan untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten
ataupun vankomisin resisten. Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat
dengan peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari bakteri (Buck,
1:2007).
Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan pada 210 pasien impetigo yang berusia diantara 9 sampai
73 tahun dengan luas lesi tidak lebih dari 100 cm2 atau >2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah
dilakukan pada pasien tersebut didapatkan 82% dengan infeksiStaphylococcus aureus. Pada pasien-pasien
tersebut diberi ratapamulin sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari terapi. Evaluasi dilakukan mulai hari ke
dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan luas lesi berkurang, lesi telah mengering, dan lesi benar-
benar telah membaik tanpa penggunaan terapi tambahan. Pada 85,6% pasien dengan menggunakan
ratapamulin didapatkan perbaikan klinis dan hanya hanya 52,1% pasien mengalami perbaikan klinis yang
menggunakan plasebo (Buck, 1:2007).
Ø Dicloxacillin
Penggunaan dicloxacillin merupaka First line untuk pengobatan impetigo, namun akhir-akhir ini
penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan ratapamulin topikal karena diketahui ratapamulin
memiliki lebih sedikit efek samping bila dibandingkan dengan dicloxacillin. Penggunaan dicloxacillin
sebagai terapi topical pada impetigo sebagai berikut:
(Sumber: Primary Clinical Care Manual 2007)
b.Terapi sistemik
1). Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)
a.Penicillin G procaine injeksi
Dosis: 0,6-1,2 juta IU im 1-2 x sehari
Anak: 25.000-50.000 IU im 1-2 x sehari
b.Ampicillin
Dosis: 250-500 mg per dosis 4 x sehari
Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis4x sehari ac
c.Amoksicillin
Dosis: 250-500 mg / dosis 3 x sehari
Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis 3 x sehari ac
d.Cloxacillin (untuk Staphylococcus yang kebal penicillin)
Dosis: 250-500 mg/ dosis, 4 x sehari ac
Anak: 10-25 mg/Kg/dosis 4 x sehari ac
e.Phenoxymethyl penicillin (penicillin V)
Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari ac
Anak: 7,5-12,5 mg/Kg/dosis, 4 x sehari ac
2). Eritromisin (bila alergi penisilin)
Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari pc
Anak: 12,5-50 mg/Kg/dosis, 4 x sehari pc
3). Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna)
Dosis: 150-300 mg/dosis, 3-4 x sehari
Anak > 1 bulan 8-20 mg/Kg/hari, 3-4 x sehari
4). Penggunaan terapi antibiotik sistemik lainnya
XI.Pencegahan
Tindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya :
1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan pasien, terutama apabila
terkena luka.
2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan pada orang lain, setelah
digunakan pasien
4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada
sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih
6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
7. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air panas
dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci
dengan disinfektan.
8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah
itu.
Sumber Referensi :
- Northern Kentucky Health Department, 1:2005
- http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatanpada-anakdengan.html
Diposting 14th June 2012 oleh dolvi criswanto
0
Tambahkan komentar
Memuat
dolvi. Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.