You are on page 1of 3

Skrining DM dalam Tingkat Internasional

1. Skrining DM yang dilakukan pada pasien TB


Menurut beberapa penelitian ada keterkaitan antara faktor resiko TB dengan faktor
resiko DM. Sehingga, skrining DM pada pasien TB di beberapa negara berkembang
dengan kasus TB yang tinggi telah dilakukan. Beberapa negara tersebut diantaranya
adalah Nigeria Selatan dan India. Skrining DM pada pasien TB dilakukan dengan
metode sebagai berikut :
Pasien dewasa usia >/ 15th yang baru saja didiagnosis TB dan datang ke pelayanan
kesehatan untuk pengobatan pertama, dinilai status DMnya melalui :
 Wawancara
Menanyakan riwayat DM kepada pasien secara langsung. Sehingga pasien yang
sudah tahu dan pernah melakukan tes melaporkan secara langsung apakah
dirinya memiliki riwayat DM.
 RBG test
Bagi pasien yang tidak tahu dan belum pernah tes maka dilakukan RBG test.
Jika tingkat RBG test < 110 mg/dL maka tidak ada tinjakan lanjut yang diambil.
Jika RBG test >/ 110 mg/dL maka pasien diminta datang kembali untuk
melakukan FBG test di hari berikutnya. Alat yang digunakan untuk skrining
adalah glikometer. Kriteria standar yang digunakan untuk diagnosis DM
menurut WHO adalah FBG >/ 126 mg/dL.

Pasien yang ditemukan menderita DM dirujuk kepada klinik diabetes untuk evaluasi
dan manajemen lebih lanjut.

Pustaka :

Ekeke Ngozi, dkk. 2017. Screening for Diabetes Mellitus among Tuberculosis patients
in Southern Nigeria. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5345020/
[diakses pada 13 Mei 2018]

2. Skrining massal dengan HbA1c


Skrining DM secara massal dengan kriteria HbA1c dilakukan pada masyarakat
Amerika-Afrika dan Latin yang berisiko tinggi dengan usia >/ 40th dan memiliki satu
atau lebih faktor resiko sebagai berikut :
 Riwayat keluarga DM
 Lingkar pinggang >/ 40 inci pada laki-laki dan >/ 35 inci pada wanita
 Hipertensi dengan nilai tekanan darah >/ 140/90 mmHg

Pasien dengan nilai kriteria HbA1c sebesar 5,8 % dikategorikan pra-diabetes dan nilai
kriteria HbA1c >/ 6,5 % dikategorikan diabetes. Bagi pasien yang telah dikategorikan
pra-diabetes (HbA1c 5,8 %) ditawarkan untuk melakukan OGTT (Oral Glucose
Tolerance Test). Kemudian dari OGTT dikategorikan sebagai berikut :

 Pra-diabetes : konsentrasi glukosa plasma puasa (FPG) 110-125 mg/dL atau


nilai 2 jam pada OGTT 140-199 mg/dL
 Diabetes : konsentrasi glukosa plasma puasa (FPG) >/ 126 mg/dL atau nilai 2
jam pada OGTT >/ 200 mg/dL

Pustaka :

Davidson Mayer, dkk. 2014. Community Screening fo Pre-Diabetes and Diabetes


Using HbA1c Levels in High Risk African Americans and Latinos. Los Angeles.
Department of Internal Medicine, Charles R. Drew University.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4287403/ [diakses pada 13 Mei 2018]

Skrining Penyakit Jantung Koroner dalam Tingkat Internasional

1. Skrining PJK dengan Elektrokardiograf

USPSTF (U.S. Preventive Services Task Force) merekomendasikan skrining penyakit


jantung koroner dengan pemeriksaan EKG menggunakan elektrokardiograf. Skrining
dilakukan dengan mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh jantung ketika
istirahat dan atau bekerja untuk menemukan kelainan pada jantung. Proses pemeriksaan
EKG ini menggunakan sebuah alat bernama elektrokardiograf.

Prosedur pemeriksaan
Tenaga medis harus melakukan pemeriksaan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
 Tenaga medis wajib dalam keadaan steril.
 Tenaga medis memasang arde lalu menyalakan monitor EKG.
 Tenaga medis memastikan pasien telah lepas dari aksesoris berbahan logam dan
melonggarkan pakaian bagian atas.
 Tenaga medis membersihkan kotoran dan lemak yang ada di area dada, kedua
pergelangan tangan, dan kedua tungkai dengan menggunakan kapas beralkohol.
 Tenaga medis mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda. Jika tidak
tersedia, jelly EKG bisa diganti dengan kapas basah.
 Tenaga medis menyambungkan kabel EKG di kedua pergelangan tangan dan
tungkai untuk merekam ekstremitas lead (I, II, III,aVR, aVF, dan AVL).
 Tenaga medis memasangkan elektroda data untuk merekam Precordial Lead.
 Tenaga medis melakukan kalibrasi 10 mm dengan kondisi 25 mm per volt per detik.
 Tenaga medis membuat rekaman EKG berurutan sesuai pilihan lead yang
disediakan pada mesin EKG.
 Tenaga medis kembali melakukan kalibrasi setelah perekaman EKG selesai.
 Tenaga medis memberi identitas pada hasil rekaman EKG jantung pasien berupa
nama, umur, tanggal dan jam rekaman, dan nomor lead serta pembuat rekaman
EKG.

Pustaka :
2012. Screening for Coronary Heart Disease With Electrocardiography. U.S. Preventive
Services Task Force Recommendation Statement.
http://annals.org/aim/fullarticle/1363528/screening-coronary-heart-disease-
electrocardiography-u-s-preventive-services-task [diakses pada 13 Mei 2018]

You might also like