You are on page 1of 6

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No.

3 (September 2015)

PEMBUATAN BIOETANOL DARI TEPUNG AMPAS TEBU MELALUI


PROSES HIDROLISIS TERMAL DAN FERMENTASI SERTA RECYCLE
VINASSE (PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG AMPAS TEBU, SUHU
DAN WAKTU HIDROLISIS)

Bambang Trisakti, Yustina br Silitonga, Irvan


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Almamater Kampus USU Medan, 20155 Indonesia
Email : yustina_silitonga@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung ampas tebu, suhu dan
waktu hidrolisis terhadap yield glukosa dan perolehan kadar glukosa dari proses recycle vinasse.
Bahan utama yang digunakan adalah limbah padat ampas tebu dari toko minuman air tebu.
Variabel-variabel yang diamati antara lain konsentrasi tepung ampas tebu dalam air, suhu dan
waktu hidrolisis termal. Ampas tebu dihancurkan dengan blender sampai berbentuk powder lalu
ditambahkan akuades dengan konsentrasi 2,94; 3,85 dan 4,76% lalu dihidrolisis dalam tangki
hidrolisis. Proses hidrolisis berlangsung pada suhu 135, 150 dan 165 °C dengan waktu hidrolisis 1,
1,5 dan 2 jam. Kemudian hasil hidrolisis (hidrolisat) diuji yield glukosa serta kadar lignin dan
selulosanya lalu dilanjutkan dengan proses fermentasi untuk menghasilkan bioetanol. Hasil
fermentasi kemudian disaring untuk diperoleh vinasse-nya lalu di-recycle menjadi umpan
hidrolisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi tepung ampas tebu, suhu dan waktu hidrolisis. Namun, yield glukosa
meningkat pada waktu hidrolisis 1 hingga 1,5 jam kemudian menurun pada waktu hidrolisis 1,5
hingga 2 jam. Perolehan yield glukosa tertinggi diperoleh pada konsentrasi tepung ampas tebu
2,94%, suhu 165 °C dan waktu hidrolisis 2 jam yaitu sebesar 31,022%. Selain itu, kadar lignin
dan selulosa berfluktuasi seiring meningkatnya suhu hidrolisis. Hal ini disebabkan oleh komposisi
bahan baku yang tidak sama pada masing-masing perlakuan.
Kata Kunci : bioetanol, ampas tebu, vinasse, hidrolisis termal, recycle vinasse

Abstract
The purpose of this research are to study the effect of sugarcane bagasse powder concentration,
hydrolysis temperature and time on the yield of glucose and the level of glucose by recycle
vinasse process. Raw sugarcane bagasse as primary material was obtained from sugarcane juice
shop. Observed variabels were concentration of sugarcane bagasse, hydrolysis time and
temperature. Sugarcane bagasse is powdered by blender and then mixed with aquadest (2,94;
3,85; 4,76%) and hydrolized in the hydrolysis tank. The hydrolysis process occured at 1, 1,5 and
2 hours and temperature 135, 150 and 165°C. The hydrolysis products were tested for its glucose,
lignin and cellulose composition. After that, the product was fermented in order to produce
bioethanol. The fermented product was filtered for its vinasse and it will be used as the feed of
hydrolysis recycle process. Result showed that yield of glucose increases as the increase of
sugarcane bagasse powder concentration, hydrolysis time and temperature. But, yield of glucose
increases from 1 until 1,5 hour of hydrolysis time and then decreases from 1,5 to 2 hour of
hydrolysis time. The highest yield of glucose (31,022%) was obtained at concentration 2,94%,
165 °C and 2 hours of hydrolysis time. Lignin and cellulose level fluctuated as the increasing of
hydrolysis temperature. This might be caused by the non-uniform composition by the raw
materials.

Keywords : bioethanol, sugarcane bagasse, vinasse, thermal hydrolysis, recycle vinasse

Pendahuluan
Kebutuhan energi nasional ditopang ke depan. Ketergantungan terhadap bahan
minyak bumi sekitar 51,66%, gas alam bakar fosil ini menjadi masalah besar dan
28,57% dan batubara 15,34%. Persediaan perlu solusi yang mendesak. Salah satu
bahan bakar tersebut kian waktu semakin langkah solusinya adalah memanfatkan
berkurang. Cadangan minyak bumi akan habis bioetanol lignoselulosa sebagai alternatif
sekitar 12 tahun lagi, gas 30 tahun dan batu pengganti [15].
bara masih bisa dimanfaatkan hingga 70 tahun

17
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

Produksi etanol dari biomassa adalah salah dengan struktur yang sangat kuat menjadi
satu cara untuk mengurangi baik konsumsi penghambat dalam konversi polisakaridanya
minyak mentah dan pencemaran lingkungan menjadi produk lain. Oleh karena itu banyak
[17]. Setiap hektar lahan tebu dapat riset dibidang biomass yang terus
menghasilkan 10 – 15 ton tetes tebu per hektar mengembangkan upaya untuk mendegradasi
atau 766 – 1150 liter etanol grade bahan bakar. lignin tersebut [16].
Luas tanaman tebu Indonesia tahun 2013 Salah satu tahapan pembuatan bioetanol
adalah 470.000 ha atau potensi maksimum adalah proses fermentasi yang melibatkan
mencapai 3,6 juta kl etanol [4]. Dalam proses Saccharomyces cerevisiae untuk mengubah
produksi di pabrik gula, ampas tebu (bagasse) glukosa menjadi etanol. Saccharomyces
dihasilkan sebesar 35-40% dari setiap tebu cerevisiae tumbuh sangat baik pada suhu 20-
yang diproses, gula yang termanfaatkan hanya 30 ºC dan pH antara 4,5 dan 5,5. Mengenai
5%, sisanya berupa tetes tebu (molase), kebutuhan oksigen, Saccharomyces cerevisiae
blotong dan air. Selama ini, produk utama merupakan mikroorganisme anaerob fakultatif
yang dihasilkan dari tebu adalah gula, dan umumnya tidak dapat tumbuh dengan baik
sementara buangan atau hasil samping yang di bawah kondisi benar-benar anaerobik. Hal
lain tidak begitu diperhatikan [7]. Tulisan ini ini karena oksigen diperlukan sebagai faktor
memaparkan hasil yield glukosa yang pertumbuhan untuk membran biosintesis,
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan baku, suhu khusus untuk biosintesis asam lemak
dan waktu hidrolisis, kadar lignin dan selulosa (misalnya, asam oleat) dan sterol misalnya,
hidrolisat serta yield glukosa hasil hidrolisis ergosterol [10].
recycle vinasse. Produk samping proses fermentasi
hidrolisat ampas tebu menghasilkan bioetanol
Teori terdiri dari 2 jenis, yaitu produk samping
Bioetanol pada dasarnya merupakan etanol berupa padatan dan cairan. Produk samping
yang diproduksi dari biomassa [14]. Bioetanol yang berupa cairan dihasilkan dari proses
dapat dengan mudah diproduksi dari bahan distilasi menggunakan rotary vacuum pump
bergula, berpati dan berserat. Tumbuhan yang sedangkan produk samping padatan dari
potensial untuk menghasilkan bioetanol adalah proses pemisahan ampas dengan cairan
tanaman yang memiliki kadar gula dan disebut vinasse.
karbohidrat tinggi, seperti: tebu, nira, sorgum, Secara umum proses pembuatan bioetanol
ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, pisang, terdiri dari 3 tahap, yaitu : tahap persiapan
jerami, bonggol jagung, dan kayu [23]. bahan baku (Pre-treatment), fermentasi dan
Etanol yang diproduksi dari bahan pemurnian. Perlakuan pendahulan pada
berlignoselulosa meliputi dua tahap reaksi. lignoselulosa dapat dilakukan secara fisikawi,
Tahap pertama adalah konversi selulosa kimiawi dan biologis [12]. Perlakuan
menjadi gula. Tahap kedua adalah produksi pretreatment (delignifikasi) secara fisika
etanol dari gula hasil konversi. Konversi antara lain berupa pencacahan secara mekanik,
selulosa menjadi gula dilakukan melalui reaksi penggilingan dan penepungan untuk
hidrolisis [5]. memperkecil ukuran bahan dan mengurangi
Bagasse merupakan residu padat pada kristalinitas bahan [8]. Proses pretreatment
proses pengolahan tebu menjadi gula, yang dilakukan untuk mengkondisikan bahan-bahan
sejauh ini masih belum banyak dimanfaatkan lignoselulosa baik dari segi struktur dan
menjadi produk yang mempunyai nilai tambah ukuran dengan memecah dan menghilangkan
(added value). Bagasse yang tergolong kandungan lignin dan hemiselulosa, merusak
biomassa sangat berpeluang untuk struktur kristal dari selulosa serta
dimanfaatkan menjadi sumber energi, meningkatkan porositas bahan [22]. Rusaknya
makanan ternak atau produk yang berbasis struktur kristal selulosa akan mempermudah
lignoselulosa seperti kertas, biogas, bioetanol terurainya selulosa menjadi glukosa. Selain itu,
dan lain-lain [16]. hemiselulosa akan turut terurai menjadi
Bahan lignoselulosa merupakan substrat senyawa gula sederhana (glukosa, galaktosa,
yang kompleks karena terdiri dari campuran manosa, heksosa, pentosa, xilosa dan
polimer karbohidrat (cellulose dan arabinosa) [18]. Proses pretreatment lanjutan
hemicellulose), lignin dan senyawa-senyawa dilakukan dengan hidrolisis termal. Dimana
yang larut dalam air (abu). Dari komponen pada hidrolisis termal digunakan tekanan dan
yang terpenting untuk dikonversi menjadi temperatur yang tinggi, untuk memisahkan
produk yang berbasis lignoselulosa adalah komponen organiknya, menghidrolisis
polisakaridanya. Namun faktanya lignin hemiselulosa dan mengubah sifat-sifat

18
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

selulosa dan lignin [9]. Pada hidrolisis termal Proses Hidrolisis Termal
digunakan medium pemanas berupa air. Sampel ampas tebu yang sudah melewati
Dengan penggunaan medium air tadi maka tahap pretreatment dicampur dengan akuades
korosi terhadap perangkat hidrolisis lebih dengan konsentrasi tepung ampas tebu
dapat diminimalisasi dibandingkan dengan masing-masing sebesar 2,94, 3,85 dan 4,76%
penggunaan asam. Jenis hidrolisis ini juga massa total 4000 gram. Kemudian dihidrolisis
hanya sedikit menghasilkan produk samping dengan menggunakan tangki hidrolisis yang
yang tidak diinginkan serta limbah yang sudah didesain khusus masing-masing pada
dihasilkan bersifat ramah lingkungan. suhu 135, 150 dan 165 °C selama 1, 1,5 dan 2
Keunggulan dari hidrolisis termal jam hingga menjadi berbentuk slurry. Setelah
dibandingkan dengan jenis hidrolisis lain proses hidrolisis selesai, tangki diangkat dan
adalah proses hidrolisis dengan perlakuan didinginkan mendadak untuk menghentikan
panas tidak memerlukan tahap lebih lanjut proses hidrolisis. Pendinginan mendadak
seperti tahap pemurnian, tidak perlu dilakukan dilakukan dengan cara memasukkan tangki ke
penyesuaian pH, maupun penggunaan katalis dalam ember yang berisi air keran hingga
[19]. suhunya menjadi sama dengan suhu ruangan.
Tahapan selanjutnya adalah proses
fermentasi yang berlangsung beberapa jam Proses Fermentasi
setelah semua bahan dimasukkan ke dalam Hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam
fermentor. Proses ini berjalan ditandai dengan tempat fermentasi dan ditambahkan ragi
keluarnya gelembung-gelembung udara kecil- sebanyak 5% dari massa substrat dan urea
kecil Gelembung-gelembung udara ini adalah sebanyak 0,05% dari massa yang akan
gas CO2 yang dihasilkan selama proses difermentasi. Fermentasi dilakukan pada suhu
fermentasi. Selama proses fermentasi ruangan selama 12 jam dalam keadaan
diusahakan agar suhu tidak melebihi 36°C dan anaerob.
pH nya dipertahankan 4.5 – 5. Proses
fermentasi berjalan kurang lebih selama 2 Proses Distilasi
sampai 3 hari [20]. Hasil fermentasi lalu dimurnikan melalui
Tahapan terakhir dalam pembuatan proses distilasi pada suhu 75°C dengan
bioetanol ini adalah proses pemurnian etanol, menggunakan rotary vacuum pump. Sisa hasil
dimana proses yang paling banyak digunakan distilasi disaring dan diambil padatannya
dalam dunia industri adalah proses distilasi. (vinasse). Sedangkan distilat ditampung lalu
Kadar etanol yang terhitung dari hasil distilasi diukur volume distilat, dan kadar bioetanol
sebenarnya lebih kecil dibandingkan kadar yang diperoleh.
etanol yang sebenarnya terkandung dalam
cairan fermentasi. Hal ini disebabkan karena Proses Recycle Vinasse
pengukuran kadar etanol dilakukan dengan Vinasse (produk samping fermentasi)
menggunakan metode distilasi [13]. Menurut dijadikan bahan baku untuk umpan hidrolisis
Amerine dan Ough [1], distilasi etanol akan pada suhu 150 oC selama 1,5 jam.
menyebabkan kehilangan etanol sebanyak 0,6-
1,5% (v/v). Prosedur Analisa
Hasil hidrolisis dianalisa kadar glukosa
Metodologi Penelitian dengan metode luff Schorrl [3] serta kadar
Bahan dan Peralatan Penelitian lignin dan selulosa dengan metode Chesson
Bahan yang digunakan adalah tepung [21].
ampas tebu dan akuades. Peralatan utama
yang digunakan adalah tangki hidrolisis dan Hasil dan Pembahasan
blender. Pengaruh Konsentrasi Tepung Ampas
Tebu terhadap Yield Glukosa
Persiapan Bahan Baku (Pretreatment) Gambar 1 memperlihatkan pengaruh
Ampas tebu disortasi, dipilih yang bagus konsentrasi bahan baku terhadap yield glukosa
kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. pada waktu hidrolisis 1, 1,5 dan 2 jam pada
Setelah kering, ampas tebu tersebut pembuatan bioetanol dari tepung ampas tebu.
dihancurkan dengan menggunakan blender
menjadi berbentuk powder. Tepung ampas
tebu lalu disimpan dalam wadah plastik yang
kedap udara agar bahan baku tidak
terkontaminasi.

19
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

25
Pada gambar 2 terlihat bahwa yield glukosa
20 yang diperoleh pada konsentrasi tepung ampas
Yield Glukosa (%)
tebu 2,94; 3,85 dan 4,76% dengan waktu
15 hidrolisis 1, 1,5 dan 2 jam semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya suhu hidrolisis.
10 Hasil ini sesuai dengan penelitian Sutjiadi,
Waktu Hidrolisis
1 jam dkk. [11], Mandagi, dkk. [19] dan Pratiwi, dkk.
5 1,5 jam [6]. Hal ini disebabkan oleh semakin
2 jam banyaknya monomer-monomer gula yang
0 terlepas dari ikatannya seiring meningkatnya
2 3 4 5
suhu maka perolehan yield glukosa pun
Konsentrasi Tepung Ampas Tebu (%) semakin tinggi.
Gambar 1. Pengaruh Konsentrasi Tepung
Pengujian Kadar Glukosa, Lignin Dan
Ampas Tebu terhadap Yield Glukosa
Selulosa Dengan Variasi Suhu Hidrolisis
Struktur dasar dari biomassa lignoselulosa
Pada gambar 1 terlihat bahwa yield terdiri dari 3 polimer utama yaitu selulosa
glukosa yang diperoleh pada suhu hidrolisis (C6H10O5)x, hemiselulosa seperti xylan
135, 150 dan 165 °C dengan waktu hidrolisis (C5H8O4)m dan lignin [C6H10O5.(OCH3)0,9-1,7]n
1, 1,5 dan 2 jam secara umum berfluktuasi. (17). Tabel 1 menunjukkan hasil pengujian
Perolehan yield glukosa cenderung turun pada yield glukosa, lignin dan selulosa pada
konsentrasi tepung ampas tebu 3,85% dan konsentrasi bahan baku 2,94% dan waktu
kemudian meningkat pada konsentrasi 4,76%. hidrolisis 1 jam serta tabel 2 menunjukkan
Penurunan yield glukosa juga terlihat pada hasil pengujian kadar glukosa, lignin dan
konsentrasi tepung ampas tebu 4,76% waktu selulosa bahan baku (tanpa hidrolisis) dan
hidrolisis 1,5 jam. Fluktuasi dan penurunan vinasse.
yield glukosa ini juga terlihat pada hasil
penelitian oleh Mandagi, dkk. [19] yang Tabel 1. Kadar Glukosa, Lignin dan Selulosa
meneliti tentang hidrolisis termal dengan dengan Variasi Suhu Hidrolisis
bahan baku eceng gondok serta Sutjiadi, dkk.
[11] yang meneliti tentang hidrolisis termal Tempe- Kadar Kadar Kadar
dengan bahan baku kertas bekas. Hal ini dapat ratur Lignin Selulosa Glukosa
(°C) (%) (%) (%)
disebabkan oleh ketidakstabilan kondisi
operasi dimana suhu tangki hidrolisis yang 135 12,57 52,75 1,48
selalu berubah sehingga sulit dicapai suhu 150 11,97 52,80 1,72
konstan yang diinginkan setiap menitnya. 165 21,09 50,18 4,14

Pengaruh Suhu Hidrolisis Terhadap Yield Tabel 2. Kadar Glukosa, Lignin dan Selulosa
dari Bahan Baku (Tanpa Hidrolisis) dan Vinasse
Glukosa
Gambar 2 memperlihatkan pengaruh suhu
Kadar Kadar Kadar
hidrolisis terhadap yield glukosa pada
Sampel Lignin Selulosa Glukosa
pembuatan bioetanol dari tepung ampas tebu.
(%) (%) (%)
Tanpa
16 9,24 43,83 -
Hidrolisis
14 Waktu Hidrolisis
Yield Glukosa (%)

Vinasse 24,78 52,98 1,94


12 1 jam
10 1,5 jam
8 2 jam Pada tabel 1 dan 2 terlihat bahwa kadar
6
lignin, selulosa dan glukosa berfluktuasi
4 seiring dengan meningkatnya temperatur
2 hidrolisis. Menurut Garrote, et al., proses
0 hidrolisis termal pada tekanan dan temperatur
100 120 140 160 180 tinggi akan menghidrolisis hemiselulosa serta
mengubah sifat selulosa dan lignin, namun
Suhu Hidrolisis (°C) hasil yang diperoleh berbeda. Hal ini
disebabkan oleh komposisi dari bahan baku
Gambar 2. Pengaruh Suhu Hidrolisis terhadap yang tidak seragam.
Yield Glukosa

20
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

Pengujian Kadar Glukosa Dengan Recycle sebelumnya mengenai kadar glukosa bahwa
Vinasse kadar glukosa meningkat seiring dengan
Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian meningkatnya suhu hidrolisis. Menurut
kadar glukosa hasil hidrolisis termal dengan pernyataan Walker [10], Saccharomyces
suhu 150 °C dan waktu 1,5 jam. cerevisiae merupakan mikroba bioetanol
dominan yang mampu memfermentasi gula
Tabel 3. Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Bahan utama (misalnya glukosa, fruktosa, sukrosa,
Baku dan Recycle Vinasse maltosa) sehingga perolehan kadar bioetanol
turut meningkat seiring dengan meningkatnya
Kadar yield glukosa
Sampel Glukosa
(%) Kesimpulan
Hasil Hidrolisis 2,94% 1,72 Adapun kesimpulan yang dapat diambil
Vinasse 1,94 dari penelitian ini adalah:
Hasil Hidrolisis Recycle 1. Perolehan yield glukosa yang diperoleh
1,06
Vinasse secara umum berfluktuasi namun pada
beberapa titik kadar glukosa yang
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar diperoleh meningkat seiring dengan
glukosa hasil recycle vinasse masih cukup meningkatnya konsentrasi tepung ampas
tinggi yaitu sebesar 61,63% dari kadar glukosa tebu (kepekatan bahan baku) dari 2,94
hasil hidrolisis bahan baku. Penelitian sampai 4,76%. Pada penelitian ini yield
Rusdianto [2] menyatakan hasil yang serupa glukosa tertinggi yang diperoleh pada
bahwa vinasse mempunyai potensi untuk konsentrasi tepung ampas tebu adalah
digunakan kembali sebagai bahan baku 4,76%.
pebuatan etanol karena sisa kandungan 2. Perolehan yield glukosa dan kadar
glukosa sebesar 15,62% dari kandungan bioetanol meningkat seiring dengan
glukosa awal untuk bahan baku ubi kayu. meningkatnya suhu hidrolisis dari 135 °C
sampai 165 °C dimana pada penelitian ini
Pengaruh Suhu Hidrolisis Terhadap Kadar yield glukosa dan kadar bioetanol tertinggi
Bioetanol diperoleh pada suhu hidrolisis 165 °C
Gambar 3 berikut memperlihatkan dengan waktu hidrolisis 2 jam.
pengaruh suhu hidrolisis terhadap perolehan 3. Vinasse dapat di-recycle dan dapat
kadar bioetanol pada pembuatan bioetanol dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku
dari tepung ampas tebu. hidrolisis karena masih memiliki
kandungan glukosa (1,94%) yang tidak
25% berbeda jauh dengan kandungan glukosa
pada bahan baku awal.
Kadar Bioetanol

20%

15%
Daftar Pustaka
[1] Amerine dan Ough, Methode of Analysis
10% Konsentrasi Tepung
of Must and Wines, A Wiley-
Ampas Tebu
Interscience Publication, New York,
5% 1979.
4,76%
0%
[2] Andrew Setiawan Rusdianto, Kajian
135 150 165 Proses Produksi Bioetanol Dari Ubi
Kayu Dengan Daur Ulang Vinasse
Suhu Hidrolisis (°C) Sebagai Umpan Balik Proses Fermentasi,
Gambar 3. Pengaruh Suhu Hidrolisis Tesis, Pasca sarjana IPB, Bogor, 2010.
terhadap Kadar Bioetanol pada Waktu [3] Badan Standar Nasional, Cara Uji Gula,
Hidrolisis 2 jam SNI 01-2892, Jakarta, 1992.
[4] BPPT, Outlook Energi Indonesia 2014,
Pada gambar 3 terlihat bahwa kadar Jakarta, 2014, p. 98-99.
bioetanol yang diperoleh pada konsentrasi [5] Broto, S. Kardono, Teknologi Pembuatan
tepung ampas tebu 4,76% dengan waktu Etanol Berbasis Lignoselulosa
hidrolisis 2 jam semakin meningkat seiring Tumbuhan Tropis untuk Produksi
dengan meningkatnya suhu hidrolisis. Hal ini Biogasoline. Laporan Akhir, Program
sesuai dengan pembahasan mengenai kadar Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI,
glukosa yang telah dipaparkan pada bagian Serpong, 2010.

21
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 3 (September 2015)

[6] Dyah Pratiwi M., Dahlia Qadari, Nurul Perancangan Produk Jurusan Teknik
Utami SM, Potensi Pembuatan Etanol Kimia, Fakultas Teknik UI, Depok, 2005.
dari Eceng Gondok Melalui Proses [17] Mustafa Balat, Havva Balat, Cahide Oz,
Hidrothermal, Tugas Akhir, Politeknik Progress in Bioethanol Processing, 34:
Negeri Ujung Pandang, Makassar, 2013. 551-573, 2008.
[7] Erni Misran, Industri Tebu Menuju Zero [18] N. Mosier, et al.,. Hendrickson. Features
Waste Industry, Jurnal Teknologi Proses, of Promising Technologies for
ISSN 1412-7814, 4(2) : 6-10, 2005. Pretreatment of Lignocellulosic Biomass,
[8] Euis Hermiati, dkk., Pemanfaatan Bioresource Technology, 96: 6673-686,
Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu 2005.
untuk Produksi Bioetanol, Jurnal [19] Reza Mandagi, Yoke Anugerah dan
Litbang Pertanian, 29 (4) : hal. 121-130, Buana Girisuta, Optimasi Proses
2010. Perlakuan Awal dalam Menyingkap
[9] G. Garrote, H. Dominguez, J.C. Parajo, Fraksi Hemiselulosa Eceng Gondok
Hydrothermal Processing of Menggunakan Metode Hidrolisis Termal,
Lignucellulosic Materials, Holz als Roh Prosiding Seminar Nasional Teknik
–und Werksoff, 57 : 191- 202, 1999. Kimia “Kejuangan” Universitas Katolik
[10] Graeme M. Walker, Bioethanol : Science Parahyangan, Bandung, ISSN 1693-4393,
and Technology of Fuel Alcohol, Systool 2010.
Software, Scotlandia, 2010. [20] Sri Komarayati, Gusmailina. Prospek
[11] Henry Andrian Sutjiadi, Henry Bioetanol Sebagai Pengganti Minyak
Hardosubroto, Buana Girisuta, Tanah. Pusat Penelitian dan
Optimisasi Proses Hidrolisis Kertas Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Hidrolisis Kertas Bekas dengan Review, 2010.
Menggunakan Metode Hidrolisis Termal, [21] Widya, Pertumbuhan, Kandungan
Prosiding Seminar Nasional Teknik Selulosa dan Lignin pada Rami
Kimia “Kejuangan”Universitas Katolik (Boehmeria nivea L. Gaudich) dengan
Parahyangan, Bandung, ISSN 1693-4393, Pemberian Asam Giberelat (GA3), Jurnal,
2010. ISSN : 1412-033, 9(4) : hal. 269-274,
[12] Ida Bagus Wayan Gunam, dkk., 2008.
Delignifikasi Ampas Tebu dengan [22] Ye Sun, Jiayang Cheng, Hydrolysis of
Larutan Natrium Hidroksida Sebelum lignocellulosic materials for ethanol
Proses Sakarifikasi Secara Enzimatis production: a review, Bioresource
Menggunakan Enzim Selulase Kasar dari Technology, 83 : 1-11, 2002.
Aspergillus niger FNU 6018, Jurnal [23] Yurida Tri Wijayanti. Pembuatan
Teknologi, 34 (2011), p. 24-32. Bioetanol dari Buah Salak dengan Proses
[13] Isra Dharma Suyandra, Pemanfaatan Fermentasi dan Distilasi, Tugas Akhir,
Hidrolisat Pati Sagu (Metroxylon sp.) Program Diploma, Universitas
sebagai Sumber Karbon Pada Fermentasi Diponegoro, Semarang, 2011.
Etanol oleh Saccharomyces cerevisisae,
Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2007.
[14] J.D. McMillan, Enzymatic Conversion of
Biomass for Fuels Production, American
Chemical Society, Washington DC, 1994
p. 292–324.
[15] Kementrian Riset dan Teknologi
Pemanfaatan Bioetanol Untuk
Kebutuhan Energi Indonesia, RISTEK,
http://www.ristek.go.id, diakses pada 02
Mei 2012.
[16] Muhammad Samsuri, Bambang Prasetya
dan Misri Gozan, Lignin Biodegradasi
pada Bagasse oleh Jamur Pelapuk Putih
(White Rot Fungi) dan Potensi
Pemanfaatannya menjadi Senyawa
Berbasis Lignoselulosa, Laporan

22

You might also like