You are on page 1of 17

KAMIS, 21 APRIL 2011

Industri Pembuatan Sabun dan Deterjen

A. SABUN

Pengenalan Sabun

Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang. Larutan

alkali yang digunakan dalam pembuatan abun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan

alkali yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan

alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor

lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali

membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak

nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.

Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang

bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk

pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.

Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun.

Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli

dan menggunakannya.

Macam-macam Sabun

a. Shaving Cream

Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran minyak

kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

b. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta

menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin

atau alkohol.

c. Sabun kesehatan

Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang rendah,

tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang

digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan

sulfur.

d. Sabun Chip

Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun yaitu

sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip
dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau

menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

e. Sabun Bubuk untuk mencuci

Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dr y-m ixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-

macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat,

dan lain-lain.

. Bahan Baku Pembuatan Sabun

a. Bahan Baku: Minyak/Lemak

Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada

proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau

lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang.

Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud

padat.

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang

umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang

rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12

akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun

menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat,

linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada

keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan
rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki

ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada

temperatur tinggi.

b. Bahan Baku: Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3,

NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri

sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH

banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.

Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan

asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan

untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air,

mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines

dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum

digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran

alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan

sabun dengan keunggulan tertentu.

c. Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil

saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang

siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
v NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada

produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat

memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau

padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.

v Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk

mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut

antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

Metode-metode Pembuatan Sabun

Pada proses pembuatan sabun, digunakan metode-metode untuk menghasilkan sabun yang

berkualitas dan bagus. Beberapa metode pembuatan sabun, yaitu:

a. Metode Batch

Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih

dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk

mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali

dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang

bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan

dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk

mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan

mengapung.
Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang

murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan

sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun

mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan

melarutkan udara di dalamnya).

b. Metode Kontinu

Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang. lemak atau minyak dihidrolisis dengan air

pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak

dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang

terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini

kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

5.

Pembuatan Sabun dalam Industri

a. Saponifikasi Lemak Netral

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur.

Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu dimana

pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan

suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan

trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :


Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin

NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)

Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul

Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan kuantitas

komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave, yangt beroperasi pada temperatur dan

tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan

autoclave. Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian

dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali

yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci

untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator

sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM)

dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran

(78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.

b. Pengeringan Sabun

Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang umumnya

dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35% pada

sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis vakumspray dryer,

dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses

pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni

melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian

luar pipa.
Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan

dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk

lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun

yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer sistem tunggal.

c. Netralisasi Asam Lemak

Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat

daripada reaksi trigliserida dengan alkali.

RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak dapat

dihitung sebagai berikut :

NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak

Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan

persamaan :

MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV

Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 1

gram asam lemak

d. Penyempurnaan Sabun

Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna,

parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator). Campuran sabun ini klemudian
diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang

homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong

dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak

melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang

diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan

tahap akhir.

Cara Kerja Sabun

Keadaan kotor yang kita jumpai saat membuat sabun berbeda sekali dengan kegunaan sabun

yang tiada bandingnya untuk membersihkan kotoran. Sekilas sabun adalah bahan ajaib yang bisa

membersihkan segala kotoran, dia bisa membedakan yang mana yang kotoran dan yang mana

yang bukan. Dia juga bisa menyatukan/membawa sekaligus air dan kotoran yang dilekatkan oleh

badan kita dengan keringat yang mengandung minyak, padahal kita tahu bahwa air dan minyak

tidak mungkin bersatu. Tapi bahab ajaib itu sebenarnya tidak ada. Untuk mengetahui cara

kerjanya kita harus melihat dulu susunan molekul sabun.

Molekul sabun terdiri dari bagian yang disebut ekor dan kepala. Ekor sabun terdiri dari bahan

minyak dan kepala sabun terdiri dari bahan air (lihat bahan pembuat sabun). Karena ekor sabun

terdiri dari minyak, maka ekor sabun akan bisa menyatu dengan kotoran yang terdiri dari minyak

juga. Sementara itu kepala sabun yang terdiri dari air akan melekat dengan molekul air. Itulah

sebabnya sabun bisa membawa minyak dan air sekaligus.


8.

B. DETERJEN

1. Pengenalan Deterjen

Deterjen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,

terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau

bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan

tambahan. Konstituen bahan aktif adalah berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari

surface active agents, yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di

antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan

pemerataan. Adapun konstituen tambahan dapat berupa pembangun, zat pengisi, zat pendorong,

diantaranya adalah : Garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat,

dan metil paraben.

Deterjen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal dari lemak

trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan katalis. Setelah itu,

direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses produksinya yang mahal, maka

penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.

Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena sulfonat (ABS).

Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena molekul ABS ini

tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air

tanah. Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai sehingga sinar matahari tidak

bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi mati dan sungai

menjadi tercemar.
Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS). Detergen ini

memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga tidak

menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan yaitu dapat

membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun.

Deterjen yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat Indonesia

merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi dari perusahaan luar negeri.

2. Bahan Baku Pembuatan Deterjen

a. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda

yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan

tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan

bahan, meningkatkan daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi,

mengendorkan dan mengangkat kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah

terlepas. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:

v Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), dan Alpha

Olein Sulfonate (AOS)

v Kationik : Garam Ammonium

v Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle


v Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

b. Builder

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara

menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

v Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia memberikan

perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan kotoran serta penyebaran

(dispersion).

Juga sebagai bahan bantu pada proses terbaik semasa pembuatan detergen seperti penyerapan

surfaktan cair dan pengikatan air bebas.

Fosfat yang paling lazim digunakan dalam aplikasi detergen adalah garam sodium dan potassium

pirofosfat dan tripolifosfat.

v Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)

v Silikat : Zeolit

v Sitrat : Asam Sitrat

c. Filler

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan

meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah sodium karbonat.

Sodium karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya adalah untuk kekerasan air
(melalui pemendakan), sumber kealkalian, pengisi (filler), pembawa dan bahan bantu

pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.

d. Aditif

Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya

pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.

Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks,

Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

3. Jenis-jenis Deterjen

Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen dikelompokkan menjadi :

a. Deterjen anionik (DAI)

Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan alkali. Deterjen

ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air. Biasanya

digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari deterjen anionik adalah :

· Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat

· Alkil aril sulfonat

· Olefin sulfat dan sulfonat

b. Deterjen kationik
Merupakan deterjen yang mengandung surfaktan kationik. Deterjen ini akan berubah menjadi

partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya digunakan pada pelembut

(softener). Selama proses pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi bahan-bahan yang

mengganggu dihilangkan dengan asam kuat untuk netralisasi. Agen aktif permukaan kationik

mengandung kation rantai panjang yang memiliki sifat aktif pada permukaannya. Kelompok

utama dari deterjen kationik adalah :

· Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)

· Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18 atom karbon)

· Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18 atom C)

· Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl

c. Deterjen nonionik

Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam dan basanya

merupakan molekul yang sama. Deterjen ini tidak akan berubah menjadi partikel bermuatan

apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air sadah dan dapat mencuci dengan

baik hampir semua jenis kotoran. Kelompok utama dari deterjen nonionik adalah :

· Etilen oksida atau propilen oksida

· Polimer polioksistilen

HO(CH2CH2O)a(CHCH2O)b(CH2CH2O)cH CH3

CH3
· Alkil amida

HOCHCH3NH2-HOOCC17O38 R

d. Deterjen Amfoterik

Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen ini dapat berubah

menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada pH air yang digunakan. Biasanya

digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga. Kelompok utama dari deterjen ini adalah :

Natrium lauril sarkosilat ( CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natrium mirazol.

Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Detergen jenis keras

Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang

akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.

Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).

ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini adalah dengan

mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi

ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena, maka persamaan

reaksinya adalah:

C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)


Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil

Benzena Sulfonat

b. Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh

mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .

Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).

Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat

menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:

C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan

Natrium Lauril Sulfat.

4. Pembuatan Deterjen

Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena mengandung inti dengan

satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau

fenol. Alkil benzena yang biasa digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena).

Pembuatan deodecil benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena

(C12H24) dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel-

Craft. Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat

degradasi biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.

5.
DAFTAR PUSTAKA

· Anonim. 2000. The Way Al Makes Soap. [Online].

http://waltonfeed.com/old/soap/soap.html

· Ismunandar. 2003. Panduan Memilih Deterjen. [Online]. Tersedia:

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0703/24/cakrawala/lainnya.htm

· Anonim. 2006. Surfactant. [Online]. Tersedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Surfactant#column-one

· Standar Nasional Indonesia. 1994. 06-3532-1994. Standar Mutu Sabun Mandi. Jakarta:

Dewan Standardisasi Nasional.

· Poermono A. 2002. Membuat Sabun Colek: Skala Kecil, Skala Menengah. Jakarta:

Penerbit Penebar Swadaya.

· Bailey AE. 1950. Industrial Oil and Fat Product. New York: Intersholastic Publishing Inc.

http://kimiadankehidupan.blogspot.co.id/2011/04/industri-pembuatan-sabun-dan-

deterjen_21.html

You might also like