You are on page 1of 7

BLOK MEDICAL EMERGENCY

RESUME
ROLE PLAY
“Syok dan Synkop”

Dosen Pembimbing :
drg. Rizka Hidayati

Disusun Oleh :
Abiyyu Widya Pratama
G1G014036

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDRIMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2018
Kasus 1

1. Definisi
Syok anafilaktik adalah kondisi dimana pasien mengalami reaksi alergi dalam waktu
singkat yang memiliki tingkat kematian tinggi (Sampson et al, 2006) beberapa diantaranya
memiliki ciri – ciri seperti tekanan darah yang turun tajam , urtikaria dan kesulitan bernafas
dan pada umumnya diakibatkan oleh eksposure dari benda asing atau medikasi yang tidak
cocok (Tintinalli, 2010)
2. Etiologi
Menurut Lee dan Vadas (2011) terdapat 4 alergen dasar yaitu makanan , medikasi , racun
dan faktor resiko. Pada makanan terdapat beberapa jenis yang kebanyakan orang memiliki
sifat alergi seperti kerang , susu , ayam , telur dan masih banyak yang lainnya. Pada
medikasi seluruh medikasi memiliki potensi untuk menyebabkan syok anafilaktik maka
dari itu perlunya proses diagnosis yang adekuat untuk menghindari hal – hal ini. Untuk
racun pada umumnya disebabkan oleh allergen berupa serangga yang pada sebagian orang
tidak dapat mentolerir zat – zat yang dihasilkan oleh hewan – hewan tersebut sehingga
menyebabkan syok anafilaktik. Untuk faktor resiko pada seseorang yang memiliki riwayat
asma , eksim atau rhinitis yang disebabkan oleh alergi memiliki kemungkinan 60 % rawan
terhadap makanan , latex dan alat – alat radiologi yang dapat menyebabkan syok
anafilaktik.
3. Patofisiologi
a. Immunologi
Pada mekanisme immunologi IgE mengikat antigen yaitu material yang
menyebabkan reaksi alergi. Dan setelah itu IgE yang terikat antigen mengaktifkan
reseptor pada sel mast dan basofil sehinga mengeluarkan mediator inflamasi yaitu
histamin. Mediator inflamasi ini pada akhirnya akan menyebabkan otot paru – paru
berkonstriksi , pembuluh darah mengalami vasodilatasi dan otot jantung mengalami
depresi (Khan dan Kemp, 2011).
b. Non – immunologi
Mekanisme ini didorong oleh substansi yang secara langsung menyebabkan sel
mast dan basofil mengalami degranulasi
4. Manifestasi Klinis
 Angioedema pada kulit
 Urtikaria
 Stridor dan nafas pendek
 Kerja jantung cepat karena tekanan darah rendah
 Sakit otot perut
 Diare
 Muntah
 Pusing hingga kesadaran turun
(Tintinalli, 2010)

5. Pemeriksaan Subjektif
 CC
Pasien mengalami keluhan sakit sisa akar gigi dibagian belakang kanan bawah
 PI
Pasien merasakan nyeri pada sisa akar gigi tersebut
 PMH
Tensi Normal 120mmHg/90mmHg
 PDH
Sebelumnya gigi telah dicabut namun meninggalkan akar gigi
 FH
Tidak ada keterangan
 SH
Tidak ada keterangan
6. Pemeriksaan Objektif
 Intra Oral
Terdapat radix pada area belakang kanan
 Ekstra Oral
Tidak ada keterangan
7. Diagnosis
Radix gigi belakang kanan bawah
8. Tata Laksana
Dilakukan pencabutan pada radix tersebut diawali dengan anestesi Blok mandibula lalu
dilakukan ekstraksi radix tersebut

Ketika proses pemberian anestesi dokter mengecek kondisi pasien apakah terdapat keluhan
pasca anestesi. Rupanya setelah dilakukan anestesi pasien mengalami pusing, kesadaran
mulai turun dan lemas. Dokter lalu bertindak beberapa langkah untuk menentukan
diagnosis pasien pasca anestesi dan bagaimana tata laksananya.
9. Diagnosis pasca kejadian
Diagnosisnya adalah pasien mengalami syok anafilaktik ini ditandai dengan waktu
munculnya syok. Syok terjadi pasca anestesi blok sehingga kemungkinan besar pasien
mengalami syok anafilaktik.
10. Tata Laksana pasca kejadian
 Melakukan Initial Assessment
 CAB(Circulation Airway Breathing)
 Cek nadi terlebih dahulu bersamaan dengan nafas
 Bebaskan Airway bila ada hambatan
 Longgarkan pakaian pasien dan benda – benda lainnya yang memiliki potensi mengikat
tubuh
 Pastikan Tensi juga disiapkan untuk memonitor pasien
 Berikan O2 3L
 Injeksikan adrenalin atau epinephrine (denadril dipenidamin) secara Intra Muskular 0,3
hingga 0,5 mg tiap 5 – 15 menit. Untuk intra vena berikan 0,1 hingga 0,15 mg dengan
rentang waktu sama
 Cek tensi pasien
 Lakukan pengecekan Glasgow Comma Scale
 Apabila tidak ada respon dapat dilakukan pemberian adrenalin kembali dengan dosis
sedikit ditinggikan asalkan sesuai kaidah dengan maksimum 1 mg\kgbb pasien
 Setelah sadar maka langsung bawa ke rumah sakit
 Dianjurkan untuk pasien agar dirawat inap 1 hari untuk kontrol syok lebih baik
11. Penyebab
Ada beberapa hal yang perlu di pelajari pada kasus ini yaitu adalah kondisi pasien terancam
jiwanya, agar tidak terjadi hal – hal seperti ini perlu diperhatika sejak dari pemeriksana
subjektif awal bahwa pemeriksaan subjektif awal haruslah adekuat sehingga tidak terdapat
kesalahan ketika proses penatalaksanaan dalam kasus. Dari kasus kemungkinan besar
penyebab dari syok yang terjadi pada pasien adalah alergi terhadap obat anastetikum
karena pada awal pemeriksaan tidak ditanyakan oleh dokter kepada pasien. Hal ini
tersimpulkan sedemikian rupa karena pasien memiliki tensi normal dan tidak ada riwayat
penyakit apapun.

Kasus 2

1. Definisi
Secara umum lebih dikenal sebagai pingsan merupakan kondisi dimana seseorang
mengalami kehilangan kesadaran dengan durasi pendek dan dapat sembuh dengan cepat
(Peeters et al, 2014)
2. Etiologi
Menurut Peeters et al (2014) penyebab dari syncope cukup banyak dapat bersifat tidak
berbahaya hingga sangat berbahaya mengancam jiwa namun syncope yang umum terjadi
diakibatkan kurangnya oksigen yang mengalir ke dalam otak dan darah mengalir rendah di
otak.
3. Pemeriksaan Subjektif
 CC
Pasien ingin mencabut gigi belakang kanan bawahnya yang berlubang
 PI
Pasien merasa tidak nyaman dengan gigi nya tersebut
 PMH
Tensi Normal 120mmHg/90mmHg
 PDH
Tidak ada keterangan
 FH
Tidak ada keterangan
 SH
Tidak ada keterangan
4. Pemeriksaan Objektif
 Intra Oral
Terdapat lubang berukuran besar di bagian bawah belakang
 Ekstra Oral
Tidak ada keterangan
5. Diagnosis
Pulpitis Irreversible
6. Tata Laksana
Dilakukan anestesi blok mandibula dan setelah itu dilakukan ekstraksi gigi belakang bawah
Sebelum dilakukan prosedur anestesi rupanya pasien mendadak jatuh seketika tidak
sadarkan diri. Setelah itu dokter melakukan beberapa tahapan untuk menentukan kondisi
pasien apakah kondisi pasien mengancam jiwa atau tidak
7. Diagnosis pasca kejadian
Pasien diduga mengalami synkop dikarenakan pasien belum dilakukan tindakan apapun
oleh dokter. Dokter baru saja menyelesaikan penjelasan kepada pasien. Oleh karena itu
pasien diduga synkop.
8. Tata Laksana pasca kejadian
 Posisikan pasien supine
 Cek apakah terdapat nadi aktif dan apakah pernafasan dari pasien baik
 Longgarkan baju pasien dan benda – benda yang mengikat pasien
 Berikan pasien Oksigenasi 5 L setiap menit
 Sebelum itu dapat juga diberikan aroma yang menyengat
9. Penyebab
Pasien kemungkinan besar mengalami kepanikan atau ketakutan dengan jarum suntik atau
prosedur – prosedur yang akan dilakukan yang telah dijelaskan oleh dokter sehingga pasien
merasa tidak nyaman dan terjadilah synkop.
DAFTAR PUSTAKA

Khan, BQ; Kemp, SF , 2011, Pathophysiology of anaphylaxis, Allergy and Clinical Immunology,
Vol 11 (4): 319–25.
Lee, JK; Vadas, P , 2011, Anaphylaxis: mechanisms and management, Clinical and Experimental
Allergy, Vol 41 (7): 923–38.

Peeters, SY; Hoek, AE; Mollink, SM; Huff, JS, 2014, Syncope: risk stratification and clinical
decision making. Emergency medicine practice, Vol 16 (4): 1–22

Sampson HA, Muñoz-Furlong A, Campbell RL, et al., 2006, Second symposium on the definition
and management of anaphylaxis: summary report—Second National Institute of Allergy and
Infectious Disease/Food Allergy and Anaphylaxis Network symposium. The Journal of
Allergy and Clinical Immunology, Vol. 117 (2): 391–7.

Tintinalli, Judith E. , 2010 , Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide (Emergency


Medicine (Tintinalli)), New York: McGraw-Hill Companies.

You might also like