You are on page 1of 16

Nama : MARCO YACOB TUMIWAN

NIM : 15504062
Sem/Kelas : VA Matematika
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik Dan Psikis Pendidikan

Cognition And Motivation / Kognisi Dan Motivasi

A. Kognisi dan belajar


1. Kognisi
a. Pengertian Kognisi
1. Pengertian Kognisi Secara Etimologi
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui.
Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau
kemampuan untuk memperoleh pengetahuan[1].
2. Pengertian Kognisi Secara Terminologi
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari
proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah gejala
bagaimana cara manusia memberi arti pada rangsangan.

b. Teori Psikologi Kognisi


Menurut para ahli, teori psikologi kognisi dapat dikatakan berawal dari
pandangan psikologi Gestalt di Jerman. Mereka berpendapat bahwa dalam meresepsi
lingkungannya, manusia tidak sekedar mengendalikan diri pada apa yang diterima
dari penginderaannya, tetapi masukan dari penginderaan itu diatur, saling
dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal
dari suatu perilaku.[2]
Pandangan teori kognisi menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak
lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam
lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk kedalam kognisi manusia.

c. Gejala-Gejala dari Pengenalan (Kognisi)


Kognisi dipahami sebagai prosesmental karena kognisi mencerminkan pemikiran
dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur
secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati.
Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-10, atau kemampuan untuk
menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk
diimitasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka
berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia.
Gejala-gejala kognisi meliputi :
1) Pengamatan
Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu
proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomenaberdasarkan pengetahuan dan gagasanyang
sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi
yangdibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian[3].
Proses-proses pengamatan adalah sebagai berikut:
a. Penglihatan
b. Pendengaran.
c. Rabaan
d. Pembauan(penciuman)
e. Pengecapan
Agar orientasi pengamatan dapat berhasil dengan baik, diperlukan aspek
pengaturan terhadap objek yang diamati, yaitu:
a. Aspek ruang.
b. Aspek waktu
c. Aspek gestal.
d. Aspek arti.

2) Tanggapan
Yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan
pengamatan.
Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
b. Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan
c. Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (mengimajinasikan)
Perbedaan Pengamatan dan Tanggapan
a. Pengamatan terikat pada tampat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak
terikat pada wakyu dan tempat.
b. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek tanggapan tidak
mendetail dan kabur.
c. Pengamatan memerlukan stinulis, sedang tanggapan tidak perlu.
d. Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan tanggapan bersifat imajenir.
3) Ingatan
Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan
pengalaman masa lalunya dan menggunakannya sebagai sumber informasi saat
ini. Proses dari mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan
dan memanggil kembali informasi tersebut.
Pada dasarnya ingatan dapat dibagi dua kategori yaitu :
a. Ingatan eksplisit
Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan
ingatan otobiografi.
b. Ingatan implisit
Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan
prosedural,pengkondisian rangsang - respon.

4) Fantasi
Fantasi dapat dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk
berorientasi dalam alam imajinasi melampaui dunia riil.
Ada beberapa macam sifat fantasi yaitu, Fantasi bersifat mengabstraksikan, kalau
dalam berfantasi itu ada bagian-bagian yang dihilangkan. Fantasi bersifat
mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu sudah ada semacam skema tertentu,
lalu diisi dengan gambaran lain. Fantasi bersifat mengkombinasikan kalau
menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu dengan yang lainnya.

5) Berpikir
Berfikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan dengan proses atau
jalannya. Proses jalannya berfikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu:
a. Pembentukan pengertian.
b. Pembentukan pendapat
c. Penarikan kesimpulan
d. Psikologi Fikir

6) Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui
penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba datang
dan diluar kesadaran. Misalnya, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk
membaca sebuah buku, ternyata, didalam buku itu ditemukan keterangan yang
dicari-carinya selama bertahun-tahun[4].

d. Fungsi-Fungsi Kognisi
1) Atensi dan kesadaran
Atensi adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah
besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan
dan proses kognitif lainnya. Atensi terbagi menjadi atensi terpilih (selective
attention)dan atensi terbagi (divided attention). Kesadaran meliputi perasaan
sadar maupun hal yang disadari yang mungkin merupakan fokus dari atensi.
2) Persepsi
Persepsi adalah rangkaian proses pada saat mengenali, mengatur dan memahami
sensasi dari panca indera yang diterima dari rangsang lingkungan. Dalam kognisi
rangsang visual memegang peranan penting dalam membentuk persepsi. Proses
kognif biasanya dimulai dari persepsi yang menyediakan data untuk diolah oleh
kognisi.
3) Ingatan
Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan pengalaman
masa lalunya dan menggunakan hal tersebut sebagai sumber informasi saat ini.
Proses dari mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan
memanggil kembali informasi tersebut. Ingatan terbagi dua menjadi ingatan
implisit dan eksplisit. Proses tradisional dari mengingat melalui pendataan
penginderaan, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
4) Bahasa
Bahasa adalah menggunakan pemahaman terhadap kombinasi kata dengan tujuan
untuk berkomunikasi. Adanya bahasa membantu manusia untuk berkomunikasi
dan menggunakan simbol untuk berpikir hal-hal yang abstrak dan tidak diperoleh
melalui penginderaan. Dalam mempelajari interaksi pemikiran manusia dan
bahasa dikembangkanlah cabang ilmu psikolinguistik
5) Pemecahan masalah dan kreativitas
Pemecahan masalah adalah upaya untuk mengatasi hambatan yang menghalangi
terselesaikannya suatu masalah atau tugas. Upaya ini melibatkan
proses kreativitas yang menghasilkan suatu jalan penyelesaian masalah yang
orisinil dan berguna.
6) Pengambilan keputusan dan penalaran
Dalam melakukan pengambilan keputusan manusia selalu
mempertimbangkan penilaian yang dimilikinya. Misalnya seseorang membeli
motor berwarna merah karena kepentingan mobilitasnya, dan kesenangannya
terhadap warna merah. Proses dari pengambilan keputusan ini melibatkan banyak
pilihan. Untuk itu manusia menggunakan penalaran untuk mengambil
keputusan. penalaran adalah proses evaluasi dengan menggunakan pembayangan
dari prinsip-prinsip yang ada dan fakta-fakta yang tersedia. Penalaran dibagi
menjadi dua jenis yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif
2. Belajar
a. Definisi Belajar

Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan


perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar menurut


Slameto (1995) adalah :
1. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu,
perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak
sadar tidak termasuk dalam pengertian belajar.

2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional


Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung
secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan
atau bagi proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis,
maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat
menulis. Perubahan ini akan berlangsung terus sampai kecakapan menulisnya
menjadi indah dan sempurna, dapat menulis dengan berbagai alat tulis, dan dapat
menulis untuk berbagai tujuan.

3. Perubahan bersifat positif dan aktif


Dalam perilaku belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan maka makin baik dan makin
banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat aktif, ini
berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha
individu sendiri. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku karena proses
kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam tidak
termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

4. Perubahan bukan bersifat sementara


Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya
kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang
begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau
terus dipergunakan atau dilatih.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah


Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-
benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah
menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik. Dengan
demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku
yang ditetapkannya.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku


Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai
hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara meyeluruh dalam
sikap, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut Slameto (1995) ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedang faktor eksternadalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor intern meliputi : faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah
meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orangtua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orangtua, dan latarbelakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar
meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.

Ditinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar pendekatan


belajar siswa menurut hasil penelitian Biggs (1991), yaitu :
1. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah). Yaitu kecenderungan belajar siswa
karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau belajar karena takut tidak
lulus ujian sehingga dimarahi orangtua. Oleh karena itu gaya belajarnya santai, asal hafal,
dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

2. Pendekatan deep (mendalam). Yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya


dorongan dari dalam (intrinsik), misalnya mau belajar karena memang tertarik pada
materi dan merasa membutuhkannya.Oleh karena itu gaya belajarnya serius dan berusaha
memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi). Yaitu kecenderungan belajar siswa


karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego enhancement yaitu ambisi pribadi yang
besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-
tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa yang menggunakan
pendekatan belajar lainnya. Terdapat kestrampilan belajar yang baik dalam arti memiliki
kemampuan tinggi dalam mengatur ruang kerja, membagi waktu dan menggunakannya
secara efisien, serta memiliki ketrampilan tinggi dalam penelaahan silabus. Disamping itu
siswa dengan pendekatan ini juga sangat disiplin, rapi, sistematis, memiliki perencanaan
ke depan (plans ahead), dan memiliki dorongan berkompetisi tinggi secara positif.

B. Transfer Pemecahan Masalah


Transfer terjadi ketika seseorang menerapkan pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya pada pembelajaran atau pemecahan masalah dalam situasi baru.
Ada beberapa jenis transfer, antara lain;
1. Transfer dekat. Transfer pembelajaran ke sebuah situasi yang serupa pembelajaran awal.
2. Transfer jauh. Transfer pembelajaran ke situasi yang berbeda jauh dari pembelajaran
awal.
3. Transfer low-road. Transfer pembelajaran ke situasi lain secara otomatis dan seringkali
secara tidak sadar.
4. Transfer high-road. Transfer pembelajaran dari satu situasi ke situasi lain yang dilakukan
secara sadar dan disertai usaha.
5. Transfer forward-reaching. Transfer pembelajaran yang melibatkan pemikiran mengenai
bagaimana menerapkan apa yang telah dipelajari ke situasi baru di masa depan
6. Transfer backward-reaching. Transfer pembelajaran dengan melihat situasi sebelumnya
mengenai informasi yang akan membantu memecahkan maslah sebuah konteks baru.

C. Teori dan prinsip motivasi

Teori-teori Motivasi
1. Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia
memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis
dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah
kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi
sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting;
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan
serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

2. Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)


Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
1) Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik),
2) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang
termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb
(faktor intrinsik).

3. Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR


Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif),
Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman
untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan
kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan
bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada
sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

4. Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )


Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa
seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya,
sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi
rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi
rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

5. Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal
penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-
nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur).

6. Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)


Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan
manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan
(growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan
bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia
akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu
dan dari situasi ke situasi.
7. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya;
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi;
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku


Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan
perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.Contoh yang
sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan
baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian
tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut
menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih
tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya,
misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin
bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di
kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat
teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner.
Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku
pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada
waktunya di tempat tugas.

Prinsip-prinsip Motivasi
Adapun prinsip-prinsip motivasi itu adalah sebagai berikut:

1) Jaminan upah minimum

Jaminan upah minimum merupakan suatu hasil yang diberikan oleh pihak manajemen,
karena biasanya para pekerja selalu bekerja untuk memperoleh upah secara teratur dan
tetap. Tidak seorangpun yang ingin berada dalam keadaan tidak menentu mengenai
penghasilannya. Selain itu, upah minimum juga untuk menghindari perbedaan upah yang
terlalu rendah dan tidak wajar.

2) Ketetapan dalam pemberian kompensasi

Ketetapan ini mempunyai efek psikologis, karena para pekerja tidak perlu menunggu
bukti dari hasil kerja tambahan. Kegairahan kerja para pekerja dihargai sekalipun belum
menghasilkan sesuatu yang konkrit.

3) Bekerjanya sistem motivasi menunjukkan keterbukaan dari manajemen.

Dengan adanya keterbukaan dari manajemen untuk kompensasi tambahan harus dianggap
sebagai hak untuk mendapatkan penghasilan dan bukan sebagai hadiah atau kebaikan dari
perusahaan yang mungkin dapat diambil kembali oleh perusahaan jika dikehendaki.

4) Motivasi harus dirumuskan hati-hati.

Hal ini untuk menghilangkan kemungkinan adanya pertolongan atau pengurangan upah.
Perusahaan yang memberikan kesempatan bagi para pekerja akan menambah
penghasilannya, tetapi juga jumlah penghasilan tersebut dianggap tidak sesuai dengan
jumlah yang harus diterima.

5) Agar berhasil dengan baik suatu sistem haruslah dapat menimbulkan kepercayaan
kepada pekerja.

Sistem harus sederhana sehingga pekerja dapat menghitung jumlah pendapatannya dan
disesuaikan dengan upah yang diterimanya. Dengan demikian ia merasa terjamin bahwa
perusahaan tidak menggunakan cara yang kompleks untuk kepentingannya.

D. Motivasi dan Instruksi


1. Motivasi
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk
bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi.
Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada
dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu
munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang
dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif
diri kita.
a. Bagaimana Memotivasi
Memperkenalkan keterampilan kepada siswa pada awal pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk memotivasi siswa belajar. Agar tujuan tersebut
tercapai, upaya memperkenalkan keterampilan tadi harus dikaitkan dengan makna
dan manfaat bagi siswa yang bersangkutan. Para ahli sepakat bahwa memberikan
penjelasan tentang manfaat suatu keterampilan, akan menjadikan siswa memiliki
tujuan dan arah dalam belajar.
Cara lain untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan cara menetapkan
sasaran atau tujuan belajar. Penetapan sasaran atau tujuan belajar dapat dilakukan
oleh guru, bersama-sama oleh guru dan siswa, atau oleh siswa sendiri.

b. Cara Membangun Motivasi Belajar


Sebagai guru maupun dosen tentu memiliki banyak cara membangun motivasi
belajar bagi anak didik, diantaranya:
1. Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik.
2. Memberi hadiah atas keberhasilan yang diraih oleh anak didik.
3. Membuka ajang saing/kompetisi diantara anak didik.
4. Memberi pujian.
5. Memberikan hukuman.
6. Membangkitkan dorongan.
7. Membangun kebiasaan belajar.
8. Membantu kesulitan belajar.
9. Menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran.
10. Memanfaatkan dan terampil dalam menggunakan media mengajar.

c. Memberikan Tugas
Memberikan tugas pada anak merupakan kemampuan yang harus dikuasai
oleh guru. Tujuan utamanya adalah agar siswa mendapatkan gambaran yang
menyeluruh tentang keterampilan yang akan dipelajari. Di samping itu, kemampuan
ini akan memperjelas cara untuk mencapainya. Beberapa prosedur seperti pemberian
instruksi, sajian model, dan pemberian demonstrasi adalah di antaranya.

2. Instruksi
Pemberian instruksi adalah salah satu prosedur dalam setiap pengajaran. Instruksi
tersebut biasanya diucapkan (meskipun bisa juga dituliskan) dan memberikan informasi
tentang aspek yang paling penting dari suatu keterampilan.

Teori pengolahan informasi menyatakan bahwa informasi yang dapat ditangkap oleh
sistem memory amat terbatas. Karena itu, banyaknya pemberian instruksi haruslah
diperhitungkan. Informasi yang terlalu banyak akan segera terlupakan. Informasi dalam
bentuk lisan kadang-kadang dibatasi oleh ketepatan dan kebenarannya.
Karena itu, instruksi yang diberikan haruslah singkat dan bersifat langsung.
Tekankan pada satu atau dua konsep umum saja. Berikan instruksi yang bermakna dan
menghubungkannya dengan sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa.

Pemberian instruksi perlu memperhatikan empat hal, yaitu :


 Memberikan instruksi dan arah seperlunya.
 Hanya digunakan sebagai teknik pengalihan nilai pra-latihan.
 Mendorong siswa untuk memberikan respons pada tanda-tanda khusus, dan
 Menawarkan saran atau memperbaiki yang bersifat korektif pada penampilan yang
bersangkutan.

a. Syarat-Syarat Menjadi Instruktur


.
Adapun syarat-syarat instruktur adalah sebagai berikut :

1) Menguasai materi yang akan disampaikan.


Penguasaan materi adalah suatu hal pokok yang harus dimiliki instruktur.
Bagaimana seorang instruktur akan dapat menyampaikan pesan-pesannya,
sementara ia sendiri tidak tahu materi yang akan diberika. Dalam menjelaskan
materi ia akan mengalami banyak kesulitan di hadapan audience. Belum lagi jika
ia harus menjawab pertanyaan yang diajukan audience.

2) Mempunyai kemampuan memilih metode.


Banyak sekali metode dalam CMI. Sementara tidak mungkin instruktur
akan menggunakan metode itu semuanya. Banyak faktor yang mempengaruhi
instruktur dalam memilih metode, yaitu :
 Audience
 Tujuan pengajaran
 Situasi
 Fasilitas
 Instruktur

3) Mempunyai kemampuan memilih media


Seperti metode, media juga banyak macamnya, dalam memilih media
memerlukan suatu pertinbangan tertentu yaitu dapat memnuhi kebutuhan dan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Lebih dari itu media diharapkan enar-
benar dapat mengefektifkan instruksi. Ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan untuk pemilihan media, yaitu:
 Tujuan pengajaran
 Karakteristik siswa
 Materi pelajaran
 Metode mengajar
 Dana/biaya yang tersedia
 Kemungkinan efektivitas program pengajaran
4) Mempunyai kecakapan mengevaluasi
Evaluasi mempunyai 2 tujuan, yaitu :
a) Untuk mengetahui sejauh mana audience menguasai materi.
b) Untuk mengetahui apakah ada kelemahan pada rencana dan pelaksanaan
pelajaran yang dibuat.

Ada beberapa prinsip evaluasi yang harus diperhatikan oleh instrukstur, yaitu :
a. Evaluasi hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus
dicapai, materi penilaian, alat penilaian dan interprestasi hasil penilaian. Sebagai
patokan dalam merancang penilaian adalah tujuan kurikulum dan tujuan
instruksional.
b. Evaluasi harus menggerakkan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
c. Evaluasi tidak perlu dibatasi hanya pada test akhir suatu topik materi, melainkan
dapat selama pelajaran itu berlangsung. Bentuknya pun tidak harus tertulis, bisa
saja lisan ataupun praktek, artinya abilitas yang dinilai tidak hanya aspek kognitif,
tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
d. Evaluasi hendaknya diikuti dengan tindak lanjut.
e. Berbadan dan bermental sehat

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan instruksi :

1) Tempat memberikan instruksi


Tempat juga mempengaruhi akan keberhasilan pemberian instruksi. Tempat ini
dibedakan menjadi 2 yaitu :

a) Di dalam ruangan :
Yang perlu diperhatikan adalah :
1) Lingkungan harus terang
2) Di luar lingkungan diusahakan agar tidak ada hal-hal yang sekiranya lebih menarik
dari apa yang diinstruksikan.
3) Keadaan ruangan harus diperhatikan tentang pertukaran udara bilamana diperlukan
waktu yang cukup lama.
4) Cara memandang atau memperhatikan audience harus diperhatikan :
 Dalam memberikan instruksi, instruktur jangan membelakangi audience. Bila terjadi
seorang instruktur membelakangi yang diberi instruksi, maka ada kemungkinan yang
diberi instruksi mengejek, atau berbicara dengan teman sebelahnya.
 Pandangan instruktur hendaknya meluas, sehingga dapat mengawasi mereka yang ada
di dalam ruangan. Untuk mengatasi hal ini pandangan hendaknya disebar ke atas
kepala mereka. Bila yang diberi instruksi hanya satu atau dua orang saja jangan
mencoba beradu pandang (melihat matanya), karena bila sorot matanya lebih kuat
dariapda sinar mata instruktur, akan mengurangi kewibawaan. Untuk mengatasi hal
ini pandanglah titik di tengah antara kedua mata.
 Instruktur jangan memandang dari belakang.

b) Di luar ruangan
 Pemberian instruksi di luar ruangan haruslah diperhatikan tentang jumlah yang akan
diberi instruksi. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
 Jarak antara instruktur dengan yang diberi instruksi jangan terlalu dekat atau terlalu
jauh.
 Jauhkan dari keramaian sekitarnya yang akan merampas perhatiannya.
 Usahakan yang diberi instruksi agar tidak menentang sinar matahari.
 Perlu diperhatikan tentang suara instruktur, hendaknya dapat didengar oleh yang diberi
instruksi. Suara jangan terlalu keras atau lemah.

2) Suara
 Jelas dan lantang
 Perhatikan tekanan suara pada perkataan-perkataan penting
 Menarik
 Patah-patah

3) Penampilan
 Penampilan seorang instruktur juga mempengaruhi keberhasilan.
 Lengkap tidaknya seragam
 Tidak mengganggu bila dipakai, tidak berbau karena sudah dipakai beberapa hari
sebelumnya
 Rapi dan lain sebagainya.

4) Waktu
Waktu memberikan instruksi juga mempengaruhi keberhasilan penyampaian
instruksi. Dalam hal ini instruktur harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
a) Panjang pendeknya waktu yang tersedia dikaitkan dengan kualitas materi.
b) Pemberian instruksi dengan materi banyak dan waktu yang panjang harus diberi
selingan humor, agar yang diberi instruksi tidak tegang atau suasana tidak tegang
terus, sehingga akan tercipta suasana yang menarik.
c) Instruktur juga harus menyediakan waktu untuk membuka dan menutup materi yang
disampaikan.

5) Aspek psikologi siswa


Instruktur hendaknya dapat menciptakan suasana yang kondusif, mengingat
keseragaman karakter audience, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima.

You might also like