You are on page 1of 3

PEMERIKSAAN FESES RUTIN

No.Dokumen : 001.17 /SOP-VIII/9/2016


Terbit ke :1
SOP Nomor Revisi : 00
Pemerintah Tanggal terbit : 1 September 2016
Kab.Tapin UPT Puskesmas
Halaman :3 Tambarangan

Ditetapkan Oleh : H.Mulyono,S.Kep.MM


Kepala Puskesmas NIP. 19731213 199503 1 002

1. Pengertian Pemeriksaan feses rutin adalah pemeriksaan laboratrium terhadap spesimen


feses/ tinja yang dapat memberikan gambaran kelainan pada sistem traktus gastro
– intensital seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastro-intensital, ulkus
peptikum,
karsinoma dan sidroma malabsorbi. Pemeriksaan fese rutin terdiri dari
pemeriksaan makrokopik dan mikroskopik.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemeriksaan feces rutin.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Tambarangan No. 001 /SK-IX/8/2016 tentang Jenis-jenis
pemeriksaan laboratorium puskesmas
4. Referensi Penuntun Laboratorium Klinik; R.Gandasoebrata
Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan/WHO; EGC,2011
5. Prosedur Pra Analitik
1. Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas. Analis
wajib mengenakan Jas laboratorium, memakai sarung tangan dan masker.
2. Persiapan pasien :
 Pasien tidak dibenarkan makan obat pencahar sebelumnya.
 Preparat besi akan mempengaruhi warna tinja dan sebaiknya
dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan
obat-obat antidiare, golongan tetacyclin, barium, bismuthminyak atau
magnesium akan mempengaruhi hasil.
3. Persiapan sampel :
Sampel sebaiknya feses pagi hari sebelum sarapan pagi, atau feses baru,
defekasi spontan dan diperiksa di laboratorium dalam waktu 2-3 jam
setelah defekasi (warm stool).
Wadah berupa pot plastik yang bermulut lebar, tertutup rapat dan bersih.
Wadah diberi label : nama, tanggal, nomor pasien, sex, umur, diagnosis
awal. feses tidak boleh mengenai bagian luar wadah dan diisi jangan
terlalu penuh.
4. Alat dan bahan:
- lidi atau spatel kayu
- mikroskop
- kaca objek
- kaca penutup
- larutan eosin 2%
- larutan lugol
- larutan NaCL 0,9%
Analitik
Cara kerja:
1. sampel diperiksa ditempat yang terang
2. Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing,
dll.
3. Siapkan kaca onjek yang baru, bersih dan bebas lemak, kemudian tetesi
diatas kaca objek sisi sebelah kiri dengan 1 tetes NaCL 0,9% dan sisi
sebelah kanan dengan 1 tetes larutan Eosin 2% atau larutan lugol
4. Ambil tinja dibagian tengahnya atau pada permukaan yang mengandung
lendir, darah atau nanah ± seujung lidi.
5. Taruh sedikit pada masing-masing larutan, kemudian homogenkan pada
masing-masing larutan, setelah itu tutupi dengan kaca penutup pada
masing-masing larutan.
6. Periksa sediaan dibawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10X
kemudian 40X. Amati apakah ada telur cacing amuba, leukosit, sel epitel,
kristal, sisa makanan dll
Pasca Analitik
Nilai rujukan:
- Warna : normal berwarna kuning coklat
- Bau : bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat
- Konsistensi : tinja normal agak lunak dan mempunyai bentuk seperti
sosisi
- Lendir : normal tidak ada lendir
- Darah : normal tinja tidak mengandung darah
- Sel epitel : beberapa sel epitel, yaotu yang berasal dari dingding usus
bagian distal dapat ditemukan dalam keadaaan normal
- Leukosit : normal tidak terdapat leukosit
- Eritrosit: normal tidak terdapat erotrosit
- Krisrtal normal mungkin terlihat kristal-kristal tripelfosfat, calcium oxalat
dan asam lemak

Interprestasi:
- Warna feses yang abnormal dapat disebabakan atau berubah oleh
pengaruh jenis makanan, obat-obaatan dan adanya pendarahan pada
saluran pencernaan
- Feses yang abnormal mempunyai bau tengik, asam, besi
- Lendir: adanya lender berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Lender
pada bagian luar tinja, lokasi iritasi mungkin pada usus besar dan bila
bercampur dengan tinja, iritasi mungkin pada usus kecil
- Darah : perhatikan apakah darah itu segar (merah muda), coklat atau
hitam, apakah bercampur atau hanya dibagian luar tinja saja
- Parasit : cacing mungkin dapat terlihat
- Sel epitel: kalau sel episel berasal dari bagian yang lebih proximal, sel-sel
itu sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak
kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus
- Makrofag. Sel-sel segar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam
plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda
lain. Dalam preparat natif (tanpa pewarna) sel-sel itu menyerupai amuba;
perbedaannya ialah sel ini tidak dapat bergerak
- Leukosit. Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes
larutan asam acetate 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh
sediaan, tidak ada artinya. Pada dysenteri basiler, colitis ulcerosa dan
peradangan lain-lain, jumlah leukosit yang ditemukan banyak menjadi
besar
- Eritrosit. Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi dalam colon,
rectum atau anus. Keadaan ini selalu bersifet patologis
- Kristal-kristal. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcot-
Leyden dan kristal hematoidin. Kristal Charcot-Leyden biasanya
ditemukan pada keadaan kelainan ulceratif ususnya, khususnya
amubiasis. Kristal hematoidin dapat ditemukan pada perdarahan usus

6. Unit terkait Poli Umum, KIA, MTBS, Poli Gigi


7. Dokumen Register Laboratorium
terkait
8. Distribusi Laboratorium

9. Rekaman Historis:

Diberlakukan Tgl.
No Halaman Yang dirubah Perubahan

You might also like