Professional Documents
Culture Documents
Makalah: Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia
Makalah: Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia
MAKALAH
Oleh : KELOMPOK VI
ALFONSINA A. A. TORIMTUBUN (115061100111027)/ A
AFIDA KHOFSOH (115061100111031)/ A
1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………. 4
1.2.Rumusan Masalah ………………………………………………. 4
1.3.Tujuan …………………………………………………………… 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah pembuatan sabun dan detergen ……………………….. 6
2.2. Kegunaan dan Ekonomi Sabun dan Detergen ………………… 6
2.3.Detergent ……………………………………………………….. 7
2.3.1. pengertian …………………………………………………. 7
2.3.2. Raw Material ………………………………………………. 8
2.3.3. Proses Pembuatan Detergent ……………………………….. 12
2.4.Sabun……………………………………………………………. 16
2.4.1. Pengertian ………………………………………………….. 16
2.4.2. Raw Material ……………………………………………….. 16
2.4.3. Proses Pembuatan Sabun …………………………………… 17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan …………………………………………………….. 22
2
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Mengetahui kegunaan dan Ekonomi Sabun dan Detergent.
3. Mengetahui Proses Pembuatan Detergent.
4. Mengetahui Proses Pembuatan Sabun.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Tabel 1. Produksi dan Penjualan Sabun dan Detergen
Sabun Surfaktan Total
6
10 $ kt 106$ kt 10 $ 6
Kt
1940 313 1455 7 13 320 1468
1945 527 1717 35 68 562 1785
1950 540 1308 294 655 834 1963
1960 376 558 953 1789 1329 2347
1970 427 567 1379 2565 1806 3132
1980 1030 545 8430 2663 9460 3208
sumber: Austin, 1984
2.3. Detergen
2.3.1. Pengertian
Detergen berbeda dengan sabun dalam kerjanya pada air sadah. Sabun
membentuk senyawa tidak larut dengan ion air sadah (Ca dan Mg) yang
menyebabkan endapan dan mengurangi busa dan cleaning actionnya. Detergen
bereaksi dengan ion air sadah yang hasil produknya larut atau terdispersi secara
koloid dalam air.
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu anionik, kationik,
nonionik dan amfoterik. Kelompok terbesarnya adalah anionik yang biasanya
adalah garam natrium dari sulfonat (organik sulfat).
Pengotor dapat dihilangkan melalui proses pembasahan, pengemulsian,
pendispersian dan atau pelarutan noda oleh cleaning agent. Molekul detergen
yang berkelompok dalam air dinamakan micelles. Bagian hidrokarbon dari
molekul detergen berkelompok dengan micelles dinamakan hidrofobik (tidak
suka air) sedangkan bagian polar berada di luar micelles dinamakan hidrofilik
(suka air). Senyawa yang tidak dapat larut dalam air kemudian terlarut ke dalam
bagian tengah micelles yang ditarik oleh grup hidrokarbon. Proses ini dinamakan
solubilisasi.
Dewasa ini, komposisi detergen diubah ke komposisi yang lebih ramah
lingkungan. Hal ini dikarenakan detergen memiliki fosfat yang menyebabkan
eutrofikasi dalam air alam.
7
2.3.2. Raw Material (Bahan Mentah)
Bahan aktif detergen adalah surfaktan. Kebanyakan menggunakan bahan
inorganik, seperti oleum, caustic soda, natrium fosfat dan additives yang 3% dari
detergen.
2.3.2.1. Surfaktan
Surfaktan adalah bahan yang dapat meningkatkan sifat rambatan suatu
cairan pada suatu objek. Sifat zat seperti ini dimanfaatkan untuk menurunkan
tegangan permukaan suatu cairan atau pada larutan dimana antara dua larutan
memiliki efek interfacial tension.
Proses pencucian meliputi :
1. Dengan membasahi kotoran dan permukaan kotoran yang ingin dicuci
dengan larutan detergen
2. Memindah kotoran dari permukaan
3. Memelihara kotoran pada larutan stabil
Dalam air cucian, detergen mempunyai wetting agent yang dapat
mempermudah menembus ke serat pakaian dan mengangkat kotoran. Setiap
molekul larutan pencuci dapat dianggap sebagai rantai panjang. Ujung rantainya
adalah hidrofobik dan ujung yang lainnya adalah hidrofilik. Bagian hidrofobik
bekerja menyelubungi dan mengikat noda. Pada waktu yang bersamaan, bagian
hidrofilik dari detergen berikatan dengan air sehingga noda dapat terangkat dari
serat pakaian mengikuti aliran air.
Klasifikasi surfaktan :
1. hydrofobik merupakan hidrokarbon dengan jumlah 8 hingga 18 atom
karbon yang berbentuk lurus ataupun bercabang. Ada juga benzene yang
mengganti ikatan atom karbon tersebut, contohnya C12H25-, C9H19.C6H4-.
2. hydrofilik dapat berupa anionik, contohnya –OSO4- atau SO32-; kationik,
contohnya –N(CH3)3+ atau C5H5N+; atau nonionik –(OCH2CH2)nOH. Pada
senyawa anionik, senyawa yang paling banyak dipakai adalah linear
alkylbenzene sulfonate (LAS) dari minyak bumi dan alkyl sulfates dari
lemak hewan dan tumbuhan. Anionik dan kationik tidak cocok untuk
8
sabun. Kondensasi etilen oksida dari fatty alkohol adalah contoh non-ionik
surfaktan. Non-ionik lebih efektif dari anionik dalam mengangkat kotoran
pada temperatur yang lebih rendah untuk serat kain.
9
Gambar 1. Proses alfol
Sumber: Austin, 1984
Fatty alkohol dibuat dari golongan organometallic yang memiliki panjang
rantai karbon berkisar antara 6 sampai 20 karbon. Proses alfol digunakan oleh
Conoco dimulai dengan mereaksikan logam aluminium, hidrogen, dan etilen pada
tekanan tinggi untuk memproduksi aluminium trietil. Senyawa ini kemudian
dipolimerisasikan dengan etilen ke bentuk alumunium alkil. Kemudian dioksidasi
dengan udara untuk membentuk alumunium alkoxides. Saat pemurnian, alkoxides
dihidrolisis dengan 23-26% asam sulfat untuk memproduksi bahan mentah dan
utama, alkohol rantai lurus. Kemudian dinetralisasikan dengan NaOH, dicuci
dengan air dan dipisahkan dengan fraksinasi. Setiap grup etil dari aluminium
trietil dapat ditambahkan etilena untuk membentuk aluminium trialkil dari 4
hingga 16 atom karbon per grup alkil.
10
Gambar 2. Hidrogenolisis metil ester untuk mendapatkan fatty alkohol dan
gliserin.
Sumber: Austin, 1984
2.3.2.4. Builders
Kompleks fosfat, seperti natrium tripolifosfat banyak digunakan karena
dapat mencegah menempelnya kembali noda dari air cucian ke serat kain.
Polifosfat mempunyai aksi sinergis dengan surfaktan sehingga meningkatkan
efektifitas dalam proses pembersihan dan mengurangi biaya keseluruhan.
Peningkatan cepat produksi detergen dikarenakan penggunaan polifosfat. Selama
tahun 1960-an, pertumbuhan alga dan eutrofikasi di danau berhubungan dengan
adanya fosfat di detergen sehingga banyak negara menganjurkan zat pengganti
11
fosfat. Senyawa yang pertama kali disarankan untuk mengganti fosfat adalah
nitrilotriacetic acid (NTA), tetapi senyawa tersebut dinyatakan karsinogen pada
tahun 1970. Builders lainnya aalah sitrat, karbonat, dan silikat. Pengganti fosfat
terbaru yang menjanjikan adalah zeolit. Di tahun 1982, 136 kt/tahun zeolit
digunakan sebagai builders detergen. Di tahun 1980, builder mengandung 50%
fosfat, 12% zeolit, 13% silikat, 12% karbonat, serta NTA dan sitrat masing-
masing 2%.
2.3.2.5. Aditif
Penghambat korosi, seperti natrium silikat melindungi logam dan alat
pencuci dari kerja detergen dan air. Karboksimetil selulosa digunakan sebagai
antiredeposition. Penghilang noda, contohnya benzotriazole bekerja bersama
penghambar korosi untuk melindungi logam seperti stainless steel. Zat untuk
membuat serat kain lebih bercahaya adalah pewarna fluorescent karena memiliki
kemampuan untuk mengubah sinar ultraviolet ke cahaya tampak. Bluings
meningkatkan putihnya kain dengan menangkal kencenderungan kain untuk
menjadi kuning secara alami. Agen antimikroba meliputi carbanilides,
salicylanilides, dan kationik. Type pemutih peroxygen (sejenis enzym) digunakan
untuk menguraikan kotoran dan membuat partikel kotoran tersebut lebih mudah
untuk terangkat dari serat pakaian.
1. Sulfonasi Alkylbenzene
a. Reaksi utama
2. Reaksi ke dua
SO3
H
12
R SO3H + H2SO4.SO3 R SO3H + H2SO4
Alkylbenzen sulfinat oleum disulfonat asam sulfat
R SO3H + R1 R SO2 R1
+ H2O
Alkylbenzene
Alkyl benzene sulfone 1%
sulfonat
water
Proses pembuatan detergen dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini.
13
2.3.3.1 Fatty Alcohol Sulfonation
1. Reaksi utama
R-CH2OH + SO3.H2O ↔ R’OSO3H + H2O ∆H = -325
sampai -350 kj/kg
2. Reaksi sekunder
R-CH2OH + R’-CH2-OSO3H R-CH2-O-CH2-O-CH2-R’ +H2SO4
R’-CH2-CH2OH + SO3 R’-CH=CH2 + H2SO4
R-CH2OH + SO3 RCHO + H2O + SO2
R-CH2OH + 2SO3 RCOOH + H2O + 2SO2
Susunan proses pembuatan detergen adalah sebagai berikut:
1. Sulfonation-sulfation
Alkilbenzen yang dimasukkan ke dalam sulfonator dengan penambahan
sejumlah oleum, menggunakan dominant bath principle (yang
ditunjukanpada gambar 29.8) untuk mengontrol panas pada proses
sulfonasi dan menjaga temperature tetap pada 550C. di dalam campuran
sulfonasidimasukkan fatty tallow alcohol dan oleum. Semuanya dipompa
menuju sulfater, beroperasi juga dalam dominant bath principle untuk
menjaga suhu agar tetap pada kisaran 500 hingga 550C, pembuatan ini
campuran dari surfactant.
2. Netralization
Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi dengan larutan NaOH
dibawah temperature yang terkontrol untuk menjaga fluiditas bubur
surfaktan. Surfaktan dimasukkan dalam penyimpanan.
Berikut ini merupakan diagram alir pembuatan surfaktan:
14
Gambar 4. Pembuatan surfaktan
Sumber: Austin, 1984
15
2.4 . Sabun
2.4.1. Pengertian
Sabun merupakan zat yang jika bereaksi dengan air sadah akan
membentuk endapan. Sabun terbentuk dari garam sodium atau potassium dari
asam karboksilat panjang (seperti asam stearat, asam oleat atau palmitat dan asam
myristat) sebagai hasil hidrolisis terhadap minyak atau lemak oleh basa (NaOH
atau KOH). Sabun berfungsi sebagai emulgator terhadap kotoran, minyak dan oli
sehingga kotoran-kotoran ini mudah terlepas dan terbawa melalui pembilasan
dengan air. Sifat sabun ini menjadi kurang berfungsi apabila air untuk pencuci
atau pembilasnya bersifat sadah.
16
Bahan anorganik yang ditambahkan pada pembuatan sabun disebut
Builders. Tetrasodium piropospat dan sodium Tripolipospat merupakan bahan
tambahan pada sabun yang dinamakan Builders.
17
Selanjutnya, perombakan secara countercurrent lemak ini dikondisikan
dalam keadaan vacuum untuk mencegah terjadinya oksidasi selama proses. Ini
terisi dari bawah dari menara hidrolisis yang berbentuk seperti palung dengan
kecepatan yang terkontrol yang akan memecah lemak menjadi tetesan tetesan.
Menara mempunyai ukuran dengan tinggi 20 meter dan berdiameter 60 cm,
dirancang dengan bahan stailess steel tipe 316. Lihat gambar dibawah ini.
steam Caustic
Fatty acid Flash soda
tank condensor
High
Mixer pressure
neutraliz pump
steam er
Hot Cooling
water
water High
Heat vacuum Heat excanger
excanger still
Hydrolizer
250OC, 4 MPa Soap
steam
blender
Distillate Flash
Fats and
receiver tank
catalyst
air
Bottoms to freezer
Blend
Conventional
tank storage and
soap finishing: Cutter,
recovery
bar, flake or pack off
steam power
Fatty acid Aerated
Crude bar soap
glycerin
evaporator
Gambar 5. Cara pembuatan sabun, produksi asam lemak dan gliserin (proses
kontinyu).
Sumber: Austin, 1984
Minyak dimasukkan melalui bagian bawah tanki menara, karena
densitasnya relative kecil (lebih kecil dari densitas air), maka lemak akan
terangkat keatas dan sebagian kecil bahan lemak akan terlarut menjadi cairan
18
gliserin. Pada waktu yang sama, H2O murni dimasukkan ke dalam menara melalui
bagian atas, sehingga inilah yang disebut dengan proses hidrolisis lemak secara
countercurret dimana proses ini akan mengekstrak gliserin yang terlarut dalam
lemak. Kedua aliran ini bereaksi dalam keadaan tekanan dan suhu tinggi.
setelah perombakan selesai, asam lemak keluar dari bagian atas menara,
sedangkan larutan gliserin keluar dari bawah menara yang otomatis akan
terkontrol pada settling tank. Lihat gambar berikut ini (gliserin proses).
To glycerin condensers
ejector settling tank
Flash tank ST
DR
Sweet water
from
hydrolyzer 12 Crude Glycerin
glycerol glycerin still
(78% HP
glycerol) steam
caustic
Heat exchanger
Activated
Product tanks
charcoal
CP HG TD
glicerol glycerin glycerin
filter
19
Meskipun campuran asam lemak yang dihasilkan dari metode di atas
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, asam lemak dapat diproduksi sebagai
produk keluaran, dan dapat dipisahkan lagi menjadi komponen yang berguna.
Komposisi asam lemak dari perombakan tergantung pada lemak atau minyak yang
dimasukkan. Pada umumnya yang digunakan untuk produksi asam lemak
meliputi lemak hewani, minyak kelapa, palm, biji kapas dan minyak kedelai.
Proses lama yang banyak digunakan adalah panning dan pressing. Proses
kristalisasi fraksional ini terbatas pada campuran asam lemak dimana yang siap
untuk dipadatkan seperti Tallow Fatty Acid. Lelehan asam lemak mengalir ke
panic, didinginkan, dibungkus dengan kain goni, dan ditekan. Pengekstrakan ini
dapat direalisasikan pada penghasilan minyak merah (umumnya oleic acid ) dari
padatan asam stearat. Total angka penekanan dapat mengindikasikan kemurnian
produk. Untuk memisahkan asam lemak dari rantai panjang yang berbeda dapat
ditempuh dengan cara distilasi, vacuum distillation adalah yang umum digunakan.
Dibawah ini merupakan susunan prinsip pembuatan sabun padat:
1. Pengangkutan lemak dan minyak.
2. Pengangkutan dan pembuatan soda kaustik.
3. Pencanpuran katalis, ZnO, dengan leburan lemak dan pemanasan pada
tanki pencampur.
4. Lemak panas dan katalis masuk ke dalam menara hidrolisis melalui bagian
bawah.
5. Perombakan lemak terjadi secara countercurrent di dalam hydrolyzer
pada suhu 2500C dan tekana 4,1 MPa. butiran lemak akan naik ke atas
berlawanan dengan fase cairnya.
6. Fasa cairnya (H2O) akan melarutkan rombakan gliserin (±12%), jatuh ke
bawah dan terpisah.
7. Kemudian fasa gliserin-air di uapkan dan dimurnikan. Didapatkan gliserin.
8. Fasa asam lemak yang keluar dari bagian atas hydrolizer dikeringkan
dalam flash tank menggunakan cahaya kilasan dan dipanaskan dengan
cepat.
9. Di dalam high-vacuum still, asam lemak didistilasi dari bawah.
20
10. Sabun di bentuk dengan melanjutkan penetralisasian menggunakan 50%
soda kaustik dalam mixer-neutralizer dengan kecepatan tinggi.
11. Sabun murni ini dibebaskan pada suhu 93oC kedalam tanki pencampuran
dengan digoncangkan secara perlahan untuk keluar dari penetralisasian.
Pada saat ini sabun murni dapat dianalisis: 0.002 hingga 0.10 % NaOH,
0.3 hingga 0.6% NaCl, dan ±30% H2O. sabun murni ini dapat diolah,
dipotong atau dikeringkan, tergantung pada permintaan produk. Diagram
alir pada gambir 29.3 menggambarkan proses finishing sabun padat.
12. Proses finishing ini dapat di detailakan: tekanan yang dilakukan pada
sabun murni mencapai 3.5 MPa, dan sabun dipanaskan pada suhu 200oC
dalam steam exchanger dengan tekan tinggi. Sabun panas ini, dilepaskan
pada tanki yang bertekanan atmosfer, dimana dikeringkan (hingga
mencapai 20 %) karena larutan sabun dapat terbentuk diatas titik didihnya
pada tekanan atmosfer. Pada hubungan ini, pasta sabun dicampur dengan
udara dalam mesin, dimana sabun juga didinginkan oleh sirkulasi air laut,
yang kemudian keluar dari 105oC menjadi 65oC. Pada temperatur ini,
sabun dilanjutkan dengan pemotongan dengan ukuran sabun padat. Lalu
segera didinginkan, dicap, dan dibungkus dengan operasi mesin. Proses ini
berlangsung selama 6 jam.
21
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Pembuatan detergen dan sabun pada skala industri merupakan
gabungan dari ilmu-ilmu exact sebegitu rupa, dan memerlukan alat-
alat yang perlu pengendalian khusus dan mempunyai spesifikasi
tertentu.
2. Pada proses pembuatan detergen, yang pertma kali dilakukan adalah
dengan pembuatan surfaktan. Lalu hasil surfaktan ini, untuk membuat
detergent dicampur dengan phospat, silikat dan dry scrap. Adapun
komposisi surfaktan adalah alkyl benzene sulfonat, fatty alcohol,
oleum dan larutan NaOH. Proses pembuatan detergen melalui alat
crutcer yang dilanjutkan ke drop tank setelah itu dipompa ke spray
tower untuk pembentukan serbuk. Serbuk ini di angkat dengan lift
udara dan diberi aroma (parfum) kemudian menuju packing.
3. Pada proses pembuatan sabun, raw material (bahan baku) yang
digunakan adalah lemak, basa kausatik (NaOH atau KOH), dan katalis.
Pertama-tama lemak dan katalis dimasukkan sebagai feed awal menuju
ke blend tank, setelah itu menuju Hidrolizer. Pada hidrolizer lemak
dihidrolisis yang dapat membentuk asam lemak (gas) dan gliserin.
Setelah itu asam lemak menuju heat exchanger, lalu ke high vacuum
still yang dilanjutkan ke kondensor dan distillate receiver. Pada
distillate receiver muncul hasil samping berupa asam lemak.
Kemudian dari distillate receiver dilanjutkan ke mixer neutralizer
dimana ditambahkannya soda kausatik yang setelah itu menuju soap
blender dan menghasilkan sabun padat. Untuk produksi sabun cair,
maka proses tidak cukup sampai disini, dilanjutkan menuju high
pressure pump lalu heat exchanger, flash tank dan packing. Selain
sabun yang diproduksi pada proses ini, gliserin dan asam lemak
merupakan hasil samping yang cukup besar pemroduksiannya.
22
LAMPIRAN
Pertanyaan 1 (Dwi)
Mengapa bentuk alat pada pembuatan pembuatan detergen (spray tower)
berbentuk seperti corong?
Jawab:
bentuk alat yang didesain seperti corong mempunyai tujuan/ fungsi
tersendiri. Kita mengetahui bahwa detergent yang telah di spray akan
menjadi serbuk, seperti detergen yang kita ketahui sehari-hari. Bentuk
tersebut merupakan fluida, dengan desain seperti itu, maka fluida
tersebut tetap mengalir namun sedikit demi sedikit. Selain alasan
tersebut, terdapat 1 faktor lagi yang menyebabkan desain bentuk seperti
itu, yaitu agar detergen yang keluar dari alat ini sedikit demi sedikit
karena akan melalui lift udara, dimana lift udara pastilah hanya dapat
mengangkat serbuk detergen sedikit demi sedikit.
23
Untuk detergent dapat berbentuk serbuk adalah melalui proses pada
spray tower. Campuran (Bubur surfaktan, sodium tripolipospat , dan
bermacam-macam bahan aditif ) dari crutcher lalu dihidrolisis
menggunakan air. Setelah itu untuk pembentukan menjadi serbuk,
disemprotkan dibawah tekanan tinggi ke dalam high spray tower
setinggi 24m, melawan udara panas dari tungku api. Ukuran dan
densitas yang sesuai dapat dibentuk. Butiran yang sudah dikeringkan di
alirkan ke upper story lagi melalui lift yang dapat mendinginkan
mereka dari 1150C dan menstabilkan butiran (Austin, 1984)
24
DAFTAR PUSTAKA
25