Professional Documents
Culture Documents
7 Jan 2017 BAB 3 Fraksionasi
7 Jan 2017 BAB 3 Fraksionasi
OLEH:
Kelompok II
KarfikaAinilHawa 1407112960
Karim Abdullah 1407113516
M. GheraldErlangga P 1407114608
Rani Nainggolan 1407111004
RawdatulFadila 1407119346
DOSEN PENGAMPU:
ZULFANSYAH, ST, MT
NIP. 19690222 199703 1 001
TANGGAL PRAKTIKUM
20 DESEMBER 2016
1.1 Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh variabel waktu pemasakan terhadap produk
fraksionasi biomassa
2. Menghitung neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa
3. Menghitung yield sistem fraksionasi biomassa
4. Menghitung persentase recovery komponen-komponen utama biomassa
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan senyawa sejenis polisakarida yang terdapat pada
semua jenis serat, mudah larut dalam alkali, dan mudah terhidrolisis oleh asam
mineral menjadi gula dan senyawa lain. Hemiselulosa lebih mudah larut dari pada
selulosa dan dapat diisolasi dari kayu dengan ekstraksi.
Hemiselulosa semula diduga merupakan senyawa antara dalam biosintesis
selulosa. Namun saat ini diketahui bahwa hemiselulosa termasuk dalam kelompok
polisakarida heterogen yang dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari
selulosa. Berbeda dengan selulosa yang merupakan polisakarida linier,
hemiselulosa merupakan polisakarida tidak linier. Seperti halnya selulosa
kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan penndukung dalam dinding-
dinding sel (Sjostrom, 1995).
3. Lignin
Lignin zat yang bersama-sama dengan selulosa merupakan salah satu sel
yang terdapat dalam kayu. Lignin berguna dalam kayu seperti lem atau semen
yang mengikat sel-sel lain dalam satu kesatuan, sehingga bisa menambah support
dan kekuatan kayu (mechanical strength) agar kokoh dan berdiri tegak. Lignin
memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang dan berbentuk polimer tiga
dimensi. Lignin biomassa memiliki polimer amorf terdiri dari struktur
fenilpropana methoxylated, seperti koniferil alkohol, alkohol sinapil, dan koumaril
alkohol,
Holoselulosa 61 -71
Lignin 20 – 30
Pentosans 16 – 21
Silica 0,5 – 4
Ash 1-9
1. Asam Formiat
Asam formiat adalah pelarut yang baik untuk lignin dan ekstraktif dalam
kayu selain itu, Asam formiat dapat menyebabkan kerusakan hidrolitik dari
polimer kayu menjadi lebih kecil dan lebih mudah larut molekul. Asam formic
membuat lignin lebih larut dengan mengoksidasi lignin dan membuatnya lebih
hidrofilik. Sebagai bahan kimia yang sangat selektif, asam formic tidak bereaksi
dengan selulosa dan polisakarida kayu lainnya. Seperti sebagian besar pelarut
organik, asam format telah digunakan selain untuk pulping juga sebagai pelarut
untuk mempelajari komponen kayu (Muurinen, 2000).
Asam formiat dapat menghasilkan pulp dari bahan baku yang mengandung
biomassa. Hal ini telah dilakukan oleh Reznikov dan Zilberggleit. Reznikov dan
Zilberggleit telah melakukan penelitian mengenai pembuatan pulp dengan
memasak bahan baku berupa serpihan kayu dengan asam formiat dengan katalis
asam sulfat dan reaksikan dengan hidrogen peroksida. Dari hasil penelitiannya,
pulp dapat diproduksi dari kayu keras dengan menggunakan asam formiat sebagai
larutan pemasak. Dimana pulp yang dihasilkan memiliki hemiselulosa yang
tinggi . asam formiat yang dapat digunakan adalah asam formiat yang memiliki
konsentrasi sebesar 65 – 90%. Salah satu keuntungan dalam penggunaan asam
formiat adalah dapat dilakukan pada tekanan atmosfer (Muurinen, 2000).
1.2.5 Delignifikasi
Delignifikasi yaitu proses penyisihan lignin dari biomassa yang dilakukan
dengan variasi terhadap pengaruh variabel, seperti suhu, konsentrasi asam dan
waktu memasak pada pembuatan pulp dan kimia pulp dan sifat mekanik Pada
delignifikasi konsentrasi asa yang tinggi akan membantu memecah materi. Suatu
proses delignifikasi dilakukan dengan dilarutkan dalam asam format (misalnya
lignin dan pentosanes) lebih tinggi saat memasak pada konsentrasi asam 90%,
dibandingkan saat memasak dilakukan pada konsentrasi asam rendah. Selain itu,
peningkatan suhu memasak juga menyebabkan penurunan yield pulp yang ingin
dicapai dan dapat dikatakan bahwa pengaruh pada delignifikasi yaitu efek suhu
yang paling efisien (Hoang, 2000).
1.2.6 Pulp
Pulp adalah produk utama dari kayu, terutama digunakan untuk pembuatan
kertas, tetapi ia juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa. Tujuan utama
pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat di proses
secara kimia atau secara mekanik dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut
(Sjostrom, 1995).
Umumnya, produksi pulp dan kertas mencakup dua proses yaitu
pembuatan pulp dan pembuatan kertas. Tergantung pada jenis material-material
mentah, pulp kertas dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis utama yaitu pulp kayu,
pulp non-kayu, pulp dan kertas limbah. Proses sulfat banyak digunakan untuk
proses pembuatan pulp dari pulp kayu dan pulp non-kayu di Cina, dan metode
mekanik biasanya digunakan untuk pulp kertas bekas. Proses pembuatan pulp
sulfat terdiri dari sektor pra-perawatan, mendidih sektor, cuci dan sektor
pengayakan, sektor bleaching, daur ulang alkali, dan pengolahan limbah (Gambar
1.5).
Bahan kayu dan bahan non-kayu harus pra-diperlakukan. Pemrosesan
kayu biasanya mencakup mengupas, menggergaji, memotong, dan proses seleksi,
yang menyebabkan hilangnya biomassa dalam bentuk limbah padat organik.
2.3 ProsedurPercobaan
2.3.1 PersiapanBahan Baku
1. Bambu kering dipotongmenjadiukurankecil atau ukuran mesh
2. Bambu yang sudahdipotongdijemurdipanasmataharisampaikering
3. Bambu yang sudahkeringkemudianditimbangmasing-masing2 gram untuk
3 sampel
4. Kemudiansampeldipanaskandidalam oven selama 3 jam
danditimbangberatnya, lakukanterusmenerushinggaberatnyakonstan
5. Dihitungkadar air bambu denganrumus:
Berat biomassa awal-berat biomassa kering
Kadar air = x 100%
berat biomassa awal
1
1 1. Eelemeyer 250 ml (penutup)
21
2. Erlemeyer 2000 ml (Reaktor)
3. Kabel penghubung daya listrik
3
4. Pemanas
Hal ini terjadi karena, derajat delignifikasinya yang tinggi dan terjadi
degradasi dari sebagian selulosa dan hemiselulosa (Muis, 2013). Derajat
delignifikasi yang tinggi dan degradasi dari sebagian selulosa dan hemiselulosa
ditunjukkan oleh perolehan lignin semakin meningkat seiring lamanya waktu
pemasakan serta proses pencucian dengan asam organik dan air yang dapat
melarutkan lignin dan hemiselulosa pada pulp hasil percobaan sehingga beratnya
berkurang.
Menurut Goh et al.,(2010), kadar selulosa yang ada pada pelepah sawit
adalah 62.3% α-cellulose sedangkan kadar pulp (selulosa) yang didapat dari
percobaan ini adalah 39%, 32.867%, dan 31.067%. Hasil tersebut menunjukkan
kadar selulosa percobaan lebih kecil dari kadar selulosa secara teoritis. Adapun
pulp terbanyak didapat pada waktu 90 menit yaitu sebesar 39%.
14 12.672
12
0
90 180 270
Waktu (menit)
Perolehan lignin dari praktikum ini yang paling banyak adalah 15.222%
dengan waktu pemasakan selama 270 menit. Ini menunjukkan waktu pemasakan
sangat berpengaruh terhadap proses delignifikasi. Hal ini dapat terjadi karena
semakin lama waktu pemasakan (reaksi) maka semakin lama terjadi kontak antara
pelarut dengan bahan baku (biomassa), sehingga semakin banyak lignin yang
terlarut dalam pelarut yang digunakan. Semakin banyaknya lignin yang larut
dalam pelarut yang digunakan, maka perolehan pulp akan menurun seiring
bertambahnya waktu pemasakan.
4.1 Kesimpulan
1. Semakin lama waktu pemasakan maka semakin sedikit pulp yang diperoleh.
Kadar pulp terbesar diperoleh pada waktu 90 menit yaitu, 53,289%.
2. Semakin lama waktu pemasakan maka semakin banyak lignin yang
diperoleh. Kadar lignin terbesar diperoleh pada waktu 150 menit yaitu,
2,81%.
4.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih berhati-hati dalam menangani bahan, karena
bahan yang digunakan pada percobaan dalam konsentrasi tinggi sehingga
alat keselamatan seperti masker dan sarung tangan harus diperhatikan.
2. Praktikan diharapkan teliti dalam memperhatikan terjadinya refluks pada
proses pemasakan karena akan dicatat sebagai waktu awal proses.
DAFTAR PUSTAKA
= 9,5%
berat awal − berat akhir
Kadar air sampel 1 = × 100%
Berat awal
2 −(2,48−0,65)
= × 100%
2
= 8,5%
berat awal − berat akhir
Kadar air sampel 1 = × 100%
Berat awal
2 −(2,58−0,75)
= × 100%
2
= 9,5%
8,5%+8,5%+9,5%
Kadar air Biomassa =
3
= 8,83%
2. Neraca Massa
Diketahui:
Bahan Baku : 30 gram
Kadar air bahan baku : 8,83%
Nisbah S:L : 1:20
Komposisi Larutan Pemasak : As. Asetat : As. Formiat : Air
40 : 40 : 20
Jumlah Katalis 32% : 0,5% dari bahan baku
Waktu Pemasakan : a. 90 menit
b. 120 menit
c. 150 menit
NERACA MASSA
asamasetat 98% asamformiat85%
N1 N3
air 2% air 15%
8,83
Berat air dalambiomassa = 100 ×30
= 2,649 gram
= 27,351 gram
N2 = 223,273 gram
N3 = 257,421 gram
0,5
Jumlah katalis HCl 32% = 100 × 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢
= 0,005 x 30
= 0,15 gram
= 0,102 gram
Berat air
3. Perolehan Pulp
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑢𝑙𝑝 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑢𝑙𝑝 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐵𝑙𝑎𝑐𝑘𝐿𝑖𝑞𝑢𝑜𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛𝐵𝑎𝑘𝑢
402
0,0025 × 11
𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = × 100%
0,3519 × 27,351
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐵𝑙𝑎𝑐𝑘𝐿𝑖𝑞𝑢𝑜𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛𝐵𝑎𝑘𝑢
424
0,005 × 11
𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = × 100%
0,3519 × 27,351
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐵𝑙𝑎𝑐𝑘𝐿𝑖𝑞𝑢𝑜𝑟
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛𝐵𝑎𝑘𝑢
425
0,007 × 11
𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 = × 100%
0,3519 × 27,351