You are on page 1of 12

TEST FLUORESEIN

1. Tujuan
Tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea.
2. Dasar
Zat warna fluoresein akan berubah berwarna hijau pada media alkali. Zat warna
fluoresein bila menempel pada epitel kornea yang defek akan memberikan
warna hijau karena jaringan epitel rusak bersifat lebih basa.
3. Alat
 Zat warna fluoresein 0,5%-2% tetes mata atau kertas fluoresein.
 Obat tetes anestetikum pantokain.

Gambar 1. Zat warna fluoresein tetes mata (atas) dan kertas fluoresein (bawah)
4. Teknik
 Mata ditetes pantokain 1 tetes.
 Zat warna fluoresein diteteskan pada mata atau kertas fluoresein ditaruh
pada forniks inferior selama 20 detik.
 Zat warna diirigasi dengan garam fisiologik sampai seluruh air mata
tidak berwarna hijau lagi.
 Dilihat bagian pada kornea yang berwarna hijau.
5. Nilai
 Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada epitel
kornea.
 Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang
mengakibatkan kerusakan epitel.

Gambar 2. Gambaran defek epitel pada keratitis epitel ditunjukkan dengan test
fluoresein
6. Catatan
Zat warna yang menempel pada defek epitel akan menghilang sesudah 30
menit. Larutan fluoresein dan rose Bengal dipergunakan untuk prosedur
pemeriksaan dan juga untuk menentukan letak serta besarnya kerusakan kornea
akibat trauma. Larutan rose Bengal lebih efisien untuk melihat kerusakan
kornea akan tetapi memberikan rasa sakit yang sangat kecuali jika diberi
sebelumnya anastetik topikal.

Ilyas, S. Fluoresein. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua,
cetakan kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2006
TES SENSIBILITAS KORNEA
Tujuan :
untuk memeriksa fungsi saraf trigerminus yang memberikan sensibilitas kornea
Alat:
1.Kapas
Teknik :
 Pasien diminta untuk melihat ke sisi yang berlawanan dengan yang bagian mata
yang akan diperiksa
 Pemeriksa menahan kelopak mata pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk
 Dari sisi lain (untuk mencegah terlihat) kapas digeser sejajar dengan permukaan
iris menuju pada kornea yang diperiksa
 Diusahakan gerakan kapas secara singkat dan tidak diketahui pasien
 Kapas ditempelkan pada permukaan kornea
 Amati ada tidaknya kedipan mata dan timbulnya lakrimasi serta perasaan nyeri
atau tidak nyaman yang diungkapkan pasien

Intepretasi Hasil :
Apabila terjadi reflek kedip berarti sensibilitas kornea baik dan saraf trigeminus normal
Reflek kedip menurun pada keratitis atau ulkus kornea herpes simplek dan infeksi

herpes zoster
Ilyas, S. Tes sensibilitas kornea. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi
kedua, cetakan kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2006
PEMERIKSAAN IRIS SHADOW

 Tujuan pemeriksaan iris shadow : untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa mata.
 Teknik pemeriksaan : menggunakan pen light dengan disinarkan pada pupil
membuat sudut 45ᴼ dengan dataran iris. Semakin sedikit lensa keruh pada bagian
posterior maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Sedang makin
tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa yang keruh.
 Penilaian pemeriksaan iris shadow :
o (shadow test +), bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya
jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya, ini terjadi pada
katarak imatur.
o (shadow test -), bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil
berarti lensa sudah keruh seluruhnya, ini terjadi pada katarak matur.

(Sumber : http://www.ajo.com/article/S0002-9394(27)91222-7/pdf)
PEMERIKSAAN TONOMETRI SCHIOTZ

Tujuan : Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata secara kuantitatif menggunakan

alat tonometer

Prosedur Pemeriksaan :

1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan

2. Pasien di tidurkan dengan posisi horizontal

3. Anestesi topikal dengan menggunakan tetes mata Pantocain 0,5%

4. Penderita diminta melihat keatas dengan melihat lurus pada jari

penderita yang di posisikan diatas mata yang akan diperiksa

5. Tonometri Schiotz kemudian diletakan diatas permukaan kornea

6. Selanjutnya baca skala yang ditunjukan oleh jarum

7. Sesuaikan hasil pembacaan dengan tabel konversi yang tersedia

(satuan mmHg)

Sumber :

Ilmu Penyakit Mata, Sidarta dan Sri Wahyuni, 2017, cetakan kelima, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia
TEST ISHIHARA

1. TUJUAN

Test ishihara adalah test yang dilakukan untuk memeriksa adanya buta warna

pada seseorang. Test ini berdasarkan penentuan pada angka atau pola

pseudoisokromatik yang ada pada kartu Ishihara. Test Ishihara terutama dipakai

untuk mengenal adanya cacat warna merah dan hijau, dan tidak dipakai untuk

gangguan biru dan kuning.

2. CARA PEMERIKSAN

Alat :

 Kartu Ishihara

Persiapan Pemeriksa:

 Pemeriksa normal kedua matanya

 Cuci tangan sebelum memeriksa

 Memastikan cahaya cukup

Persiapan Pasien:

 Pasien mengerti prosedur pemeriksaan

 Membaca dengan jarak normal membaca (30cm)

Pemeriksaan :

 Pasien diminta melihat kartu dan menentukan gambar

 Pasien diminta melihat dan menyebut gambar dalam warna tidak lebih

dari 10 detik
3. INTERPRESTASI

 Ditentukan ada atau tidak adanya buta warna merah dan hijau melalui

kartu interprestasi

 Dikenal dalam waktu 3-10 detik

 Bila lebih dari 10 detik berarti terdapat kelainan penglihatan warna

4. DAFTAR GAMBAR

Buku Test Ishihara


Gambar Pseudoisokromatik
Contoh Interprestasi Hasil

Daftar pustaka:
Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
PEMERIKSAAN BILIK MATA DEPAN
Tujuan:
Melihat kedalaman dari bilik mata depan. Menggunakan peralatan sederhana
pencahayaan lampu senter.
Cara:
Arahkan cahaya senter pada bilik mata depan pasien di mulai dengan mata kanan
terlebih dahulu. Evaluasi kedalaman bilik mata depan dengan mengarahkan sudut
lampu lurun dan 45 derajat.
Periksa kedalaman bilik mata depan dengan sinar yang diarahkan dari temporal
limbus. Tentukan dalam dan kejernihannya.

Interpretasi:
Dalam jika iris sejajar dan rata. Semit jika ada bayangan iris.

Laboratorium Klinik FK UMM, 2015. Pengantar Klinik Panca Indera Mata. UMM Press. Pp 7
PEMERIKSAAN SCHIRMER
Tujuan: untuk memeriksa jumlah produksi air mata dalam waktu 5 menit.
Cara:
1. Informed consent terlebih dahulu
2. Cuci tangan sesuai prosedur
3. Dudukan pasien dengan sandaran kepala
4. Bersihkan margo palpebral menggunakan tissue kering atau lidi kapas jangan
menggunakan cairan
5. Tekuk kertas strip sesuai tanda membentuk sudut 120 derajat
6. Buka kertas schirmer jangan sampai menyentuh tangan
7. Minta pasien untuk melihat ke atas kemudian buka palpebral inferior
8. Letakan kertas strip pada 1/3 fornix lateral
9. Pasien di minta menutup mata
10. Tunggu hingga 5 menit
11. Catat hasil
Interpretasi Hasil:
Normal 10-20 mm

Laboratorium Klinik FK UMM, 2015. Pengantar Klinik Panca Indera Mata. UMM Press. Pp 7
PEMERIKSAAN MATA

Di Susun Oleh:
Kelompok C-26
Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Malang
Bagian Ilmu Mata RS Haji Surabaya
2018

You might also like