You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat, hal
ini memberi tanda bahwa semakin majunya peradaban manusia. Salah satu
wujudnya adalah kesibukan manusia yang kian meningkat, hal inilah yang
menuntut para ilmuwan untuk berusaha menciptakan suatu alat atau mesin yang
berfungsi membantu kinerja manusia. Kendaraan bermotor merupakan salah satu
alat transportasi yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, baik untuk
kendaraan roda dua maupun untuk kendaraan roda empat.

Motor bakar merupakan salah satu mesin yang digunakan sebagai


penggerak mula-mula alat transportasi. Motor bakar merupakan suatu mesin
konversi energi yang merubah energi kalor menjadi energi mekanik. Dengan
adanya energi kalor sebagai suatu penghasil tenaga maka sudah semestinya mesin
tersebut memerlukan bahan bakar dan sistem pembakaran yang digunakan sebagai
sumber kalor. Motor bakar yang menggunakan bahan bakar bensin disebut dengan
motor bensin dan motor bakar torak yang menggunakan bahan bakar solar disebut
motor diesel. Motor bensin memperoleh tenaga dari hasil pembakaran bahan
bakar dan udara menghasilkan daya. Pada sepeda motor sebagian besar masih
menggunakan karburator yaitu alat yang digunakan untuk mencampur antara
bahan bakar bensin dan udara supaya menjadi gas pada motor bensin disebut
karburator. (Haryono, 1995)

1
1.2. Tujuan Pengujian
1. Untuk mengetahui prestasi kerja motor bakar
2. Untuk mengetahui siklus bakar diagram P-V
3. Untuk mengetahui hubugan antara parameter-parameter
 daya terhadap putaran
 Konsumsi Bahan Bakar terhadap putaran
 Efisiensi terhadap putaran
 Daya terhadap beban
 Konsumsi bahan bakar terhadap beban
 Efisiensi terhadap beban
4. Untuk menganalisa gas hasil pembakaran
5. Untuk mengetahui neraca panas pada motor bakar

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Umum Motor Bakar


Secara umum pengertian motor bakar diartikan sebagai pesawat yang dapat
mengubah suatu bentuk energi thermal menjadi bentuk energi mekanik. Motor
bakar dapat pula diartikan sebagai pesawat dan energi kerja mekaniknya diperoleh
dari pembakaran bahan bakar dalam pesawat itu sendiri. Oleh karena itu, motor
bakar yang pembakarannya terjadi di dalam pesawat itu sendiri disebut pesawat
tenaga dengan pembakaran dalam (Internal Combustion Engine).
Pada mulanya perkembangan motor bakar torak dengan motor bakar
bensin ditemukan oleh Nichollus Otto pada tahun 1876. Karena bentuknya kecil
dan tenaganya besar juga mudah dihidupkan dan sangat praktis, maka
memberikan kemungkinan untuk dapat mempergunakan motor tersebut diberbagai
lapangan kerja dengan aneka macam ragamnya.
Motor bakar torak menggunakan silinder tunggal atau beberapa silinder.
Salah satu fungsi torak disini adalah sebagai pendukung terjadinya pembakaran
pada motor bakar. Tenaga panas yang dihasilkan dari pembakaran diteruskan
torak ke batang torak, kemudian diteruskan ke poros engkol yang mana poros
engkol nantinya akan diubah menjadi gesekan putar.

2.2. Klasifikasi dan jenis Motor Bakar


Motor bakar dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam. Adapun
pengklasifikasian motor bakar adalah sebagai berikut:
2.2.1. Bedasarkan Sistem Pembakaran
a. Motor Pembakaran Dalam
Pada motor pembakaran dalam, proses pembakaran bahan bakar terjadi di
dalam mesin itu sendiri, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung bisa
diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya : pada turbin gas, motor bakar torak
dan mesin propulasi pancar gas.

3
b. Motor Pembakaran Luar
Pada motor pembakaran luar ini, proses pembakaran bahan bakar terjadi di
luar mesin itu, sehingga untuk melaksanakan pembakaran digunakan mesin
tersendiri. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah
menjadi tenaga gerak, tetapi terlebih dulu melalui media penghantar, baru
kemudian diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya pada ketel uap dan turbin
uap.

2.2.2. Bedasarkan Sistem Penyalaan


a. Motor Bensin
Motor bensin dapat juga disebut sebagai motor otto. Motor tersebut
dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi menghasilkan loncatan bunga api
listrik yang membakar campuran bahan bakar dan udara karena motor ini
cenderung disebut spark ignition engine. Pembakaran bahan bakar dengan udara
ini menghasilkan daya. Di dalam siklus otto (siklus ideal) pembakaran tersebut
dimisalkan sebagai pemasukan panas pada volume konstan.
b. Motor diesel
Motor diesel adalah motor bakar torak yang berbeda dengan motor bensin.
Proses penyalaannya bukan menggunakan loncatan bunga api listrik. Pada
waktu torak hampir mencapai titik TMA bahan bakar disemprotkan ke dalam
ruang bakar. Terjadilah pembakaran pada ruang bakar pada saat udara udara
dalam silinder sudah bertemperatur tinggi. Persyaratan ini dapat terpenuhi
apabila perbandingan kompresi yang digunakan cukup tinggi, yaitu berkisar 12-
25.(Arismunandar. W, 1988)
2.2.3. Berdasarkan Proses kerja
a. Mesin Empat langkah
Adalah empat langkah torak dan dua kali putaran poros engkol yang
diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus, siklus tersebut adalah pengisian
(Intake), Kompresi, Usaha (power), dan pembuangan. Pada mesin dengan
pembakaran kompresi (diesel) hanya udara yang diinduksikan dan
dikompresikan kedalam silinder. Saat torak mendekati titik TMA, bahan bakar
akan diinjeksikan kedalam slilinder melalui semburan nozzle sehingga terjadi

4
pembakaran. Pembakaran berakhir saat melalui langkah usaha yang
merupakan langkah ekspansi Isentropik.
b. Mensin Dua Langkah
Mesin otto dua langkah biasanya tidak dilengkapi oleh katup buang
sehingga lubang harus dibuang pada dinding silinder diatas kepala torak saat
torak berada di TMB yang di tempatkan bersebrangan dengan lubang sisi
masuk.

 Volume Langkah (VL)


Adalah volume piston dari TMA ke TMB yang dirumuskan
𝝅
VL = 𝟒 . 𝑫𝟐 . 𝑳

Dimana :
VL = volume langkah (m3)
D = diameter silinder (m) = 0,64 m
L = panjang langkah piston (m) = 0,45 m
Perbandingan kompresi (v1/v2) = 2
Dimana :
v1 = volume saat piston berada di TMB
v2 = volume saat piston berada di TMA

 Proses Kerja dari motor bakar


1. langkah 1 : langkah isap
Gerakan torak dari TMA ke TMB, proses 0-1 proses isobaric (P = c),
diama keadaan gas (bahan bakar) dalam silinder dipanaskan sehingga piston
bebas bergerak dan bahan bakar/gas dalam silinder akan berubah dari keadaan
1 ke keadaan 2 yang sama terperatur dan volume betambah besar dan
tekanannya tetap. P1 = P0

Diaman : P0 = tekanan udara ruangan


P1 = tekanan

5
2. langkah II : Langkah Kompresi

Gerakan torak dari TMB ke TMA


Proses 1-2 ; proses adiabatik ( P.Vk = c ), dimana proses berlangsung tidak ada
panas yang masuk atau keluar system.
𝑃1 . 𝑉1𝑘 = 𝑃2 . 𝑉2𝑘

dimana :

k = indeks ekpansi atau kompresi, untuk gas ideal standart = 1,4.

Dilanjutkan dengan proses pemasukkan panas secara isobarik ( V=c ), dimana


keadaan gas diubah dari keadaan awal ke keadaan akhir dengan memanaskan
silinder, sedang torak ditahan supaya jangan bergerak sehingga volume gas
dalam silinder tetap dan tekanan akan naik. Proses 2-3 ; volume konstan (V2 =
V3)

𝑃2. 𝑉2 𝑃3. 𝑉3
=
𝑇2 𝑇3

𝑃2 𝑃3
=
𝑇2 𝑇3

𝑃2. 𝑇3
𝑃3 =
𝑇3

3. Langkah III ; langkah Usaha

Gerak torak dari TMA ke TMB


Proses 2-4 ; proses adiabatik ( P.Vk = c )
𝑃2 . 𝑉3𝑘 = 𝑃3 . 𝑉4𝑘

𝑚 . 𝑅 . 𝑇3 . 𝑉3𝑘−1 = 𝑚. 𝑅. 𝑇4 . 𝑉4𝑘−1

untuk mencari T2 didapatkan dari rumus (sumber : “ sudarman


Thermodinamika II Terpakai “. Hal 72)

𝑇2 𝑉1
= {𝑉2}k-1
𝑇1

6
dimana : T1 = suhu awal (suhu ruangan =27oC)

T1 = 27 + 273 = 300 K

4. Langkah VI; langkah buang

Gerakkan torak dari TMB ke TMA


Proses 1-0 ; adalah proses isobarik ( P=konstan ) Po = P1

2.3. Siklus dan Termodinamika Motor Bakar

Keterangan:

 Langkah 0-1 adalah langkah isap. Campuran udara dan uap


bensinmasuk ke dalam silinder.
 Langkah 1-2 adalah langkah pemampatan. campuran udara dan
uap bensin ditekan secara adiabatik
 Garis 2-3 adalah pembakaran secara cepat yang
menghasilkan pemanasan gas pada volume konstan. Campuran uda
ra dan uap bensin dipanaskan pada volume konstan campuran
dibakar.

7
2.3.1. Siklus Daya Otto

Siklus otto yang sebenarnya sangat tergantung pada rasio udara dan bahan
bakar baik dari komposisi udara maupun komposisi bahan bakarnya sehingga
semua komponen variabel perhitungan(cp,k) tidak konstan. Agar pendekatan
siklus ini mudah dipahami, maka yang dibahas adalah siklus udara standarnya.
Efisiensi siklus otto merupakan fungsi perbandingan kompresi motor dan harga k
untuk fluida kerja. Dengan demikian perbandingan kompersi merupakan variabel
yang sangat penting dalam operasi motor sebenarnya.

Untuk perhitungan siklus udara standar kita asumsikan sebagai berikut:

 Fluida kerja berupa udara dianggap memiliki kalor jenis konstan


 Saat terjadi pembakaran, temperatur naik sesudah kompresi dan terjadi
perpindahan kalor ke fluida kerja.
 Tempat berakhir, pembuangan, dan pemasukan proses pendinginan
volume konstan kembali ke udara ekspansi ke temperatur rendah pada saat
awal proses kompresi.

Efisiensi siklus otto:


Q1  Q2

Q1`
Atau:
T1 1
  1  1
T2 T2
T1
1
  1
 v1 
 v2 

Efisiensi ideal siklus otto sebagaimana persamaan diatas mengundang orang


untuk menaikkan perbandingan kompresi.Dalam mesin sebenarnya, efisiensi yang
terjadi berada dibawah kondisi ideal sebagai akibat dari gesekan, perpindahan
kalor ke dinding silinder, kalor jenis yang bervariasi, pembakaran yang tak
sempurna, dan sebagainya.Oleh karena itu untuk mencapai efisiensi termis yang
tinggi tidak bisa hanya menaikkan perbandingan kompresi dengan harapan bisa
mencapai keadaan yang ideal. Apabila perbandingan kompresi dinaikkan, akan

8
terjadi ketukan (knocking) yang menjatuhkan nilai efisiensi menjadi sangat
rendah.
Saat campuran udara dibakar dengan percikan api, flame front sangat
menentukan. Ini akan mengusap dan memotong ruang bakar, menekan campuran
yang tak terbakar didepannya dalam berbagai cara isentropik. Jika fraksi ini tak
terbakar yang tersisa tempereturnya terlalu tinggi dan berada terlalu lama dalam
silinder, maka medium kerja baru yang dimasukkan kedalam silinder selama
proses kompresi akan terjadi pembakaran sendiri (auto ignition) yang hebat.
Tekanan yang tidak seimbang didalam silinder akan membuat usapan gelombang
tekanan balik dan seterusnya dapat mengurangi volume ruang bakar. Selanjutnya,
hal ini menaikkan kerugian kalor dari silinder, berakibat mereduksi kerja keluaran
dan juga efisiensi mesin.Pada kasus yang ekstrim, detonasi mengakibatkan
kerusakan torak secara fisik.

2.3.2. Siklus daya diesel


Siklus diesel merupakan sklus dengan pembakaran kompresi yakni
memanfaatkan kompresi udara yang tinggi untuk membakar bahan
bakarnya.Dalam hal ini udara dimampatkan hingga mencapai tekanan tinggi
sehingga temperatur juga tinggi.Saat mendekati titik mati atas, bahan bakar
disemprotkan kedalam silinder ke udara yang telah mempunyai tekanan dan
temperatur tinggi dan terbakar segera saat disemprotkan. Efek kombinasi antara
terbakarnya bahan bakar dan penambahan volume membuat proses penambahan
kalor mendekati proses isobar. Di satu titik pada awal langkah kerja, yang disebut
fuel-cut off, pemberian bahan bakar dihentikan dan piston meneruskan proses
ekspansi isentropik hingga mencapai titik mati bawah dan diteruskan ke
pembuangan.

Efesiensi siklus diesel :

Q1  Q2

Q1
Didefinisikan perbandingan kompresi rc sebagai v1/v2, cut off ratio adalah
(v2/v3) dan perbandingan ekspansi (v3/v4), maka:

T 3 v3
L  , dan
T 2 v2

  1
1  Lk  1
krc  L  1 
k-1

9
Dalam siklus ini terlihat bahwa efisiensi termal merupakan fungsi perbandingan
kompresi, perbandingan cut off ratio dan k untuk penggunaan gas sebagai fluida
kerja. Jika L menjadi besar, efisiensi termal menjadi turun, oleh karena kalor
dimasukkan terlalu lama kedalam langkah kerja dengan konsekuensi kerja
ekspansi semakin kecil.Jika L mendekati satu efisiensi mendekati efisiensi siklus
otto diman semua kalor diberikan pada titik mati atas.

2.4. Daya Motor bakar

1. Daya generator
Ng = v x I + (v2 x I2)0.33 x 1.36 x 10-3 (HP)

2. Daya efektif
Ng
 Ne = (HP)
g
 g = efisiensi generator = 0.75 Pm Vl
3. Daya mekanis
PmxV1xnxi
 Nm = ( HP )
4500 xZ
 Pm : tekanan mekanis rata-rata (kg/m2) = A + B +Vp
 A : 0.04 kg/cm2 = 4 x 102 kg/m2
 B : 0.0135 kg sec/cm3 = 1.35 x 102 kg sec/m3
n
 Vp : L x (m / s)
30
 L : panjang langkah piston (m)
 n : putaran poros engkol (Rpm)

 VL: volume langkah piston (m3) = x D2 x L
4
 D : diameter silinder (m)
 i : jumlah silinder
 Z : power stroke cycle ratio = 2
4. Daya indikasi
 Ni = Ne + Nm (HP)
2.5. Kebutuhan Bahan Bakar

- Konsumsi bahan bakar Spesifik


SFC = 3600 .Fb .𝜌 [kg/jam]
Fb = konsumsi bahan bakar [cc/detik]
- Konsumsi bahan bakar Spesifik Efektif
ESFC = SFC/Ne [kg/jam=HP]

10
- Konsumsi bahan bakar Spesifik Indikasi
ISFC = SFC / Ni [kg/jam-HP]
2.6. Kebutuhan udara Pembakaran
Udara sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran karena dalam udara
terdapat zat penbakar. Udara tidak hanya terdiri dari zat pembakar (zat asam) saja
tetapi juga gas yang lainnya.Udara yang dimasukkan untuk proses pembakaran
harus sesuai dengan kebutuhan. Agar didapat campuran yang baik antara bahan
bakar minyak tersebut dengan udara. Oleh karena itu, mengetahui kebutuhan
udara dalam proses pembakaran merupakan hal yang sangt penting.
 Perbandigan udara – bahan bakar aktual

Persamaan reaksi permbakaran udarah – bahan bakar, a CnHn + b O2 + c H2 –


d CO2 + e O2 + f CO + g H2 + h H2O. dari kesetimbangan reaksi diatas dapat
ditentukan komponennya melalui analisa osrat.

(𝑏+𝑐)𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
[A/F]act = 𝑎 𝐵𝑀
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟

 Perbandingan Udara – Bahan Bakar Standar


Untuk perbandingan udara – bahan bakar standar dicari dengan persamaan A
CnHn + b O2 + c H2 – d CO2 + e HO2 + f H2. Kompenen-komponen
kesetimbangan di atas dapat ditentukan bedasarkan stoklometri, sehingga
perbandingan udara – bahan bakar :
(𝑏+𝑐)𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
[A/F]st = 𝑎 𝐵𝑀
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
𝐴
[ ]𝑎𝑐𝑡
𝑓
Faktoe kelebihan udara 𝛼 = 𝐴
[ ]𝑠𝑡
𝑓

 Neraca Panas
- Panas hasi pembakaran Bahan Bakar dan udara
Qb = SFC . LHV [kkal/jam]
LHV=nilai bahan bakar rendah = 1000 [kkal/jam]
- Panas untuk kerja indekasi
Q1 = 632.N [kkal/jam]
- Panas untuk kerja efektif
Qe = 632. Ne [kkal/jam]

11
- Kerugian panas pembakaran
Qt = Qb – Q1 {kkal/jam]
2.7. Reaksi Pembakaran
Dalam proses pembakaran maka tiap macam bahan bakar selalu
membutuhkan sejumlah udara tertentu agar bahan bakar tadi dapat dikeluarkan
secara sempurna. Adapun reaksi kimia dari pembakaran:
C8H18 + 12.5O2 8CO2 + 9H2O
Kelebihan udara muncul pada hasil reaksi dalam jumlah yang sama. Bila
bahan bakar mengandung oksigen, maka prosedurnya juga sama seperti
sebelumnya, bahwa adanya oksigen dalam bahan bakar akan mengurangi oksigen
yang dimasukkan.
Neraca panas:
 Panas hasil pembakaran : Qb = SFC x LHV (Kkal/jam)
 LHV = nilai bakar bahjan bakar= 10600 (Kkal/jam)
 Panas untuk kerja indikasi : Qi = 632 Ni (Kkal/jam)
 Panas untuk kerja efektif : Qe = 632 Ne (Kkal/jam)
 Kerugian panas pembakaran : Qt = Qb – Qi (Kkal/jam)

12
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1. Data Teknis Percobaan

A. Motor bakar

1. Merk/type motor : HONDA/G.100


2. Sistem pendingin : Udara
3. Sistem pengapian : Magnet
4. Jumlah silinder : 1
5. Jumlah langkah : 4
6. Panjang langkah : 46 mm
7. Diameter silinder : 64 mm
8. Daya motor : 3,6 Hp/3600 rpm
9. Diameter orifis : D/d= 20/10 mm

B. Genarator

1. Type : G.100
2. Tengangan : 110V / 10 A

3.2 Skema Instalasi

13
Keterangan gambar

1. Motor
2. Generator Listrik
3. Alat ukur konsumsi udara
4. Analisa Orsat
5. Temperature gas buang
6. Saluran gas buang
7. Konsumsi bahan bakar
8. Katup bahan bakar
9. Tangki bahan bakar
10. Circuit breaker
11. Beban lampu

3.3. Prosedur Percobaan

1. Memastikan bahwa perangkat percobaan dalam kodisi siap dipakai.


2. Menghidupkan mesin pada putaran rendah, lihat semua alat ukur sampai
bekerja normal.
3. Menghubungkan mesin dengan generator, hidupkan beban listrik pada
beban rendah.
4. Melakukan ketentuan percobaan sesuai yang diminta oleh pembimbing
seperti :
 Variabel speed dengan beban konstan, buka saklar beban throttle secara
bervariasi dimulai dari beban rendah sehingga didapat variasi putaran
poros sedangkan beban konstan.
 Variabel load dengan kecepatan putaran konstan, diharapkan putaran
mesin konstan sedangkan beban berubah – ubah dari beban rendah
berdasarkan keluaran generator.
1. Mengambil seluuh data yang diperlukan sesuai dengan lembar data yang
ada.
2. Untun menganalsa gas buang, digunakan orsat aparatur.

14
Cara kerja :
Untuk menganalisa gas buang kita harus memasukan gas buang dengan
cara katup cock E dibuka agar gas buang dapat masuk. Selanjutnya
levelling Bottle diturunkan sehingga permukaan air di dalam ruangan yang
kosong akan teisi gas buang. Setelah itu katup E, ditutup kembali agar gas
buang yang masuk Measuring Burette tidak keluar lagi. Selanjutnya
permukaan air yang terbaca pada skala Measuring Burette dicatat, V
berarti volueme gas buang dianalisa Vgas = 100 cc – V.

a. Mengukur volume gas CO2

Gas buang yang telah diukur tersebut kemudian dimasukkan kedalam


pipet B dengan cara membuka katup b, sedangkan katup yang lain tetap
tertutup. Cairan pada pipet b dikocok dengan cara menaikturunkan Levelling
Bottle agar terjadi penyerapan gas CO2 dengan baik. Kemudiancairan
permukaan dipipet B disamakan kembali pada posisi sebelum dikocok
dan katup b ditutup kembali. Pada Mesurring Burette akan terbaca skala
dengan volume V1 maka volume gas CO2terserap : VCO2 = V1– V

b. Mengukur volume gas CO2


Selanjutnya memasukkan gas buang ke dalam pipet C maka katup c
dibuka. Dengan cara yang sama seperti langkah diatas maka akan terbaca

15
skala pada Measuring Burette V2 dari volume gas O2 yang terserap. VO2 =
V2 – V1

c. Mengukur volume gas CO


Seperti pada langkah pengukuran gas CO2 dan O2 maka didapakan
pada skala Measuring Burette V3 dan volume gas CO yang terukur :
VCO = V3-V2.
d. Mengukur volume gas N2
Volume gas ini merupakan sisa pengukuran dari volume gas CO2, O2,
dan CO. jadi gas N2 yang terserap adalah :
VN2 : Vgas – VCO2 – VO2– VCO
3. Setelah percobaan selesai :
 Kurangi kecepatan mesin dan mematikan mesin
 Tutup katup bahan bakar
 Bersihkan alat-alat percobaan.

3.4. Variabel Speed dan Beban Konstan

Melakukan seluruh rangkaian prosedur percobaan dari nomor 1 sampai


dengan nomer 6, pada kecepatan putaran motor yang bervariasi dimulai dari
putaran yang rendah ke putaran yang tinggi sedangkan beban lampu dibuat
konstan.

3.5. Variabel Load dan Puataran Konstan

Melakukan seluruh rangkaian prosedur percobaan dari nomer 1 sampai


dengan nomer 6, pada beban lampu yang bervariasi dimulai dari beban yang
rendah ke beban yang tinggi sedangkan putaran motor dibuat konstan.

16
BAB IV
ANALISA DATA

4.1. Data Hasil Pengujian

4.1.1. Pengujian varibel speed – constan load

PARAMETER HASIL PENGUKURAN PENGUJIAN


1 2 3 SATUAN
PUTARAN 513 785 824 Rpm
BEBAN 100 100 100 Watt
TEGANGAN 250 250 250 Volt
ARUS 2,5 2,5 2,5 Ampere
KONSUMSI UDARA 12 12 12 Mm hg
KONSUMSI BB. 1/17 1/18 1/18 Cc/det
VOLUME GAS BUANG 100 100 100 mL
VOLUME CO 15 22 13 mL
VOLUME O2 8 9 15 mL
VOLUME CO2 41 35 36 mL
VOLUME N2 34 34 36 mL
TEMP. GAS BUANG 71,6 75,7 83,1 ˚C

4.1.2. Pengujian variabel load – konstan speed

PARAMETER HASIL PENGUKURAN PENGUJIAN


1 2 3 SATUAN
PUTARAN 1712 1712 1712 Rpm
BEBAN 120 110 95 Watt
TEGANGAN 280 260 250 Volt
ARUS 2,3 2,4 2,6 Ampere
KONSUMSI UDARA 12 12 12 Mm hg
KONSUMSI BB 1/18 1/20 1/20 Cc/det
VOLUME GAS BUANG 100 100 100 mL
VOLUME CO 20 22 21 mL
VOLUME O2 11 3 6 mL
VOLUME CO2 28 26 27 mL
VOLUME N2 41 49 46 mL
TEMP. GAS BUANG 97,8 94,3 93,2 ˚C

17
4.2. Perhitungan Data

4.2.1. Daya motor

 Daya generator
Ng = [(v x I) + ( v2 x I2 )0.33] x 1.36 x 10-3 (HP)

= [(250 x 2,5) + (2502 x 2,52 )0.33]x 1,36 x 10-3 (HP)

= 0,9452 HP

 Daya efektif
Ng
Ne = (HP )
g

0,9452
= ( HP )
0,75

= 1,2603 HP

 Daya mekanis

1. V1= x D2 x L (m3 )
4
3.14
= x 0,0642 x 0,046 (m3)
4

= 0,0001479 m3

2. Pm = A + B x Vp
 513x0,46 
= 400 + 135 x 
 30 

= 400 + 135 x 7,866

= 1461,91 (Kg/m2)

3. Nm = Pm x V1 x n x i
4500 x 2

2708,5 x0,0001479 x513x 2,5


=
4500 x 2

= 0,0308 HP

18
 Daya indikasi
Ni = Ne + Nm

= 1,2603 + 0,0308

=1,2912 HP

4.2.2. Kebutuhan bahan bakar


 Konsumsi bahan bakar spesifik
3600
SFC = x Fb x ρ (kg/jam)
1000

3600
= x 1/17 x 0.785 (kg/jam)
1000

= 0.1662 (kg/jam)

 Konsumsi bahan bakar spesifik efektif


SFC
ESFC = (kg/jam.HP)
Ne

0,1662
=
1,2603

= 0,1319 (kg/jam.HP)

 Konsumsi bahan bakar spesifik indikasi


SFC
ISFC =
Ni

0,1319
=
1,2912

= 0,1287 (kg/jam.HP)

4.2.3 Kebutuhan bahan bakar


 Perbandingan bahan bakar aktual
Komposisi gas hasil pembakaran
 CO2 = 28 mL
 O2 = 11 mL
 CO = 20 mL
 N2 = 41 mL

19
Bahan bakar yang dipakai bensin (C8H18). Reaksi perubahan aktual :

aC8H18 + bO2 + cN2↔ dCO2 + eO2 + fCO + gH2 + hH2O

dimana :

( d  f ) (28  20)
Harga Karbon ↔a = = =6C
8 8

(18 xa) (18 x6)


Harga Hidrogen↔g = = = 54 H
2 2

2 xd  2 xe  f  g
Harga Oksigen ↔b =
2

2 x 20  2 x11  20  42.75
= = 62,375 O2
2

Maka reaksinya :

6 C8H18 + 62.375 O2 + 41 N2 ↔ 11 CO2 + 11 O2 +10 CO + 54 H2O + 41


N2

Analisa orsat:

No Item mL %
1 O2 62,375 60,33857316
2 N2 41 39,66142684
Total 103,375 100

626,375
𝑂2 = 103,375 ∗ 100 = 60,33857316 %

41
𝑁2 = 103,375 ∗ 100 = 39.66142684 %

Berat atom↔O = 16, N = 14, C = 12, H = 1

Berat molekul udara dimana dalam udara mengandung 60,33857316%


O2 dan 39,66142684% N2. Jadi berat molekul udara adalah :

BMudara= 60,33857316% x (16x2) + 39,66142684% x (14x2) =


30.4135429264Kg mol udara

20
Berat molekul bahan bakar C8H18

BMbahan bakar= (8x12)+(1x18) = 114 Kg mol bahan bakar

Jadi :

𝐴 (𝑏 + 𝑐) × 𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 (62.375 + 41) × 30,4135429264


[ ] = =
𝐹 𝑎𝑐𝑡 𝑎 × 𝐵𝑀𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 6 × 114
𝐾𝑔𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
= 4,59649122
𝐾𝑔𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟

 Perbandingan udara – bahan bakar standar:


Untuk harga perbandingan campuran standar persamaannya sama
dengan paersamaan actual sedangkan kesetimbanagan kimia ruas kana
tidak memiliki CO dan O2 sehingga sebelah kanan dianggap
sempurna :

aC8H18 + bO2 + cN2 dCO2 + eH2O + fN2

Dimana :

 a=1
𝑦 18
 aCx Hy a = 1, x = 8, y = 18, b = a [𝑥 + 4] = 1 [8 + ]
4

= 12.5
 c = b * 3.76 = 12.5*3.76 = 47
8∗12
 d=[ ]=8
12
18∗𝑎 18∗1
 e=[ ]= [ ]=9
2 2

Jadi reaksi pembakarannya adalah :

C8H18 + 12.5 O2 + 47 N28 CO2 + 9 H2O + 47 N2

Analisa Orsat :

No Item mL %
1 O2 12.5 21.00840336
2 N2 47 78.99159664
Total 59.5 100

21
12.5
𝑂2 = 59.5 ∗ 100 = 21.00840336 %

47
𝑁2 = 59.5 ∗ 100 = 78.99159664 %

Berat atom O = 16, N = 14, C = 12, H = 1

Berat molekul udara dimana dalam udara mengandung 21.00840336


% O2 dan 78.99159664 % N2. Jadi berat molekul udara adalah :

BMudara= 21.00840336 %*(16*2)+ 78.99159664 %*(14*2) =


28.84033613 Kg mol udara

Berat molekul bahan bakar C8H18

BMbahan bakar = (8*12)+(1*18) = 114 Kg mol bahan bakar

Jadi :

𝐴 (𝑏 + 𝑐) ∗ 𝐵𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑔𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
[ ] = = 15.11
𝐹 𝑠𝑡 𝑎 ∗ 𝐵𝑀𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 𝐾𝑔𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟

 Faktor kelebihan udara:


𝐴
[ ] 6.463527 𝐾𝑔𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐹 𝑎𝑐𝑡
𝛼= 𝐴 = = 0.4278
[ ] 15.11 𝐾𝑔𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
𝐹 𝑠𝑡

4.2.4. Reaksi pembakaran


Neraca panas :
 LHV = nilai bahan bakar
= 10600 (kkal/jam)
 Panas hasil pembakaran
Qb = SFC x LHV (kkal/jam)

= 0,1662 x 10600 (kkal/jam)

= 1762,0941 kkal/jam
 Panas untuk kerja indikasi
Qi = 632 x Ni (kkal/jam)

= 632 x 1,3174 (kkal/jam)

= 46,6198 kkal/jam

22
 Panas untuk kerja efektif
Qe = 632 x Ne ( kkal/jam)

= 632 x 0.0583 (kkal/jam)

= 36,8401 kkal/jam
 Kerugian panas pembakaran
Qt = Qb - Qi

= 4103,5068 - 46,6198 kkal/jam

= 4056.8870 kkal/jam
Variable speed – Constant load

NOTASI SATUAN DATA

1 2 3

Ng Hp 0,9452 0,9452 0,9452

Ne Hp 1,2603 1,2603 1,2603

Nm Hp 0,0308 0,0654 0,0714

Ni Hp 1,2912 1,3257 1,3317

SFC Kg/jam 0,1662 0,1570 0,1570

ESFC Kg/jam.Hp 0,1319 0,1246 0,1246

ISFC Kg/jam.Hp 0,1287 0,1184 0,1179

[A/F]st Kgudr/KgBB 15,135 15,135 15,135

[A/F]act Kgudr/KgBB 4,3829 4,3223 5,0280

A 0,2896 0,2856 0,3322

Qb kkal/jam 1762,0941 1664,2000 1664,2000

Qi kkal/jam 816,0133 837,8348 841,6161

Qe kkal/jam 796,5223 796,5223 796,5223

Qt kkal/jam 946,0808 826,3652 822,5839

ηm % 0,9761 0,9507 0,9464

23
Ηv % 0,00032791 0,00021429 0,00020415

Nst Hp 1,0260 1,0260 1,0260

ESFCst Kg/Hp.jam 0,1620 0,1530 0,1530

Variable load – Constant speed

NOTASI SATUAN DATA

1 2 3

Ng Hp 0,9730 0,9438 0,9817

Ne Hp 1,2973 1,2584 1,3090

Nm Hp 0,1111 0,1111 0,1111

Ni Hp 1,4084 1,3694 1,4200

SFC Kg/jam 50,8680 56,5200 56,5200

ESFC Kg/jam.Hp 39,2104 44,9152 43,1785

ISFC Kg/jam.Hp 36,1184 41,2725 39,8016

[A/F]st Kgudr/KgBB 15,135 15,135 15,135

[A/F]act Kgudr/KgBB 4,3829 4,9181 4,9393

Α 0,2896 0,3250 0,3264

Qb kkal/jam 539200,8000 599112,0000 599112,0000

Qi kkal/jam 890,0896 865,4823 897,4683

Qe kkal/jam 819,8988 795,2915 827,2776

Qt kkal/jam 538310,7104 598246,5177 598214,5317

Ηm % 0,9211 0,9189 0,9218

Ηv % 0,00019634 0,00019632 0,00019632

Nst Hp 1,0260 1,0260 1,0260

ESFCst Kg/Hp.jam 49,5789 55,0877 55,0877

24
4.3. Pembahasan Grafik Dan Parameter
4.3.1. Pengujian Varibel Speed-Konstan Load

GRAFIK HUBUNGAN DAYA TERHADAP PUTARAN


1.4000
1.2912 1.3257 1.3317
1.2603 1.2603 1.2603
1.2000
1.0000 Ng
0.9452 0.9452 0.9452
DAYA (Hp)

0.8000 Ne
Nm
0.6000
Ni
0.4000
0.2000
0.0308 0.0654 0.0714
0.0000
513 785 824
PUTARAN (rpm)

Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat


dijelaskan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 513rpm artinya
pada putaran 513rpm dengan daya 0.0308 HP,pada putaran 785 dengan daya
0,0654 HP, pada putaran 824 rpm dengan daya 0,714 HP

GRAFIK HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR


TERHADAP PUTARAN
0.1800
0.1600 0.1662
0.1570 0.1570
KONSUMSI BAHAN BAKAR

0.1400
0.1319
0.1287 0.1246 0.1246
0.1200 0.1184 0.1179
0.1000
(Kg/Jam.Hp)

0.0800 SFC
0.0600 ESF
0.0400 C
ISFC
0.0200
0.0000
513 785 824
PUTARAN (rpm)

25
Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat
dijelaskan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 513rpm artinya
pada putaran 513rpm dengan daya 0.1287 HP,pada putaran 785 dengan daya
0,1184 HP, pada putaran 824 rpm dengan daya 0,1179 HP

GRAFIK HUBUNGAN EFFISIENSI TERHADAP


PUTARAN
1.2000
1.0000 0.9761 0.9507 0.9464
EFFISIENSI (%)

0.8000
Eff Mekanis
0.6000
Eff Volumetrik
0.4000
0.2000
0.0000 0.00032791 0.00021429 0.00020415
513 785 824
PUTARAN (rpm)

Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat


dijelaskan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 513rpm artinya
pada putaran 513rpm dengan daya 0.00032791 HP,pada putaran 785 dengan
daya 0,00021429 HP, pada putaran 824 rpm dengan daya 0,00020415 HP.

4.3.2. Pengujian Varibel Load-Konstan Speed

GRAFIK HUBUNGAN DAYA TERHADAP BEBAN


1.6000
1.4000 1.4084 1.3694 1.4200
1.2973 1.2584 1.3090
1.2000
Ng
DAYA (Hp)

1.0000 0.9730 0.9817


0.9438 Ne
0.8000
Nm
0.6000
Ni
0.4000
0.2000
0.1111 0.1111 0.1111
0.0000
120 110 95
BEBAN (Watt)

26
Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat
dijelaskan bahwa daya didapatkan pada putaran 120 rpm artinya pada putaran
120 rpm daya minimumnya adalah 0,1111 HP,pada putaran 110 rpm daya
minimumnya adalah 0,1111 HP, arti, pada putaran 95 rpm daya minimumnya
adalah 0,1111 HP, sedangkan untuk hubungan konsumsi bahan bakar (SFC)
dengan putaran 120 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar 50,8880 Kg/Jam,
putaran 110 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar 56,5200 Kg/Jam, putaran
95 rpm didapatkan konsumsi bahan bakar 56,5200 Kg/Jam.

GRAFIK HUBUNGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR


TERHADAP BEBAN
60.0000
56.5200 56.5200
50.0000 50.8680
KONSUMSI BAHAN BAKAR

44.9152 43.1785
40.0000 39.2104 41.2725 39.8016
36.1184
(Kg/Jam.Hp)

30.0000 SFC
ESFC
20.0000
ISFC
10.0000

0.0000
120 110 95
BEBAN (Watt)

Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat


dijelaskan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 120rpm artinya
pada putaran 120rpm dengan daya 36,1184 HP,pada putaran 110 dengan daya
41,2725 HP, pada putaran 95 rpm dengan daya 39,8016 HP.

27
GRAFIK HUBUNGAN EFFISIENSI TERHADAP
BEBAN
1.0000
0.9000 0.9211 0.9189 0.9218
0.8000
EFFISIENSI (%)

0.7000
0.6000
Eff Mekanis
0.5000
0.4000 Eff Volumetrik
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000 0.00019634 0.00019632 0.00019632
120 110 95
BEBAN (Watt)

Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat


dijelaskan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 120rpm artinya
pada putaran 120rpm dengan daya 0.00019634 HP,pada putaran 110 dengan
daya 0,00019632 HP, pada putaran 95 rpm dengan daya 0,00019632 HP.

28
4.3.3. Diagram Sankey untuk Motor Bakar

29
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
 Motor bakar merupakan mesin penggerak yang banyak dipakai dengan
memanfaatkan energi kalordari proses pembakaran menjadi energi
mekanik.

 Siklus motor bakar diagram P-V adalah sebuah gambar yang


memperlihatkan jalannya tekanan gas pada silinder dalam setiap langkah
torak, dimana pada langkah isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan,
langkah kompresi (1-2) adalah proses isentropik, selanjutnya pada proses
pembakaran(2-3) dianggap sebagai proses pemasukan kalor pada volume
konstan, dan langkah kerja (3-4) ialah proses isentropik, langkah buang (4-1)
dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.

 Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan diatas adalah :


 Jika melihat grafikVaribel Speed-KonstanLoad hubungan daya
dengan putaran diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa daya minimum
didapatkan pada putaran 513rpm dimana pada putaran 513 rpm
dengan daya0.0308 HP, sedangkan untuk hubungan konsumsi bahan
bakar (SFC) dengan putaran 513 rpm didapatkan konsumsi bahan
bakar 0,1662 Kg/Jam dimana itu lah terjadi grafik terendah.
 Jika melihat grafikVaribel Load-Konstan Speed hubungan daya
dengan putaran diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa daya minimum
didapatkan pada putaran 120rpm dimana pada putaran 120 rpm
dengan daya0.1111HP, sedangkan untuk hubungan konsumsi bahan
bakar (SFC) dengan putaran 120 rpm didapatkan konsumsi bahan
bakar 50,8880Kg/Jam dimana itu lah terjadi grafik terendah.
 Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat
disimpulkan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 120rpm
artinya pada putaran 120rpm dengan daya 36,1184 HP,pada putaran
110 dengan daya 41,2725 HP, pada putaran 95 rpm dengan daya
39,8016 HP.
 Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat
disimpulkan bahwa daya didapatkan pada putaran 120 rpm artinya
pada putaran 120 rpm daya minimumnya adalah 0,1111 HP,pada
putaran 110 rpm daya minimumnya adalah 0,1111 HP, arti, pada
putaran 95 rpm daya minimumnya adalah 0,1111 HP, sedangkan
untuk hubungan konsumsi bahan bakar (SFC) dengan putaran 120

30
rpm didapatkan konsumsi bahan bakar 50,8880 Kg/Jam, putaran 110
rpm didapatkan konsumsi bahan bakar 56,5200 Kg/Jam, putaran 95
rpm didapatkan konsumsi bahan bakar 56,5200 Kg/Jam.
 Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat
disimpulkan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 513rpm
artinya pada putaran 513rpm dengan daya 0.00032791 HP,pada
putaran 785 dengan daya 0,00021429 HP, pada putaran 824 rpm
dengan daya 0,00020415 HP
 Jika melihat grafik hubungan daya dengan putaran diatas, dapat
disimpulkan bahwa daya minimum didapatkan pada putaran 120rpm
artinya pada putaran 120rpm dengan daya 0.00019634 HP,pada
putaran 110 dengan daya 0,00019632 HP, pada putaran 95 rpm
dengan daya 0,00019632 HP.
 Adanya suatu ketidak akurasian dalam pengukuran dan pengambilan
spesifikasi data pengujian yang mana dapat berbengaruh besar
terhadap hasil unjuk kerja suatu mesin yang nantinya disajikan dalam
bentuk grafik engine performance yaitu power, speed, air fuel ratio,
gas emission.

31
DAFTAR PUSTAKA

 Harsanto. 1984. Motor Bakar. Djambatan. Jakarta.

 Ir. Sudarman, MT. 2004. Siklus Daya Termal. UMM Press. Malang

 Tim Laboratorium Konversi Energi. Modul Praktikum Prestasi Mesin.


Laboratorium Konversi Energi UMM. Malang.

32

You might also like