You are on page 1of 17

5

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada klien dengan harga

diri rendah, berdasarkan konsep atau teori yang diperoleh dari berbagai sumber dan

referensi sebagai hasil dari studi kepustakaan yang dimulai dari pengertian,

psikodinamika, rentang respon, pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan

keperawatan dan evaluasi.

A. Pengertian

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 2006).

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri di gambarkan dengan

perasan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal

mencapai keinginan ( Budi Ana Keliat, 2005 )

Harga diri rendah adalah perasaan negatif tehadap diri sendiri termasuk hilangnya

percaya diri dan harga diri dapat terjadi secara situasional (Trauma) atau kronis

(Negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama) dan dapat di ekspresikan secara

langsung atau tidak langsung ( Stuart and Sudden, 2006)

5
6

Harga diri rendah kronis adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri

negatif, yang mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama (Lynda Juall

Carpenito, 2001).

B. Psikodinamika

Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang mengkritik diri sendiri,

termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,

gangguan dalam berhubungan, penurunan produktifitas, destruktif yang diarahkan

pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup

yang pesimis, adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung,

menarik diri secara realitas, penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial

(Stuart and Sudden, 2006). Faktor yang mempengaruhi adalah penolakan orang tua

yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab

personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis sedangkan

stresor pencetusnya ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti trauma,

ketegangan peran, transisi peran situasi, transisi peran sehat-sakit.

Dari rentang respon tersebut maka muncul tanda dan gejala yang tampak pada klien

dengan harga diri rendah, rasa bersalah terhadap diri sendiri, percaya diri kurang,

menghindar dari orang lain, tidak ada kontak mata dan sering menunduk, berdiam

diri di kamar, menolak berhubungan dengan orang lain, jarang melakukan kegiatan

sehari-hari, perasaan tidak mampu.

Akibat yang ditimbulkan apabila keadaan tersebut tidak segera ditangani akan

menyebabkan timbulnya kejadian mal adaptif seperti isolasi sosial, mencederai dri

dan perilaku bunuh diri.


7

C. Rentang Respon

Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon

konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptif.

Respon Adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalisasi

diri diri positif diri rendah identitas


(Struart dan Sunden, 2006 : 230)

1. Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaikan masalah yang masih

dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan secara umum yang

berlaku dengan kata lain bahwa individu tersebut masih dalam batas normal didalam

menyelesaikan masalahnya.

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar

belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.


b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari

dirinya.

2. Respon mal adaptif adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan

masalahnya misalnya yang sudah menyimpang dari norma-norma ssosial dan

kebudayaan suatu tempat respon mal adaptif sering ditemukan.

a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan

merasa lebih rendah dari orang lain.


b. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek

identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian

pada masa dewasa yang harmonis.


8

c. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri

sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat

membedakan dirinya dengan orang lain.

Cara-cara untuk meningkatkan harga diri pada anak menurut Sunaryo (2004)

adalah:

1. Beri kesempatan untuk berhasil

2. Beri pengakuan dan pujian

3. Jangan memberi tugas yang tidak dapat diselesaikan

4. Tanamkan gagasan/ide yang dapat memotivasi kreatifitas anak untuk

berkembang

5. Dorong aspirasi atau cita-citanya

6. Tanggapi pertanyaan dan pendapat anak dengan memberi penjelasan yang

sesuai

7. Berikan dukungan untuk aspirasi yang positif sehingg anak memandang dirinya

diterima dan bermakna

8. Bantu pembentukan koping (peniruan)

Menurut Lynda Juall Carpenito (2001), klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi

dua, yaitu:

1. Harga diri rendah yang bersifat situasional, terjadi karena trauma psikologis,

misalnya putus sekolah, putus hubungan kerja,bercerai, perasaan malu terjadi sesuatu

pada individu.

2. Harga diri rendah yang bersifat kronik yaitu perasaan negatif terhadap

diri lebih berlangsung lama, akibat individu mempunyai cara berfikir yang

negatif.
9

Menurut Stuart and Sundden, konsep diri terdiri atas komponen – komponen berikut

ini :

b. Citra tubuh : Kumpulan dari sikap individu yang di sadari dan tidak di sadari

terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang

ukuran, fungsi, penampilan dan potensi.

c. Ideal diri : Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku

berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.

d. Harga diri : Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.

e. Penampilan peran : Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh

lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.

f. Identitas personal : Perorganisasian prinsip dari kepribadian yang

bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan

individu.

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada klien dengan harga diri rendah menurut ( Stuart and Sudden, 2006)

sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi

Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang, faktor

ini dapat dibagi sebagai berikut :


10

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan

orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan bada orang lain.

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran yang sesuai dengan

jenis kelamin, peran dalam pekerjaan, dan peran dengan kultural.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang

tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam struktur sosial.

b. Faktor presipitasi

Stressor pencetus mungkin di timbulkan dari sumber internal dan eksternal :

1) Trauma seperti penganiyaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian

yang mengancam kehidupan.

2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan

dimana individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran yaitu :

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan

pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan

individu atau keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai dan tekanan untuk

penyesuaian diri.

b. Transisi peran situasi terjadi dengan pertambahan atau berkurangnya anggota

keluarga melalui kelahiran atau kematihan.

c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke eadaan

sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :

1. Kehilangan bagian tubuh


11

2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.

3. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.

4. Prosedur medis dan keperawatan

c. Perilaku

Dapat ditimbulkan dalam 10 cara mengekspresikan secara langsung harga diri:

1) Mengejek dan mengritik diri sendiri, klien mempunyai pandangan negatif tentang

dirinya, sering mengatakan dirinya bodoh dan tidak tahu apa-apa.

2) Merendahkan diri, klien menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan

yang dimiliki.

3) Rasa bersalah dan khawatir, klien menghukum diri sendiri ditampilkan berupa

phobia, obsesi, klien menolak dirinya sendiri.

4) Manifestasi klinik, termasuk tekanan darah tinggi, psikosomatis dan

penyalahgunaan zat.

5) Menunda keputusan, sangat ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

6) Gangguan berhubungan, klien menjadi kejam, merendahkan diri atau

mengeksploitasi orang lain dan menarik diri atau isolasi sosial.

7) Menarik diri dari realita, bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri

sendiri mencapai tingkat berat atau panik, klien mungkin mengalami isolasi,

halusinasi, curiga atau paranoid.

8) Merusak diri, harga diri yang rendah dapat mendorong klien mengakhiri

kehidupannya.

9) Merusak atau melukai orang lain, kebencian dan penolakan pada diri sendiri

dapat berkisar pada lingkungan dengan melukai orang lain.


12

d. Mekanisme koping

Mekanisme koping tebagi atas dua, yaitu: pertahanan koping jangka pendek dan

jangka panjang serta penggunaan mekanisme koping ego atau “ego oriented”.

Pertahanan koping jangka pendek, yaitu:

a. Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara

b. Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara

c. Aktifitas yang sementara menjaga perasaan diri

Pertahanan koping jangka panjang yaitu:

a. Penutupan identitas, adaptasi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang

terpenting bagi individu tanpa perhatian keinginan, aspirasi dan potensi diri individu.

b. Identitas negatif, identitas yang tidak wajar untuk diterima oleh nilai dan harapan

masyarakat.

Pertahanan diri dalam penggunaan mekanisme koping ego menurut Stuart &

Sundeen (2006) adalah sebagai berikut:

a. Displacement, perpindahan emosi dari obyek satu ke obyek yang lain.

b. Rasionalisasi, menggunakan alasan-alasan yang dapat diterima untuk

menjelaskan

tingkah laku yang tidak sesuai.

c. Proyeksi, menyalahkan orang lain untuk ketidakmampuan dirinya atau

kesalahannya.

d. Regresi, kemunduran dalam tingkah laku seseorang.

e. Isolasi, menarik diri dari bagian emosi yang berlangsung secara sementara atau

dalam waktu yang lama.


13

f. Menarik diri, suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian atau minat pada

lingkungan sosial secara langsung.

e. Sumber Koping

Semua orang betapapun terganggunya perilaku tetap mempunyai beberapa kelebihan

personal yang mungkin meliputi aktivitas olah raga dan aktivitas lain di luar rumah,

hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri,

pekerjaan vokasi atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan, imaginasi dan kreativitas

hubungan interpersonal.

f. Pohon masalah

menurut NANDA ( 2006 ), pohon masalah pada klien dengan harga diri rendah

adalah sebagai berikut :

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

Koping keluarga tidak efektif

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagosa berdasarkan pohon masalah menurut NANDA (2006) adalah :

1. Isolasi sosial

2. Harga diri rendah

3. Koping keluarga tidak efektif


14

3. Perencanaan keperawatan

a. Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah

Tujuan Umum : klien memiliki konsep diri yang positif

TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Kriteria evaluasi :

a. Wajah bersahabat.

b. Menunjukkan rasa senang.

c. Ada kontak mata.

d. Mau berjabat tangan.

e. Mau menyebutkan nama.

f. Mau menjawab salam.

g. Kien mau duduk berdampingan dengan perawat.

h. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi

terapetik dengan cara sapa klien dengan ramah baik verbal dan nonverbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

f. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Rasional :

hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi selanjutnya.


15

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Kriteria evaluasi : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki : kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek positif

lingkungan yang dimiliki klien.

Intervensi :

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Rasional :

diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau

integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan.

b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif. Rasional :

reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.

c. Utamakan memberi pujian yang realistis. Rasional : pujian yang realistis tidak

menyebabkan klien melakukan kegiatan hanyaa karena ingin mendapatkan pujian.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Kriteria evaluasi : klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Intervensi : diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan

selama sakit. Rasional : keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang

dimiliki adalah prasarat untuk berubah, pengertian tentang kemampuan yang

dimilikidiri memotivasi utnuk tetap mempertahankan penggunaannya.

TUK 4 : klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

Kriteria evaluasi : klien membuat rencana kegiatan harian.

Intervensi :
16

a. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang

membutuhkan bantuan total. Rasional : klien adalah individu yang bertanggung

jawab terhadap dirinya sendir.

b. Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien. Rasional : klien

perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Rasional :

contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

Kriteria evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuannya.

Intervensi :

a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

Rasional : memberikan kesempatan kepada klien di rumah.

b. Beri pujian atas keberhasilan klien. Rasional : reinforcement positif akan

meningkatkan harga diri.

c. Diskusikan kemungkinana pelaksanaan di rumah. Rasional : memberikan

kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem yang ada.

Kriteria evaluasi : Klien memanfaatkan sistem yang ada di keluarga.

Intervensi :
17

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan

harga diri rendah. Rasional : mendorong keluarga untuk mampu merawat klien

mandiri dirumah.

b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. Rasional ; support

sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan

klien.

c. Bantu kelurga menyiapkan lingkungan di rumah. Rasional ; meningkatkan peran

serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

b. Penatalaksanaan

1. Penatalakasanaan Medis yang diberikan untuk klien dengan harga diri rendah

yaitu menurut Hawari, 2001 sebagai berikut :

a) Chlorpromazine

Indikasi :

Pada pengguanaa psikotik seperti schizofrenia, psikosis relatif singkat, dan gangguan

schizoafektif, ansietas dan agitasi.

Kontra Indikasi :

Kewaspadaan pada hipersensitifitas terhadap obat ini pada klienkoma atau depresi,

depresi sumsum tulang, penyakit parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung,

hipotensi atau hipertensi berat, wanita selama kehamilan dan laktasi. Pada klien

dengan riwayat kejang, gangguan kardiovaskuler, tiroid, hati, ginjal atau pernapasan

seperti infeksi pernapasan, PPOK.

Efek Samping :

Pada SSP : sedasi, sakit kepala, kejang, isomnia, pusing, keletihan, penglihatan

kabur, kegelisahan, ansietas, depresi, hipertermi. Pada kardiovaskuler mengakibatkan


18

hipotensi, hipertensi, takikardia, bradikardia. Pada integumen dapat terjadi

hiperpigmentasi dan dermatitis. Pada endokrin terjadi perubahan libido,

hiperglikemia. Pada gastrointestinal terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan

napsu makan dan berat badan dan diare. Pada urologi terjadi retensi urine, sering

berkemih, dan poliuria.

b) Haloperidol

Indikasi:

Pada pasien psikotik akut, pengendalian TIK, penanganan dimensia pada lansia,

pengendalian hipersensitifitas dan masalah prilaku berat badan anak-anak.

Kontra indikasi:

Pada hipersensitifitas, klien koma, depresi sum-sum tulang, kerusakan otak, penyakit

parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung, hipotensi atau hipertensi berat, wanita

selama kehamilan dan masa laktasi.

Eek samping:

Pada SSP: sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, keletihan, penglihatan

kabur, kegelisahan, ansietas, depresi pada kardiovaskuler mengakibatkan hipotensi,

hipertensi, takikardi, bradikardi. pada integumen dapat terjadi hiperpigmentasi dan

dermatitis. pada endokrin terjadi perubahan libido, hipoglikemia dan hiperglikemia.

pada gastrointestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan nafsu

makan, berat badan dan diare. pada urologi terjadi retensi urin, sering berkemih dan

poliuria.

c) Trihexyphenidyl

Indikasi:

pada semua bentuk parkinson dan gejala ektrapiramida yang berkaitan dengan obat-
19

obat anti psikotik.

Kontra indikasi:

Pada hipersensitifitas pada obat, glukoma sudut tertutup, obstruksi duodenal atau

pilorus, ulkus peptik stenosis dan hipertropi prostat.

Efek Samping :

Pada SSP : mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi, hilang memori,

agitasi, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala dan isomnia. Pada

gastro intestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik,

konstipasi, dilatasi kolon. Pada urologi dapat terjadi retensi urine, kesulitan mencapai

atau mempertahankan ereksi.

2. Penatalaksanaan keperawatan menurut NANDA (2006), yang dapat dilakukan

yaitu Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) salah satu untuk memelihara asuhan

mandiri yang adekuat, kesejahteraan fisik serta jiwa klien. Definisi TAK ialah

orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata pada klien yaitu

diri sendiri, orang lain, lingkungan , waktu dan tempat( episentrum.com).

Tujuan TAK :

Tujuan umum

Klien dapat membuat jadwal kegiatannya sehari hari secara bertahap

Tujuan khusus

Klien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan

Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan


20

4. Pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan berdasarkan prioritas. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan

yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana

tindakan sudah sesuai dengan kondisi klien saat ini ( Here and now ). Tindakan yang

diberikan mencangkup tindakan mandiri dan kolaboratif. Perawat juga menilai diri

apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal yang sesuai

dengan tindakan yang akan dilaksanakan dan dinilai kembali apakah aman bagi

klien. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien

dilaksanakan dengan menjelaskan apakah akan dikerjakan serta peran klien yang

diharapkan. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon

klien. ( Budi Ana Keliat, 2002 )

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien, evaluasi dilakukan secara terus menerus pada respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua

yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan,

evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada

tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

Menurut Struart dan Sunden ( 2006 ) untuk mengevaluasi intervensi keperawatan

pada klien, perlu mengajukan pertanyaan berikut :

1. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri klien telah menurun

dalam sifat, jumlah, asal atau waktu ?


21

2. Apakah perilaku klien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan persetujuan

diri yang lebih besar ?

3. Apakah sumber koping klien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat ?

4. Apakah klien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan eksplorasi dan

evaluasi diri ?

5. Apakah klien menggunakan respon koping yang adaptif ?

You might also like