Professional Documents
Culture Documents
S2 2016 321766 Introduction PDF
S2 2016 321766 Introduction PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia kesehatan erat sekali hubungannya dengan masalah lingkungan.
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang
baik pula. Dalam pencapaian MDGS 2010 di Indonesia pada poin tujuan ke tujuh
dijelaskan bahwa kebijakan lingkungan hidup Indonesia telah dirumuskan dengan
tujuan yang selaras dengan lingkungan alam, sehingga dapat memberikan manfaat
bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang (BAPPENAS, 2010).
Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula
memperhatikan keterkaitan tersebut. Dilain pihak, Rumah Sakit juga dapat
dikatakan sebagai pendonor limbah karena buangannya berasal dari kegiatan
non-medis maupun medis yang bersifat berbahaya dan beracun dan dalam
jumlah besar. Hasil buangan berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas
yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang
pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun merupakan hasil dari aktivitas
rumah sakit. Untuk meningkatkan mutu pelayanan perlu pula ditingkatkan
sarana untuk mengatasi limbah tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu
pengolahan limbah yang sesuai sehingga tidak membahayakan bagi
lingkungan (Paramita, 2007).
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan
Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Sekretariat Negara RI, 2009b). Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2004), rumah sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan.
2
adalah karena penyimpanan yang tidak benar dalam pengepakan dan transportasi
limbah padat.
Objek kajian ilmu kesehatan masyarakat adalah masyarakat terutama dari
aspek kesehatannya, atau yang menjadi pasien kesehatan masyarakat adalah
masyarakat. Kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat
dalam suatu tempat kerja, dan yang menjadi pasien di tempat kerja adalah
masyarakat, pekerja dan masyarakat disekitar perusahaan tersebut. Apabila dalam
kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan
penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka dalam kesehatan kerja
maka kedua hal tersebut menjadi ciri pokok. Oleh karena itu, dalam kesehatan
kerja pedomannya adalah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah,
maka upaya pokok kesehatan kerja adalah pencegahan kecelakaan akibat kerja. Di
samping itu, dalam kaitannya dengan masyarakat disekitar perusahaan, kesehatan
kerja juga mengupayakan agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbulnya
penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh limbah. Sedangakan upaya promotif
berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan
produktifitas kerja (Notoatmodjo, 2003).
Limbah layanan kesehatan harus dipandang sebagai reservoir
mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan kontaminasi dan infeksi. Jika
limbah tidak dikelola dengan tepat, mikroorganisme ini dapat berpindah melalui
kontak langsung, di udara, atau memalui berbagai jenis vektor. Dengan cara inilah
limbah infeksius berkontribusi pada kejadian infeksi nosokomial, yang
menempatkan tenaga kesehatan rumah sakit dan pasien pada risiko (World Health
Organization, 2005). Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan
memicu risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung rumah sakit (Asmadi, 2013).
Pengelolaan limbah Rumah Sakit membutuhkan ketekunan dan perawatan,
dimulai dari perawat atau dokter dan petugas yang mengangkut limbah sampai
pada petugas yang bertanggungjawab pada proses akhir untuk membuang secara
benar. Jika salah satu tidak dikerjakan dengan hati-hati dan membiarkan
4
RSUD Kota Yogyakarta saat ini masih kurang baik. Masih terdapat masalah-
masalah dalam penerapan K3 pada PPL medis yaitu: (1) Kurangnya ketaatan PPL
medis pada prosedur yang ada yang berkaitan dengan penggunaan APD, (2)
Belum adanya pelatihan bagi petugas cleaning service yang bertugas mengambil
dan mengangkut limbah ke lokasi penampungan limbah, (3) Belum adanya APD
yang sesuai bagi cleaning service yang bertugas mengambil dan mengangkut
limbah ke lokasi penampungan, (4) Terjadinya kecelakaan tertusuk jarum pada
petugas cleaning service pada saat proses pengumpulan limbah medis padat, yang
dikarenakan penggunaan sarung tangan yang tidak sesuai untuk pengolahan
limbah medis, (5) Masih sering tercampurnya antara limbah medis dan non medis
dalam tempat penampungan sementara di unit.
Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian terdahulu oleh Maulana (2011),
bahwa di RSUD Kota Yogyakarta terdapat petugas pengelola limbah pada saat
melakukan penimbangan limbah medis tidak menggunakan alat pelindung diri,
hal ini berarti bahwa petugas pengelola limbah kurang taat pada kebijakan
Prosedur Tetap Pengelolaan Limbah RSUD Kota Yogyakarta yang ada dan
kegiatan proses evaluasi pada petugas pengelola limbah belum pernah dilakukan.
Pada pasal 13 dari Undang-undang Keselamatan Kerja menetapkan bahwa barang
siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang diwajibkan (Sekretariat
Negara RI, 1970). Mengetahui hal tersebut, baik tidaknya manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja pada petugas pengelola limbah medis perlu
dilakukan suatu evaluasi.
Menurut Suardi (2005), dalam penggunaan APD sebagai sarana
pengendalian risiko, organisasi sebaiknya melakukan evaluasi secara mendalam
terhadap peralatan yang digunakan dalam mengurangi risiko. Penggunaan APD
tetap membutuhkan pelatihan atau instruksi kerja bagi karyawan yang
mengggunakannya, termasuk pemeliharaannya. Karyawan harus mengerti bahwa
penggunaan APD tidak menghilangkan bahaya yang akan terjadi. Jadi bahaya
akan tetap terjadi jika ada kecelakaan. Atas dasar itulah peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Penerapan Manajemen
7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD
Kota Yogyakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahnya adalah “Bagaimanakah penerapan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja pengelolaan limbah medis padat di RSUD Kota Yogyakarta
meliputi komponen input, proses dan output?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Mengevaluasi penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
diterapkan pada petugas pengelola limbah medis padat di RSUD Kota
Yogyakarta.
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui dan menganalisis tentang input yang meliputi: organisasi,
SDM, prosedur tetap (protap), pelatihan K3, APD, dan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja.
b. Mengetahui dan menganalisis tentang proses yang meliputi: pemilahan,
pengangkutan, penampungan, pengolahan, monitoring, pemeriksaan
ketika bekerja, dan pelaporan kecelakaan kerja
c. Mengetahui dan menganalisis tentang output yang meliputi: keselamatan
dan kesehatan kerja.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.
Dapat menjadi masukan dan acuan dalam pengambilan keputusan serta
pengawasan terutama pengolahan limbah medis padat Rumah Sakit.
8
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang evaluasi penerapan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja pada petugas pengelola limbah RSUD Kota Yogyakarta sampai
saat ini belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang serupa yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya sebagai berikut:
1. Yasari, (2008), melakukan penelitian tentang perilaku penggunaan alat
pelindung diri dan kejadian dermatitis akibat kerja pada pekerja pengangkut
sampah di PT. USB kota Jambi. Perbedaan pada penelitian ini adalah lokasi
penelitian, variabel penelitian, dan jenis penelitiannya kuantitatif dilakukan
secara observasional dengan rancangan cross sectional. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis pengetahuan tentang K3 termasuk penggunaan APD,
sikap dan tindakan penggunaan APD, dengan kejadian dermatitis akibat kerja
pada pekerja pengangkut sampah di PT. USB kota Jambi. Hasil dari
penelitian ini adalah: (a) Ada hubungan bermakna antaraa pengetahuan
tentang K3 termasuk penggunaan APD dengan kejadian dermatitis akibat
kerja (nilai p<0,05), tingkat pengetahuan rendah tentang K3 termasuk
penggunaan APD cenderung dua kali berisiko terjadinya dermatitis akibat
kerja, jika dibandingkan dengan pengetahuan yang tinggi. (b) Ada hubungan
bermakna antara sikap penggunaan APD dengan kejadian dermatitis akibat
kerja (nilai p<0,05), sikap penggunaan APD yang kurang baik cenderung 2
9