Professional Documents
Culture Documents
Oleh kelompok 7
Alih Jenjang Semester II
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%.
Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan
penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit diare
sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur.
Pada tanggal 13-16 Juni 2017 Dinas Kesehatan Propinsi Bali menyelenggarakan
Pertemuan Sosialisasi/Pergerakan Masyarakat Kolaboraksi Menuju Universal Akses 2019
Melalui STBM di Hotel Mercure Harvestland Kuta. Pertemuan ini dihadiri oleh 180 orang dari 9
kabupaten/kota, yang berasal dari unsur Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, PKK, Dinas PU,
KepalaPuskesmas, Camat, Kodam IX Udayana, Kodim, Koramil, Majelis Utama Desa
Pakraman, Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) dan Majelis Alit Desa Pakraman (MADP).
Tujuan pertemuan ini adalah untuk menggalang komitmen dan kolaborasi lintas sector dalam
mempercepat pencapaian status Stop BABS di Propinsi Bali.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pertemuan ini diadakan talk show mengenai
best practice kolaborasi multi pihak di Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan. Kecamatan
Selemadeg dipilih Karena pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang
komprehensif di wilayah tersebut hingga berhasil mewujudkan status SBS 2 desa, yaitu Desa
Bajra Utara dan Serampingan. Pendekatan STBM yang menitik beratkan pada perubahan
perilaku masyarakat, dengan salah satu prinsipnya, yaitu non subsidi tidak akan mampu
mewujudkan masyarakat SBS tanpa kerjasama lintas sektor dan lintas program. Program Gema
Sang Juara yang dikenal dengan Gerakan Sejuta Jamban dijalankan di wilayah yang sudah dipicu
dengan metode CLTS (Community Lead Total Sanitation) yang sudah dilakukan oleh
Puskesmas. Pembangunan jamban dilakukan di rumah warga yang berkomitmen untuk berubah
perilaku dan telah menyediakan material untuk membangun jamban. Koramil memberikan
bantuan berupa tenaga untuk membangun jamban. Sedangkan Dinas Kesehatan Kabupaten
memberikan bantuan berupa cetakan untuk membuat buis beton. Dengan cetakan yang
dipinjamkan, wirausaha sanitasi setempat mengajarkan pada anggota Koramil bagaimana
membangun septic tank yang sehat dengan metode pembangunan yang praktis dan lebih murah
dari segi biaya.
Pembelajaran dari Kec. Selemadeg Kab. Tabanan berhasil membuka mata para peserta
bahwa masih ada sekitar 400 ribu jiwa masyarakat Bali yang masih BABS dan harus segera
diubah perilakunya sehingga peserta menjadi paham bahwa untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan gerakan yang komprehensif antar sector terkait. Masing-masing sector memiliki
program untuk mencapai tujuan yang sama. Maka sudah sepatutnya bahwa seluruh sector saling
berkolaborasi dan beraksi mewujudkan Propinsi Bali yang bebas dari perilaku BABS pada tahun
2019.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban sehat adalah fasilitas pembuangan
tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Di dalam Keputusan
Menteri Kesehatan nomor 715/2003 tentang Persyarakan Hygiene Sanitasi Jasaboga disebutkan
bahwa usaha jasaboga harus menyediakan WC Umum dengan fasilitas jamban dan peturasan
sesuai dengan jumlah karyawannya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24/2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah disebutkan adanya fasilitas jamban yang
harus disediakan sekolah sebagai tempat untuk buang air besar dan/atau air kecil. Jamban harus
mempunyai dinding, atap, dst yang disediakan untuk peserta didik pria, wanita, dan guru.
2. Program penanggulangan
Pemerintah telah mengupayakan dengan melakukan koordinasi dengan pusat promosi
kemenkes dalam meningkatkan prilaku PHBS masyarakat. Upaya yang dilakukan yaitu
memberdayakan anggota rumah tangga agar tau, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Untuk
mencapai rumahtangga ber PHBS terdapat 10 hal yang harus dipantau yaitu: 1.Persalinan
oleh tenaga kesehatan, 2. Memberi asi eksklusif, 3. Menimbang balita setiap bulan , 4.
Menggunakan air bersih, 5. Mencuci tangan menggunakan air dan sabun, 6. Menggunakan
jamban sehat, 7. Memberantas jentik nyamuk, 8. Makan buah sayur setiap hari, 9. Melakukan
3. Upaya advokasi
Mitra kerja yang dilibatkan adalah masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat mampu
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Jamban
Kita berdomisili disuatu wilayah pemukiman, sebut saja wilayah itu setingkat dengan
desa atau kelurahan. Pernahkah kita befikir berapa jumlah rumah di wilayah kita yang memiliki
jamban, dan berapa jumlah rumah yang belum memiliki jamban. Bila rumah yang memiliki
jamban melebihi 80% dari jumlah rumah yang ada, berarti wilayah tersebut termasuk wilayah
Bagi rumah yang belum memiliki jamban, sudah dipastikan mereka mereka itu
mamanfatkan sungai, kebun, kolam, atau tempat lainnya untuk buang air besar (BAB). Bagi
yang telah memiliki jamban bisa dipastikan BAB di jamban. Walaupun memiliki jamban ada
sebagian kecil yang masih BAB di tempat lain, karena alasan tertentu.
Dengan masih adanya masyarakat di sutau wilayah yang BAB sembarangan, maka
Penyakit Cacingan, Cholera (muntaber), Diare, Typus, Disentri, Paratypus, Polio, Hepatitis
Bdan masih banyak penyakit lainnya. Semakin besar persentase yang BAB sembarangan maka
ancaman penyakit itu semakin tinggi itensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena
bom waktu, yang bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu cepat atau lambat.
Sebaiknya semua orang BAB di jamban yang memenuhi syarat, dengan demikian
wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit penyakit tersebut. Dengan BAB di jamban banyak
penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memenuhi syarat
kesehatan. Kalau membahas soal jamban maka tentunya harus lengkap dengan sarana Air
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau sayarat Sanitasi adalah sebagai berikut :
1. Kotoran tidak dapat dijangkau oleh binatang penular penyakit, seperti : Kecoa, tikus, lalat
dll.
6. Aman digunakan
Untuk memenuhi syarat no.1 dan 3, maka kotoran ditempatkan di satu tempat, bisa
lobang jamban atau septik tank, ukuran volumenya disesuaikan dengan kebutuhan atau jumlah
pemakai. Untuk memenuhi syarat no 1 dan 2, maka digunakan kloset yang dilengkapi leher
angsa, dimana pada leher angsa akan tergenang air utnuk mencegah bau yang timbul dari lobang
jamban atau septic tank, dan mencegah masuknya binatang binatang seperti lalat, kecoa,
nyamuk, tikus dll. Untuk memenuhi syarat no. 4 , dalam membuat jamban terutama lokasi
lobang jamban atau septic tank atau lobang resapan dibuat sejauh mingkin dari sumber air yang
ada misalnya Sumur Gali dsbnya, atau setidak tidaknya tidak kurang dari 10 meter jarak antara
sumur dan lobang jamban. Sedangkan untuk memenuhi syarat no 5 dan 6 , hendaknya jamban
dibuat dari bahan bahan yang memadai baik kekuatannya maupun konstruksinya dibuat
Jangan lupa pemeliharaan jamban perlu dibiasakan setiap hari, misalnya membersihkan
dan menyikat lantai agar tidak licin, menguras bak air agar terhindar dari penyakit Demam
Berdarah Dengue, siram kloset dengan air secukupnya setelah digunakan, tidak membuang
sampah, puntung rokok, pembalut wanita, air sabun, lisol kedalam kloset.
Buang air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan
sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan.
Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus
diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang
b. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran
dan laut
a. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras,
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
d. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodic
5. Aman digunakan oleh pemakainya
a. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan
pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di
daerah setempat
a. Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
b. Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh
d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan
dan kepanasan.
Jamban Sehat secara prinsip harus mampu memutuskan hubungan antara tinja dan
Secara konstruksi kriteria diatas dalam prakteknya mempunyai banyak bentuk pilihan,
tergantung jenis material penyusun maupun bentuk konstruksi jamban. Pada prinsipnya
bangunan jamban dibagi menjadi 3 bagian utama, bangunan bagian atas (rumah jamban),
bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung
tinja).
Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding. Dalam
c. Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan)
e. Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan
Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak.
Pada jamban cemplung slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan pada kondisi jamban
berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang secara
otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti
kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya. Selain slab, pada bagian
ini juga dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah
digunakan akan mengurangi bau dan kelembaban, dan membuatnya tidak menarik bagi lalat
untuk berkembang biak. Sedangkan air dan sabun digunakan untuk cuci tangan.
a. Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga atau binatang
lain.
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran,
bundar atau yang lainnya. Kedalaman tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di
musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau
sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain – lain.
Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran
penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat)
harus mencapai 100% pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan
1. Semua masyarakat telah BAB (Buang Air Besar) hanya di jamban yang sehat dan membuang
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian
4. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK
5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total Sanitasi
Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan,
pada tahap pasca ODFdiharapkan akan mencapai tahap yang disebut Sanitasi Total. Sanitasi
2. Mencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB, sebelum
Untuk menentukan suatu komunitas telah mencapai status ODF, dilakukan dengan proses
verifikasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hingga saat ini belum dijumpai adanya definisi jamban di tingkat peraturan pemerintah
dalam sistem perundangan di Indonesia. Dengan demikian tidak ada pula istilah itu dalam tataran
tentang Air Limbah Permukiman maka definisi jamban, kakus, WC, toilet, atau apapun nama
lainnya akan terwadahi secara formal dalam sistem regulasi di Indonesia. Buang air besar (BAB)
sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan
keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan. Sebagai gantinya, BAB harus pada
tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar
http://www.cwasta.org/index.php?option=com_content&view=article&id=59:definisi-jamban-
sehat&catid=2:berita&Itemid=35
http://stbm-indonesia.org/index.php?r=sanitasipedia&cat=51&id=428
http://environmentalsanitation.wordpress.com/2010/07/20/jamban-sehat/
http://abahjack.com/jamban.html#more-463