Professional Documents
Culture Documents
AIDS merupakan penyakit dimana daya tahan tubuh atau sistem imun
seseorang lemah atau rusak karena terinfeksi oleh virus HIV, sehingga orang yang
terkena AIDS mudah terkena penyakit lain yang ringan maupun berat, bahkan dapat
menyebabkan kematian (American College Of Physicians, 2004)
Acquired
Immune
Deficiency
Syndrome
Merujuk kepada suatu keadaan, gejala, atau tanda. Sistem daya tahan tubuh
seseorang yang telah dijangkiti oleh virus HIV boleh menjadi begitu lemah,
sehingga ia tidak dapat melawan partikel-partikel yang mengganggu sistem
tubuhnya, sekalipun penyakit-penyakit tersebut biasanya ringan dan mudah
sembuh.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)
1
HIV merupakan Gangguan pertahanan tubuh yang ditimbulkan akibat
kerusakan sistem imun. HIV merusak sel T helper limfosit. Sel T helper berfungsi
untuk mengenali suatu antigen dan memulai reaksi awal dari sistem imun tubuh
(Brunnner and Suddarth, 10th edition, 2006).
C. Karakteristik HIV
Klasifikasi HIV:
2
– Long period clinical latent
Struktur HIV
Keterangan:
• Envelop
– gp 120
– gp41
• Enzym
– Reverse transcriptase
– Integrase
– Protease
• Inti
– P17 (matrix)
– P24 (kapsid)
– P7/P9 (nucleocapsid)
Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung luarnya atau kapsul
viral terdiri dari lemak lapis – ganda yang mengandung banyak tonjolan protein. Duri –
duri ini terdiri dari dua glikoprotein yaitu, gp120 dan gp41. Gp mengacu kepada
glikoprotein dan angka mengacu pada massa protein dalam ribuan dalton. Gp120
adalah selubung permukaan eksternal duri dan gp41 adalah bagian transmembran.
Terdapat suatu protein matriks yang disebut p17 yang mengelilingi segmen
bagian dalam membran virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein kaspid yang
disebut p24. Di dalam kaspid, p24, terdapat dua untai RNA identik dan molekul
preformed reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah terbentuk. HIV
adalah suatu retrovirus, sehingga materi genetik berada dalam bentuk RNA bukan DNA.
Reverse tranciptase adalah enzim yang mentrancripsikan RNA virus menjadi DNA setelah
virus masuk sasaran. Enzim – enzim lain yang menyertai RNA adalah integrasi dan
protease.
3
Virus penyebab AIDS termasuk golongan retro-virus dengan genetik RNA yakni
HIV yang berkemampuan menghasilkan DNA pada sel inang. Virus HIV ini memiliki nama
lain, diantaranya:
D. Insidensi
4
termasuk 7200 kasus pada wanita dengan usia reproduksi dan 1000 kasus pada anak-
anak dari wanita yang terinfeksi ini.
HIV pertama kali tersebar di Amerika Serikat melalui kontak homoseksual dan
penularan dari darah yang terinfeksi, baik sebagai akibat transfusi atau penyalahgunaan
obat intravena. Tetapi, penularan lewat kontak heteroseksual meningkat. Dua per tiga
dari wanita yang terkena HIV juga akibat penggunaan obat intravena pribadi atau
berkontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi HIV, 70 persennya mereka sendiri
merupakan penyalahguna obat intravena.
Delapan persen kasus AIDS terjadi pada wanita, 80 persennya berusia antara 13
dan 39 tahun. AIDS dapat menyerang setiap etnik atau kelompok sosial. Prevalensi
pembawa HIV pada wanita hamil di RS kota adalah 8 per 1000 sementara disekitar
pinggiran kota prevalensinya adalah 0,9 per 1000.
Jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia
reproduktif . Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi perinatal dari
ibunya. Sejauh ini lebih dari 6,5 juta perempuan di Indonesia menjadi populasi rawan
tertular HIV. Lebih dari 24.000 perempuan usia subur telah terinfeksi HIV, dan sedikitnya
9000 perempuan hamil terinfeksi HIV positif setiap tahun. Sampai tahun 2006, diprediksi
4.360 anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan
2.320 anak terinfeksi HIV.
E. Etiologi
5
Penggunaan alkohol dan obat bius, karena dalam keadaan tidak sadar,
seseorang dapat melakukan seks bebas dengan orang lain yang tidak diketahui
kondisinya sudah tertular oleh virus atau belum.
Tingkat stres yang tinggi
Kurang gizi
Penyakit lain, terutama yang ditularkan lewat alat kelamin
Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS
Jangkitan HIV tidak seperti virus selesma. Ia tidak bisa ditularkan melalui udara.
Kuman HIV tidak akan menular melalui pergaulan biasa dengan pengidap HIV, seperti
berjabat tangan, makan bersama, ataupun menggunakan peralatan makan yang sama.
HIV juga tidak menular akibat berenang di kolam renang, menggunakan telepon atau
memegang tombol pintu.
Virus HIV hanya dapat hidup dalam tubuh manusia. Virus ini akan mati jika
terpapar oleh udara. Walau demikian, HIV sebenarnya tidak mengenal sasarannya, HIV
tidak hanya menjangkiti golongan-golongan tertentu, seperti pengguna jarum suntik,
pekerja seks, dan mereka yang manganut seks bebas. Seseorang juga dapat terjangkit
virus HIV jika tidak waspada. Yang pasti, siapapun yang kurang pengetahuan akan
penyakit ini akan beresiko tinggi terjangkit virus HIV .
Cara penularan HIV dari ibu kepada bayinya pada umumnya terjadi selama
proses kehamilan, kelahiran dan menyusui. Risiko bayi tertular HIV pada proses kelahiran
secara normal terbilang cukup tinggi karena saat terjadi gesekan antara tubuh bayi dan
leher rahim maka dimungkinkan terjadi kontak langsung antara darah ibu dengan darah
bayi.
F. Patogenesis Penyakit
Ada 5 fase dalam replikasi virus HIV yaitu
6
Binding and entry
Reverse transcription
Replication
Budding
Maturation
Transmisi HIV
7
Target Sel dan Jaringan
Limfosit T CD4+
Monosit/makrofag
8
Asimtomatik dan AIDS
• Primary
9
– Anti HIV imune respond muncul (Cell mediated +humoral)
Stadium AIDS:
Demam
Lemah, Lesu
Nyeri sendi
Batuk
Nyeri tenggorokan
Lemah
Diare
Batuk, sesak
Perdarahan
10
HIV menyerang tubuh dan menghindari mekanisme pertahanan tubuh dengan
mengadakan aksi perlawanan, kemudian melumpuhkannya. Mula-mula virus masuk
kedalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada dalam limfosit, kemudian
virus dikenal oleh sel-sel limfosit T jenis T-helper (T-4); selanjutnya terjadi 3 proses
patologi:
1. Sel T-helper menempel pada benda asing (HIV), tetapi reseptor T-helper (CD4)
dilumpuhkan, sehingga sebelum sel T4 dapat mengenali HIV dengan baik, virus
telah melumpuhkannya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang memberi
nama penyakit menjadi AIDS atau “sindrom kegagalan kekebalan yang didapat”.
2. Virus (HIV) membuat antigen proviral DNA yang diintegrasikan dengan DNA T-
helper lalu ikut berkembang biak.
3. Virus (HIV) mengubah fungsi reseptor (CD4) di permukaan sel T-4 sehingga
reseptor menempel dan melebur ke sembarang tempat atau sel yang lain, sekaligus
memindahkan HIV. Akibatnya, infeksi virus berlangsung terus tanpa diketahui
tubuh.
11
Pada suatu saat (5 tahun kemudian), HIV akan diaktifkan oleh proses infeksi lain,
membentuk RNA dan keluar dari T4, menyerang sel lain, menimbulkan gejala AIDS.
Populasi sel T4 sudah lumpuh, tidak ada mekanisme pembentukan sel T-killer, sel B dan
sel fagosit lain, sehingga tubuh tidak sanggup mempertahankan diri. Virus AIDS yang
berada didalam T4, bermultiplikasi dengan cara menumpang proses perkembangan T4.
T-helper generasi baru tidak dapat mengenalnya sehingga tidak ada yang memberi
komando kepada sel lain untuk mengadakan perlawanan (host defense mechanism)
terhadap virus AIDS.
Virus HIV berada dalam kadar mampu menginfeksi di dalam darah dan sekret
genital, baik secara intrasel maupun ekstraseluler.
12
reseptor CD4 kurang dari 700/ml, maka penularan lebih mudah terjadi. Ternyata
HIV masih mungkin ditularkan melalui air susu ibu.
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada beberapa macam
klasifikasi. Yang paling umum dipakai adalah klasifikasi infeksi HIV (CDC, USA, 1987)
CDC (1993) menyusun klasifikasi klinis dari infeksi HIV sebagai berikut:
Gejala seperti flu, seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi, lemah dan nyeri
tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening. Gejala tersebut biasanya
sembuh dengan sempurna.
HIV antibody (-)
Dapat terjadi 1-8 minggu setelah infeksi
2. Group II (asimptomatik/latent stage) dengan kriteria:
13
Persistent generalized Lymphadenopathy (PGL) yaitu kelenjtr getah bening
membesar dan teraba 1 cm atau lebih pada 2 tempat atau lebih ekstraiguinal
yang menetap selama 3 bulan tanpa adanya penyakit lain yang menyebabkan.
4. Group IV, dibagi menjadi:
Group IVA (penyakit konstitusional) bila terdapat satu atau lebih gejala
berikut:
Demam lebih 1 bulan tanpa ada penyebab yang jelas
Penurunan berat badan dari 10%
Diare lebih dari 1 bulan
lemah
Group IVB (penyakit neurologis)
Dimensia
Mielopathy (neuropathy perifer tanpa adanya infeksi HIV
yang menjelaskan penyakit tersebut)
Group IVC (penyakit sekunder)
CD4 T Cell < 200/mm³
Infeksi oportunistik
Group IVD (keganasan sekunder)
Dengan satu atau lebih keganasan seperti sarkoma
kapopsi, lympoma non hodgkin, TBC pulmoner, Ca cervix invasive dan
keganasan lain.
Berdasarkan hasil workshop di Bangui, Afrika Tengah, bulan Oktober 1985, telah
disusun suatu ketentuan klinik (untuk negara-negara yang masih belum memiliki fasilitas
diagnostik yang cukup) sebagai berikut:
a. Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala
mayor dan satu gejala minor dan tidak ada sebab-sebab imunosupresi yang lain
seperti kanker, malnutrisi berat, atau pemakaian kortikosteroid yang lama.
Gejala Mayor:
14
2. diare kronik lebih dari 1 bulan
Gejala Minor:
4. kandidiasis oro-faring
5. limfadenopati generalisata
15
• Vesikel berkelompok pada dasar erimates
• Lesi ulseratif/kronik/erosif
• Terapi
• Asiklovir
• 5 X 200 mg
• Foscarnet
• Cidofovir
7. Onikomikosis
Pengobatan
– Itraconazol
– 400mg/hari X 7hari
– (3-4 pulses)
8. Dermatofitosis
16
• Batas tegas, bersisik, plak eritematus dengan tepi aktif dan central healing
• Pengobatan
– Shampoo antifungal
9. Anogenital Warts
• Pengobatan
– CO2 laser,
– Podofilin
– Imiquimod
17
• Lengan, tungkai, pinggang, bokong
• simetris
• Pengobatan
• Pengobatan
– Salep Hidrokortison
– Shampoo Ketoconazol
18
• Kulit pasien HIV lebih kering
• Keluhan gatal
b. Dicurigai AIDS pada anak, bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan dua
gejala minor, dan tidak terdapat sebab-sebab imunosupresi yang lain seperti
kanker, malnutrisi berat, pemakaian kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.
Gejala Mayor:
Gejala Minor:
1. limfadenopati generalisata
2. kandidiasis oro-faring
4. batuk persisten
5. dermatitis generalisata
Kriteria WHO menyusun klasifikasi klinis dari infeksi HIV sebagai berikut:
19
Stadium Klinis I
Asimtomatis
Stadium Klinis II
Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti dermatitis seboroik, infeksi jamur kuku,
ulkus oral yang rekuren, Cheilitis angularis
Demam tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau konstan) > 1 bulan
Stadium Klinis IV
HIV wasting syndrome (BB turun 10% ditambah diare kronik > 1 bln atau demam
>1 bln yg tidak disebabkan penyakit lain)
Cryptococcosis, extrapulmonary
20
Cytomegalovirus (CMV) pada organ selain liver, spleen, lymph nodes
Extrapulmonary tuberculosis
Lymphoma
and/or Performance scale 4: bed-ridden, >50% or the day during the last month.
H. Pemeriksaan Penunjang
21
Viral Load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang ditemukan dalam setiap
mililiter darah. Semakin banyak jumlah partikel virus HIV di dalam darah, semakin cepat
sel-sel CD4 dihancurkan dan semakin cepat pasien kearah AIDS. Seperti tampak pada
grafik di bawah ini :
Pemeriksaan Viral Load bila dikombinasi dengan pemeriksaan jumlah CD4 dan
dipantau dari waktu ke waktu memungkinkan hal-hal sebagai berikut :
Mengetahui bagaimana tubuh memerangi HIV
Memperkirakan risiko kearah AIDS
Mengetahui efektifitas dari terapi
Viral Load HIV diperiksa dengan produk Roche Amplicor HIV-1 Monitor Test yang
menggunakan teknologi PCR (Polymerase Chain Reaction = Reaksi Rantai Polimerase).
PCR digunakan deteksi pada keadaan antibodi tidak terdeteksi dan bayi < 18 bulan .
22
Diagnosis HIV berdasarkan LAB
CD 4 Kategori Klinis
Total % A (Asimtomatik) B (Simtomatik) C (AIDS)
>500 > 29 A1 B1 C1
200 -499 14 - 28 A2 B2 C2
< 200 < 14 A3 B3 C3
Berdasarkan CDC 1993) kategori immunologi, berdasarkan umur, CD4 dan presentasi
sebagai berikut:
23
Tes CD4 adalah tes baku untukmenilai prognosa berlanjut ke AIDS atau ke
ematian untuk membentuk diagnosis diferensial pada pasien bergejaladan untuk
mengambil keputusan teraputik mengenai terapi anti retroviral dan profilaksis untuk
patogen opportunistik. Jumlah CD4 adalah indikator yang paling diandalkan untuk
prognosis. Jumlah CD8 tidak memprediksi perkembangan sel CD8 HIV spesifik (sel CD38)
adalah penting untuk mengendalikan tingkat HIV tetapi tidak dapat diukur dengan
mudah. Cara baku menentukan jumlah CD4 memakai flow cytometer dan alat analisis
cytologi yang mahal, membutuhkan darah segar (<18 jam). Dan sistem alternatif yang
memakai teknologi EIA adalah TRAX CD4 TEST KIT. Alat ini cocok untuk daerah yang
terbatas sumber daya. Pada beberapa daerah ada yagtidak bisa menjangkau test CD4,
pada beberapa dokter menggunakan hitung limfosit total (TLC). Nilai normal CD4 untuk
kebanyakan laboratorium adalah rata-rata 800 – 1050 (sel/ mm³) dengan kisaran
mewakili dua standart deviasi kurang lebih 500 hingga 1400. Tes CD4 diulangi sampai
tiga sampai enam bulan untuk pasien yang belum dioati ARV dan jangkan waktu 2 – 4
bulan pada pasien yang diobati ARV. Hasil tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak
konsisten dengan kecenderungan sebelumnya. Frekuensi akan berbeda-beda tergantung
24
individu. Kalau tidak diobati rata-rata CD4 menurun 4 pertahun untuk setiap log viral
load. Dengan terapi awal atau perubahan terapi usulan adalah dilakukan tes CD4 (serta
viralload) pada 4, 8, sampai 12 dan 16 sampai 24 minggu.
Baik dokter maupun pasien harus sadar mengenai sifat berbeda beda pada hasil
tes CD4, terutama bila hasil akan dipakai untuk mengambilkeputusan klinis misalnya
memulai ART atau profilaksis untuk infeksi opportunistik misalnya kisaran confidence
95% untuk jumlah CD4 yang benar 200 adalah 118 – 337. Hasil yang tidak konsisiten
dengan kecenderungan sebelumnya sebaiknye diulang.
Perbedaan analisis
Perbedaan musim dan diurnal pagi hari sampai malam hari.
Beberapa penyakit bersamaan dan penggunaan kortsticosteroid
Perbedaaan analisis yang bermakna yang bertanggungjawab untuk kisaran yang
besar pada nilai normal (umumnya (500-1400)mencerminkan kenyataan bahwa
jumlah CD4 dihitung berdasarka variabel (jumlah dihitung berdasarkan tiga
variabel (jumlah sel darah putih, persentase limfosit dan persentase sel CD4/ sel
yang membewa reseptor CD4)
Perbedaan musim dan perbedaan diurnal dengan tingkat paling rendah pada
pukul 12.30dan tinkat puncak pada pukul 20.30, perbedaan ini tidak secara jelas
sesuai dengan ritme circadian korticosteroid
Dengan penurunan pada jumlah CD4 dicatat dengan beberapa infeksi akut dengan
bedah besar. Penggunaan korticosteroid dapat menyebabkan dampak yang besar dengan
penurunan dari 900 menjadi dibawah 300 dengan penggunaan akut. Penggunaan kronis
mengakibatkan perubahan yang tidak sebesar ini. Perubahan akut diakibatkan
redistribusi leukosit antara sirkulasi perifer dan sumsum tulang, limfa dan kelenjar getah
bening. Jumlah CD4 seakan akan tinggi dapat terjadi dengan koinfeksi HTLV-1
(splenektoni). HTlv 1 sangat terkait erat dengan HTLV 2 dan kebanyakan tes serologi tidak
membedakan antara kedua infeks tetapi hanya HTLV 1 menyebabkan jumlah CD4 seakan
akan tinggi. Penelitian serologi di AS menunjukkan angka infeksi HTLV 1/ 2 pada 7-12%
pada pengguna narkoba suntikan dan 2-10 % pada pekerja seks, 80-90% infeksi tersebut
adalah HTLV 2 pada kedua kelompok.
25
Faktor yang mempengaruhi atau berdampak kecil pada jumlah CD4 adalah:
Gender
Usia pada orang dewasa
Srters psikologis
Sters fisik
Kehamilan
Jumlah CD4 biasanya meningkat ≥50 pada 4-8 minggu setelah penekanan virus
dengan ARV dan kemudian tambahan 50 -100/tahun. Dan jumlah CD4 merosot sampai
100-150 dalam 3-4 bulan bila terapi dihentikan.
Wanita Multipara
Wanita hamil
Individu yang pernah mengalami malaria.
Individu yang menderita penyakit otoimun tertentu.
Individu yang menderita beberapa jenis limfoma.
Pemakai obat-obatan dan jarum intra vena yang digunakan bersama-sama.
Individu yang bereaksi dengan antigen sel seperti HLA-DR4
Reaksi spesifk terhadap materi seluler H yang dipakai pada piring kontrol.
Reaksi silang dengan dinding sel dimana HIV ditumbuhkan.
Kadang-kadang terjadi pada individu dengan titer antibodi HTLV-1 tinggi.
Bayi baru lahir yang menunjukkan antibodi maternal sampai usia 18 bulan.
26
Hasil pemeriksaan negatif palsu dapat terjadi pada keadaan-keadaan
berikut:
2. Western Blot
Hasil postif palsu jarang, tapi dapat terjadi pada keadaan berikut ini :
Reaksi silang dengan konstituen sel normal atau retrovirus manusia lainnya.
Penyebab-penyebab yang belum dapat dipastikan tapi mungkin ada reaksi
silang terhadap protein virus, dinding sel atau antibodi.
Negatif palsu :
Orang tersebut telah terinfeksi oleh HIV dan mungkin terinfeksi seumur
hidup.
Orang tersebut dianggap infeksius terhadap orang lain melalui tranmisi
darah dan cairan tubuh.
Tidak mungkin meramalkan orang yang sekarang asimptomatik, kapan ia
menderita AIDS; sebagian orang dengan seropositif saat ini, suatu saat akan
berkembang menjadi AIDS dan pada masa itupun masih diperkirakan belum
ditemukan pengobatan yang efektif.
27
Tidak mungkin mencegah perkembangan ke arah AIDS (akhir-akhir ini ada
kemajuan dalam penyelidikan antiviral dan usaha pencegahan terjadinya
infeksi oportunistik seperti pneumonia pneumocystis carinii.
Suatu hasil pemeriksaan negatif pun tidak menunjukkan penderita terbebas
dari infeksi yang menakutkan ini.
Kultur
Pemeriksaan antigen
Amplifikasi gen-gen HIV (yaitu reaksi rantai polimerase)
Cara-cara ini terutama dipakai dalam riset. Cara-cara ini dapat mendeteksi
adanya virus atau DNA virus sebelum bisa dideteksi oleh ELISA atau Western Blot,
dan dapat mengurangi terjadinya hasil negatif palsu yang bisa terjadi pada infeksi
HIV dini dimana antibodi yang terbentuk belum banyak, arti klinis dari pemeriksaan
ini belum dapat ditentukan, tapi nampaknya pemeriksaan-pemeriksaan ini sangat
berguna penanda penyakit, detektor dini, dan tolak ukur dari perkembangan
penyakit.
28
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi oleh HIV memperlihatkan antibodi
terhadap virus hingga usia 10-18 bulan. Bayi menerima antibodi dari ibunya, agar
melindunginya sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes
positif pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi. Jika bayi ternyata terinfeksi,
sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan
terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi dari ibu
akan hilang sehingga hasil tes menjadi negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan.
Karena itu, status HIV anak tidak dapat didiagnosis untuk uji ELISA atau Western
Blot. Untuk ini digunakan uji untuk biakan virus, antigen p24 atau RNA HIV, atau
analisis PCR untuk RNA dan DNA virus. PCR DNA HIV adalah uji virologik yang
dianjurkan kerena sensitif untuk mendiagnosis infeksi selama masa neonatus. Antibodi
HIV yang terdapat dalam bayi memang mengindikasikan bahwa ibu positif HIV.
I. Prognosa Penyakit
Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang
dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV.
J. Komplikasi
Hiperpigmentasi
Penyebab
• Obat-2an
• Endokrin
(adrenalis, tiroid)
• Nutrisi
• Terpajan lama
dan intensif oleh UV
• Penyakit-2 lain
(TB, histoplasmosis, kriptokokus)
K. Dampak HIV/AIDS
Psikologi
29
HIV adalah penyakit terminal dan kronis. Jika seseorang yang hamil
terdiagnosa dengan HIV, maka seseorang tersebut akan merasa seperti terdakwa
mati, dan merasakan kecemasan yang sangat, dan ketakutan, ketakutan atau
kecemasan tersebut tidak hanya berasal dari stigma penyakit itu sendiri, tetapi juga
karena adanya penurunan sistem imun yang menyebabkan peningkatan resiko
infeksi, misalnya vaginitis, herpes, dan penyakit kelamin lain yang dianggap buruk
oleh masyarakat. Dengan kondisi fisik yang seperti itu maka dapat menurunkan
harga diri sang ibu, sehingga sang ibu mengalami gangguan body image.
Dampak psikologi yang lain yaitu depresi. Depresi terjadi karena dia
terdiagnosa HIV dan merasa tanpa harapan. Karena sifat dari virus itu sendiri yang
menyerang sistem pertahanan primer tubuh. Hal itu dapat diikuti dengan perasaan
bersalah tentang perilaku masa lalu, kesedihan yang mendalam mengenai dirinya.
Isolasi
Tidak jarang penderita HIV mengalami kesedihan karena diisolasi oleh
keluarganya atau masyarakat. Karena terdapat banyak pendapat untuk memasukkan
ODHA ke tempat penampungan khusus penderita HIV/AIDS. Hal itu berarti suatu
diskriminasi dan isolasi terhadap ODHA. Padahal tanpa melakukan kontak seksual
maupun kontak darah dengan ODHA, HIV/AIDS yang ada pada tubuh ODHA tidak
akan menular ke individu lain, termasuk kepada OHIDA. Selain itu orang dengan
status terinfeksi HIV masih produktif seperti orang sehat pada umumnya.
Hal lain yang dapat membuat seseorang merasa depresi adalah isolasi dari
keluarga dan masyarakat. Keluarga mungkin bertanya-tanya mengapa dia bisa
terinfeksi HIV. Bisa saja karena tertular oleh suami. Namun, keluarga tidak mau tahu
hal itu sehingga tetap mengisolasi.
Stigma
30
HIV merupakan penyakit yang paling ditakuti di masyarakat. Karena pada
faktanya penyakit tersebut bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh, paling
banyak melalui kontak seksual dan pemakaian obat-obatan IV. Hal itu menambah
stigma tentang HIV bahwa seseorang dengan HIV tersebut bukan merupakan orang
baik-baik. Anggapan itu akan muncul bila masyarakat belum mengetahui informasi
yang benar tentang HIV. Padahal bisa saja seseorang yang terkena HIV adalah
petugas kesehatan yang terpapar dengan cairan penderita HIV.
Fisik
Dampak HIV pada fisik juga tidak dapat dipungkiri. Jika jumlah sel CD4 turun
di bawah 200/mm3 maka seseorang memiliki resiko tinggi komplikasi infeksi.
L. Penatalaksanaan
Konseling
Dampak HIV
Perkembangan HIV
Penggunanan pengobatan antiretrovirus dan lainnya
Konsepsi yang aman jika partner HIV-negatif.
Beberapa wanita dengan HIV mungkin akan sulit untuk meningkatkan berat
badan. Karena efek samping dari pengobatan HIV mungkin akan sulit untuk
meningkatkan berat badan atau bahkan dapat menyebabkan penurunan
berat badan. Pada kunjungan pertama pengkajian yang teliti pada status
nutrisi harus dilakukan.
31
Melindungi Penderita dari Infeksi
Seseorang dengan HIV akan mengalami penurunan CD4 dimana sel tersebut
berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh. Dengan adanya penurunan CD4 maka
akan terjadi penurunan daya tahan tubuh. Sehingga diperlukan penanganan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh tersebut yaitu melalui obat, nutrisi dan latihan.
M. Pengobatan Penderita
a. Terapi antiretrovirus
Saat ini terapi zidovudin sudah disetujui untuk semua orang yang terinfeksi HIV
dengan jumlah CD4+ dibawah 500mm 3. Zidovudin memperlambat perjalanan penyakit
AIDS atau penyakit yang simptomatik pada pasien-pasien dengan HIV positif tanpa
gejala kecuali dengan jumlah CD4+ di bawah 500mm 3 atau pada pasien-pasien dengan
gejala yang ringan sementara jumlah sel CD4+ di bawah 200mm 3. Zidovudin
menurunkan kadar antigen p24 dan meningkatkan jumlah sel T4.
32
demam/panas, menggigil. Pemberian harus dihentikan jika pasien memerlukan terapi
untuk infeksi oportunis, limfoma, malignansi.
Stavudin dapat diresepkan bagi pasien-pasien HIV stadium lanjut yang tidak
responsif terhadap preprat antivirus lain atau yang tidak dapat mentolerir efek
sampingnya. Efek samping : neuropati perifer, hepatotoksisitas, anemia, mual.
b. Inhibitor Protease
c. Imunomodulator
33
N. Terapi alternatif
34
asam folat) diberi pada perempuan hamil dapat memperpanjang masa tanpa
gejala.
Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
Malaise
Perubahan Pola tidur
Berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya
Perubahan TD, frekuensi jantung, pernapasan
Mual, Muntah, Anoreksia, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, lidah
terdapat lesi atau luka, kesehatan gigi atau gusi yang buruk
Penurunan berat badan
Turgor kulit buruk
Lesi pada rongga mulut
Keamanan
35
Menggigil, berkeringat malam
Kultur positif, peningkatan titer, lesi, skrining positif terhadap penyakit
infeksius
Seksualitas
Interaksi sosial
Kelelahan terus-menerus
Mudah memar dan berdarah
Sakit tenggorokan
Diare
Infeksi opportunistik seperti TBC, Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP)
yang ditunjukkan oleh batuk terus–menerus, demam, sesak napas
36
Sarkoma kaposi’s (jenis kanker kulit yang ditunjukkan oleh banyaknya bisul
keunguan dan benjolan pada kulit.
Jumlah sel CD4 200mm3 atau kurang
Tes diagnostik
Batasan karakteristik :
Western Blot (+), terlihat gejala-gejala AIDS, ada riwayat dirawat untuk
pengobatan infeksi HIV.
Kriteria Evaluasi :
Suhu tubuh normal (37⁰C) dan SDP normal (3500 – 10.000 mEq), keringat malam
berkurang, tidak ada batuk, meningkatnya asupan makanan, tercapai
penyembuhan luka atau lesi pada waktunya.
INTERVENSI
37
No TINDAKAN RASIONAL
Pantau : Data objektif adalah perlu untuk
1.
Hasil CD4 mengevaluasi keefektifan terapi
Temperatur setiap 4 jam
Status umum setiap 8 jam
38
sendiri.
39
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri lesi di
mulut, penurunan nafsu makan, dan efek medikasi, infeksi (anoreksia, nausea
dan vomiting, gangguan menelan)
Tujuan : Untuk mencegah penurunan status gizi.
Kriteria Hasil :
No TINDAKAN RASIONAL
1. Pantau : Untuk mengenal indikasi-indikasi
Berat badan setiap hari kemajuan atau penyimpangan dari hasil
Masukan dan haluaran setiap 8 yang digunakan.
jam.
Persentase makanan yang
dimakan setiap hari.
2. Berikan makanan porsi sedikit tapi Untuk menghindari muntah
sering setiap 2 atau 3 jam. Beri biskuit
krekers setelah bangun tidur pagi atau 1
jam sebelum minum obat, makan
banyak karbohidrat seperti pisang,
kentang, sereal, teh jahe dengan madu
3. Beri suplemen vitamin. Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan masukan makanan dan/atau
kegagalan mengunyah dan asorbsi dalam
sistem GI.
4. Beri suplemen besi (Ferrous Sulfat) Untuk mengurangi anemia pada ibu hamil.
5. Jika cairan diare berlebihan : Diare sering disebabkan oleh protozoa
pertahankan puasa dan (Cryptospiridiium) yang menyerang lapisan
pengobatan, terutama infuse epitel, menyebabkan meningkatnya
NPT. produksi gas dan banyak cairan masuk
berikan obat-obat anti diare dan dalam usus. Pasien bias kehilangan cairan
evaluasi keefektifannya. 10 liter per hari karena diare. Berhentinya
40
Berangsur-angsur mulai pemberian defekasi hanya karena pengobatan yang
makanan peroral bila diare terkontrol. efektif
Anjurkan untuk menggunakan beta
laktose, rendah lemak, ini akan
menurunkan volume diare. Konsul ke
dokter jika diare tetap berlangsung atau
tambah memburuk
6. Berikan informasi tentang kebutuhan Ibu hamil mampu memaksimalkan
nutrisi. Tekankan pada peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan
pemasukan protein. terutama untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
7. Rujuk ke ahli diet untuk membantu Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat
memilih dan merencanakan makanan membantu pasien dalam perencanaan
untuk kebutuhan nutrisi. menu dan kebutuhan nutrisi untuk kondisi
sekarang.
Tujuan:
Kriteria Hasil:
Intervensi:
41
Monitor status mental
Evaluasi
Klien dapat:
4. Nyeri akut atau nyeri kronis berhubungan dengan atralgia, mialgia dan neuropati
karena penyakit HIV
Tujuan:
Menurunkan insiden dan nyeri yang berat, dapat menerima pengalaman nyeri yang
dialami, meningkatkan kenyamanan tubuh
Kriteri Hasil
Intervensi
42
Memberikan obat antinyeri
Ajari klien untuk terapi alternatif contohnya: distraksi musik, imagery, relaxation
exercises
Evaluasi
Klian dapat:
Tujuan:
Klien dapat mandiri, interaksi sosial, dapat melakukan aktivitas sehari hari
Kriteria Hasil
Intervensi :
43
Evaluasi kebutuhan klien dan kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhannya
Evaluasi
Klien dapat:
Tujuan :
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
44
perasaan marah dan bersalah. membuat perasaan klien dapat
menerima situasi.
3. Berikan informasi yang sesuai untuk Dapat meningkatkan pemahaman klien
membantu klien dapat membuat terhadap penyakit yang dideritanya.
keputusan.
4. Kaji mekanisme koping klien terhadap Pasien mungkin akan menggunakan
tindakannya. sistem bertahan dengan penolakan dan
terus berharap bahwa diagnosanya tidak
akurat. Rasa bersalah dan tekanan
spiritual mungkin akan menyebabkan
klien menarik diri dan percaya bahwa
bunuh diri adalah suatu alternative.
5. Dorong interaksi klien dengan keluarga Mengurangi perasaan terisolasi.
dan sistem pendukung.
6. Kaji adanya dukungan baik dari Menjamin adanya sistem pendukung
keluarga maupun orang terdekat. bagi pasien dan memberikan
kesempatan orang terdekat untuk
berpartisipasi dalam kehidupan klien.
7. Berikan informasi yang dapat dipercaya Menurunkan interaksi personal yang
dan konsisten. lebih baik dan menurunkan kecemasan
dan rasa takut.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
45
tentang prosedur atau tindakan kecemasan klien.
pelayanan kesehatan yang dilakukan.
3. Bantu klien dalam mengembangkan Mekanisme adaptif perlu untuk
mekanisme koping. menguibah pola hidup seseorang dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bantu klien dalam mengidentifikasi Dapat menurunkan kebingungan,
perasaannya seperti marah dan rasa mengembangkan kepercayaan dan
bersalah. memberi kesempatan untuk
mengidentifikasi masalah
untukmembuat pemecahan masalah.
5. Rujuk klien pada kelompok pelayan Dukungan tambahan dapat membantu
kesehatan yang khusus menangani klien dalam menerima stress.
penyakit HIV.
6. Rujuk klien pada pekerja kesehatan Dukungan tambahan dapat membantu
mental atau kelompok pendukung. klien dalam menerima stress.
7. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan sifat kondisi HIV, gangguan
peran dan masa depan tak tentu.
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang suportif dan Upaya untuk mengkomunikasikan
pribadi bagi keluarga perasaan sayang dan perhatian pada
anggota keluarga dapat membantu
mengurangi perasaan mereka tentang
isolasi dan rasa malu.
46
2. Gali persepsi anggota keluarga tentang Diskusi terbuka dapat membantu
situasi. Berikan dorongan untuk menurunkan perasaan bersalah karena
mengungkapkan perasaan bersalah, menyebabkan atau marah pada
marah, menyalahkan, dll. Bila keluarga masyarakat, komunitas gay atau kekasih
tidak menyadari praktek seksual klien klien.
atau penggunaan obat terlarang
sebelum ada diagnosis HIV, berikan
mereka dorongan untuk berbagi
perasaan mereka.
3. Sesuai kebutuhan, berikan informasi Intervensi ini dapat membantu
tentang homoseksualitas dan tekankan menurunkan rasa bersalah dan
bahwa klien adalah orang yang sama menggerakkan anggota keluarga untuk
seperti sebelum keluarga mengetahui mendukung klien (Govoni, 1988)
orientasi seksualnya.
4. Tekankan aspek hidup klien pada Ini dapat membantu menurunkan dan
orang lain selain tentang HIVatau menghilangkan stigma AIDS (Govoni,
perilaku resiko, misal : hobi, hal-hal 1988)
yang sudah dicapai.
5. Sesuai kebutuhan, izinkan kekasih klien Bila kekasih dan teman adalah kelompok
dan teman untuk berbagi beban beresiko tinggi mereka dapat mengalami
mereka dan pengalaman sebelumnya AIDS sebelum atau mungkin HIV positif.
dengan AIDS Saling berbagi pengelaman mereka dapat
membantu klien dan keluarga mengerti
lebih baik dan mengatasi gangguan.
6. Bahas dengan klien kemungkinan Melakukan dialog mengenai
konflik yang mungkin timbul antara kemungkinan konflik dengan pasangan
keluarga dan kekasih serta teman. yang berhubungan dengan
keputusanpengobatanm, keuangan, dan
perawatan dapat membantu
mengklarifikasi miskonsepsi tentang
peran dan tanggung jawab.
7. Bila memungkinkan, anjurkan klien Hal ini menunjukkan bahwa anda
untuk mendokumentasikan keinginan menghargai hak menentukan sendiri
mengenai penunjukan pembuat klien dan dapat membantu mengurangi
keputusan, perawatn akhir hidup, konflik antara bertahan hidup dengan
47
keuangan dan pengurusan pendapat yang kontradiksi
pemakaman.
8. Tentukan apakah mekanisme koping Penyakit dari anggota keluarga dapat
keluarga efektif. menyebabkan perubahan peran yang
signifikan, menempatkan anggota
keluarga pada resiko maladaptasi.
9. Identifikasi disfungsi mekanisme Setiap keluarga yang menunjukkan
koping : disfungsi koping mungkin memerlukan
a. Penyalahgunaan zat bantuan dari luar dan sumber tambahan.
b. Penyangkalan terus-menerus.
c. Eksploitasi salah satu anggota
keluarga atau lebih.
d. Perpisahan atau penghindaran.
10. Tingkatkan kekuatan keluarga : Intervensi ini dapat membantu
a. Terima bantuan mereka. mempertahankan struktur dan fungsi
b. Libatkan mereka dalam perawatan keluarga sebagai unit pendukung.
klien. Keluarga dengan konflik tak terselesaikan
c. Anjurkan untuk menjauh sejenak sebelum diagnosis adalah paling beresiko
dari klien untuk mencegah terhadap disfungsi koping.
ketegangan pemberian perawatan.
d. Perbanyak humor.
11. Bantu keluarga untuk mengenali peran Strategi diperlukan untuk
di rumah, menyyusun prioritas dan mempertahankan integritas keluarga dan
mendistribusikan tanggung jawab. untuk mengurangi stres, juga meulihkan
Izinkan klien untuk melakukan rasa kontrol dan kemandirian pasien.
sebanyak yang bisa dilakukan.
12. Ingatkan keluarga untuk bersiap Pedoman antisipasi dapat
terhadap depresi, ansietas, marah, dan mewaspadakan anggota keluarga
ketergantungan dari klien. terhadap masalh yang mengancam.
Tujuan :
48
Memberikan informasi tentang proses penyakit dan program pengobatan.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
49
dan darah.
6. Beri informasi tertulis sampai dimana Pasien mungkin akan merasa berlebihan
klien bisa mengerti. dan materi tertulis diberikan untuk
tinjauan lebih lanjut dan penguatan jika
pasien memiliki kesempatan untuk
menenangkan diri.
7. Tanyakan klien, apakah klien ingin Banyak pasien yang merasa takut
agar keluarga atau orang terdekatnya mengungkapkannya dengan orang
tahu tentang diagnosa penyakitnya. terdekat, keluarga, dan teman karena
takut ditolak. Menarik diri sebagai akibat
perasaan yang menggemparkan. Dengan
memberikan kesempatan pada orang
terdekat klien untuk mempelajari
diagnosa penyakit klien akan berguna
bagi dukungan jangka panjang terhadap
klien/ pasien.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. American College Of Physicians. 2004. HIV/ AIDS: Preventing, testing and treating.
AAHIM
2. Brunnner and Suddarth. 2006. 10th edition, 2006
3. Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.
4. Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
5. Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year
Book, Toronto.
6. Handayani, tina. 2008. Kuliah Medical Surgical Nursing III. Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
7. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005
8. Kane,Brigid M. 2008. HIV/ AIDS Treatment Drug. New York: Chelsea House
9. Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
10.Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
11.Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice,
4th edition, Mosby Year Book, Toronto
12.Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.
13.The United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2003. What Religious Leader Can do
about HIV/ AIDS
14.The World Bank, editor by Yolanda Tayler. 2004. Battling HIV/ AIDS. Washington DC
15.http://www.acponline.org/patients_families/pdfs/health/hiv.pdf
16.http://www.wcrp.org/files/TK-ENGLISH-hiv.pdf
17.http://siteresources.worldbank.org/INTPROCUREMENT/Resources/Technical-Guide-
Procure-HIV-AIDS-Meds.pdf
18.http://www.ussc.gov/r_congress/HIV.PDF
19.http://menozac.1-online-drug-store.com/sitemap-22.html
20.http://cph.georgetown.edu/aging/extras/hiv.pdf
51
52