You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan

komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin merupakan kunci keberhasilan

dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkan. Deteksi dini risiko tinggi adalah

kegiatan penjaringan terhadap ibu-ibu hamil yang mengalami kehamilan risiko tinggi pada suatu

wilayah tertentu yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan

komplikasi kebidanan.

Kehamilan dengan faktor risiko tinggi akan menghadapi morbiditas atau mortalitas

terhadap ibu dan janin dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Beberapa situasi dan kondisi serta

keadaan umum seorang ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas akan memberikan ancaman

pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat. AKI di

Indonesia pada tahun 2012 sebesar 359/100.000 Kelahiran Hidup. Hal ini menunjukkan bahwa

angka Kematian Ibu di Indonesia tergolong paling tinggi dibandingkan Filipina, Vietnam dan

Thailand.

Tiap kehamilan menghadapi risiko atau bahaya, baik pada ibu risiko rendah maupun ibu

risiko tinggi. Bahaya akan terjadi sebagai komplikasi dalam persalinan yang dapat menyebabkan

kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak-nyamanan, ketidak-puasan pada ibu dan bayi baru lahir.

1
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008

tentang Standar Pelayanan Mininal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota menetapkan bahwa

cakupan penanganan komplikasi obstetri oleh tenanga kesehatan adalah sebesar 80%.

Profil Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2011 cakupan Penanganan

Komplikasi di Indonesia sebesar 59,68%, pada tahun 2012 sebesar 69,15% dan pada tahun 2013

sebesar 73,31%”. Dari data di tersebut dapat dilihat bahwa cakupan penanganan komplikasi di

Indonesia belum mencapai target nasional.

Menurut profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Pada tahun 2012 Angka

kematian Ibu di Sumatera Barat sebanyak 104 orang penyebab terbesar yaitu perdarahan

sebanyak 32,6% diikuti eklampsia sebanyak 23%, sedangkan pada tahun 2013 terjadi penurunan

menjadi 90 orang penyebab terbesar masih perdarahan sebesar 43,3 % dan eklampsia sebanyak

17%. Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Barat pada tahun 2012 sebanyak 998 bayi.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Pada tahun 2012 Angka Kematian

Ibu sebanyak 7 orang dengan penyebab terbanyak yaitu perdarahan dan eklampsia sebesar

28,5%, pada tahun 2013 Angka Kematian Ibu mengalami penurunan menjadi 5 orang masih

disebabkan oleh infeksi sebesar 40% dan perdarahan sebesar 20%, sedangkan pada tahun 2014

terjadi kenaikan menjadi 13 orang dengan penyebab terbanyak adalah eklampsia sebesar

38,4%.AKB Pasaman Barat tahun 2012 sebanyak 63 orang.

Kegiatan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil yang dilaksanakan oleh bidan di desa yaitu

memberikan pelayanan antenatal untuk ibu selama kehamilannya serta dilaksanakan sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan (SPK). Kompetensi bidan indonesia dan wewenang bidan

2
yang diatur dalan Kepmenkes RI No. 900/MENKES/SK/VII/2002 menetapkan bahwa deteksi

risiko tinggi oleh tenaga kesehatan adalah sebesar 20%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat menyatakan bahwa deteksi

risiko tinggi oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012 sebanyak 47,1%, tahun 2013 sebanyak

51,47% dan tahun 2014 deteksi risiko tinggi oleh Nakes di Pasaman Barat sebanyak 42,1%.

Permasalahan pada uraian di atas adalah deteksi dini di Kabupaten Pasaman Barat masih

dibawah target. Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kegiatan deteksi dini

dalam penelitian ini menggunakan unsur-unsur sistem yang terdiri dari Input, Prosses,

Outputdan Outcome.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil oleh

bidan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-

faktor apa saja yang berhubungan denganpelaksanaan deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil

oleh bidan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015”.

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan deteksi dini

risiko tinggi pada ibu hamil oleh bidan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015.

b. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil oleh bidan di

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015

3
2. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan bidan tentang pelaksanaan deteksi

dini risiko tinggi pada ibu hamil

3. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan bidan tentang pelaksanaan deteksi

dini risiko tinggi pada ibu hamil

4. Diketahuinya distribusi frekuensi ketersediaan peralatan ANC untuk pelaksanaan deteksi

dini risiko tinggi pada ibu hamil

5. Diketahuinya distribusi frekuensi ketersediaan laboratorium sederhana untuk pelaksanaan

deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil

6. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan bidan dengan pelaksanaan deteksi dini risiko

tinggi pada ibu hamil

7. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan bidan dengan pelaksanaan deteksi dini

risiko tinggi pada ibu hamil

8. Diketahuinya hubungan ketersediaan peralatan ANC dengan pelaksanaan deteksi dini

risiko tinggi pada ibu hamil

9. Diketahuinya hubungan ketersediaan laboratorium sederhana dengan pelaksanaan deteksi

dini risiko tinggi pada ibu hamil

4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat

Sebagai bahan informasi dan umpan balik dalam rangka pelaksanaan untuk

meningkatkan cakupan deteksi dini risiko tinggi di Kabupaten Pasaman Barat.

b. Bagi Pimpinan Puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan dan pengembangan kualitas

pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama tentang deteksi risiko serta sebagai masukan

4
bagi petugas kesehatan dalam meningkatkan pengetahuannya tentang pentingnya deteksi

dini risiko tinggi pada ibu hamil

c. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi dini risiko tinggi dengan variabel

yang berbeda.

5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan cross sectional untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi dini risiko tinggi pada ibu hamil

oleh bidan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh bidan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015. Teknik pengumpulan sampel secara

purposive random sampling, pengolahan dilakukan secara univariat dan bivariat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Deteksi Dini Risiko Tinggi


Menurut Depkes RI, deteksi dini kehamilan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Menurut

Salmah, deteksi dini kehamilan adalah upaya dini yang dilakukan untuk mengatasi kejadian

risiko tinggi pada ibu hamil. Menurut Irene M.Bobak, kehamilan risiko tinggi adalah salah satu

kehamilan yang didalamnya kehidupan atau kesehatan ibu dan janin dalam bahaya akibat

gangguan kehamilan yang kebetulan.

Risiko kehamilan adalah suatu kondisi pada ibu hamil yang terdapat gangguan pada

kehamilan yang berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Kehamilan risiko tinggi

adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang

dihadapi. Kasus-kasus risiko tinggi mencakup kepentingan dua nyawa, maka penanganannya

haruslah diperhatikan dengan sebaik-baiknya.

2. Pembagian Risiko Tinggi


Risiko kehamilan menurut Poedji Rochjati dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Ada potensi gawat obstetri (Faktor risiko kelompok 1), meliputi :

a. Usia ibu pertama hamil terlalu muda (≤ 16 tahun)

b. Primi tua (kehamilan pertama terlalu tua)

c. Usia ibu terlalu tua (≥ 35 tahun)

d. Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)

e. Jarak kehamilan terlalu jauh (≥ 10 tahun)

f. Jumlah anak terlalu banyak (≥ 4 anak)

6
g. Ibu dengan tinggi badan 145 cm atau kurang (terlalu pendek)

h. Riwayat obstetri buruk

2. Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II), meliputi:

1) Penyakit pada ibu hamil

2) Hamil kembar (gemelli)

3) Hamil kembar air Batasan hidroamnion (polihidroamnion)

4) Janin mati dalam rahim (Intra Uterine Fetal Death)

5) Kehamilan lebih bulan/serotous

6) Kehamilan dengan kelainan letak

3. Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III), meliputi:

1) Perdarahan pada kehamilan

2) Preeklamsia berat/eklamsia

3. Pelayanan Antenatal Terpadu


Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas

yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat

dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru

lahir. Kualitas pelayanan antenatal diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan

janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.

Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa

kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami

ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani

persalinan normal.

7
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mngalami penyulit

atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai

standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan

pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari :(26)

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Ukur lingkar lengan atas (LILA)

4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Tentukan persentasi janin dan denyut antung janin (DJJ)

6. Beri imunisasi tetanus Toksoid (TT)

7. Berikan tablet tambah darah (tablet besi)

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

a) Pemeriksaan golongan darah

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

c) Pemeriksaan protein dalam urin

d) Pemeriksaan kadar gula darah

e) Pemeiksaan darah malaria

f) Pemeriksaan tes sifilis

g) Pemeriksaan HIV

h) Pemeriksaan BTA

9. Tatalaksana/penanganan kasus

10. Temu wicara (konseling)

8
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yangkompeten yaitu dokter,

bidan dan perawat terlatih, sesuai denganketentuan yang berlaku.Pelayanan antenatal terpadu

terdiri dari :

A. Anamnesa

Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayatkehamilan yang sekarang, riwayat

kehamilan dan persalinansebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu.

1. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.

2. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.

3. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,diuretika, anti vomitus,

antipiretika, antibiotika, obat TB, dansebagainya.

4. Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayatpemakaian obat Malaria.

5. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayatpenyakit pada

pasangannya.Informasi ini penting untuk langkah-langkah penanggulangan penyakit menular

seksual.

6. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,frekuensi dan kualitas

asupan makanan terkait dengankandungan gizinya.

7. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapikemungkinan terjadinya

komplikasi dalam kehamilan,

B. Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis pemeriksaan

termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.

9
4. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Keputusan Menteri Kesehatan No. 284/MENKES/SK/III/2004 tentang Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Buku KIA merupakan buku wajib yang harus dimiliki oleh

setiap ibu yang baru hamil sampai dengan anak tumbuh menjadi balita, manfaat dari buku

KIA adalah :

1. Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu mulai hamil sampai

anak berumur lima tahun

2. Instrumen pencatatan dan pemantauan, informasi, komunikasi dan penyuluhan tentang

kesehatan, gizi dan standar, pelayanan KIA yang lengkap ditingkat keluarga termasuk

rujukannya

3. Deteksi dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak

4. Menanggapi kebutuhan maupun keinginan ibu hamil dan balita

5. Meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu maupun

keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA serta masalah gizi dirumah

6. Meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas

7. Memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA yang lebih

efektif

Rendahnya akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas adalah

salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi. Namun

dengan buku KIA dengan stiker P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)

diharapkan akan tercipta banyak tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang klinis dan

komunikasi. Tenaga kesehatan yang terampil tentu akan dapat membantu ibu dan suami

10
termasuk keluarganya agar mampu membuat Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi sehingga ibu dan bayi selamat.

5. Bidan
Menurut WHO, bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program

pendidikan bidan diakui secara yuridis, ditempatkan dan mendapatkan kualifikasi, serta terdaftar

di sektor dan memperoleh izin melaksanakan praktek bidan.

Bidan menurut ICM adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang

diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberikan izin melaksanakan praktek bidan

di negara itu.

Menurut Association of Radical Midwives tahun 2006, bidan adalah spesialis yang

memiliki kualifikasi untuk memberikan perawatan secara total pada ibu dan bayi selama

kehamilan, kelahiran dan setelah bayi lahir. Bidan tidak perlu bekerjasama dengan dokter kecuali

terdapat masalah potensial atau aktual yang membutuhkan bantuan medis.

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan DIII

Kebidanan yang telah diakui pemerintah dan bidan ujian sesuai dengan persyaratan yang

berlaku, dengan demikian bidan dalam prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan

yang telah diatur didalam keputusan Menteri Kesehatan 900/2002 tentang registrasi dan praktek

bidan.

Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan

sejumlah praktisi diseluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara internasional

telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International

Federation of Internasional Gynaecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan

badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan I Kobe, ICM menyempurnakan defenisi

tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992).

11
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa Bidan Indonesia adalah seorang

perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di

wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,

sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik Kebidanan.

Secara lengkap pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk

menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Ia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan

memberi nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama hamil, persalinan dan pasca persalinan,

memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan

mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat

tidak hadirnya tenaga medis lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan

pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan

komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, persiapan menjadi orangtua,

keluarga berencana dan anak.

6. Paradigma Bidan
Paradigma Kebidanan Adalah suatu cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan.

Keberhasilan pelayanan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam

kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan

kebidanan dan keturunan.(13)

a. Wanita

Wanita atau manusia adalah mahluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan

unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Wanita adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga

12
keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta sosial diperlukan. Para wanita di

masyarakat adalah penggerak dan pelopor dari peningkatan kesejahteraan keluarga.

b. Lingkungan

Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlihat dalam interaksi individu

pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik,

lingkungan psiko sosial, lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Masyarakat

merupakan kelompok yang paling penting dan kompleks yang telah dibentuk manusia

sebagai lingkungan sosial. Masyarakat adalah lingkungan pergaulan hidup manusia yang

terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan komuniti yang mempunyai tujuan dan sistem

nilai, wanita merupakan bagian dari anggota keluarga dan unit dari komuniti.

c. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya, dan terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan. Perilaku

manusia bersifat holistik (menyeluruh).

d. Pelayanan Kebidanan

Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan

untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas.

Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan

kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak

dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.

e. Keturunan

13
Kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh keturunan,. Manusia yang sehat dilahirkan

oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut penyiapan wanita sebelum perkawinan, sebelum

kehamilan, masa kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas.

7. Bentuk-Bentuk Pelayanan Bidan


Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 pasal 16 disebutkan

bahwa bentuk-bentuk pelayanan kebidanan pada ibu berupa :(13)

a. Penyuluhan dan konseling

b. Pemeriksaan fisik

c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens,

hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklampsia ringan dan anemia ringan

e. Pertolongan persalinan normal

f. Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di

dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi

jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term

g. Pelayanan ibu nifas normal

h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakupp retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan

i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan

tidak teratur dan penundaan haid.

8. Peran dan Fungsi Bidan


1. Tugas Mandiri
1) Mengkaji status kesehatan klien yang hamil

2) Menentukan diagnosis, masalah dan kebutuhan kesehatan ibu hamil

3) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama bumil sesuai dengan prioritas masalah

14
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

5) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan

6) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan

7) Membuat catatan dan laporan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan

2. Tugas Kolaborasi
1) memberi asuhan kebidanan pada kehamilan dengan risiko tinggi

2) memberi pertolongan pertama kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi

3) memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan untuk kehamilaN

4) dengan risiko tinggi dan kegawatdaruratan.

9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Deteksi Dini Risiko Tinggi


Untuk dapat meningkatkan deteksi risiko tinggi, maka perlu diketahui faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi deteksi risiko tinggi pada ibu hamil oleh bidan. Faktor tersebut

meliputi:

1. Pendidikan
Menurut Kepmenkes RI nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 bidan adalah seorang

wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan yang telah diakui

pemerintah dan lulus ujian serta memperoleh ijazah sesuai dengan persyaratan yang berlaku. (13)

Pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya

berjalan berhubungan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah tahun 2008 yang melakukan penelitian

di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota menyebutkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan peran bidan sebagai pelaksana dalam

menangani risiko 4T.(19)

15
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan

tidak berlangsung lama.

Dalam penelitian ini pengetahuan yang akan di ukur tentang pengertian deteksi dini risiko

tinggi, pembagian deteksi dini risiko tinggi, manfaat deteksi dini risiko tinggi, penentuan skor

deteksi dini risiko tinggi dan jenis pelayanan antenatal terpadu serta manfaat Buku Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mirnawati tahun 2012 yang melakukan

penelitian di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau menyebutkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara tingkat pengetahuan bidan terhadap deteksi risiko tinggi pada ibu hamil.(15)

3. Peralatan ANC
Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai penunjang dalam mencapai

maksud dan tujuan. Untuk pelaksanaan deteksi resiko tinggi diperlukan alat dan sarana untuk

bisa melaksanakan pelayanan antenatal.

Sarana yang dimaksud disini berupa polindes. Sedangkan untuk alat kesehatan yang

diperlukan adalah 1 buah tensimeter, 1 buah stetoskop, 1 buah timbangan dewasa,1 buah

pengukur tinggi badan, 1 buah pita pengukur LILA, dan 1 buah lenek (dopler).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elvira Kurniawati tahun 2012 yang melakukan

penelitian di Puskesmas Singkawang Tengah Kota Singkawang menyebutkan bahwa terdapat

16
hubungan bermakna antara ketersedian sarana terhadap pelaksanaan 10Tdalam pelayanan

antenatal oleh bidan.

4. Laboratorium Sederhana
Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran dan

pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia

untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada

kesehatan seseorang dan kesehatan masyarakat.

Alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan dan dapat menunjang pelaksanaan

deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil oleh bidan. Alat tersebut berupa 1 set Pemeriksaan Hb,

1 set Protein Urine dan 1 set Reduksi Urine.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elvira Kurniawati tahun 2012 yang melakukan

penelitian di Puskesmas Singkawang Tengah Kota Singkawang menyebutkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara ketersedian sarana terhadap pelaksanaan 10Tdalam pelayanan

antenatal oleh bidan terutama untuk pemeriksaan laboratoorium rutin dan khusus serta kulkas

untuk menyimpan vaksin.

a. Kerangka Teori
Dalam rangka meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan sering digunakan model

pendekatan sistem oleh Dr. A. Donabedian yang terdiri dari Input, Proses,Output dan Outcome.

Adapun kerangka teori yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Input Proses Output Outcome

Sumber : Wijono Djoko (2005) Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan

Kerangka Teori

17
b. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Input Proses Output Outcome


1. Tingkat 1. Pelaksanaan Menemukan ibu- Menurunnya AKI
Pendidikan Pelayanan ibu yang Menurunnya AKN
Bidan Antenatal mempunyai faktor
2. Tingkat 2. Pengisian Kartu resiko (FR)
Pengetahuan Skrining
Bidan tentang : Antenatal
a. Pelayanan 3. Pengisian Kartu
Antenatal (7T- Skor Poedji
10T-14T) Rochjati
b. Buku KIA 4. Melakukan
c. Kartu skrining Rujukan
deteksi dini
resiko tinggi
d. Kartu Skor
Poedji Rochjati
3. Tersedia
Peralatan Untuk
ANC
4. Tersedia
Laboratorium
Sederhana

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan
Deteksi Dini Ibu Risiko
Tinggi
Peralatan ANC

Laboratorium Sederhana

Kerangka Konsep Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Deteksi Dini Risiko
Tinggi Pada Ibu Hamil Oleh Bidan Di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015

18
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik. Penelitian analitik merupakan penelitian

yang mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan desain

cross sectional study yaitu variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan, sehingga dapat diketahui faktor yang berhubungan dengan deteksi risiko

tinggi.

2. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari-Juli 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Parit,

Sasak dan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

3. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah seluruh objek dalam penelitian.(30) Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh bidan yang melakukan pelayanan antenatal di Kabupaten Pasaman Barat yang

berjumlah 414 orang.

b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bidan yang melakukan pelayanan antenatal di

Puskesmas Parit, Sasak dan Sungai Aur. Besar sampel diambil dengan menggunakan

rumusLemeshow dalam Notatmodjo:

Z 21−a/2 P(1 − P)N


n=
d2 (N − 1) + Z 2 1−a/2 P(1 − P)

19
Keterangan :

N = Besar populasi (414)

n = Besar sampel

Z1-α/2 = derajat kepercayaan (95%)

d = Presisi absolute yang diinginkan (10%)

P = proporsi dalam populasi (42%)

Z 21−a/2 P(1 − P)N


n=
d2 (N − 1) + Z 2 1−a/2 P(1 − P)

(1,96)2 (0,42)(1 − 0,42)(414)


n=
(0,1)2 (414 − 1) + (1,96)2 (0,42)(1 − 0,42)

(3,84) (0,42)(0,58)(414)
n=
(0,01) (413) + (3,84) (0,42)(0,58)

387,26
n=
5,06

n = 76,53 = 76 responden

Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan sampel penelitian sebanyak 76 responden.

Adapun kriteria sampel sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Ada di tempat saat penelitian dilakukan

b. Kriteria ekslusi

1) Sudah menjadi responden saat survei awal

20
4. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Purposive sampling yaitu

metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu dianggap relevan atau dapat

mewakili objek yang akan diteliti. Penarikan sampel pada masing-masing puskesmas dilakukan

secara total sampling.

5. Definisi Operasional
Definisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Skala Hasil Ukur
Operasional Pengukuran
Deteksi Dini Kegiatan yang Kuesioner Ordinal 1. Tidak Sesuai <
dilakukan untuk 75%, jika hanya
menemukan ibu melakukan 2
hamil yang kriteria (10T,
mempunyai faktor Kartu Skrining,
risiko dan Kartu Skor dan
komplikasi Rujukan)
kebidanan dengan
Pelayanan 2. Sesuai ≥ 75%,
Antenatal (10T), jika melakukan
Kartu Skrining, minimal 3
Kartu Skor Poedji kriteria (10T,
Rochjati dan Kartu Skrining,
Rujukan Kartu Skor dan
Rujukan)

Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner Ordinal 1. Rendah < DIII


terakhir Kebidanan, jika
pendidikan
terakhir DI
Kebidanan

2. Tinggi ≥ DIII
Kebidanan, jika
pendidikan
terakhir DIII
Kebidanan dan
DIV Kebidanan
Pengetahuan Ilmu yang dimiliki Kuesioner Ordinal 1. Kurang < 60%,
Bidan mengenai jika hanya
deteksi dinirisiko menjawab 11

21
tinggi pada ibu pertanyaan
hamilPelayanan dengan benar
Antenatal (10T),
Buku KIA, Kartu 2. Baik ≥ 60%, jika
Skrining dan menjawab 12
Kartu Skor Poedji pertanyaan
Rochjati dengan benar

Peralatan Segala sesuatu Kuesioner Ordinal 1. Tidak Lengkap <


Untuk ANC benda yang dapat 100%, jika
digunakan dan hanya memiliki
dapat menunjang 5 peralatan ANC
pelaksanaan
deteksi dini resiko 2. Lengkap =
tinggi pada ibu 100%, jika
hamil saat memiliki 6
pelayanan peralatan ANC
ANCmeliputi
tensimeter,
stestoskop,
timbangan
dewasa, pengukur
TB, pita pengukur
LILA dan lenek
(dopler)
Laboratorium Alat laboratorium Kuesioner Ordinal 1. Tidak Lengkap <
Sederhana yang dapat 60%, jika hanya
digunakan dan memiliki 2 alat
dapat menunjang laboratorium
pelaksanaan sederhanan
deteksi dini resiko
tinggi pada ibu 2. Lengkap ≥ 60%,
hamil meliputi cek jika memiliki
Hb, Protein Urin, minimal 3 alat
Reduksi Urin, laboratorium
pemeriksaan PMS sederhanan
dan pemeriksaan
VDRL

22
6. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari Kepala Puskesmas,

Pemegang Program dan Bidan dengan wawancara.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah semua data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat dan Puskesmas yang terdiri dari laporan tahunan Kesehatan Ibu dan Anak

tahun 2012, 2013 dan 2014. Dokumen ini diperoleh langsung dari pemengang program

Kesehatan Ibu dan Anak.

7. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul diolah dengan bantuan komputer. Langkah-langkah

yang digunakan dalam pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing (Memeriksa Data)

Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa isian dan kelengkapan kuesioner untuk

mengetahui apakah jawaban dari kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

b. Coding (Mengkode Data)

Merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat dan huruf menjadi angka bilangan

yang bertujuan untuk mempermudah dalam memasukkan data (entry). Seperti pada

variabel pendidikan yaitu nilai 0 untuk DI kebidanan dan nilai 1 untuk DIII dan DIV

Kebidanan. Variabel pengetahuan yaitunilai 0 untuk jawaban salah dan nilai 1 untuk

jawaban yang benar. Variabel peralatan ANC yaitu nilai 0 jika hanya memiliki 5

peralatan dan nilai 1 untuk memiliki 6 peralatan. Variabel laboratorium yaitu nilai 0 jika

23
tidak memiliki alat labor dan nilai 1 jika memiliki alat labor. Variabel deteksi dini yaitu

nilai 0 jika tidak dilakukan deteksi dini dan nilai 1 jika dilakukannya deteksi dini.

c. Entry Data (Memasukkan Data)

Data yang telah diedit dan diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer.

d. Cleaning Data (Membersihkan Data)

Melakukan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan dalam pengkodean kemudian dilakukan koreksi.

8. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara komputerisasi. Proses analisis data dapat dilakukan

dengan dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan ditribusi frekuensi pada variabel

yang diteliti. Hasil analisis univariat akan ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel dan narasi.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variable independen dan

variable dependen. Adanya hubungan antara dua variable dapat dilihat dengan uji

statistikchi-squaretingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Dalam pengolahan data dari hasil

penelitian ini peneliti menggunakan komputerisasi. Untuk melihat kemaknaan 0,05 sehingga

bila nilai p value < 0,05 maka hasil statistik dinilai bermakna, jika p value > 0,05 maka hasil

perhitungan statistik tidak bermakna.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC; 1998.

2. INFID K. Membedah Angka Kematian Ibu. Jakarta: Institut Kapal Perempuan; 2013.

3. RI KK. Keputusan Menteri Nomor 741 Tentang Standar Pelayanan Minimum Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2008.

4. RI KK. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2012.

5. RI KK. Proofil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2013.

6. RI KK. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2014.

7. Padjadjaran FK. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset; 1984.

8. Sumbar DKP. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2012. Padang: Dinas
Kesehatan; 2013.

9. Sumbar DKP. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat 2013. Padang: Dinas
Kesehatan; 2014.

10. Pasbar DKK. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012. Pasbar:
Dinas Kesehatan; 2013.

11. Pasbar DKK. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2013. Pasbar:
Dinas Kesehatan; 2014.

25
12. Pasbar DKK. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2014. Pasbar:
Dinas Kesehatan; 2015.

13. RI KK. Keputusan Menteri Nomor 900 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2002.

14. Djoko W. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga Universitas


Press; 2005.

15. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 2010.

16. Rochjati P. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Universitas Airlangga; 2011.

26

You might also like