Professional Documents
Culture Documents
Abortus Imminens Insyallah-1
Abortus Imminens Insyallah-1
PENDAHULUAN
1
Penelitian yang dilakukan oleh Australia Concortium For in Country Indonesia
Studies (2013) menunjukkan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia terjadi 4
persen aborsi per 100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut dilakukan oleh perempuan di
perkotaan sebesar 78% dan perempuan di pedesaan sebesar 40% (CNN, 2014). Pada
tahun 2015 didapatkan jumlah abortus berdasarkan data profil kesehatan Sumatera Barat
sebanyak 3.359 orang, jumlah ini menningkat tajam dari tahun 2009 yaitu sebanyak 2.123
orang. Tercatat untuk kota padang 339 kasus abortus pada tahun 2015.
Abortus ini merupakan salah satu faktor penyumbang angka kematian ibu, namun
lebih sering dilaporkan dalam bentuk perdarahan bukan dalam bentuk abortus. Bila
abortus ini terjadi, maka harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan karena
perdarahan yang banyak dapat menyebabkan kematian ibu. Abortus bisa disebabkan oleh
tiga faktor yaitu faktor maternal, faktor paternal dan faktor fetus. Faktor maternal dapat
dibagi menjadi dua yaitu intrinsik meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, paritas, jarak
kehamilan, penyakit dan kelainan uterus dan faktor ekstrinsik meliputi status pekerjaan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari abortus imminens dan plasenta previa.
2. Untuk mengetahui etiologi dari abortus imminens dan plasenta previa.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari abortus imminens dan plasenta previa.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari abortus imminens dan plasenta previa.
5. Untuk mengetahui pathway dari abortus imminens dan plasenta previa.
2
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari abortus imminens dan plasenta
previa.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari abortus imminens dan plasenta previa.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari abortus imminens dan plasenta previa.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari abortus imminens dan plasenta previa.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca
Manfaat penyusunan askep abortus imminens dan plasenta previa ini adalah agar
pembaca dapat mengetahui segala sesuatu tentang abortus imminens dan plasenta
previa mulai dari penyebab dan bagaimana upaya pengobatannya.
1.4.2 Bagi penulis
1. Penulis dapat mengetahui tentang abortus imminens dan plasenta previa secara
lebih mendalam.
2. Penulis dapat mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk ilmiah.
3. Penulis dapat menghargai karya orang lain (dalam bentuk kutipan dan daftar
pustaka).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis,sering nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : pendarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva.
b. Inspekpulo : pendarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak jaringan
berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau tertututp, teraba atau tidak jaringan
dalam covum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adeneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
2.1.4. Patofisiologi Abortus Imminens
Pada awal abortus terjadi pendarahan desidua basales, di ikuti dengan nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi corialis belum menembut desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8-14
minggu, penembusan sudah lebih dalam sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak pendarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan lebih dulu dari pada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong aminiom atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, vetus kompreseus, menstruasi atau
fetus papiraseus. (Prawirohardjo, 2014).
5
2.1.5. WOC
Perdarahan nekrosis
Uterus berkontraksi
Nyeri Perdarahan
Nyeri
Intoleransi Resiko
aktivitas ketidakseimbangan
cairan
6
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang Abocrtus Imminien
1. Tes kehamilan positip : jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. Pemeriksaan dopler atau usg untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
Data laboraturium:
1. Uji tes urin
2. Hemoglobin dan hematocrit
3. Menghitung trombosit
4. Kultur darah dan urin
2.1.7. Komplikasi Abortus Imminens
1. Perdaraan perforasi syok dan infeksi
2. Pada missed aboration dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
2.1.8. Penatalaksanaan Abortus Imminens
1. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
2. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2x sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4 jam
bila pasien panas.
3. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3x30 mg, berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
5. Diet tinggin protein dan tambahan vitamin c
6. Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.2 Perdarahan Kehamilan lanjut
2.2.1. Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa adalah implantasi plasenta di segmen bawah Rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri intertum. Kejadian plasenta previa sekitar
0,3% sampai 0,6% dari persalinan, sedangkan di rumah sakit lebih tinggi, karena
menerima rujukan dari luar. Secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis
plasenta previa totalis ( menutupi seluruh ostium uteri internium pada pembukaan 4 cm,
7
plasenta previa sentralis bila pusat plasenta bersamaan dengan sentral kanalis servikalis)
dan plasenta previa parsialis (menutupi bagian ostium uteri internum), plasenta previa
marginalis (bila tepi plasenta berada di sekitar pinggir osteum uteri internum). (Rustam
Mochtar, 2013).
2.2.2. Klasifikasi Plasenta Previa
Belum ada kata sepakat dianatara para ahli, terutama mengenai beberapa
pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi,
melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah ubah, maka klasifikasi akan
berubah setiap waktu. Misalnya, pada pembukaan yang masih kecil, seluruh
pembukaan ditutupi jaringan plasenta (plasenta previa totalis), namun pada pembukaan
yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis
yang menganjurkan bahwa menegakan diagnose adalah sewaktu moment opname yaitu
takala penderita diperiksa. (Rustam Mochtar, 2013).
Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi dua:
- Plasenta previa lateralis posterior: bila sebagian menutupi ostium
bagian belakang
- Plasenta previa lateralis anterior: bila menutupi ostium bagian depan
- Plasenta previa marginalis: bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
Menurut penulis buku-buku amerika serikat:
1. Plasenta previa totalis: seluruh ostium ditutupi plasenta
2. Plasenta previa partialis: sebagian ditutupi plasenta
3. Plasenta letak rendah (low-lying placenta); tepi plasenta berada 3-4 cm di
atas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.
Menurut Browne:
1. Tingkat 1= lateral placenta previa:
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
8
2. Tingkat 2= marginal plasenta previa:
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
3. Tingkat 3= complete plasenta previa:
Plasenta menutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan
hampir lengkap.
4. Tingkat 4= central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.
Menurut penulis lain plasenta previa dibagi menurut persentase plasenta yang
menutupi pembukaan:
Plasenta previa 25%, 50%, 75%, dan 100%
Di beberapa institute di indonesia termasuk di rs. Pirngadi medan, klasifikasi
yang dipakai kurang lebih menurut pembagian de Snoo pada pembukaan kira-
kira 4 cm.
Ada pula yang disebut previa servikasi, yaitu bila sebagian plasenta tumbuh
masuk kanalis servikalis. Normalnya, plasenta berimplantasi di bagian atas
uterus, pada bagian dalam belakang (60%), depan (40%).
2.2.3. Etiologi Plasenta Previa
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau
belum jelas, bermacam-macam teori dan faktot-faktor dikemukakan sebagai
etiologinya.
1. Endometrium yang inferior
2. Chorion leave yang persisten
3. Korpus luteum yang beraksi lambat.
Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne
menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili khorialis persisten pada desidua
kapsularis. (Rustam Mochtar, 2013).
Faktor-faktor etiologi:
9
- Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
- Di Indonesia, menurut toha, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda
dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita indoesia menikah pada usia
muda dimana endometrium masih belum matang (inferior).
2. Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase,
dan manual plasenta.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Kadang-kadang pada malnutrisi.
2.2.4. Manifestasi klinis Plasenta Previa
Pendarahan plasenta previa terjadi tanpa rasa sakit pada saat tidur atau melakukan
aktivitas.Mekanisme pendarahan karena pembentukan segmen bawah Rahim
menjelang kehamilan aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan
pendarahan. Bentuk pendarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan penyulit
pada janin maupun pada ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai
syok sedangkan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin pada
Rahim.Implantasi plasenta di segmen bawah Rahim emnyebabkan bagian terendah
tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak janin dalam
Rahim. (Rustam Mochtar, 2013).
2.2.5. Patofisiologi Plasenta Previa
Pendarahan plasenta previa terjadi tanpa rasa sakit pada saat tidur atau melakukan
aktivitas.Mekanisme pendarahan karena pembentukan segmen bawah Rahim
menjelang kehamilan aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan
pendarahan. Bentuk pendarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan penyulit
pada janin maupun pada ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai
syok sedangkan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin pada
Rahim.Implantasi plasenta di segmen bawah Rahim emnyebabkan bagian terendah
tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak janin dalam
Rahim. (Rustam Mochtar, 2013).
10
2.2.6. WOC
Endometrium yang
Endometrium Bekas persalinan
belum sempat sembuh
belum sempurna dengan jangka pendek
Gangguan
implantasi plasenta Resiko infeksi
Plasenta previa
Perdarahan
Resiko
ketidakseimbangan Syok
cairan hipolemik
11
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang Plasenta Previa
1. USG
Untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan biometri janin, indeks cairan amnion,
kelainan kongenital, letak dan derajat maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat
penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG)
Dilakukan pada kehamilan > 28 Minggu
3. Laboraturium
Pemeriksaan darah perifer lengkap.Bila dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu
pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
(Rustam Mochtar, 2013).
2.2.8. Komplikasi Plasenta Previa
1. Prolaps tali pusat
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan postpartum
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi prematur atau lahir mati.
(Rustam Mochtar, 2013).
2.2.9. Penatalaksanaan Plasenta Previa
12
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan
pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan dan dipersiapkan donor darah untuk
transfusi darah. (Rustam Mochtar, 2013).
1. Cunam Willet Gausz. Menjepit kulit kepala bayi pada plasenta previa yang
ketubannya telah dipecahkan; memberikan pemberat sehingga pembukaan
dipercepat; diharapkan persalinan spontan; sebagian besar dilakukan pada janin
yang telah meninggal.
2. Versi Braxton Hicks. Dilakukan versi ke letak sungsang; satu kaki dikeluarkan
sebagai tampon dan diberikan bemberat untuk mempercepat pembukaan dan
menghentikan perdarahan; diharapkan persalinan spontan; janin sebagian besar
akan meninggal. Versi bipolar menurut Braxton Hicks adalah tehnik lama yang
digunakan untuk menghentikan perdarahan pada plasenta previa parsialis dengan
cara memecahkan ketuban, menurunkan satu kaki dengan tujuan untuk tamponade
perdarahan akibat plasenta previa dengan menggunakan bokong bayi. Bayi baru
akan lahir setelah pembukaan lengkap dan mati karena dikorbankan untuk
menyelamatkan ibu dari kematian akibat perdarahan. Kaki yang telah diturunkan
diberikan pemberat sehingga makin mampu bertindak sebagai tampon plasenta
untuk menghentikan perdarahannya. Tehnik ini sudah lama ditinggalkan dan
diganti dengan tindakan seksio sesaria.
3. Pemasangan kantong karet metreurynter. Kantong karet dipasang untuk
menghentikan perdarahan dan mempercepat pembukaan sehingga persalinan dapat
segera berlangsung. Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, narkosa,
pemberian transfusi, dan cairan maka tatalaksana pertolongan perdarahan plasenta
previa hanya dalam bentuk memecahkan ketuban melakukan seksio sesaria, untuk
bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang cepat dan
tepat.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN I
“ABORTUS IMMINENS”
3.2 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny E
Umur : 24 tn
Agama : Islam
Alamat : Bandar kidul kec.Mojoroto kediri
Diagnosa Medis : Abortus Imminens
Tanggal/waktu MRS : 18 januari 2018 12:00 wib
Tanggal/waktu Pengkajian : 20 januari 2018 09.00 wib
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan ia merasa nyeri pada perut bawah
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan nyeri sejak 2 hari lalu ia merasa nyeri pada perut bagian bawah dan
perdarahan selama 2 hari, melakukan penggantian pembalut sebanyak 5x sehari.
Nyeri pada skala 6, mulas – mulas bertambah jika bergerak, berkurang jika ibu
tiduran. Keluaran darah pervaginum 50 cc/4 jam. Ekspresi wajah Ibu tampak pucat,
berkeringat, cemas dan sesekali mendesis nyeri.
c. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
d. Riwayat Penyakit keluarga
14
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit turunan
3. Riwayat Obstetri
1. Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 12 Siklus : teratur ( √ ) tidak ( )
Banyaknya : 5 pembalut/hr Lamanya : 7 hari
HPHT : 30 januari 2013 Keluhan : -
2. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
NO THN Umur Penyuli Jeni Penolo Pen Lase Infe Perda Je BB Pj
. kehami t s ng yulit rasi ksi ra nis
lan han
1 3 thn 38 - nor Dokter - - - - P 3,5 46
. Minggu mal dan Kg Cm
Bidan
12 Ada Dokter - - - ada - - -
2 Minggu - dan
. Bidan
16
Warna : kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi : lunak
Keluhan :-
3. Pola personal Hygiene
a. Mandi
Frekwensi : 2 x/hari
Sabun : ( √ ) Ya ( ) tidak
b. Oral hygiene
Frekwensi : 3 x/hari
Waktu : ( √ ) Pagi ( √ ) sore ( √ ) Setelah makan
c. Cuci rambut
Frekwensi : 2-3 x/minggu
Shampo : ( √ ) ya ( ) tidak
4. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur : 5 Jam /hari
b. Kebiasaan sebelum tidur : berdo’a
Keluhan :-
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : mengerjakan pekerjaan rumah sendiri kadang
bersama suami
b. Waktu bekerja :( ) Pagi ( ) sore ( ) Malam
c. Olah raga : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Jenisnya : jalan – jalan saja
Frekwensi : 1-2 x seminggu
d. Kegiatan waktu luang : menemni anak pertama dan nonton TV
e. Keluhan dalam aktifitas : -
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : ( ) Ya , sebutkan ……………… ( √ ) Tidak
b. Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan ………………. ( √ ) Tidak
c. Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan ……………… ( √ ) Tidak.
8. Pemeriksaan Fisik
17
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt Suhu : 36oC
Berat badan : 52 kg Tinggi badan : 156 cm
Pendarahan pervagina : ± 50 cc
2. Pemeriksaan khusus
a) Heat to toe
Kepala : Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit
kepala tidak ada kotoran atau bersih.
Mata : kanan kiri simetris
Telinga : Visus normal, tidak menggunakan alat bantu. Konjungtiva agak
pucat.
Hidung : Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum,
mempunyai dua lubang, peradangan mukosa dan polip tidak ada, sedangkan
fungsi penciuman normal.
Mulut : Bentuk bibir normal, tidak bau mulut. Tidak ada perdarahan dan
peradangan pada mulut. Mulut tampak kering. Sedangkan fungsi pengecapan
baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada faring.
Leher : Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran, tidak ada
kaku kuduk.
Thoraks (fungsi pernapasan)
b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi : simetris dimana dada kanan dan kiri sama, pengembangan dada
optimal, payudara membesar
Palpasi : hangat, tidak ada kelainan.
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : tidak ada ronchii, ataupun wheezing, bunyi vesikuler.
c) Abdomen
Inspeksi : terdapatstriegravidium.
Auskultasi : bising usus normal (15 X/menit).
Perkusi : normal.
18
Palpasi : ada nyeri tekan pada perut bawah, uterus teraba lunak.
d) Genetalia
Keluar darah dari jalan lahir
e) Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu
membolak– balikan tangan dan menggerakan kakinya.
f) Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit, turgor kulit
jelek
3.3 DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Hb : 9 gr%
b. Tes kehamilan (-)
3.4 ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Perdarahan nekrosis Resiko
ketidakseimbangan
- Kx mengatakan badannya
cairan b.d
lemas.
perdarahan
Hasil konsepsi terlepas
- Kx mengatakan mengalami
dari uterus
perdarahan
DO :
Uterus berkontraksi
- K/U lemah
- Turgor kulit jelek, mulut
kering.
- Pasien terlihat pucat. Hasil konsepsi keluar
- Perdarahan pervaginam tidak sempurna
50cc/4 jam
- Mengerutkan dahi jika terasa
nyeri.
Perdarahan
- Obs TTV
19
TD = 90/60 mmHg
RR = 20x/menit Resiko
ketidakseimbangan
o
S = 36 C
cairan
N = 96x/menit
- K/U lemah
Uterus berkontraksi
- Terdapat nyeri tekan pada
perut bagian depan bawah.
- Skala nyeri :
Hasil konsepsi keluar
P : pengeluaran janin
Q : seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri
R : di perut bagian
bawah
20
S : skala 6
T : saat pengeluaran
janin
TD = 90/60 mmHg
RR = 20x/menit
S = 36oC
N = 96x/menit
- K/U lemah
- Mengerutkan dahi jka terasa
Uterus berkontraksi
nyeri
- Skala nyeri :
P : pengeluaran janin
Hasil konsepsi keluar
Q : seperti ditusuk-tusuk.
R : di perut bagian
Nyeri
bawah
21
S : skala 6
- Obs TTV
TD = 90/60 mmHg
RR = 20x/menit
S = 36oC
N = 96x/menit
22
cairan seimbang
2. Nyeri b.d Setelah dilakukan 1. Beri lingkungan 1. Meningkatkan
pengeluaran tindakan 1x24 jam tenang dan kurangi istirahat dan
janin diharapkan nyeri rangsangan penuh meningkatkan
dapat diadaptasi oleh stress kemampuan
pasien 2. Kolaborasi dengan koping
dokter dalam 2. Analgesik dapat
Dengan kriteria
pemberian menurunkan nyerI
hasil :
analgesic 3. Memudahkan
3. Ajarkan strategi relaksasi, terapi
1. Skala nyeri 0-1
relaksasi (misalnya non farmakologi
2. Pasien tampak
nafas berirama 4. Penggunaan
rileks
lambat, nafas persepsi sendiri
dalam, bimbingan atau perilaku
imajinasi) untuk
4. Evaluasi dan menghilangkan
dukung mekanisme nyeri dapat
koping px membantu
5. Kompres hangat mengatasinya
lebih efektif
5. Mengurangi rasa
nyeri dan
memperlancar
aliran darah
3.7 IMPLEMENTASI
NO. DX IMPLEMENTASI TTD
1. 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan eletrolit.
2. Memonitor adanya kehilangan cairan dan eletrolit.
3. Memonitor adanya perdarahan berlebih.
24
3.8 EVALUASI
Tgl / jam NO. EVALUASI PARAF
DX
21 Januari 1 S: - Kx mengatakan badannya tidak lemas.
2018
- Kx mengatakan perdarahan berkurang
10.00
O: - Turgor baik, mulut kering.
TD = 100/60 mmHg
RR = 20x/menit
S = 36,5oC
N = 96x/menit
P : pengeluaran janin
25
S : skala 1
TD = 110/60 mmHg
RR = 20x/menit
S = 36oC
N = 96x/menit
P : pengeluaran janin
S : skala 1
- Obs TTV
TD = 110/60 mmHg
26
RR = 20x/menit
S = 36oC
N = 96x/menit
P: Hentikan intervensi
27
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN II
“ PLASENTA PREVIA”
28
d. Riwayat Penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit turunan
3. Riwayat Obstetri
1. Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 14 Siklus : teratur ( √ ) tidak ( ) Banyaknya
: 4 pembalut/hr Lamanya : 8 hari
HPHT : 13 agustus 2015 Keluhan : -
2. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
NO. TAHUN Umur Penyulit Jeni Penolo Pe Lase Infe Perda Je BB Pj
kehami s ng ny rasi ksi ra nis
lan ulit Han
1. 6 thn 38 - SC Dokter - - - - L 3,2 46
Minggu dan Kg Cm
Bidan
2. 22 Ada - Dokter - - - Ada - - -
Minggu dan
Bidan
30
Frekwensi : 1 kali
Warna : kuning
Bau : khas
Konsistensi : lunak
Keluhan :-
3. Pola personal Hygiene
a. Mandi
Frekwensi : 2 x/hari
Sabun : ( √ ) Ya ( ) tidak
b. Oral hygiene
Frekwensi : 3 x/hari
Waktu : ( √ ) Pagi ( √ ) sore ( √ ) Setelah makan
c. Cuci rambut
Frekwensi : 2-3 x/minggu
Shampo : ( √ ) ya ( ) tidak
4. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur : 5 Jam /hari
b. Kebiasaan sebelum tidur : berdo’a
Keluhan :-
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : mengerjakan pekerjaan rumah sendiri kadang
bersama suami
b. Waktu bekerja :( ) Pagi ( ) sore ( ) Malam
c. Olah raga : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Jenisnya : jalan – jalan saja
d. Frekwensi : 1-2 x seminggu
e. Kegiatan waktu luang : mengajari anak pertama, dan nonton TV
f. Keluhan dalam aktifitas : -
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : ( ) Ya , sebutkan ……………… ( √ ) Tidak
b. Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan ………………. ( √ ) Tidak
c. Ketergantungan obat : ( ) Ya , sebutkan ……………… ( √ ) Tidak.
31
8. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :80/70 mmHg Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt Suhu : 36,5oC
Berat badan : 54 kg Tinggi badan : 156 cm
Pendarahan pervagina : 600 cc
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : Bersih pertumbuhan rambut merata, tidak Nampak bejolan.
Wajah : Simetris, tidak nampak odem, pucat.
Mata : Bentuk simetris, conjungtiva anemis, tidak ikterik.
Telinga : Simetris, bersih, fungsi pendengaran baik.
Hidung : Nampak bersih, tidak nampak pergerakan cuping hidung saat
bermafas.
Mulut : Keadaan gigi bersih, tidak ada pembengkakan pada gusi
Leher : Tidakada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan
vena jugularis.
Dada/Mamae : Bentuk payudara simetris, putting menonjol, tidak nampak
benjolan, pergerakan dada simetris saat bernafas.
abdomen : Pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, ada bekas operasi.
Tungkai : Tidak terlihat varises dan oedem.
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembengkakan kelenjar Tyroid
Dada/Mamae : Tidak teraba benjolan abnormal, colostrum belum keluar.
Abdomen :
- Leopold I : TFU 2 jari dibawah prosesus xipoideus, bagian
terasa janin teraba bulat, lunak dan tidak melenting
- Leopold II : Sebelah kanan perut ibu terasa memanjang
keras seperti papan (PUKA), dan bagian kiri perut ibu
teraba bagian terkecil janin (Ekremitas).
- Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan
32
melenting
- Leopold IV : Kepala belum memasuki pintu atas pinggul
Tungkai : Teraba varises dan oedem
c. Auskultasi
DJJ (+), terdengar tetapi lemah dan tidak teratur, Frekuensi 89x/menit
d. Perkusi
Reflek patella : kiri (+) kanan (+)
Cek ginjal : kiri (-) kanan (-)
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan
4.3 DATA PENUNJANG
1. Laboratorium :
Gol.Darah : B
HB : 8,5 gr/dl
hematokrit : 31 %, N ( 36-47 %)
leukosit : 10.000 H/mmk, N(5.000-10.000)
trombosit : 310.000 mm3
2. USG : Tampak plasenta menutupi seluruh bagian uterus
33
- Mukosa bibir kering
- Pucat
- Konjungtiva anemis
- Pasien lemah
- Hb :8,5 gr/dl
- Hematokrit : 31%
DO:
- TTV
TD :80/70 mmH
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,5oC
- Hb :8,5 gr/dl
- Hematokrit : 31%
- Pendarahan pervagina 600cc
3 DS : Robekan Abdomen Resiko infeksi
Terlihatnya adanya bekas operasi
34
yang tampak memerah
Bekas Operasi Secsarea
DO:
- terdapat bekas luka operasi
sesarea
- kemerahan pada bekas jahitan Terbukanya tempat
- Leukosit10.000H/mmk mikroorganisme
0
- suhu 36,6 C
- Hb : 8,5 gr/dl
4.6 INTERVENSI
NO DX NOC NIC
35
elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab,
tidak ada rasa lemas, serta
kulit tidak pucat
2 Risiko terjadinya Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitoring tanda vital (
syok hipovolemik tindakan TD, nadi, nafas, suhu, dan
b/d perdarahan Keperawatan selama 2x7 jam palpasi nadi perifer secara
diharapkan perfusi jaringan rutin.
adekuat 2. Kaji dan catat pendarahan
pervagina dan peningkatan
Kriteria hasil :
tinggi fundus uteri.
3. Permberian tranfusi darah
- TTV normal
sesuai indikasi.
TD : 120/80 mmhg
4. Kolaborasi dengan dokter
N : 60-100 x/mnt
untuk pemberian obat.
RR : 20-25 x/mnt
Suhu : 36,5-37,5 oC
- HT normal ( 36-47 %)
- Hb normal ( 12-16 gr/dl)
- Tidak ada tanda syok, nadi
perifer semakin adekuat
3. Resiko infeksi Tujuan : 1. Monitor tanda gejala infeksi
b/d terbukanya Setelah dilakukan tidakan 1x sistemik dan local
tempat 24 jam diharapkan resiko 2. Monitor kerentanan
mikroorganisme infeksi hilang. terhadap infeksi
sekunder 1. Immune status, 3. Ajarkan pasien dan
terhadap luka 2. Knowledge : infeksi keluarga tanda dan gejala
operasi sesarea. control infeksi
3. Risk contol 4. Bersihkan lingkungan
Kriteria hasil : setelah dipakai pasien lain.
1. Klien bebas dari tanda dan 5. Gunakan baju, sarung
gejala infeksi tangan sebagai alat
2. Mendeskripsikan proses pelindung
36
penularan penyakit, faktor 6. Pertahankan lingkungan
yang mempengaruhi aseptic selama
penularan serta pemsangan alat
penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
4. Jumlah leukosit DBN
(N 4.3 to 11.3/µl)
Menunjukkan perilaku
sehat
4.7 IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon
Resiko 1. Mengkaji TTV dan status hidrasi
ketidakseimbangan (kelembaban mukosa, nadi adekuat,
cairan b/d perdarahan tekanan darah ortostatik).
pervaginal 2. Memberikan cairan IV.
3. Menawarkan anack (jus buah, buah
segar).
4. Memonitoring masukanmakanan /
cairan dan hitung intake kalori hari.
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat.
37
indikasi.
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat.
4.8 EVALUASI
Tgl/jam No DP EVALUASI
11:00 am O : TTV
38
A : Masalah teratasi (Akan melakukan operasi SC)
P : Hentikan Intervensi
11:00 am O : TTV
P : Hentikan Intervensi
11:00 am O:
A : Maslah teratasi
P : Hentikan Intervensi
39
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Abortus imminens adalah pendarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. Bisa disebabkan karena
kelainan traktus genetalia, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta,
faktor maternal.
Plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis plasenta previa totalis ( menutupi seluruh
ostium uteri internium pada pembukaan 4 cm, plasenta previa sentralis bila pusat plasenta
bersamaan dengan sentral kanalis servikalis) dan plasenta previa parsialis (menutupi
bagian ostium uteri internum), plasenta previa marginalis (bila tepi plasenta berada di
sekitar pinggir osteum uteri internum).
5.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pengetahuan tentang plasenta previa dan abortus
imminens dapat diatasi dan dan semakin menunjukkan peningkatan managemen
keperawatan. Serta di harapkan dapat berubah ke arah kemajuan dan dapat mengurangi
terjadinya kadaan apnormal pada masa kelahiran dengan diadakanya penyuluhan tentang
kesehatan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Sedgh G, Singh S, Hussain R. Intended and Unintended Pregnancies Worldwide in 2012 and
Recent Trends. Study In Family Planning 2014,2014:45[3]:301-314
Sujiyatini dkk. 2011. Catatan Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
41