Professional Documents
Culture Documents
RSS
Twitter
hanaherlinama
Just another WordPress.com site
Home
About
Uncategorized
Briket Batubara
December 23, 2011
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar. Terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun. Endapan tersebut selanjutnya berubah
bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlansung selama jutaan tahun. Oleh karena itu,
batubara termasuk dalam katagori bahan bakar fosil.
Keunggulan Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran
seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan
Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan.
Bahan baku utama Briket batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia
dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun.
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi Semakin tinggi
nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang mudah terbakar
(volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit Semakin banyak komposisi
batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan semakin lama. Semakin
tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile matternya akan semakin
sedikit Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang dan
lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung
banyak air sehingga menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang.
Solusinya dengan cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi
(menaikkan kadar kalori batubara)
Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat yang kuat
dan tidak mudah hancur. Pembuatan “adonan perekat” dari tepung tapioka dengan air juga
harus diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi sebaiknya
didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-benar kental dan rekat
– Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu),
sehingga kadar airnya rendah.
– Bahan baku batubara dan tanah liat “di-crusher” dan “di-screen” terlebih dahulu dengan
menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm2
Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu keras), karena biomassa dapat membantu
mempercepat proses penyalaan
Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur
atau dipanaskan dengan “oven” sebelum dikemas dalam karung. Hal ini untuk menghindari
briket lembab saat digunakan nantinya
– Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan kadar air yang
banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau
– Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal akan membantu
briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan dari pembakaran briket
tersebut juga akan berkurang
– Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk kapur 1%. Hal
ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau
– Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi bara sehingga
asap dan bau akan cepat berkurang
– Dengan cara batubara dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses karbonisasi,
telah membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa pembakaran
– Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh terhadap lama
pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan membuat briket lebih rekat, padat dan keras
yang akhirnya juga memperlama proses pembakaran
– Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan berpengaruh besar
terhadap panas yang dihasilkan
– Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga mempunyai daya
rekat dan kekerasan yang tinggi serta cepat kering
– Penghancuran (crusher) dan penyaringan (screen) bahan baku juga berpengaruh terhadap
kekerasan hasil cetak. Semakin kecil partikel bahan baku akan membuat partikel tercampur
(mixer) lebih merata dan padat serta tidak mudah hancur
– Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan “adonan tapioka” yang baik sehingga didapatkan
campuran adonan tapioka yang kental dan mempunyai daya rekat yang baik
– Penjemuran atau peng-oven-an hasil briket sampai benar-benar kering sebelum dikemas
dalam karung. Untuk mengurangi briket yang hancur dan mutu yang buruk saat pengiriman
dan pemakaian
3. Briket Bio-Batubara
Mengingat biomas bersifat mudah meregang (plastisitas tinggi), maka pada proses
pembriketannya tidak eukup hanya dengan menambahkan bahan pengikat, namun juga
memerlukan tekanan yang tinggi, sekitar 2 ton/cm2. Pemakaian biomas bertujuan selain
untuk menurunkan temperatur penyalaan briket, juga untuk mempercepat proses pembakaran
yang sempurna dari briket sehingga dapat mengurangi emisi gas buang.
4. Light Coal
Jenis bahan bakar ini merupakan produk terbaru bahan bakar padat berbasis batubara. Proses
pembuatannya melalui proses thermal upgrading pada suhu minimal 200′ C, bahan bakar
tersebut sudah dapat langsung digunakan. Namun, karena porositasnya kecil, maka alat
pembakarnya harus dilengkapi dengan blower.
Tipe briket batubara dan bahan bakar padat berbasis batubara adalah:
1. Briket Batubara Tipe TelurIBantallKenari
2. Briket Batubara Tipe Sarang Tawon (Kubus dan Silinder)
3. Bahan Bakar Berbentuk Butiran
Jenis dan Ukuran Briket Batubara
1. Bentuk telur : sebesar telur ayam
2. Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm
3. Bentuk selinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah
Adapun standar ukuran briket batubara tipe sarang tawon (Kubus dan Silinder)
NO BENTUK PENAMPANG TINGGI
1 kubus Lebar x panjang = 125 x 125 mm 75 – I00 mm
(3 – 4 inc.)
2 silinder Diameter = 125 mm 75 – I00 mm
(3 – 4 inc.)
Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori) : Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan
oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg.
Ash content (kandungan abu) : Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur
organik dan senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di
sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan.
Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini
merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbaka atau
yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2,
Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
Sulfur Content (Kandungan Sulfur) : Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan
menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk
anorganik dapat dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk
sulfat. Mineral pirit dan makasit sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa
(reduktif). Belerang organik terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya
kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh
keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat merusak
bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.
Pembakaran batubara menghasilkan limbah yang lebih banyak dibandingkan bahan bakar
minyak dan gas. Limbah batubara dapat berupa limbah padat batubara (bottom ash), abu
terbang (fly ash) maupun lumpur flue gas desulfurization. Pembakaran batubara akan
menghasilkan abu, gas-gas oksida belerang (SOX), oksida nitrogen (NOX), gas hidrokarbon,
karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).
Abu
Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler berbentuk partikel
halus amorf dan bersifat Pozzolan, berarti abu tersebut dapat bereaksi dengan kapur pada
suhu kamar dengan media air membentuk senyawa yang bersifat mengikat. Dengan adanya
sifat pozzolan tersebut abu terbang mempunyai prospek untuk digunakan berbagai keperluan
bangunan.
Abu terbentuk dari perubahan bahan mineral (miniral matter) karena proses pembakaran.
Pada pembakaran batubara dalam pembangkit tenaga listrik terbentuk dua jenis abu yakni abu
terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi antara abu terbang dan abu dasar
tergantung sistem pembakarannya. Dalam tungku pulverized coal sistem basah antara 45-55
%, dan tungkuunderfeed stoker 30-80 % dari total abu batubara.
Oksida Belerang
Belerang terdapat pada batubara dengan kadar bervariasi, jauh di bawah 1% sampai lebih dari
4%. Unsur ini terdapat dalam batubara dalam 3 bentuk yakni belerang organik, pirit dan
sulfat, belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama emisi oksida belerang.
Dalam pembakaran batubara, semua belerang organik dan sebagian belerang pirit menjadi
SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi menjadi SO3. Sedangkan belerang
sulfat disamping stabil dan sulit menjadi oksida belerang, kadar relatifnya sangat rendah
dibanding belerang bentuk lainnya.
Oksida-oksida belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu yang
menempel dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan korosi. Sebagian
SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang apabila bereaksi dengan
uap air menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya hujan asam.
Oksida Nitrogen
Nitrogen umumnya terikat dengan material organik dalam batubara dan kadarnya kurang dari
2%. Pada pembakaran, nitrogen akan dirubah menjadi oksida nitrogen dan disebut NOx.
Selain nitrogen dari batubara, NOx juga dapat terbentuk dari nitrogen dalam udara
pembakaran. Zat nitrogen oksida ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah
bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus
bagian terdalam paru-paru.
Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) terbentuk pada pembakaran tidak sempurna. Gas ini dihasilkan
dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak
berbau, tidak menyebabkan iritasi. Reaksi yang tidak sempurna antara karbon dan oksigen
adalah sebagai berikut:
C + ½ O2 → CO
Selain menghasilkan energi lebih rendah, gas CO merupakan polutan yang dapat mencemari
lingkungan terutama untuk para pekerja di lingkungan tertutup. Untuk pembakaran batubara
dalam pembangkit listik yang modern, pembentukan CO biasanya kecil sehingga tidak perlu
dikhawatirkan karena jumlah oksigen (udara) yang dipasok biasanya sudah dihitung dan
dipasok berlebih.
Asap dan Gas Hidrokarbon
Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran yang sangat tidak sempurna. Asap
terutama terdiri dari partikel-partikel karbon yang tidak terbakar. Sedangkan gas-gas
hidrokarbon adalah senyawa-senyawa karbon dan hidrogen hasil pemecahan bahan organik
batubara yang belum mengalami oksida oksigen lebih lanjut. Seperti karbon monoksida,
pembentukan asap dan gas-gas hidrokarbon menyebabkan rendahnya efisiensi pembakaran
bahkan jauh lebih rendah dari yang diakibatkan oleh pembentukan karbon monoksida.
Karbon Dioksida
Dalam pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, tujuan utamanya adalah semaksimal
mungkin mengkonversikan unsur utama dalam batubara yakni C (karbon) menjadi
CO2 sehingga dihasilkan energi yang tinggi. Dikarenakan batubara mengandung kadar
karbon paling tinggi dibanding bahan bakar fosil lainnya seperti minyak dan gas, maka
pembakaran batubara dianggap merupakan sumber emisi CO2 terbesar.
Sisa pembakaran batubara berupa abu, baik itu fly ash dan bottom ash harus dikelola dengan
baik agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Teknologi yang saat ini umum digunakan
untuk menggelola abu sisa pembakaran yaitu:
1. Mechanical collection
2. Sidestream Separator
3. Baghouse : udara yang mengandung abu dihisap kedalam tas-tas penyimpanan (seperti
prinsip kerja vacuum cleaner).
4. Wet Scrubber : alat ini menyebabkan abu terbang bercampur dengan air dengan laju
aliran yang tinggi, lalu air yang telah tercemar abu akan dilirkan menuju tempat pembuangan
dan pengolahan air.
Advertisements
Share this:
Twitter
Facebook1
From → Uncategorized
Leave a Comment
Leave a Reply
pompa sentrifugal »
Recent Posts
o Briket Batubara
o pompa sentrifugal
o nuklir bukan untuk indonesia
Categories
o Uncategorized
Archives
o December 2011
o June 2011
o May 2011
Blog at WordPress.com.