You are on page 1of 5

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 13 No. 04 Desember  2010 Halaman 169 - 173


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Makalah Kebijakan

KADER POSYANDU:
PERANAN DAN TANTANGAN PEMBERDAYAANNYA
DALAM USAHA PENINGKATAN GIZI ANAK DI INDONESIA

POSYANDU CADRES:
THEIR ROLES AND CHALLENGES IN EMPOWERMENT
FOR IMPROVING CHILDREN NUTRITIONAL STATUS IN INDONESIA

Dwi Nastiti Iswarawanti


SEAMEO TROPMED Regional Center for Community Nutrition
Universitas Indonesia

ABSTRACT memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai di bidang


Children nutritional status is remain a public health problem in gizi dan kesehatan untuk menjalankan tugasnya. Insentif dan
Indones ia. The magnitude of problem depends on the dukungan materil dan immateril yang minim juga kerap menjadi
contribution of local cadres of integrated health office (called hambatan bagi kesuksesan kinerja kader. Tidak diberikannya
as Kader Posyandu) in the area. Kader Posyandu is assigned ASI ekslusif, pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu
based on voluntary; and should be appointed, agreed and dini, rendahnya kuantitas serta kualitas (rendah gizi dan tidak
trusted by the local community in their working area. Kader aman) asupan makanan menjadi salah satu pemicu gagal
Posyandu is expected to empower the community to solve tumbuh kembangnya balita. Seruan program revitalisasi
their own health and nutrition problems especially among the Posyandu yang didengungkan pemerintah pusat kurang optimal
family with under-five year c hildren. However, there is dijalankan oleh pemerintah daerah. Pemerintah telah menyiapkan
contradictory dilemma that they do not necessitate to have pedoman pelatihan gizi namun penerapannya di daerah masih
appropriate knowledge and skill on health and nutrition to bersifat sporadis sehingga belum dapat mencakup seluruh
perform their tasks properly. Limited incentive, material and wilayah Indonesia, karena itu diperlukan suatu jalan keluar
non-material supports frequently become their performances yang konprehensif dan sistematik dalam memberdayakan kader.
constraints. No exclusive breastfeeding, too early or too late Salah satu alternatif adalah dibentuknya suatu program
complementary feeding practices, inadequate and unsafe pendidikan bagi tenaga kesehatan sukarela dan program
complementary food are commonly cause of growth impairment tersebut diharapkan dapat mencetak pendidik yang dapat
among under-five children. Posyandu revitalization program melatih kader menjalankan tugasnya di masyarakat secara
promoted by the government is not optimal executed by the efektif dan optimum.
local governments. The implementation of nutrition training is
sporadic so that it is not reach throughout Indonesia area. Kata kunci: kader Posyandu, pendidikan gizi, status gizi, balita,
Therefore, a comprehens ive and systematic s olution to MP-ASI, keamanan makanan
empower Kader Posyandu is required. Development of
education program for community health worker is one of the PENGANTAR
options to solve the problem. The program could produce
educators or teachers who able to train community health
Masalah gizi dan kesehatan anak di Indonesia
worker to perform their tasks effectively and optimal. Status gizi menjadi sangat penting mengingat
masa pertumbuhan pada 2 tahun pertama
Keywords: kader Posyandu, nutrition education, nutritional merupakan periode kritis bagi tumbuh kembang
status, under-five children, complementary feeding, food
safety
seorang anak. Kurang gizi pada anak merupakan
masalah kesehatan masyarakat utama di negara
ABSTRAK berkembang termasuk Indonesia.Walaupun dalam
Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia beberapa dekade ini Indonesia mengalami penurunan
masih menjadi masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di masalah kekurangan gizi, namun kekurangan gizi
suatu daerah tidak jauh dari kontribusi peranan kader akut dan kronis masih cukup tinggi. Data nasional
Posyandu. Kader bekerja secara sukarela, ditunjuk dan
diangkat berdasarkan kepercayaan dan persetujuan memperlihatkan adanya 36,8% anak usia bawah
masyarakat setempat. Mereka diharapkan dapat lima tahun (balita) yang mengalami stunting (pendek
memberdayakan masyarakat agar mampu memecahkan dan sangat pendek, diukur dengan tinggi badan
masalah dan kebutuhan gizi dan kesehatan mereka sendiri menurut umur). Indikator ini menunjukkan terjadinya
khususnya kesehatan dan gizi anggota keluarga mereka yang
masih balita. Namun menjadi hal yang dilematis bahwa di satu kekurangan gizi dalam jangka waktu yang panjang
sisi kader diharapkan dapat menjalankan peranannya dengan atau kronis yang dikarenakan tingginya angka
baik, sedangkan di sisi lain mereka tidak dipersyaratkan untuk kesakitan atau rendahnya asupan makanan.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  169
Dwi Nastiti Iswarawanti: Kader Posyandu: Peranan dan ...

Prevalensi balita yang mengalami kekurangan gizi satu tahun pertama anak. Perilaku tidak tepat lainnya
akut (gizi kurang dan gizi buruk, diukur dengan berat adalah tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif,
badan menurut umur) sebesar 18,4% dan prevalensi Makanan Pendamping (MP-ASI) diberikan terlalu dini
nasional balita kurus (wasting-serius) dan balita atau terlalu terlambat usia, dan makanan yang
sangat kurus (wasting-kritis), yang diukur menurut diberikan kurang padat gizi maupun tidak aman.3
berat badan menurut tinggi adalah 14,6%.1 Pemilihan, penyiapan dan peyimpanan
Masalah gizi anak sangat penting dan perlu makanan yang aman juga penting untuk mencegah
diperhatikan karena berbahaya, mengingat 54% anak terserang dari penyakit sehingga lebih
kematian bayi dan balita terkait dengan masalah gizi. menjamin pertumbuhan anak yang optimum. Bahan
Masalah gizi lainnya adalah anemia gizi yang baku makanan harus bebas dari bahan kimia
ditemukan pada sekitar 27,7% balita, dan yang berbahaya dan harus higienis. Bagi anak 6-24 bulan,
merupakan prevalensi tertinggi dijumpai pada sebaiknya makanan yang matang harus langsung
kelompok usia lain1 dan sebanyak 14,6% balita segera diberikan pada anak. Gunakan air minum
mengalami kekurangan vitamin A2 yang mempunyai yang aman dan higienis. Makanan matang bila sudah
risiko terjadinya kebutaan, gangguan pertumbuhan didiamkan lebih dari 5 jam atau tidak disimpan dalam
dan menurunnya daya tahan tubuh. keadaan tertutup atau disimpan dalam lemari es,
harus dihangatkan kembali secara benar apabila
Penyakit infeksi – ditularkan melalui makanan akan dikonsumsi.
dan minuman
Status gizi anak secara langsung sangat Posyandu: sejarah dan fungsinya dalam
dipengaruhi oleh status kesehatan mereka terutama kegiatan gizi anak
penyakit infeksi. Data nasional menyatakan bahwa Sejak tahun 1970 pada periode orde baru,
angka kesakitan penyakit menular balita di Indonesia Posyandu yang merupakan kepanjangan dari Pos
cukup memprihatinkan. Melalui diagnosis tenaga Pelayanan Terpadu sangat berperan penting dalam
kesehatan dan keluhan responden, prevalensi program kesehatan Indonesia. Pos Pelayanan
penyakit yang ditularkan melalui makanan dan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk upaya
minuman pada anak balita seperti tifoid, hepatitis dan kesehatan bersumber daya masyarakat yang
diare adalah tinggi yaitu berturut-turut sebesar 1,6%, dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
0,6% dan 9,0%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
prevalensi diare di atas prevalensi nasional. Hal ini pembangunan kesehatan. Fungsi Posyandu adalah
terjadi karena masyarakat pada umumnya masih untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan
mempunyai perilaku higienis yang masih rendah. kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
Masih banyak masyarakat yang berperilaku buang pelayanan kesehatan dasar guna mempercepat
air besar secara tidak sehat dan hanya 23,2% penurunan angka kematian ibu dan bayi. 4 Pos
masyarakat yang berperilaku benar dalam cuci Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan
tangan. Selain itu, hanya 38,7% masyarakat rumah perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan
tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat, di pelayanan dan pemantauan kesehatan yang
mana ada 22 provinsi mempunyai prevalensi rumah dilaksanakan secara terpadu. Masyarakat
tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di bawah internasional menghargai kesuksesan usaha
prevalensi nasional.1 pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan
dasar melalui pemberdayaan masyarakat seperti
Status gizi anak dan asupan makanan Posyandu, sehingga tidak sedikit negara lain yang
Selain penyakit infeksi, status gizi juga ikut mencontoh menerapkan program ini di negara
dipengaruhi secara langsung oleh mutu dan jumlah mereka.
asupan gizi. Seorang anak masih sangat tergantung Namun ketika Indonesia mengalami krisis
pada pengasuhnya, karena itu pengasuh harus ekonomi di tahun 1997, kegiatan Posyandu ikut
mempunyai pengetahuan, informasi dan keterampilan menerima dampaknya. Perubahan sistem
yang tepat tentang pemberian makanan sehingga pemerintahan menjadi desentralisasi mengakibatkan
mampu menggunakan sumber daya yang tersedia kegiatan Posyandu sangat tergantung pada
disekitarnya. Pada kenyataannya kurang gizi menjadi kemampuan dan komitmen pemerintah daerah.
60% penyebab langsung maupun tidak langsung dari Kemampuan dan kesadaran masyarakat lokal yang
10.9 juta kematian balita di seluruh dunia. Dua per terkena dampak krisis ekonomi juga sangat
tiga kematian ini, seringkali merupakan akibat dari mempengaruhi efektivitas fungsi Posyandu.
perilaku pemberian makan yang tidak tepat pada usia

170  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Melihat kemunduran kinerja Posyandu, Peranan kader Posyandu terkait dengan


pemerintah melihat perlunya merevitalisasi Posyandu masalah gizi anak
dengan mengeluarkan surat edaran Menteri Dalam Secara teknis, tugas kader yang terkait dengan
Negeri No. 411/1999 yang kemudian diperbaharui gizi adalah melakukan pendataan balita, melakukan
kembali tahun 2001.5 Program revitalisasi Posyandu penimbangan serta mencatatnya dalam Kartu
diharapkan dapat meningkatkan fungsi kerja dan Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan
kinerja Posyandu sehingga mampu mengurangi tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan
dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu yang
gizi dan kesehatan ibu dan anak. Pelaksanaannya menyusui dan ibu yang memiliki balita. Kader
diselenggarakan dengan dukungan Lembaga diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi
Kesehatan Masyarakat Desa, tim penggerak pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, Lembaga Kader diharapkan dapat menjembatani antara
Swadaya Masyarakat, sektor swasta dan sektor petugas/ahli kesehatan dengan masyarakat serta
terkait serta lembaga donor yang berminat. Namun membantu masyarakat mengidentifikasi dan
dalam perkembangannya, instruksi ini tidak berjalan menghadapi/menjawab kebutuhan kesehatan
dengan optimal dan dirasakan perlu mengoptimalkan mereka sendiri. Kader juga diharapkan dapat
kembali fungsi Posyandu. Pada tahun 2007 menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan
pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri tentang berwenang yang mungkin tidak dapat mencapai
Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional masyarakat langsung, serta mampu mendorong
Pembinaan Posyandu. Menurut peraturan baru ini, para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar
pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu mengerti dan merespons kebutuhan masyarakat.
harus dibantu oleh kelompok kerja (Pokja) yang berada Kader dapat membantu mobilisasi sumber daya
baik di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/ masyarakat, mengadvokasi masyarakat serta
kota dan kecamatan. Penyelenggaraan Posyandu membangun kemampuan lokal.
dilakukan oleh kader yang merupakan anggota
masyarakat yang dipilih, bersedia, mampu dan Faktor internal dan eksternal
memiliki waktu untuk melakukan kegiatan Posyandu.6 Faktor yang mempengaruhi kinerja kader sangat
Pemerintah daerah saat ini berusaha menjalankan kompleks dan bervariasi antara satu daerah dengan
peraturan ini sesuai dengan kemampuan masing- daerah lain. Selain faktor internal seperti usia, lama
masing. dedikasi, pengalaman, status sosial, keadaan
Walaupun belum dijalankan di seluruh wilayah eknonomi dan dukungan keluarga; faktor eksternal
negara, usaha pemerintah menunjukkan hasil yang seperti kondisi masyarakat dan instansi kesehatan
positif . Surv ei nasional pada tahun 2007 juga mempengaruhi motivasi dan retensi kader.
memperlihatkan bahwa selain Puskesmas, Manfaat non-finansial juga sangat penting bagi
Posyandu merupakan sarana kesehatan yang suksesnya suatu program kader. Hasil diskusi
penting bagi masyarakat. Sebanyak 45,5% kelompok terfokus (tidak dipublikasi) yang dilakukan
pengasuh membawa anaknya ke Posyandu secara penulis menunjukkan bahwa kader merasa bahagia
teratur (4 kali berturut-turut). Pos Pelayanan Terpadu dan bangga dengan tugas yang dijalankan karena
(Posyandu) merupakan tempat yang paling banyak mereka telah dianggap sebagai bagian dari sistem
dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar kesehatan dan pemerintahan, yaitu dengan adanya
78,3%. Alasan utama pengasuh membawa anaknya supervisi dan pertemuan yang konsisten dengan
ke Posyandu adalah untuk memantau kesehatan Puskesmas serta menerima penyuluhan yang teratur.
anak, mendapatkan imunisasi, pengobatan, Walaupun akan lebih merasa dihargai bila mereka
pemberian suplemen gizi dan makanan tambahan mendapatkan manfaat finansial maupun non-finansial,
bagi anak mereka. Pos Pelayanan Terpadu tetapi kader pada umumnya menerima dengan ikhlas.
(Posyandu) juga merupakan ujung tombak Kader sangat bangga bila harapan mereka tercapai
pemerintah dalam pendistribusian kapsul vitamin A yaitu masyarakat aktif datang ke Posyandu secara
bagi balita. Sebanyak 71,5% anak umur 6-59 bulan teratur sehingga masyarakat mampu menjaga
yang menerima kapsul vitamin A, dengan cakupan kesehatan dan gizi anak mereka. Untuk itu demi
daerah perkotaan (74,4%) lebih tinggi dibandingkan suksesnya Posyandu, diharapkan petugas kesehatan
dengan di pedesaan (69,7%).1 Kinerja dan dedikasi selaku pelaksana program setempat mampu melihat
kader dalam menjalankan kegiatan Posyandu tentu potensi dan permasalahan di lingkungan kerja masing-
saja sangat berperan dalam pencapaian ini. masing. Bhattacharyya K. dkk7, telah membuat

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  171
Dwi Nastiti Iswarawanti: Kader Posyandu: Peranan dan ...

ringkasan tentang faktor yang mempengaruhi dan Berdasarkan diskusi kelompok terfokus yang
menghambat kinerja kader seperti yang ditampilkan dilakukan penulis, pada umumnya kader merasa
pada Tabel 1. cukup dengan ilmu yang mereka miliki. Namun

Tabel 1. Faktor yang mendorong dan menghambat kinerja kader


Dorongan Hambatan
Faktor finansial yang Adanya remunerasi/manfaat materi yang Remunerasi yang tidak konsisten
mendorong secara memuaskan Insentif berubah secara nyata
individu Adanya peluang menjadi karyawan yang Distribusi insentif yang tidak sama dengan
digaji kader lainnya
Faktor non-finansial Adanya penghargaan dan penghormatan Bila kader bukan berasal dari masyarakat
yang mendorong secara masyarakat terhadap karya kader lokal
individu Mendapatkan keterampilan yang bernilai Kurangnya pelatihan penyegaran bagi kader
Pertumbuhan dan pengembangan diri Kurangnya supervisi
Adanya dukungan antar kader Beban/waktu yang berlebihan
Adanya asosiasi kader Kurangnya penghargaan dari petugas
Adanya alat bantu untuk identifikasi kader kesehatan
(label, kaos) maupun untuk pekerjaan
Status dalam masyarakat
Keberpihakan perlakuan bagi kader
Peranan yang jelas dan fleksibel dengan
jam kerja y ang minim
Faktor di masyarakat Adanya keterlibatan masyarakat dalam Proses pemilihan kader yang tidak tepat
yang memotivasi kader pemilihan kader Kurangnya keterlibatan masyarakat pada
Adanya organisasi masyarakat yang pemilihan, pelatihan kader dan kurangnya
mendorong kerja kader dukungan masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan
kader
Sistem informasi masyarakat
Faktor yang memotivasi Menyaksikan perubahan nyata Harapan dan peranan yang tidak jelas (cara
masyarakat untuk Memberdayakan masyarakat preventif versus kuratif)
mendukung dan Asosiasi kader Perilaku kader yang tidak tepat
mempertahankan kader Kemampuan merujuk masyarakat ke Tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat
fasilitas kesehatan tersedia
Faktor yang memotivasi Kebijakan/peraturan yang mendorong Kurangnya staf dan peralatan
staf kesehatan guna kader
mendorong dan Menyaksikan perubahan yang nyata
mempertahankan kader Adanya dana dari pemerintah/masyarakat
untuk mensupervisi kegiatan

Tantangan kader dan pemberdayaannya di mereka akan lebih dihargai bila mendapat perhatian
masa mendatang dari pemerintah misalnya dengan diberi pelatihan
Meski Posyandu sangat diperlukan dan penting yang konsisten dan mereka bangga bila ilmu yang
peranannya bagi pemerintah, namun kenyataannya mereka miliki maupun yang didapatkan dari pelatihan
secara nasional hanya 27,3% rumah tangga yang dapat berguna bagi keluarga mereka sendiri maupun
telah memanfaatkannya. Sebanyak 62,5% rumah lingkungan sekitar. Terlebih lagi bila bermanfaat bagi
tangga tidak memanfaatkan Posyandu karena tidak negara. Namun sayangnya pelatihan biasanya
membutuhkan, dan 10,3% rumah tangga tidak diberikan secara sporadis, dengan alasan
memanfaatkan Posyandu untuk alasan lainnya.1 keterbatasan sumber daya daerah atau kondisi desa
Mengingat tingginya harapan pemerintah pada tidak memenuhi kriteria (yang dibuat sendiri oleh
partisipasi kader, maka perlu dipertanyakan seberapa pemerintah lokal) untuk diberi pelatihan. Akibatnya
jauhkah kemampuan yang harus dipenuhi oleh kegiatan diberikan tidak menyeluruh dan tidak
seorang kader untuk menjalankan tugas yang mungkin mencakup semua Posyandu. Untuk itu
dibebankan? Bagaimanakah kinerja dan perlu dipikirkan suatu jalan keluar yang sistemastis.
kemampuan kader saat ini di lapangan? Usaha Pembentukan pelatihan maupun pendidikan informal
pemberdayaan apakah yang telah diberikan oleh yang tepat guna dan berkesinambungan dapat
pemerintah? Apakah kader merasakan manfaat dari menjadi suatu alternatif dalam pengelolaan
tugas yang dijalankannya? Bagaimanakah menjaga pemberdayaan kader. Misalnya, perlunya dibentuk
komitmen dan motivasi agar mereka bertahan suatu cabang pendidikan kesehatan dimana para
mengabdi sebagai kader?

172  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

lulusan nantinya dapat menjadi pendidik bagi tenaga kesehatan yang para lulusan nantinya dapat menjadi
kesehatan sukarela termasuk kader. pendidik bagi tenaga kesehatan sukarela termasuk
Mengingat bahwa kader diharapkan dapat kader.
memberdayakan masyarakat guna menurunkan Salah satu kurikulum yang perlu dimasukkan
tingkat kematian anak maka kader perlu diberikan adalah pendidikan tentang teknik konsultasi dan
materi pelat ihan yang mencakup tent ang 3,8 : tentang MP-ASI yang tepat guna sehingga kader
1). Pentingnya pemberian ASI eksklusif hingga usia mempunyai keterampilan yang memadai dalam
6 bulan, 2). Mempertahankan Pemberian ASI hingga memberi masukan atau nasehat bagi pengasuh.
usia 2 tahun atau lebih, 3). Pemantauan
pertumbuhan balita, pengisian dan interpretasi KMS, KEPUSTAKAAN
4). Kebutuhan energi, zat besi, dan vitamin A yang 1. Departemen Kesehatan RI. Laporan Nasional
harus dipenuhi dari MP-ASI berbasis lokal, 5). Jumlah, Riset Dasar Kesehatan 2007. Badan Penelitian
variasi dan frekuensi pemberian makan dalam sehari, dan Pengembangan Kesehatan. Departemen
6). Pemberian makan pada anak sakit dan masa Kesehatan. Jakarta.2008.
pemulihan, 7). Pemilihan bahan baku dan penyiapan 2. Departemen Kesehatan. Survei Gizi Mikro.
MP-ASI yang higienis dan bergizi, 8). Keterampilan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi.
memberikan informasi, 9). Keterampilan konseling Departemen Kesehatan. Jakarta. 2006.
termasuk didalamnya keterampilan membangun 3. WHO. Global Strategy for Infant and Young Child
percaya diri dan memberi dukungan, keterampilan Feeding. WHO/UNICEF. Geneva.2003.
mengamati interaksi antara pengasuh dan anak. 4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Metode pelatihan diberikan secara interaktif Pengelolaan Posyandu, Cetakan Ke 1,
dengan teknik pembelajaran orang dewasa sehingga Jakarta.2005.
dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan 5. Departemen Dalam Negeri RI. Surat Edaran
mereka seperti misalnya seminar, kunjungan Menteri Dalam Negeri No.411.3/1116/SJ.
lapangan, latihan praktik, peragaan menyiapkan MP- Pedoman Revitalisasi Posyandu. Jakarta.2001.
ASI, permainan kuis, bermain peran dan sebagainya. 6. Departemen Dalam Negeri RI. Pedoman
Pembentuan Kelompok Kerja Operasional
KESIMPULAN DAN SARAN Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu. Peraturan
Pentingnya peranan kader dalam Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2007.
memberdayakan masyarakat guna menurunkan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat
tingkat kematian bayi dan balita di Indonesia tidak dan Desa. Departemen Dalam Negeri RI.
diragukan lagi. Jakarta. 2007.
Peningkatan motivasi dan komitmen kader perlu 7. Bhattacharyya K, dkk. Community Health
diberikan tidak saja dalam bentuk insentif materil Worker Incentives and Disincentives: How They
namun juga dalam bentuk apresiasi dan dukungan Affect Motivation, Retention and Sustainability.
moral. Kader harus memiliki persyaratan dasar baik Basic Support for Institutionalizing Child Survival
pengetahuan dan keterampilan agar mereka dapat Project (BASIC II). Virginia, USA. 2001.
efektif dalam menjalankan peranannya. 8. World Health Organization. Complementary
Suatu cara yang sistematis dan Feeding Counseling: Training Course. Trainer
berkesinambungan perlu dilakukan. Pemerintah Guide-Participant Manual. Geneva. 2004.
dapat membentuk suatu cabang pendidikan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  173

You might also like