You are on page 1of 16

Laporan Pendahuluan Fraktur Radius Ulna

DISUSUN OLEH:

MOH. IMAM SYAFI’I

176410103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan jiwa ini telah disetujui untuk dipresentasikan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kepala Ruangan
Laporan Pendahuluan
Fraktur Radius Ulna

A. Anatomi Fisiologi Tulang Lengan


Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang tangan
(Sloane 2003).Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit, yang digerakan oleh kerja otot-otot
yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium dan elemen-
elemen lain untuk menghasilkan sel-sel darah merah, putih dan trombosit dalam sum-sum
merah tulang tertentu. (Watson, 2002).
Tulang lengan bawah adalah ulna sisi medial dan tulang radius disisi lateral (sisi ibu
jari) yang di hubungkan denagn suatu jaringan ikat fleksibel, membran interoseus.
1. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang terletak sebelah
medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah ke siku mempunyai taju yang
disebut prosesus olekrani, gunanya ialah tempat melekatnya otot dan menjaga agar siku
tidak membengkok kebelakang. Terdapat dua ekstremitas.
Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris, persendian dengan
trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan yang disebut olekranon.Pada tepi
distal dari insisura semilunaris ulna terdapat prosesus koroideus ulna, bagian distal
terdapat tuberositas ulna tempat melekatnya M. brakialis, bagian lateral terdapat insisura
radialis ulna yang berhubungan dengan karpi ulnaris.
Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai prosessus stiloideus
ulnae.Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya tendo M. ekstensor karpi ulnaris yaitu
sulkus M. ekstensor karpi ulnaris.
2. Radius
Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan ibu jari. Di
bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya berbentuk bundar yang
memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup.Terdapat dua ujung
(ekstremitas).
Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang terletak
melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan humeri.Sirkumferensia
artikularis yang merupakan lingkaran yang menjadi tepi kapitulum radii dipisahkan
dengan insisura radialis ulna.Kapitulum radii dipisahkan oleh kolumna radii dari korpus
radii, bagian medial kolumna radii terdapat tuberositas radii tempat melekatnya M. biseps
brakhii.Korpus radii berbentuk prisma mempunyai tiga permukaan (fasies).Ekstremitas
distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada bagian dorsalis, terdapat alur
(sulkus) M. ekstensor karpi radialis.Di sebelah lateral sulkus M. ekstensor kommunis dan
diatara kedua sulkus ini terdapat sulkus M. ekstensor polisis longus.Sebelah lateralis
ekstremitas lateralis radii terdapat tonjolan yang disebut prosesus stiloideus radii, bagian
medial ditemukan insisura ulnaris radii untuk persendian dengan kapitulum.

Gambar
Tulang Radius-Ulna
B. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringantulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa(Mansjoer, 2000).
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan
menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth,2002).
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu
sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas
karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen
tulang.(Mansjoer, 2000).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur Radius Ulna adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan jenis dan luasnya
terjadi pada tulang Radius dan Ulna.

C. Etiologi
Etiologi patah tulang menurut (Barbara C. Long,2006) adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain :
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya :
benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur
pada pergelangan tangan atau klavikula.
c. Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur juga
disebabkan karena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena tarikan
spontan otot yang kuat.
2. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu
mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya.
3. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang
akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis.

D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.Spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Gerakan luar biasa
Bagian – bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak alamiah
bukannya tetap rigid seperti normalnya.
3. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah
tempat fraktur.
4. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa
jam atau hari.
(Brunner Suddarth, 2001)
E. Pathway

Kecelakaan Trauma Osteoporosis

Pergeseran fragmen
tulang
FRAKTUR
Bengkak dan tekanan meningkat
Gangguan
neurovaskular
Kontak dengan dunia Nyeri
luar
Pengeluaran
Perubahan jaringan
Kerusakan darah berlebihan
sekitar
integritas kulit

Resiko Kekurangan Pergeseran


Kekurangan Oksigen pragmen tulang
Resiko Infeksi
Cairan

Sesak Deformitas

Gangguan Gangguan Fungsi


Mobilitas Fisik
F. Klasifikasi
1. Komplit-tidak komplit
a. Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang.
b. Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang,.
2. Bergeser-tidak bergeser
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
bergeser, periosteumnya masih utuh.
b. Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga
disebut dislokasi fragmen.
3. Tertutup-terbuka
a. Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit.
b. Fraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara
luar atau permukaan kulit.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior atau lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vaskuler)
4. Hitung darah kapiler
HT mungkin meningkat atau menurun, kreatinin meningkat, kadar Ca kalsium, Hb.

H. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya
otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh
oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu
karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus
fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow
kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah
yang ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan
demam.
d. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedi,
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s
Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai
darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan
pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

I. Tanda-Tanda Infeksi
1. Kalor (panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab terdapat lebih
banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena panas lokal karena
jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hiperemia lokal tidak
menimbulkan perubahan.
2. Dolor (rasa sakit)
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung saraf. pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat
kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu pembengkakan jaringan
yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.
3. Rubor (Kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi
peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan
demikian lebih banyak darah yang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler
yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi darah.
Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.
4. Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah
kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan
disebut eksudat.
5. Functiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit disrtai
sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ tersebut terganggu
dalam menjalankan fungsinya secara normal.
J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad, 1998. Sebelum menggambil
keputusan untuk melakukan penatalaksanaan definitif. Prinsip penatalaksanaan fraktur ada 4 R
yaitu :
1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur. Prinsip pertama adalah mengetahui dan
menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang
sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.
2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang. Dapat dicapai
yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari
penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanupulasi untuk
mengembalikan kesegarisan normal/dengan traksi mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan
jika reduksi tertutup gagal/tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi
internal yang digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna fixation (orif) yaitu
dengan pembedahan terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan
untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-
bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
3. Retention: imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pergeseran fragmen dan mencegah
pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk mempertahankan reduksi (ekstremitas
yang mengalami fraktur) adalah dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan
dengan cara menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol
dan tahanan beban keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi
deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen
tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan
mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan
skeletal traksi.
4. Rehabilitation, mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan memungkinkan harus segera dimulai
melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.

Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :


1. Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama dengan bila ada
cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan
terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian
akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah
tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung
beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
2. Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-
benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan
invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit,
sel endotel, sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang.
3. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang
dibutuhkan untuk menghubungkan defek-secara langsung berhubungan dengan jumlah
kerusakan dan pergeseran tulang.
4. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
melalui proses penulangan endokondrial.
5. Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi
tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang
dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan
kanselus – stres fungsional pada tulang.

Gambar Stadium penyembuhan fraktur


K. Penanganan Fraktur
1. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah
trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
tongkat pada anggota gerak bawah.
2. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris
(gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan
pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
3. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips.
Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local.
Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk
imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
4. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua
tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
5. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat
kirschner), misalnya pada fraktur jari.
6. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).
7. Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation).
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau
remuk).
L. Penatalaksanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Rencana Perawatan

Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention Classification


(NIC)
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri pasien dengan
dengan agen cedera fisik. keperawatan selama 3x24 jam pengkajian nyeri PQRST
diharapkan nyeri hilang/ b. Kendalikan faktor
berkurang dengan kriteria hasil: lingkungan yang dapat
a. Melaporkan nyeri pada mempengaruhi respon pasien
skala 0-1 terhadap ketidaknyamanan
b. TTV dalam batas (misal suhu ruangan,
normal pencahayaan, dan
c. Ekspresi wajah tidak kegaduhan)
menahan nyeri c. Berikan teknik relaksasi
d. Ajarkan manajemen nyeri
(misal nafas dalam)
e. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik.
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan a. Kaji mobilitas yang ada dan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam observasi terhadap
gangguan diharapkan pasien mampu peningkatan kerusakan
muskuloskeletal, melakukan aktifitas fisik sesuai b. Pantau kulit bagian distal
kerusakan integritas dengan kemampuannya dengan setiap hari terhadap adanya
struktur tulang, kriteria hasil: iritasi, kemerahan.
penurunan kekuatan otot. a. Mampu melakukan c. Ubah posisi pasien yang
perpindahan imobilisasi minimal setiap 2
b. Meminta bantuan untuk jam.
aktifitas mobilisasi. d. Ajarkan klien untuk
c. Tidak terjadi kontraktur melakukan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit.
e. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien.
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan penggunaa
(mandi, eliminasi) keperawatan selama 3x24 jam alat bantu
berhubungan dengan diharapkan pasien mengalami b. Kaji kondisi kulit saat mandi
gangguan peningkatan perilaku dalam c. Berikan bantuan sampai
muskuloskeletal, merawat diri dengan kriteria pasien mampu secara
hambatan mobilitas. hasil: mandiri untuk melakuakn
a. Klien mampu perawatan diri
melakukan aktifitas d. Letakkan sabun, handuk,
perawatan dirisesuai peralatan mandi, peralata
denmgan tingkat BAB/BAK, didekat klien.
kemampuan e. Ajarkan pasien atau keluarga
b. Mengungkapkan secara untuk menggunakan metode
verbal kepuasan tentang alternaltif dalam mandi,
kebersihantubuh, hygiene mulut, BAB/BAK.
hygiene mulut. f. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian supositoria
kalau terjadi konstipasi
4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji adanya faktor resiko
kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 jam yang menyebabkan
dengan tonjolan tulang. diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit
kerusakan integritas kulit secara b. Observasi kulit setiap hari
luas dengan kriteria hasil: dan catat sirkulasi dan
a. Nyeri lokal ekstremitas sensori serta perubahan yang
tidak terjadi terjadi
b. Menunjukkan rutinitas c. Berikan bantalan pada ujung
perawatan kulit yang dan sambungan traksi
efektif. d. Jika memungkinkan ubah
posisi 1-2 jam secara rutin
e. Konsultasikan ka ahli gizi
untuk maknan tinggi protein
untuk membantu
penmyembuhan luka

5 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan


dengan stres, krisis keperawatan selama 3x24 jam dokumentasikan tingkat
situasional. diharapkan tingkat kecemasan kecemasan klien
berkuranmg dengan kriteria b. Kaji cara pasien untuk
hasil: mengatasi kecemasan
a. Tidak menunjukkan c. Sediakan informasi yang
perilaku agresif aktual tentang diagnosa
b. Melaporkan tidak ada medis dan prognsis
manifestasi kecemasan d. Ajarkan ke pasien
secara fisik. tentang peggunaan
teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 volume 3,
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for Continuity of
Care. 5th edition, 3rd volume. Philadelphia. W.B Saunders Company.

Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis.Edisi
keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Cetakan ke-22, Jakarta.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Price, Sylvia. A (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 buku 2.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You might also like