You are on page 1of 4

REVIEW BAB 10

PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN DISTORSI INFORMASI

Pandangan Kesenjangan

Kesenjangan muncul dari kecenderungan organisasi dan individu untuk menahan


diri menggunakan semua sumber daya yang tersedia. Ini menggambarkan kecenderungan
untuk tidak beroperasi di puncak efisiensi. Terdapat dua kesenjangan yang diidentifikasi
dalam literatur, yakni kesenjangan organisasi dan kesenjangan anggaran. Kesenjangan
organisasi pada dasarnya mengacu pada kapasitas yang tidak terpakai, dalam artian
bahwa permintaan terkait sumber daya dalam organisasi lebih sedikit dibandingkan
pasokan sumber daya ini. Kesenjangan anggaran ditemukan dalam proses penganggaran
dan mengacu pada distrosi informasi yang disengaja yang mana merupakan hasil dari
anggaran penjualan yang dilebih-lebihkan dan anggaran biaya yang dikurang-kurangi.

1. Kesejangan Organisasi
a. Sifat kesenjangan organisasi
Kesenjangan organisasi merupakan penyangga yang dibuat oleh manajemen
dalam penggunaan sumber daya yang tersedia untuk menangani kejadian internal dan
eksternal yang mungkin timbul dan mengancam pendirian koalisi. Oleh karena itu,
kesenjangan digunakan oleh manajemen sebagai agen perubahan dalam merespon
perubahan lingkungan internal dan eksternal.
b. Fungsi kesenjangan organisasi
Dari tinjauan literatur teori administrasi, L. J. Bourgeois mengidentifikasi
kesenjangan organisasi sebagai variabel independen yang merupakan ‘sebab’ atau
menghadirkan empat fungsi utama, yaitu (1) sebagai rangsangan bagi pemain-pemain
organisasi untuk tetap dalam sistem, (2) sebagai sumber daya untuk resolusi konflik,
(3) sebagai penyangga mekanisme dalam proses arus kerja, atau (4) sebagai fasilitator
jenis atau perilaku kreatif dalam organisasi.
c. Mengukur kesenjangan organisasi
Satu masalah dalam berinvestasi secara empiris yakni keberadaan kesenjangan
organisasi yang sulit untuk diukur. Berdasarkan usulan Bourgeois dan Singh,
Theresa K. Lant mengadopsi empat pengukuran, yaitu:
1) Kesenjangan adminstrasi; (biaya umum dan administrasi)/harga pokok penjualan
2) Likuiditas ketersediaan; (kas + marketable securities – kewajiban
lancar)/penjualan
3) Likuiditas dapat dipulihkan; (piutang + persediaan)/penjualan
4) Laba per saham; (laba bersih – dividen)/penjualan

Lant menyimpulkan, seperti teorinya kesenjangan menyerap varians laba aktual.

2. Kesenjangan Anggaran
a. Sifat kesenjangan anggaran
Literatur tentang kesenjangan anggaran menganggap anggaran sebagai
perwujudan lingkungan kerja itu. Oleh karena itu, diasumsikan manajer akan
menggunakan proses penganggaran untuk melakukan kesenjangan anggaran. Seperti
yang dinyatakan oleh Schiff dan Lewin, “Manajer akan menciptkan kesenjangan
dalam anggaran dengan cara mengecilkan nilai penjualan dan membesarkan nilai
biaya.
b. Penganggaran dan kecenderungan terjadinya kesenjangan anggaran
Mohamed Onsi pertama kali melakukan penelitian terkait hubungan antara jenis
sistem penganggaran dan kecenderungan timbulnya kesenjangan anggaran. Onsi
menyatakan empat asumsi sebagai berikut:
1) Manajer mempengaruhi proses anggaran melalui tawar-menawar untuk slack
dengan mengecilkan pendapatan dan melebih-lebihkan biaya.
2) Manajer meningkatkan kesenjangan di “tahun yang baik” dan diakui nanti di
“tahun yang buruk”.
3) Manajer puncak “dirugikan” dalam penentuan besarnya kesenjangan.
4) Divisi pengendalian dalam orgnisasi desenstralisasi berpartisipasi dalam
menciptakan dan mengelola kesenjangan divisi.

Onsi menyatakan kesenjangan anggaran merupakan hasil dari tekanan dan


pencapaian keuntungan sebagai dasar kriteria dalam mengevaluasi kinerja. Partisipasi
positif kemungkinan dapat mengurangi keinginan untuk melakukan kesenjangan
anggaran. Sementara itu, persepsi manajer menengah menjadikan tekanan sebagai
perhatian utama adanya kesenjangan anggaran.

c. Kesenjangan anggaran, penyimpangan informasi, dan skema dorongan pengaruh-


kebenaran
Kesenjangan anggaran melibatkan penyimpangan secara sengaja pada masukan
informasi. Penyimpangan masukan informasi pada anggaran timbul, secara khusus,
berasal dari kebutuhan manajer memuat harapan mereka terkait pembayaran gaji
dengan perbedaan keluaran yang berbeda.
d. Kesenjangan anggaran dan harga diri
Terdapat penemuan di mana orang yang menjunjng tinggi harga diri lebih kecil
kemungkinannya untuk melakukan kesenjangan anggaran dibandingkan orang
dengan harga diri yang rendah. Disimpulkan bahwa kesenjangan anggaran melalui
distrosi informasi merupakan bentuk dari perilaku tidak jujur.
e. Kerangka Teori Anggaran
Sebuah kerangka teori terkait bias perilaku diusulkan oleh Kari Lukka. Kerangka
itu berisi model penjelasan untuk bias penganggaran dan model untuk bias angaran
pada tingkatan organisasi. Model penjelasan untuk bias penganggaran pada tingkat
individu digambarkan di akuntansi manajemen dan literatur perilaku organisasi dan
berhubungan dengan studi perilaku untuk mengusulkan tujuan dan menentukan bias
anggaran. Model penjelasan untuk bias penganggaran pada tingkat organisasi
menunjukkan bahwa “kandungan bias dalam anggaran terakhir bukanlah hasil dari
satu pelaku, tetapi merupakan proses negosiasi beberapa orang.”

3. Kesenjangan positif versus negatif


David T. Otley menyatakan adanya dua jenis kesenjangan, yaitu posisit dan
negatif. Kesenjangan positif adalah saat manajer seperti berhati-hati dalam membuat
ramalan meskipun keuntungan ke depannya sudah terlihat. Sementara itu kesenjangan
negatif adalah merasa optimis saat kebutuhan mereka untuk memperoleh persetujuan
mendominasi.
Mengurangi kesenjangan anggaran: teknis berbasis bonus. G. S. Mann
memperkenalkan sistem bonus pemberian insentif untuk manajer. Berikut
formulanya:
o Formula 1 digunakan jika kinerja aktual sama atau lebih besar dari anggaran.
(multiplier no. 2 x tujuan anggaran) + [multiplier no.1 X (tujuan anggaran yang
dicapai – tujuan anggaran)].
o Formula 2 digunakan jika kinerja aktual kurangdari anggaran.
(multiplier no. 2 x tujuan anggaran) + [multiplier no. 3 X (tujuan anggaran yang
dicapai – tujuan anggaran)]

Di mana:

 Multiplier no. 1 memberikan bonus yang lebih kecil per unit untuk
bagian dari kinerja aktual yang melebih jumlah yang dianggarkan.
 Multiplier no. 2 adalah tingkatper unit yang digunakan untuk
menentukan komponen bonus dasar. Hal ini berdasar pada aktivitas level
anggaran yang sebanding.
 Multiplier no. 3 adalah tingkat yang digunakan untuk menurunkan bonus
saar level pencapaian lebih rendah dibandingkan anggaran.

You might also like