You are on page 1of 10

ANGIN

JURNAL

OLEH

JEREMY LAMHOT PARSAULIAN NABABAN

150301124

AGROEKOTEKNOLOGI / 3A

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015
I. Judul Praktikum : Angin

II. Tanggal Praktikum : 30 September 2015

III. Tujuan Praktikum : Untuk mengukur kecepatan dan arah angin di


daerah vegetasi dan nonvegetasi.

IV. Tinjauan Pustaka :


Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ketempat
lainnya. Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi
mendapat lebih banyak panas matahari dibandingkan tempat lain.
Permukaan tanah yang panas mambuat suhu udara diatasnya naik.
Akibatnya udara yang naik mengembang dan menjadi lebih ringan.
Karena lebih ringan dibandingkan udara sekitarnya, udara akan naik.
Begitu udara panas tadi naik, tempatnya akan segera digantikan oleh
udara sekitar terutama udara dari atas yang lebih dingin dan berat.
Proses ini terjadi terus-menerus, akibatnya kita bisa merasakan adanya
pergerakan udara atau yang disebut angin (Nasir, 1990).
Angin disebabkan oleh pergerakan udara dengan kekuatan yang
dapat dihitung. Salah satu penyebabnya adalah gaya gravitasi, yang
ditunjukkan bahwa angin mengarah ke bawah pusat bumi dan
dipengaruhi percepatan gravitasi pada saat angin mengudara (Battan,
1984).
Angin mempunyai asal-usul yang kompleks atau rumit, pada
umumnya yang menjadi penyebab langsung adalah terjadinya
perbedaan kerapatan udara sehingga menimbulkan tekanan udara yang
berbeda-beda secara horizontal. Tapi sumber utamanya diperoleh dari
perbedaan pemanasan dan pendinginan yang terjadi pada lintang-
lintang rendah dan tinggi (Guslim, 2007).
Angin diberi nama menurut arah dari mana datangnya. Udara yang
bergerak dari selatan menuju utara disebut angin selatan. Pada peta
cuaca dalam buku ini anak panah digunakan untuk menerangkan arah
angin yang bergerak. Anak panah mengikuti angin, sebagai contoh
sebuah panah yang menunjukkan dari selatan menuju utara
menunjukkan angin selatan (Trewartha dan Horn, 1995).
Yang disebut arah angin adalah arah dari mana angin bertiup.
Untuk penentuan arah angin ini digunakan lingkaran arah angin.
Untuk penunjuk angin biasanya digunakan sebuah panah dengan pelat
pengarah. Arah panah ini dihubungkan ke lingkaran arah angin
sehingga pergerakan arah angin dapat segera diikuti (Sosrodarsono,
2006).
Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser
dengan permukaan yang licin (smooth), variasi yang diakibatkan oleh
kekasaran permukan disebut turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula
terjadi pada saat udara panas pada permukaan bergerak ke atas secara
vertikal, kaena adanya resistensi dari lapisan udara di atasnya.
Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan atmosfer ini
disebut turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif.
Fluktuasi kecepatan angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih
kecil tetapi frekuensinya lebih tinggi (lebih cepat) dibandingkan
dengan fluktuasi akibat turbulensi termal (Karim,1985).
Angin laut dan angin darat adalah hasil dari perbedaan sifat
thermal dari daratan dan lautan. Oleh karena itu lebih kecilnya daya
hantar dan panas jenis dari permukaan daratan, maka perkiraan suhu
harian di darat adalah lima sampai enam kali di atas lautan.
Akibatnya, di atas daratan pada siang hari lebih panas dan pada malam
hari lebih dingin. Angin laut adalah pergerakan udara dari laut ke
darat, sedangkan angin darat adalah udara yang bergerak dari darat
kelaut, (Linsley,1989).
Perbedaan pemanasan terjadi pula antara lereng gunung dan
lembah. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan luas lereng gunung
dan lembah sehingga terdapat perbedaan jumlah panas yang diterima
pada satu satuan waktu. Pada siang hari terdapat pemanasan yang
lebih cepat ditepi lembah atau lereng gunung.udara diats lereng
gunung mengembang dengan baik. Pada malam hari keadaan
sebaliknya terjadi di mana udara di atas lereng gunung dan lembah
yang mengakibatkan perbedaan tekanan (Hardjodinomo, 1997).
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena
beratnya kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari
permukaan bumi. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara
yang dibawah mendapat tekanan udara dari yang diatasnya. Oleh
karena itu lapisan yang dibawah keadaan tegang. Ketegangan itu
sangat besar sehingga berat udara yang diatasnya bertahan dalam
keadaan seimbang. Tinggi barometer ialah panjang kolom air raksa
yang seimbang dengan tekanan udara pada waktu itu (Kensaku,
2002).
Udara yang mengembang menghasilkan tekanan udara yang lebih
rendah. Sebaliknya, udara yang berat menghasilkan tekanan yang
lebih tinggi. Angin bertiup dari tempat yang bertekanan tinggi menuju
ke tempat yang bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan
udaranya, semakin besar pula angin yang bertiup. Rotasi bumi
membuat angin tidak bertiup lurus. Rotasi bumi menghasilkan coriolis
force yang membuat angin berbelok arah. Di belahan bumi utara,
angin berbelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan angin
berbelok ke kiri. Untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya
mengenai Metereologi dan Geofisika diperlukan suatu alat yang dapat
mengukur kecepatan angin dan mengukur tekanan udara. Alat tersebut
sudah ada. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer
dan alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer (Marthen,
2002).

V. Bahan, Alat, dan Metodologi :


V.I. Bahan :
Angin
V.II. Alat :
Anemometer

V.III. Metodologi :
a. Pengamatan angin dilakukan setiap jam 07.00 WIB, 14.00
WIB, dan 18.00 WIB,
b. Tekan tombol on pada anemometer,
c. Diukur arah dan kecepatan angin pada daerah vegetasi dan
non vegetasi,
d. Tekan tombol hold untuk mengukur kecepatan angin,
e. Catatlah kecepatan angin yang terukur pada anemometer di
buku data,
f. Lihat arah angin dengan melihat ke arah mana tumbuhan
bergerak.

VI. Hasil dan Pembahasan :


VI. I. Hasil :
a. Non vegetasi
No Waktu Kecepatan Angin Keadaan Cuaca Arah Angin
1 07.00 WIB 3,6 m/s Mendung Utara - selatan
2 14.00 WIB 3,0 m/s Mendung Utara - selatan
3 18.00 WIB 0,6 m/s Mendung Utara - selatan

Rata-rata kecepatan angin di daerah nonvegetasi


3,6  3,0  0,6
 2,4m / s
3
b. Vegetasi
No Waktu Kecepatan Angin Keadaan Cuaca Arah Angin
1 07.00 WIB 0,4 m/s Mendung Utara - selatan
2 14.00 WIB 0,2 m/s Mendung Utara - selatan
3 18.00 WIB 0,0 m/s Mendung Utara - selatan

Rata-rata kecepatan angin di daerah vegatasi

0,4  0,2  0,0


 0,2m / s
3

VI. II. Pembahasan :

Dari hasil analisa, data kecepatan dan arah angin yang


dilaksanakan pada tanggal 30 September 2015, pada pukul 07.00
WIB, 14.00 WIB, dan 18.00 WIB pada daerah vegetasi dan non
vegetasi menunjukkan hasil yang menurun pada setiap jamnya. Pada
daerah vegetasi, kecepatan angin tertinggi terjadi pada pukul 07.00
WIB dan terendah pada pukul 18.00 WIB. Pada daerah non vegetasi,
kecepatan angin tertinggi terjadi pada pukul 07.00 WIB, dan terendah
pada pukul 18.00 WIB. Dari percobaan tersebut diperoleh rata-rata,
yaitu pada daerah non vegetasi sebesar 2,4 m/s, dan pada daerah
vegetasi sebesar 0,2 m/s.

Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti


suhu yang optimum dimana tanaman tumbuh dan berproduksi dengan
sebaik-baiknya, kelembaban udara yang berpengaruh terhadap
penguapan permukaan tanah dan penguapan permukaan daun, maupun
pergerakan awan, membawa uap air sehingga udara panas menjadi
sejuk dan juga membawa gas-gas yang sangat dibutuhkan oleh
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu
dalam penyerbukan tanaman. Angin akan membawa serangga
penyerbuk lebih aktif membantu terjadinya persarian bunga dan
pembenihan alamiah, sedangkan pada keadaan kecepatan angin
kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga
akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih dan akan
menimbulkan penyerbukan silang.

Dari segi kerugiannya, angin yang kencang dapat


menimbulkan bahaya dalam penyerbukan, karena angin bijinya tidak
bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi. Dan juga dapat
menyebarkan hama penyakit seperti perkembangan jamur.

Perkembangan panyakit sangat tergantung pada cuaca.


Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat menguntungkan bagi
perkembangan jamur. Serangan patogen cenderung akan meluas bila
kelembaban tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
patogen dipencarkan oleh angin. Dari hasil penelitian Tantawi (2007)
diketahui bahwa pemencaran konidium pada satu musim tanam
tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan
penurunan kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan
lembab peningkatan kecepatan angin yang diikuti dengan menurunnya
kelembaban udara akan mendukung pemencaran konidium.
Berdasarkan data aktual untuk memencarkan konidium hanya
memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu 25ºC.

Selain sebagai penyebar patogen, angin juga mempengaruhi


peningkatan jumlah luka pada tanaman inang dan dapat pula
mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah.
Penyebaran penyakit yang sangat cepat dimungkinkan karena adanya
angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang
dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain itu karena hembusan
keras angin atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau
melalui pasir yang diterbangkan juga dapat menyebabkan permukaan
tanaman terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.

Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan


oleh angin karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke
udara dalam jumlah yang tidak terhitung, mempunyai ukuran yang
kecil dan ringan sekali sehingga mudah diangkut oleh angin dalam
jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada umumnya terdapat
dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang paling
tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya
penyakit tertentu hanya dapat disebarkan oleh angin pada jarak
pendek, bahkan sering sangat pendek. Pada umumnya spora akan mati
karena kekeringan dan sinar matahari pada waktu disebarkan jarak
jauh itu, sedangkan pada waktu mengendap tidak tepat jatuh pada
tumbuhan atau bagian yang rentan. Semakin cepat anginnya maka
spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh keberadaannya.

Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu


pengelolaan lingkungan karena adanya pengaruh angin yang sangat
komplek ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu
menghindari adanya pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya
penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan silang.
Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat
dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah
patogen yang dapat disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula
menggunakan tanaman pematah angin agar laju dan arah angin dapat
sedikit dikendalikan seperti menanam pohon penahan angin yang
dapat menjamin perlindungan sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon
pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh 150 – 200
meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin.
Dengan adanya pematah angin maka laju dan arah angin menuju
pertanaman dapat sedikit ditekan sehingga penyebaran patogen akan
lebih kecil.
VII. Kesimpulan :

Dari praktikum pengamatan kecepatan dan arah angin dapat di


tarik kesimpulan bahwa kecepatan dan arah angin akan berubah
disetiap jam pada percobaan yang dilakukan. Angin selain sebagai
unsur cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kondisi disekitar
tanaman. Selain pengaruhnya banyak bermanfaat bagi tanaman,
potensi kerugian tanaman yang disebabkan adanya angin juga besar.
Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan terhadap lingkungan agar
fungsi angin lebih mengarah pada hal yang mendukung budidaya
pertanian. Usaha pengelolaan angin di lahan pertanian memang sangat
sulit. Namun usaha masih dapat dilakukan walaupun hanya
berpengaruh kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2011 Pengaruh angin terhadap lingkungan.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24427/5/Chapter%20I.pdf.
diakses pada tanggal 6 Oktober 2015

Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU Press, Medan

Hardjodinomo Soekirno.1975. Ilmu Iklim Dan Pengairan. Binacipta, Bandung

Karim, Kamarlis. 1985. Dasar-dasar Klimatologi, UNSYIAH, Banda Aceh

Kartasapoetra,Ance Gunarsih,Ir.,1993. “klimatologi pengaruh iklim terhadap


tanah dan tanaman. Jakarta:Bumi Aksara.

Marthen. 2002. Fisika Dasar. Erlangga : Jakarta.

Nasir, A. A. dan Y. Koesmaryono. 1990. Pengantar Ilmu Iklim Untuk Pertanian,


Pustaka Jaya, Bogor.

Tantawi, A. R. 2007. Hubungan Kecepatan Angin Dan Kelembaban Udara


Terhadap Pemencaran Konidium Cercospora Nicotianae Pada
Tembakau.Agritrop, 26 (4) : 160– 167.

Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.

Trewartha, G. T dan L. H. Horn. 1995. Pengantar Iklim. UGM Press, Yogyakarta

You might also like