You are on page 1of 4

3.

INTEGRAL TENTU

A. DEFINISI
Pengertian atau konsep integral tentu pertama kali dikenalkan oleh Newton dan
Leibniz. Namun pengertian secara lebih modern dikenalkan oleh Riemann. Materi
pembahasan terdahulu yakni tentang integral tak tentu dan notasi sigma akan kita
gunakan untuk mendefinisikan tentang integral tentu.
Pandang suatu fungsi f(x) yang didefinisikan pada suatu selang tutup [ a,b ]. Pada
tahap awal akan lebih mudah untuk dapat dimengerti bilamana f(x) diambil selalu
bernilai positif, kontinu dan grafiknya sederhana.
Pandang suatu partisi P pada selang [a, b] yang menjadi n sub selang (dalam hal ini
yang panjangnya sama walaupun hal ini tidaklah mutlak), misal a = x 0<x1<….<xn-1<xn = b
dan ∆xk = ∆x = xk – xk-1. Pada setiap sub selang [ xk – xk-1 ] kita ambil suatu titik (titik
sembarang namun untuk memudahkan penjelasan dipilih titik setengah selang yaitu,
xk  xk 1
xk 
2
Partisi yang terbentuk merupakan segiempat dengan ukuran dan f xk sebagai panjang  
dan lebarnya, sehingga luas tiap posisi adalah f xk x.  
 
n

Oleh karena itu didapatkan jumlah luas partisi pada selang [a,b] yaitu 
k 1
f xk x .
Jumlah tersebut dinamakan jumlah Riemann untuk f(x) yang bersesuaian dengan partisi
P. maka luas daerah yang dibatasi oleh y = f(x), garis x = a, garis x = b dan sumbu X akan
didekati oleh jumlah Riemann di atas bila diambil n   . Dari sini dapat disefinisikan
suatu integral tentu yaitu dari f(x) pada suatu selang [a,b] berikut:
Misal f fungsi yang didefinisikan pada [a,b], xk  b  a  x
lebar partisi dari [a,b], a = x0, b = xn, n
x  xk 1
xk  k
2
Maka integral dari f(x) dari [a,b] didefinisikan sebagai limit jumlah Riemann, yaitu:

   
b n n

 f ( x)dx  lim
x0
 f xk x  lim  f xk x
k 1
n
k 1
a

MODUL KALKULUS II –2. INTEGRAL TENTU


B. SIFAT INTEGRAL TENTU
1. ∫ [ ( ) ( )] ∫ ( ) ∫ ( ) (sifat linear)
2. Misal f(x) dan g(x) integrabel pada *a,b+ dan f(x) ≤ g(x) untuk setiap x [a,b].
Maka
∫ ( ) ∫ ( ) (sifat perbandingan)
3. Misal f(x) dan g(x) integrabel pada *a,b+ dan m ≤ f(x) ≤ M untuk setiap x [a,b].
Maka
( ) ∫ ( ) ( )
4. ∫ ( ) ∫ ( ) ∫ ( )
5. ∫ ( ) dan ∫ ( ) ∫ ( )
6. Bila f(x) fungsi ganjil, maka ∫ ( )
7. Bila f(x) fungsi genap, maka ∫ ( ) ∫ ( )
8. Bila f(x) fungsi periodic dengan periode p, maka ∫ ( ) ∫ ( )
( )
9. ∫ ( ( )) ( ) ∫( )
( )
( )
10. [∫ ( )
( ) ] ( ( )) ( ) ( ( )) ( )

C. PENGGUNAAN

Luas Daerah Bidang Rata


a. Daerah Antara Kurva dan Sumbu
Koordinat.
Perhatikan gambar daerah rata
dibawah ini
Daerah R dibatasi oleh grafik-grafik y
= f(x), x = a, x = b dan y = 0, luasnya
A(R) ditentukan oleh :

b
A(R) =
 f ( x)dx
a
Jika gambar terletak dibawah sumbu X maka integral diatas bernilai negatif,
karena luas daerah tidak mungkin bilangan negatif maka nilai integral
tersebut dimutlakkan.
Perhatikan pula gambar daerah rata berikut ini :

MODUL KALKULUS II –2. INTEGRAL TENTU


Daerah R dibatasi oleh grafik-grafik x = f(y), y = c, y = d dan x = 0, luasnya A(R)
d
ditentukan oleh : A(R) =
 f ( y )dy
c

Jika gambar terletak disebelah kiri sumbu Y maka integral diatas bernilai
negatif, karena luas daerah tidak mungkin bilangan negatif maka nilai integral
tersebut dimutlakkan.

Contoh :

Tentukan luas daerah yang


dibatasi oleh fungsi :

Untuk menghitung luas daerah rata ikuti pola berfikir sebagai berikut :
1. Gambar daerah yang bersangkutan
2. Potong daerah menjadi jalur-jalur dan beri nomor pada satu jalur tertentu
3. Hampiri luas jalur tertentu tersebut dengan luas persegi panjang
4. Jumlahkan luas jalur-jalur pada daerah tersebut
5. Ambil limit dari jumlah diatas dengan lebar jalur menuju 0, maka
diperoleh integral tertentu.
b. Daerah antara 2 Kurva

Perhatikan kurva-kurva y = f(x) dan y = g(x) dengan g(x)  f(x) pada selang [a,b],
sebagai gambar berikut :

A  ( f (x)  g(x))x
b
A=
 ( f ( x)  g ( x))dx
a

D. TEOREMA DASAR KALKULUS

Teorema Dasar Kalkulus memberikan kemudahan untuk menghitung Integral Tentu,


berikut teorema tersebut :

MODUL KALKULUS II –2. INTEGRAL TENTU


TEOREMA A
Misal f kontinu pada [a,b] dan F sebarang anti turunan f, maka
b
 f ( x)dx = F(b) – F(a)
a
b
Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = [ F ( x)]a

Contoh :

1. Perlihatkan bahwa jika r  Q dan r  -1, maka


b
r b r 1 a r 1
 x dx  r  1  r  1
a
Jawab :
x r 1
Karena F(x) = suatu anti turunan dari f(x) = xr, maka menurut TDK,
r 1
b
r b r 1 a r 1
 x dx  F (b)  F (a)  r  1  r  1
a

TEOREMA B
Integral tentu sebagai operator linear, yaitu bersifat :
Misal f dan g terintegralkan pada [a,b] dan k suatu konstanta, maka kf dan f + g
terintegralkan, dengan
b b
1.  kf ( x)dx  k  f ( x)dx
a a
b b b
2.  [ f ( x)  g (x)]dx =  f ( x)dx +  g ( x)dx
a a a

Contoh :

2
2
Hitung  (4 x  6 x )dx
1

Jawab :

2 2
2
2
2 2
2  x2   x3 
 ( 4 x  6 x ) dx  4  xdx  6  x dx = 4    6 
1 1 1  2  1  3  1

 4 1 8 1
= 4     6   =  12
 2 2  3 3

MODUL KALKULUS II –2. INTEGRAL TENTU

You might also like