You are on page 1of 8

Tasawwuf

Syaikh Muhammad Hisham Kabbani ar-Rabbani


Dari www.mevlanasufi. blogspot. com

Bismillah hirohman niRohim

”Di masa Rasulullah saw Tasawwuf adalah sebuah


realitas tanpa nama, sekarang Tasawwuf adalah sebuah
nama, tetapi hanya sedikit yang mengetahui realitas
nya”. Ummat Islam sekarang membutuhkan
ulama-ulama yang baik yang melaksana kan ajaran Islam
dengan benar (alimun aamil), mencoba dengan segala
kemampuannya untuk mengembalikan apa yang telah rusak
dalam agama Islam selama bertahun-tahun ke belakang
dan mereka yang mampu membedakan antara yang benar dan
salah, halal dan haram, yang percaya kepada yang haqq
dan melawan kebatilan, serta tidak menakut-nakuti
siapa pun yang berada di jalan Allah.

Ummat Muslim sekarang tidak mempunyai orang yang bisa


memberi nasihat atau membimbing mereka dalam
mempelajari agama dan perilaku atau kebiasaan yang
terpuji yang diajarkan dalam Islam. Sebaliknya, kita
hanya melihat para ulama yang pura-pura mengetahui
sesuatu, lalu berusaha menerapkan ide-ide dan aqidah
Islam yang telah mereka kotori kepada setiap orang.
Pada setiap kesempatan konperensi misalnya, mereka
memberikan ceramah mengenai Islam dari perspektif yang
sangat sempit dan terbatas, tidak berdasarkan
bimbingan para sahabat Rasulullah saw atau para Imam
besar Islam dan tidak pula berdasarkan consensus
sebagian besar para ulama Islam. Jika para ulama itu
mau mendengar nuraninya lebih dalam dan kembali kepada
loyalitas dan kejujuran dalam Islam tanpa campur
tangan pemerintah atau kekuatan lain yang mengontrol
negara-negara Muslim dengan uang mereka, mengabdikan
dirinya hanya untuk berdakwah dan irsyad (memberi
petunjuk ke jalan yang lurus) dan berdzikir kepada
Allah dan Rasulullah saw, barulah situasi dalam dunia
Islam akan berubah dan kehidupan Muslim akan meningkat
dengan pesat.

Harapan kita pada tahun ini, Muslim di Amerika dan di


seluruh dunia akan bersatu kembali, saling berhubungan
dalam satu tali, yaitu Tali Allah untuk memantapkan
sunnah dan syariah Rasulullah Jika orang-orang ingin
meninjau sejarah lebih dalam lagi, mereka akan
menemukan bahwa setelah perjuangan para sahabat yang
gagah berani, Islam tersebar ke seluruh penjuru Timur
dan Barat serta Timur Jauh melalui dakwah dan irsyad
para ulama dan para pengikut Tasawwuf (Sufisme).
Mereka mengikuti jejak yang benar dari para Kalifah
Rasulullah , radiAllahuanhum

Mereka adalah para ulama Sufi yang sejati, yang


menopang pengajaran al-Quran dan Sunnah dan tidak
pernah menyimpang dari keduanya. Sifat zuhud dalam
Islam (asceticism) berkembang pada abad pertama
Hijriah dan dikembangkan dalam sekolah-sekolah yang
mempunyai pondasi yang kuat dan menjadikan al-Quran
dan syariah sebagai dasar pengajarannya, dan
dijalankan oleh para ulama zahid yang dikenal sebagai
Sufi.

Mereka di antaranya adalah keempat Imam pertama, yaitu


Imam Malik, Imam Abu Hanifa, Imam Syafii, dan Imam
Ahmad bin Hanbal, begitu pula al-Imam Abi Abdallah
Muhammad AL-BUKHARI, Abul Husain MUSLIM bin al-Hajjaj,
Abu Isa TIRMIDZI. Yang lainnya di antaranya Hasan
al-Basri, al-Junaid, Imam Awzai termasuk at-Tabarani,
Imam Jalaluddin as-Suyuti, Ibnu Hajar al-Haythami,
al-Jardani, Ibnu Qayyim al-Jawzi, Imam Muhyiddin bin
Syaraf bin Mari bin Hassan bin Husain bin Hazam bin
NAWAWI, Imam Abu Hamid GHAZALI, Sayyid Ahmad
al-Farouqi as- Sirhindi. Dunia Muslim telah mengenal
Islam melalui usaha para ulama zahid ini yang dikenal
sebagai Sufi karena loyalitas mereka, ketulusan dan
kemurnian hatinya.

Kita tidak menyembunyikan fakta bahwa pada saat itu,


beberapa musuh Islam datang dan mengadakan pendekatan
yang ekstrim, menggunakan nama Sufisme dan
berpura-pura menjadi seorang Sufi pada saat
menyebarkan ide-ide anehnya dengan tujuan untuk
memusnahkan ajaran Sufi yang sejati dan meracuni
pikiran Muslim mengenai Tasawwuf yang telah dianut
mayoritas Muslim. Tasawwuf sejati berlandaskan zuhud
dan ihsan (kemurnian hati). Imam-Imam besar ummat
Muslim yang ajarannya diikuti di semua negri Muslim,
dikenal mempunyai guru-guru Sufi. Imam Malik, Imam Abu
Hanifa (berguru kepada Jafar as-Sadiq as), Imam Syafii
(yang mengikuti Syayban ar-Rai) dan Imam Ibnu Hanbal
(gurunya adalah Bisyr al-Hafi ) yang semuanya menganut
Tasawwuf.

Semua pengadilan dan universitas di negri-negri Muslim


menerapkan ajaran dari keempat Imam tersebut hingga
sekarang. Misalnya: Mesir, Libanon, Yordania, Yaman,
Djibouti, dan beberapa negara lain mengikuti madzhab
Syafii. Sudan, Maroko, Tunisia, Aljazair,Mauritania ,
Libya dan Somalia mengikuti madzhab Maliki. Saudi
Arabia, Qatar, Kuwait, Oman dan beberapa negara lain
mengikuti madzhab Hanbali. Turki, Pakistan, India,
Myanmar dan beberapa republic di Rusia mengikuti
madzhab Hanafi. Negri-negri Muslim di Timur Jauh
mengikuti madzhab Syafii. Sebagian besar pengadilan di
negara-negara Muslim bergantung kepada fatwa-fatwa
dari keempat madzhab ini dan keempatnya diterima. Imam
Malik dalam ucapannya yang terkenal mengatakan,
“man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa,
wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man
tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq” . Yang
artinya, “Barang siapa yang mempelajari Tasawwuf
tanpa Fiqih, dia adalah seorang kafir zindik
(heretic), dan barang siapa yang mempelajari Fiqih
tanpa Tasawwuf, dia adalah seorang yang fasik (korup),
dan barang siapa yang mempelajari Tasawwuf dan Fiqih,
dia akan menemukan Kebenaran dan Realitas dalam Islam.

Ketika sarana transportasi masih sulit, Islam dapat


tersebar dengan cepat melalui usaha yang tulus dari
para musafir Sufi yang telah terdidik dengan baik
sekali dalam disiplin zuhud yang tinggi (zuhud
ad-dunya) yang memang diperlukan oleh mereka yang
telah dipilih Allah untuk melaksanakan tugas suci itu.
Hidup mereka adalah dakwah dan mereka bertahan hidup
hanya dengan roti dan air. Dengan cara hidup seperti
itu mereka mampu mencapai Barat dan Timur Jauh dengan
keberkahan Islam. Di abad 6 dan 7 Hijriah, Tasawwuf
berkembang dengan pesat karena diiringi kemajuan dan
usaha yang keras dari para guru Sufi. Setiap kelompok
dinamai menurut nama gurunya, untuk membedakan dengan
kelompok yang lain. Sama halnya dengan sekarang,
setiap orang memegang gelar dari universitas di mana
dia menjadi lulusannya. Walau demikian tentu saja
Islam tetap sama, tidak pernah berubah dari satu guru
Sufi ke guru Sufi yang lain, seperti halnya Islam
tidak pernah berubah dari satu universitas ke
universitas yang lain. Namun demikian di masa lalu
murid sangat dipengaruhi oleh perilaku dan moral yang
baik dari guru-guru mereka. Oleh sebab itu mereka
mempunyai sifat tulus dan loyal. Tetapi sekarang para
ulama kita kering dan Islam diajarkan kepada mereka di
universitas non-Muslim oleh para professor non-Muslim
(Jika kalian pandai, kalian bisa mengerti).

Guru-guru Sufi meminta muridnya untuk menerima Allah


sebagai Pencipta mereka dan Rasulullah sebagai hamba
dan utusan-Nya, menyembah Allah pada saat sendirian,
meninggalkan kebiasaan menyembah berhala, bertaubat
kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah , memurnikan
hati mereka, membersihkan ego mereka
dari kesalahan dan untuk memperbaiki aqidah mereka
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mereka juga mengajarinya
untuk bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam segala
hal yang mereka lakukan, bersabar dan takut kepada
Allah, mencintai sesama, bergantung kepada Allah, dan
segala sifat atau perilaku terpuji lainnya yang
dianjurkan dalam Islam.

Untuk mencapai seluruh tingkatan yang tulus dan murni,


mereka memberi murid-muridnya doa yang berbeda-beda
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw, para
sahabat, dan para Tabi¡¦iin. Mereka mengajarkan
Dzikir-Allah, mengingat Allah dengan membaca al-Quran,
doa-doa dan tasbiih dari Hadits serta dengan membaca
Nama-Nama Allah dan sifat-sifatnya yang terdapat dalam
tahlil, tahmiid, takbiir, tamjiid, tasbiih menurut
ayat-ayat dan Hadits Rasulullah mengenai dzikir (ini
dapat ditemukan pada semua buku Hadits termasuk
Bukhari, Muslim, Tabarani, Ibnu Majah,Abu Dawud dan
lain-lain di bagian dzikir dalam Islam di mana setiap
orang dapat merujuk ke sana).

Guru Sufi ini (ulama sejati) menolak ketenaran,


jabatan tinggi, uang, dan kehidupan yang
materialistik, tidak seperti ulama sekarang yang
mengejar ketenaran dan uang. Mereka bersifat zahid dan
hanya bergantung kepada Allah, tunduk kepada
firman-Nya, “khalaqtul Jinni wal Insi illa li ya
buduun” . “Kami tidak menciptakan Jinn dan
Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” .
Sebagai hasil dari perilakunya yang baik dan sifat
zuhudnya itu, mereka mampu meyakinkan orang-orang kaya
untuk membangun masjid dan panti (khaniqah, zawiyyah)
untuk seluruh ummat Islam, juga membagikan makanan
gratis dan penginapan gratis. Dengan demikian Islam
dapat tersebar dengan cepat dari suatu negara ke
negara yang lain melalui khaniqah dan masjid tersebut.
Tempat seperti itu, di mana setiap orang miskin dapat
makan dan menginap serta para tuna wisma dapat
berteduh merupakan tempat pembersihan hati bagi orang
miskin dan merupakan tempat terjalinnya hubungan
antara yang kaya dengan yang miskin antara yang hitam
dengan yang kuning, merah, putih, Arab dan non-Arab.

Rasulullah bersabda dalam suatu hadits, “Tidak


ada perbedaan antara Arab dan non-Arab kecuali dalam
hal kebajikan” .Tempat ini membuat orang dari
berbagai ras dan bangsa berkumpul bersama. Sufi
memegang teguh Sunnah dan Syariah. Sejarah mereka
penuh dengan keberanian dan perjuangan di jalan Allah,
jihad fisabiilillah, meninggalkan negeri mereka untuk
menyebarkan Islam dengan satu metode, yaitu cinta.
Mereka mengajarkan manusia untuk mencintai sesamanya
tanpa perbedaan ras, usia dan gender. Mereka memandang
setiap orang berhak untuk dihormati terutama wanita,
orang yang teraniaya, dan fakir miskin. Sufi bagaikan
bintang yang terang yang menyinari seluruh dunia,
memberi semangat kepada semua orang untuk berjihad fi
sabiil-illah, berjuang di jalan Allah, menyebarkan
Islam, menolong fakir miskin, tuna wisma, dan mereka
yang membutuhkan pertolongan baik jauh maupun dekat.
Dengan Imannya, mereka bisa mencapai Asia Tengah
sampai India, Pakistan, Tashkent, Bukhara, Daghestan,
dan daerah-daerah lain seperti Cina, Malaysia,
Indonesia dan lain-lain. Orang-orang Sufi sejati tidak
pernah menyimpang dari Syariah dan Sunnah Rasulullah
saw serta al-Quran.

Dua sumber utama Tasawwuf adalah al-Quran dan Sunnah


Rasulullah, sebagaimana yang disampaikan lewat
pemahaman Islam Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali
yang dianggap sebagai dua guru utama seluruh aliran
Sufi. Sayyidina Abu Bakar mewakili satu aliran
Tasawwuf. Rasulullah bersabda mengenai beliau, Apa
yang Allah tuangkan ke dalam hatiku, Aku tuangkan pula
ke dalam hati Abu Bakar. “Ma sab-Allahu fee
sadrii syayan illa wa sabatuhu fii sadrii Abi Bakrin
“.(Hadiqa Nadiah, diterbitkan di Kairo, 1313 H.
hal.9). Allah swt berfirman dalam al-Qur’ an
(9:40),Sesungguhnya Allah telah menolongnya ketika
orang-orang kafir mengeluarkannya (dari Makkah), dia
tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang teman dan
keduanya berada dalam gua.¨ Rasulullah bersabda dalam
hadits lain, ¡Matahari tidak pernah bersinar lebih
cerah pada orang-orang selain Abu Bakar, kecuali pada
para Nabi. (lihat Suyuti, Sejarah para Kalifah, Kairo,
1952. Hal. 46).

Banyak hadits lain yang menerangkan posisi Abu Bakar


as-Siddiq. Aliran lain dalam Tasawwuf berasal dari
Sayyidina Ali, mengenai beliau banyak sekali hadits
yang bila dipaparkan akan memakan banyak halaman.
Sunnah Rasulullah dan Syariah yang melambangkan
kewajiban, serta Ihsan yang melambangkan perilaku
baik, semuanya melekat menjadi karakter para ulama
Sufi, mulai dari Sayyidina Abu Bakar yang menjadi
kalifah Rasulullah pertama, sampai sekarang. Pada abad
ke-13 Hijriah (19 M) sebuah madzhab yang dipengaruhi
oleh ajaran dua ulama Islam dari abad ke-7 Hijriah (14
M) muncul. Madzhab ini adalah madzhab baru dalam
Islam, yang walaupun mempunyai dasar madzhab Hanbali
tetapi ternyata terdapat perbedaan aqidah. Walaupun
madzhab ini juga menerima tasawwuf tetapi dia lebih
banyak mempunyai batasan dan mempunyai interpretasi
yang sempit tentang apa yang dibolehkan dalam Islam
dibandingkan dengan keempat madzhab yang pertama.

Akhir-akhir ini para pengikut madzhab ini melakukan


penyimpangan terhadap ajaran asli dari sang pendiri
madzhab dan sering membesar-besarkan secara ekstrim
dan membuat tuduhan kepada ummat Muslim berdasarkan
fatwa dari ulama-ulama modern yang hanya memiliki
pemahaman Islam secara harfiah dengan sudut pandang
yang terbatas, namun menjadi penentang bagi kelompok
mayoritas Muslim. Keyakinan baru ini sekarang
berkembang dengan pesat dengan dukungan minoritas
Muslim yang mempunyai keyakinan sendiri dan
interpretasi sendiri terhadap al-Quran dan Sunnah
Rasulullah. Orang-orang ini sekarang menentang Sufisme
dan mencoba untuk meremehkan semangat dan usaha keras
para Sufi sejati dalam menyebarkan Islam ke seluruh
dunia selama kurun waktu 1300 tahun kebelakang.

Sebagai ummat Muslim, Kami menghormati semua madzhab


dalam Islam tanpa diskriminasi. Tetapi sebaliknya Kami
tidak menerima orang yang memaksa kan ide-idenya
kepada Kami, karena Kami mengikuti keyakinan yang
telah diterima oleh mayoritas Muslim, yang menerima
Tasawwuf. Di Amerika, Kami terkejut melihat sejarah
dan kebudayaan Islam selama 1400 tahun disangkal dan
ditolak oleh sebagian kecil ulama dengan cara pandang
mereka sendiri, seolah-olah selama 1400 tahun para
ulama pengikut Sufi dan keempat madzhab tidak ada dan
tidak pernah ada.

Sebagai informasi bagi saudara-saudari, Kami sampaikan


beberapa nama dari sekian nama ulama modern yang
mengikuti aliran Sufi dan keempat madzhab, yang
mewakili mayoritas Muslim di seluruh dunia. Mereka
adalah: Mufti Mesir, Hassanain Muhammad al-Mukhloof,
anggota Liga Muslim Dunia, Muhammad at-Tayib
an-Najjar, Presiden Sunnah dan Syariah Internasional
dan Rektor Universitas al-Azhar, Syaikh Abdallah Qanun
al-Hassani, ketua Majelis Ulama Maroko dan Deputi Liga
Muslim Dunia, Dr. Hussaini Hashim, Deputi Universitas
al-Azhar Mesir dan Sekjen Institut Penelitian Makkah,
as-Sayyid Hashim al-Rafai, mantan Mentri Agama Kuwait,
as-Syaikh Sayyid Ahmad al-Awad, Mufti Sudan,asy-Syaikh
Malik al-Kandhalawi, Presiden Liga Muslim Pakistan dan
Rektor Universitas Asyrafiya,Ustaz Abdul Ghafoor
al-Attar, Presiden Komunitas Penulis Sudi Arabia, Qadi
Yusuf bin Ahmad as-Siddiqui, Jaksa Pengadilan Tinggi
Bahrain,Muhmammad Khazraji, Syaikh Ahmad bin Muhammad
bin Zabara ,Mufti Yaman,asy-Syaikh Muhammad
asy-Syadili an-Nivar, Rektor Universitas Syariah
Tunisia, asy-Syaikh Khal al-Banani, Presiden Liga
Muslim Mauritania,Syaikh Muhammad Abdul Wahid Ahmad,
Mentri Agama Mesir,Syaikh Muhammad bin Ali Habasyi,
Ketua Liga Muslim Indonesia, Syaikh Ahmad Koftaro,
Mufti Syria, Syaikh Abu Saleh Mohammad al-Fattih
al-Maliki, Ondurman, Sudan,Syaikh Muhammad Rasyid
Kabbani, Mufti Libanon,asy- Syaikh as-Sayyid Muhammad
al-Maliki al-Hassani, Professor Syariah dan guru di
dua Masjid Suci, Makkah dan Madinah,dan masih banyak
lagi yang berada di sekitar Arab dan negri-negri
Muslim lainnya.

Wahai saudara-saudariku yang tercinta, juga ayah, ibu,


dan anak-anak sekalian, Islam bersifat toleran (hilm),
Islam adalah cinta, Islam adalah Kedamaian, Islam
adalah rendah hati, Islam adalah kesempurnaan, Islam
adalah zuhud, Islam adalah Ihsan. Islam berarti
hubungan antar sesama, Islam berarti keluarga, Islam
adalah persaudaraan, Islam berarti persamaan, Islam
adalah satu tubuh, Islam adalah ilmu pengetahuan,
Islam adalah spirituali tas. Islam mempunyai
pengetahuan eksternal dan internal yang sama baiknya.
ISLAM ADALAH SUFISME, SUFISME ADALAH ISLAM.

Terakhir, Islam adalah Cahaya yang diturunkan Allah


melalui utusan-Nya, Rasulullah Muhammad, yang
merupakan simbol kebenaran Allah. Tanpa keraguan,
beliau adalah perantara bagi semua orang, dan ini
telah disebutkan dalam semua buku fiqih. Semoga Allah
mengampuni Kami atas kesalahan dan kekurangan dalam
presentasi ini. Assalamualaikum
warahmatullahiwabar akatuh

Syaikh Muhammad Hisham Kabbani:


Mursyid Tarekat Naqsbandi Haqqani
Presiden As-Sunna Foundation of America
607 A West Dana Mountain View, CA 94041

You might also like