You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM ( MASA NIFAS )

I. KONSEP MASA NIFAS


A. DEFINISI
 Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6
– 8 minggu. (Rustam Mochtar,2010 )
 Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat –
alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal. ( Barbara F. weller 2012 )
 Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam. (Abdul Bari Saifuddin,2009 )

B. TAHAPAN MASA NIFAS


Menurut Rustam Mochtar 2010, Masa post partum terbagi 3 tahap :
 Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum. Yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berdiri dan jalan-jalan
 Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum. Kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
 Remote puerperium (later puerperium) waktu 1-6 minggu post partum. Waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan
atau tahun

C. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Perubahan uterus
Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, hal ini menyebabkan
iskemia pada perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan
dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali
(setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk
panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Uteru akan
mengalami involusi secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus utetus dan berat menurut masa involusi
sebagai berikut:
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lepas Dua jari bawah pusat 750 gram
Satu minggu Pertengahan pusat-sympisis 500 gram
Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan minggu Sebesar normal 30 gram
Ada bbeberapa jenis lochea, taitu:
 Lochea rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua (selaput lendir rahim dalam keadaan hamil), vernik caseosa (palit
bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel
yang menyelimuti kulit janin), lanugo (bulu halus pada bayi yang baru lahir) dan
mekonium (isi usus berwarna hijau kehitaman) selama 2 hari pasca persalinan
 Lochea sangulnolenta : warnnya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi
pada hari ke 3-7 pasca persalinan
 Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke
7-14 pasca persalinan
 Lechea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu
 Lochea purulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk
 Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya
b. Perubahan vagina dan perineum
 Vagina : pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-
lipatan atau kerutan-kerutan) kembali
 Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi sering terjadi
akibat ekstraksi dengan kuman, berlebih apabila kepala janin harus diputar.
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
spekulum
 Perubahan pada perineum : terjadi perobekan pada hampir semua persalinan
pertama dan jarang juga pada persalinan berikutnya. Perobekan perineum
umumnya terjadi di garistengah dan isa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar darpiada
sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada iaserasi jalan lahir atau luka
bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah
kelahiran bayi) lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik
2. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya disebabkan
karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinanan. Disamping itu
rasa takut untuk buang air besar, sehubunga dengan jahitan pada perineum, jangan
samapai dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dan beraknya keras dapat diberikan
obat laksan peroral atau perrektal
3. Perubahaan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 samapi 8 minggu, Distensi berlebh
pada vesikula urinari adalahyang umum terjadi karena peningkatan kapasitas
vasikula urinaria, pembegkakan memar jaringan disekitar uretra dan hilang sensasi
terhadap tekanan yang meninggi
4. Perubahan Tanda Tanda vita pada masa nifas
 Suhu badan
Sekitar hari ke 4 seetelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2 –
37,5Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila
kenaikan mencapai 38 C pada hari kedua sampai hari –hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas
 Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6 x/menit, yaitu pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi umumnya pada
minggu pertama post partum
 Pada ibu yang nervus, nadinya bisa cepat, kira-kira 110 x/menit bisa juga terjadi
gejala syok karena infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh
 Tekanan Darah
Tekanan darah < 140 /90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari
pra persalinan pada 1-3 hari postpartum. Bila tekanan darah menjadi rendah
menunjukan adanya pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi meerupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklamsia yang timbul pada
masa nifas. Namun hal tersebut jarang terjadi
 Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal ini tidak lain karena ibu
dalam keadaan pemulihana atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat
post partum > 30 x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok

D. FASE-FASE PENYESUAIAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS


a. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada
bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami
dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian
ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang
memang sedang meningkat.
b. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika
komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat
ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada
fase ini. Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi
akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya
dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat
mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu
dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih
mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang
merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri
dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap
menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi
hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress
yang dialaminya tidak bertambah berat.

E. KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS


a. Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi
produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi
ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya
kurang biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting ,
karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab
ASI mengandung DHA.
 Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai
500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal.
Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu
adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu
pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan
harus ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara
sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak
selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka
energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI
sebesar 400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-
807 kkal energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat
badan ibu akan kembali normal dengan cepat.
 Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar
20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam
lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam
ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu
dianjurkan makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C,
B1, B2, B12, dan D. Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air
minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yng berhubungan dngan pemenuhan gizi ibu menyusui antara
lain :
a) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d) Mengonsumsi tablet zat besi
e) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya.

b. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini
tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam
dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara
merawat bayinya.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-
angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga
pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan
memandirikan pasien dapat terpenuhi.
c. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil.
Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan
harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu
malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil
setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post
partum. Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar.
Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air
besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu
untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
d. Kebersihan Diri
Bidan/perawat harusbijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan
personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah
dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
a) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi.
b) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan
ke belakang, baru setelah itu anus.
c) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d) Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
e. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan
kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan
beberapa kerugian, misalnya :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
Bidan/perawat harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu
kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan dan
bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan
malam.
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu
misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu
etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.
g. Latihan / Senam Nifas
Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan
senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada
beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas :
a) Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian
gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara
bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.
b) Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot
bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke
perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks
selama 10 hitungan.
c) Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil
mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15
kali. Rileks selama 10 hitungan.
d) Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil
menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan,
bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
e) Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa
mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15
kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang
lwat hidung, keluarkan lewat mulut.
i. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan
perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama
5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10
hitugan.
F. TANDA-TANDA BAHAYA
Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tanda –
tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini :
a. Perdarahan Pervaginam.
b. Sakit kepala yang hebat
c. Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki
d. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit
e. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi.
f. Infeksi Bakteri
g. Demam, muntah dan nyeri berkemih.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Kram perut
j. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah
k. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung (Winkjosastro, 2011)

G. MASALAH PADA MASA NIFAS


a. After pain/ kram perut
Rasa nyeri/mules pada perut akibat kontraksi uterus yang terjadi setelah plasenta
b. Nyeri perineum
Rasa nyeri pada perineum akibat trauma pada persalinan pervaginm atau karena
adanya jahitan robekan perineum
c. Gangguan BAB
Gangguan bAB dapat terjadi selama kehamilan mengalami hemoroid karena
mengalami konstipasi dan pengeluran cairan saat persalinan terlalu banyak sehingga
cairan dalam tubuh berkurang yang dapat menyebabkan kekurangan cairan/serat
dalam proses pencernaan sehingga mengganggu proses BAB
d. Nyeri pada payudara
Nyeri pada payudara disebabkan karena adanya pembesaran payudara akibat
adanya
produksi Asi dan disebabkan karena malas menyusui sehingga payudara terasa
penuh
dan tegang
e. Gangguan BAK
Gangguan BAK dapat teratasi karena kepala bayi terlalu lama menekan PBP (pintu
Bawah Panggul) kandung kemih dan adanya trauma jalan lahir

H. KUNJUNGAN MASA NIFAS


a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk:
- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila
perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil 2.
b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
- Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
- Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
- Memberikan konseling untuk KB secara dini.
I. Perawatan Masa Nifas
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperboleh duduk, hari ke-3
jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih penuh
dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit buang air besar
dan terjadi obstipasi apalagi berat leras dapat diberikan laksan peroral atau per
rektal
5. Perawatan payudara
- Dimulai sejak wanita hamil supaya paling susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi
- Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada badingannya,
menyusun bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan
anak.
J. Pathway

Persalinan

Normal

(Kala I, tindakan episiotomi / tidak)

Respon psikologis Terputusnya komunitas Respon


Fisiologis

Jaringan dan saraf

Resti Infeksi

Kurangnya pengalaman Trauma mekanis Nyeri Akut

anggota keluarga Perdarahan trauma kandung ketakutan


bergerak

kemih

kurang pengetahuan perubahan peran Resiko tinggi Retensi urine Keterbatasan

(kebutuhan belajar menjadi orang tua kekurangan gerak dan

mengenai perawatan volume cairan aktivitas

diri dan bayi)

Ketidakefektifan Resiko tinggi Perubahan Perubahan Resiko

menyusui cedera eliminasi urine eliminasi urine konstipasi


DAFTAR PUSTAKA

Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi Amus (08095)
Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45

Cardenito, L.J. 2012. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC

Helen Farrer, 2011. Perawatan Maternitas. Jkarta : EGC

Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan : Jakarta EGC

Judi Januadi Endjun.2002. Persalinan Sehat. Puspa Swara Mansjoer,

Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi Amus (08095)
Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45

You might also like