You are on page 1of 11

MAKALAH

BIOLOGI MOLEKULER DAN IMMUNOLOGI

JUDUL

KONSEP DASAR IMUNITAS DAN RESPON IMUN

Disusun oleh :

RIFDAH RIZAL (1600023151) 3B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2017

i
ABSTRAK

Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing
dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus, parasit, dan radiasi matahari.
Sistem ini merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap
infeksi.
Sistem kekebalan tubuh memberikan perlindungan dari penyakit infeksi oleh
mengidentifikasi sebagian besar mikroba ini sebagai asing. Imunitas umumnya sangat spesifik untuk
organisme tunggal atau kelompok organisme terkait erat. Karena mikroorganisme datang dalam
berbagai bentuk, berbagai respon imun yang diperlukan untuk menangani setiap jenis infeksi.
Faktor yang memodifikasi sistem imun, sehingga dapat menjawab mengapa terjadi
perbedaan respon imun di antara individu adalah faktor genetic, anatomin, umur, fisiologi,mikroba,
lingkungan, dan nutrisi.
Sel-sel utama yang berperan pada respon imun diantaranya: makrofag, antigen,
antibody, sitokin, kemokin, komplemen, MHC, TReg, C Reactive Protein dan vaksin sebagai
langkah awalnya sebelum manusia terkena infeksi.

i
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya manusia memiliki sistem pertahanan tubuh untuk menjaga kesehatannya.
Setiap hari tentunya kita selalu beraktivitas, yang pastinya akan selalu berhadapan langsung dengan
lingkungan luar yang mengandung mikroba pathogen yang tentunya tidak akan bisa dihindari. Tubuh
manusia akan selalu berhadapan dengan virus, bakteri, parasit, radiasi matahari dan polusi. Hal-hal
tersebut tentunya akan mudah membuat kita terkena infeksi penyakit. Baik itu penyakit biasa seperti
influenza (inflamasi) atau penyakit fatal seperti kanker dan tumor.
Mikroba pathogen yang menyerang tubuh manusia ada bersifat poligenik dan komplek. Oleh
karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.
Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan
untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstrakseluler dan
intraseluler mempunyai karakteristik yang berbeda.
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain
mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malafungsi
sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,
penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in
vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan
karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjadi
ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein

2. TUJUAN

1. Mampu menjelaskan berbagai macam respon imun


2. Mampu menmberikan fungsi dari respon imun
3. Mampu menjelaskan pengertian dari berbagai macam respon imun
4. Mampu menjelaskan konsep dasar imunologi

1
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

1. Makrofag
1.1. Pengertian
Makrofag adalah sel pada jaringan yang berasal dari sel darah putih yang disebut
monosit. Monosit dan makrofag merupakan fagosit, berfungsi terutama pada pertahanan tidak
spesifik. Peran makrofag adalah untuk memfagositosis seluler dan pathogen serta untuk
menstimulasikan limfosit dan sel imun lainnya untuk merespon pathogen

1.2. Karakteristik
Adapun karakteristik dari makrofag sebagai berikut:
1. Akrofag terdapat dalam organ atau jaringan dan bernama sesuai lokasi spesifiknya.
2. Makrofag merupakan sel fagosit mononuclear yang utama
3. Makrofag diproduksi di sumsum tulang belakang dan sel induk

1.3. Mekanisme Makrofag


Untuk mekanisme aksi dari makrofag biasanya dapat ditemukan pada alveolar dan epitel
jalan nafas aktif membentuk faktor kemotaklik yang akan menginduksi mekanisme inflamasi sel-sel
hematopoetik pada paru-paru. Hal ini membuat rusaknya struktur paru. Makrofag alveolar penderita
PPOK meningkatkan pelepasan IL8 dan TNFalfa. Peningkatan jumlah neutrofil yang nekrosis
dijalan nafas penderita PPOK dapat menyebabkan pelepasan elastase dan Reactive Oxygen Species
(ROS) menyebabkan hipersekresi mucus.

2. Antibodi / Imunoglobulin
2.1. Pengertian
Imunologi/antibody adalah ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekbalan akibat
adanya rangsangan molekul asing dar luar maupun dari dalam tubuh hewan atau manusia, baik yang
bersifat infeksius maupun non infeksius

2.2. Struktur antibodi


Adapun komponen dan struktur dari antibodi sebagai berikut:
a. Presipirin
Antibodi yang bersifat presipirin akan bekerja dengan mengendapkan zat-zat asing
seperti bakteri virus dan lain-lain.
b. Lisin
Antibodi yang bersifat lisin akan bekerja dengan menghancurkan zat-zat asing yang
masuk
c. Opsonin
Sifat opsonin yang dimiliki oleh antibodi memiliki arti bahwasannya antibodi tersebut
dapat merangsang serangan leukosit terhadap antigen yang masuk.
d. Aglutinin
Aglutinin merupakan sifat antibody yang bekerja dengan menggumpalkan antigen,
aglutinogen dan zat-zat asing lainnya.
2.3. Klasifikasi Antibodi
Sistem Imun Non Spesifik Sistem Imun Spesifik
Pertahana tubuh terdepan dalam menghadapi Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda
serangan berbagau mikroorgansme oleh karena yang dianggap asing bagi dirinya
dapat memberikan respon langsung terhadap
antigen
Benda asing yang pertama kali muncul segera
Tidak ditujukan terhadap mikroorganisme
dikena oleh sistem imun spesifik sehigga terjadi
tertentu
sensitasi sel-sel sistem imun tersebut
Telah ada dan siap berfungsi sejak lahir yang Bekerja oleh karena terjalin kerjasama antara
berupa permukaan tubuh dan berbagai komponen antibody-komplemen-fagosit dan anatara sel T-
dalam tubuh Makrofag

2.4. Fungsi antibody


Adapun fungsi antibodi bagi tubuh manusia diantaranya:
1. Antibodi memiliki kemampuan untuk mengenali dan menempel/melekat pada antigen yang
dianggap dapat menyebabkan penyakit oleh tubuh
2. Dalam mengenali dan melekatkan diri dengan antigen, zat antibody senantiasa bertindak
sebagai penand dan selanjutnya akan mengirimkan sinyal ke sel darah putih yang lain untuk
menyerang zat asing tersebut.

3.MHC I & MHC II

3.1. Pengertian MHC


Protein MHC terdiri dari dua kelas struktur, yaitu protein MHC kelas I dan kelas II.
a. Protein MHC kelas I
Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini bertugas
mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara langsung akan
menghancurkan sel yang mengandung antigen asing tersebut. Protein MHC kelas I terdiri dari
dua polipeptida, yaitu rantai membrane integrated alfa (α) yang disandikan oleh gen MHC
pada kromosom nomor 6, dan non-covalently associated beta-2 mikroglobulin(β2m).
b. Protein MHC kelas II
Protein MHC kelas II terdapat pada permukaan sel B, makrofag, sel dendritik, dan
beberapa sel penampil antigen (antigen presenting cell atau APC) khusus. Melalui protein MHC
kelas II inilah, APC dapat mempresentasikan antigen ke sel-T penolong (Th) yang akan menstimulasi
reaksi inflamatori atau respon antibodi. MHC kelas II ini terdiri dari dua ikatan non
kovalen polipeptida integrated-membrane yang disebut α dan β. Biasanya, protein ini akan
berpasangan untuk memperkuat kemampuannnya untuk berikatan dengan reseptor sel T. Domain α1
dan β1 akan membentuk tempat untuk pengikatan MHC dan antigen.

3.2. Fungsi MHC


Fungsi dari MHC kelas I:
a. reaksi penolakan jaringan
b. stimulasi produk antibody
c. proses interaksi antigen dengan sel T
Fungsi dari MHC kelas II:
a. diperlukan dalam presentasi antigen

4. Ligand Antigen atau Alergen

1.1. Pengertian Antigen


Antigen ( imunogen ) adalah suatu substansi yang mampu merangsang terbentuknya respon
imun yang dapat dideteksi, baik respon imun seluler, respon imun humotal atau keduanya. Antigen
merupakan glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel darahmerah (Diah dkk, 2007). Antigen
juga berupa zat-zat asing yang padaumumnya merupakan protein yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang
masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa polisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul
dengan BM > 10.000.

1.2. Karakteristik Antigen


Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah sebagai
berikut:
4.1. Asing ( berbeda dari self) : pada umumnya, molekul yang bersifat self tidak bersifat
imunogenik; untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself
4.2. Ukuran molekul : molekul dengan berat kurang dari 10.000 (misalnya asam amino)
tidak bersifat imunogenik. Mereka hanya bisa menjadi imunogenik hanya jika bergabung
dengan protein pembawa.
4.3. Komplekstisitas kiiawi dan stuktural : jumlahhtetetu kompleksitas kmiawi
diperlukan. Contohnya: homo polimer lebih imunogenik dibanding heteropolimer .
4.4. Determinan antigeik ( epitop ) : unit terkecil dari suatu antigen kompleks yang dapat
diikat oleh antiboddi isebu antigen atau epitop.
4.5. tatanan genetic penjamu : dua strain bintang yang dari spesies yang sama dapat
merespon secara berbeda terhadap antigren yang sama karena perbedaan komposisi gen
respon imun.
4.6. dosis, cara dan pemberian antigen : respon imun dapat dioptimalkan dengan cara
menentukan dosis antigen denga cermat .

5. CD4CD25Treg

5.1. Pengertian TReg


TReg adalah jenis sel darah ptih yang disebut CD4 + dan CD25 + limfosit yag menekan
sistem kekebalan tubuh. Saat Treg kurang aktif sistem kekebalan tubuh menjadi lebih aktif. Bila
TRegs lebih aktif sistem kekebalan tubuh menjadi lebih kurang aktif.

5.2. Karakteristik TReg


Ekspresi dari sel CD4 co-receptor dan CD25, yaitu komponen reseptor IL-2. Treg adalah
CD4+ CD 25+. Ekspresi faktor transkripsi nukleur Forkhead box P3 (FoxP3) adalah properti yang
menentukan pengembangan dan fungsi
5.3. Fungsi TReg
Berperan dalam mengatur atau menekan sel lain dalam sistem kekebalan tubuh. TReg
mengendalikan respon imun terhadap partikel asing dan antigen dan membantu mencegah penyakit
autoimun.

6. Komplemen
6.1. Pengertian Komplemen
Sistem komplemen merupakan salah satu sistem yang berfungsi sebagai mekanisme efektor
utama pada imunitas humoral, sistem ini juga berperan untuk mempertahankan imunohomeostasis.
Aktivasi sistem komplemen akan menghasilkan banyak molekul dengan aktivitas biologis yang
ampuh yang dirancang untuk membantu respon imun pada berbagai tahapan, diantaranya: opsonisasi
dan fagositosis yang diperantarai oleh komplemen, stimulasi respon inflamasi, cytolysis yang
diperantarai oleh formasi membrane attack complex (MAC) serta produksi anaphylatoxin.1,2

6.2. Fungsi Komplemen


Di bawah ini adalah fungsi dara dari komplemen:
1. Mencerna sel, bakteri, dan virus
2. Opsonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulat
3. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel-sel imun, inflamasi, dan beberapa
molekul imunoregulator
4. Pembersihan imun, yaitu membuang sisa-sisa bahan imunitas (kompleks imun) dan
mengirimnya ke di limpa dan hati untuk dihancurkan.

6.3. Mekanisme Aktivasi Komplemen


1. Jalur Klasik : Aktivator : semua bahan yg bersifat imunogenik , contoh : antigen beberapa
bakteri, Mycoplasma, RNA virus, komponen lipid A bakteri endotoksin; antigen endogenus
spt kristal asam urat, deposit myloid, DNA dan sel yang rusak/ apoptosis (Johnston, 2011)
antigen ini berikatan dg IgM atau IgG membentuk kompleks imun  memicu aktivasi
2. Jalur Alternatif Aktivator : kompleks imun IgA dan antigen, cth antigen: tripsin, Liposakarida
pd permukaan patogen, asam tekoat atau endotoksin bakteri, sel yang terinfeksi virus,
polisakarida pd perm. sel hewan atau tumbuhan (nonpatogen)
3. Jalur Lektin atau jalur MBL (Mannose Binding Lektin) Lektin : protein larut yg mengikat
manosa (KH dari dinding sel mikroba) Aktivator : molekul mannosa (Karbohidrat) atau
golongan asetil yang terdapat pd perm patogen atau jaringan self yang rusak

6.4. Karakteristik Komplemen


1. Diaktifkan non spesifik (jika ada benda asing)
2. Diaktifkan spesifik (jika bekerjasama dengan antibody)
3. Memusnahkan senyawa asing yang masuk dalam tubuh
4. Protein diberi kode C1-C9

7. Sitokin

7.1. Pengertian Sitokin


Sitokin adalah golongan protein atau glikoprotein/polipeptida yang larut dan diproduksi oleh
sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast, dan sel endotel.
7.2. Fungsi Sitokin
Sitokin berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir semua proses biologis
penting seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi sel, imunitas,
serta pertahanan jaringan ataupun morfogenesis. Kesemuanya terjadi akiat rangsangan dari luar.
Sitokin mempunyai berat molekul rendah, sekitar 8-40 KD, di samping kadarnya juga sangat rendah.
Abbas pada tahun 1994 menyatakan bahwa fungsi sitokin dapat disebutkan dalam beberapa
kategori, yaitu: sebagai mediator imunitas bawaan, mengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi
sel limfosit, mengatur immune mediated inflammation, merangsang leukosit yang belum
matang/immature dalam pertumbuhan dan diferensiasi.
Theze pada tahun 1999 menyatakan bahwa fungsi dasar sitokin yang diproduksi akibat
adanya respons terhadap rangsangan yang bersifat imunologik, berperan utama dalam kelanjutan
hidup sel, proliferasi sel, diferensiasi sel dan kematian sel.

8. C Reactive Protein
8.1. Pengertian C-Reactive Protein

C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu protein fase akut yang terdapat dalam serum
normal walaupun dalam konsentrasi yang amat kecil. Dalam keadaan tertentu dengan reaksi
inflamasi atau kerusakan jaringan baik yang disebabkan oleh penyakit infeksi maupun yang bukan
infeksi, konsentrasi CRP dapat meningkat sampai 100 kali. Sehingga diperlukan suatu pemeriksaan
yang dapat mengukur kadar CRP.1

8.2. Fungsi C Reactive Protein


Beberapa hal yang diketahui tentang fungsi biologis CRP yaitu:
1. CRP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai bakteri melalui reaksi
presipitasi/aglutinasi.
2. CRP dapat meningkatkan aktivitas dan motilitas sel fagosit seperti granulosit dan
monosit/makrofag.
3. CRP dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur klasik mulai dengan C1q maupun jalur
alternatif.
4. CRP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T. Dalam hal ini diduga CRP memegang
peranan dalam pengaturan beberapa fungsi tertentu selama proses keradangan.
5. CRP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein membran sel rusak, kromatin
inti dan kompleks DNA-histon.
6. CRP dapat mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin endogen yang terbentuk sebagai hasil
kerusakan jaringan.

8.3. Karakteristik C Reactive Protein


Eisenhardt dkk pada tahun 2009 menemukan bahwa C-Reactive Protein terdapat dalam 2
bentuk, yaitu bentuk pentamer (pCRP) dan monomer (mCRP). Bentuk pentamer dihasilkan oleh sel
hepatosit sebagai reaksi fase akut dalam respon terhadap infeksi, inflamasi dan kerusakan jaringan.
Bentuk monomer berasal dari pentamer CRP yang mengalami dissosiasi dan mungkin dihasilkan
juga oleh sel-sel ekstrahepatik seperti otot polos dinding arteri, jaringan adiposa dan makrofag.

9. Kemokin

9.1. Pengertian Kemokin


Kemokin adalah kelompok sitokin dengan berat molekul rendah (8-10 kDa) yang
diidentifikasi sesuai dengan fungsi dasar sebagai kemotaksis atau kemokinesis leukosit. Kemokin
merupakan grup sitokin yang berhubungan dengan inflamasi alergi, bertanggungjawab untuk aktivasi
leukosit, monosit, netrofil, eosinofil dan basofil. Lebih spesifik juga menginduksi degranulasi.

9.2. Fungsi Kemokin


1. Sebagai regulator motilitas dan orientasi leukosit yang artinya sebagai mediator proinflamasi,
imunomodulator kuat (aktivasi dan diversifikasi limfosit), imodifier biologis fungsi eritrosit
dan faktor engiogenik
2. Mengontrol adhesi, kemotaksi, dan aktivasi berbagai jenis leukosit

9.3. Karakteristik Kemokin


1. BM Kemokin 4-16 kDa
2. 20-50% idetik satu sama lain
3. Memiliki asam amino konservasi untuk menciptakan struktur 3 dimensi/tersier
4. Ikatan disulfida intramolekuler bergabung dengan pertama dan ketiga, dan ikatan yang kedua
untuk residu sistein keempat
5. Kemokin dibagi kedalam 4 subfamili CC,CXC, CX3C dan XC.7

10. Vaksin

10.1. Pengertian Vaksin


Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap
suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus, sehingga dapat mencegah atau mengurangi
pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar

10.2. Klasifikasi Vaksin


Vaksin diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup
berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi
dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk
keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau
memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan
bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas
(Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan.
BAB III
KESIMPULAN

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem pertahanan sebagai perlindungan
terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan patogen,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem imun juga berperan dalam perlawanan
terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel
yang bertransformasi menjadi tumor. Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler
dan komponen humoral, walaupun demikian, kedua sistem imun tersebut saling bekerjasama dalam
menjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh.
Adapun respon imunologik diantaranya yaitu makrofag,antibody/immunoglobulin, MHC I &
MHC II, Ligand Antigen atau allergen , TLR/PAMPS Reseptor , Komplemen , Kemokin , C
Reactive Protein, Sitokin , dan Vaksin
Sedangkan vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus, sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Jadi, vaksin adalah pencegahan yang
digunakan manusia supaya manusia tersebut terkena infeksi dan penyakit vatal
Sistem imun tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara lain :
1. Alergi, respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yangmasuk ke dalam tubuh.
2. Autoimunitas, antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuhsendiri karena tidak mampu
membedakan antara sel tubuh sendiridengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh
DAFTAR PUSTAKA

1. Foo Y. Liew, Damo Xu, Elizabeth K. Brint, Luke A. A.J. O’Neill, 2005. Negative regulation of
Toll-Like receptor-mediated immune response. Nature Review Immunology: vol.5:446-458.
2. Gay J. Nicholas, Monique Gangloff & Alexander N.R Weber, 2006. Toll-Like receptors as
moleculer switches. Nature Reviews Immunology, September ; 6:693-698.
3. Fleer Andre, Tannette G. Krediet, 2007. Innate Immunity: Toll-Like Receptors and Some More.
Neonatology; vol.92:145-157 4. Lauren E Yauch, Michael K. Mansour, Shmuel Shoham,
James B. Rottman, and Stuart M. Levitz, September 2004. Involvement of CD14, Toll-Like
Receptors 2 and 4, and MyD88 in the Host Response to the Fungal Patogen Cryptococcus
neoformans In vivo. Infection and Immunity, vol. 72: N0. 9:5373-5382.
4. Abbas Ak, Lichtman AH, Pillai S. 2007. Cellular and molecular immunology. 6th edition.
Philadelphia, USA. Saunders Elsevier. pp 329-345
5. Széplaki G. Varga L, Füst G. 2009. Role of complement in the pathomechanism of atherosclerotic
vascular diseases. Mol. Immunol. 46, 2784-2793
6. Handoyo I (2003), Pengantar imunoasai dasar, memegang peran yang cukup potensial sebagai
cetakan pertama, Airlangga University Press
7 Abbas AK, Licgtman AH, Pober JS (1994), Cytokines in Cellular and Molecular
Immunology, Iternational edition, WB Sounders Co, Philladelphia, London, Toronto,
Monreal, Sydney, Tokyo, p.240-260
8.Theze J (1999), The Cytokine Network and lain. Peran TGF-Immune Functions, Oxford University
Press, New York
9. Gallagher G, Eskdale J, Bidwell JL. Genetic Diversity at Human Cytokine Loci in Health and
Disease. In: Measuring Immunity: Basic biology and clinical assessment. Lotze MT,
Thomson AW, editors. Elsevier academic press, London 2005; p 23-29.
10. Zhang RX, Yu SQ, Jiang JZ, Liu GJ. Complementary DNA Microarray Analysis of Chemokines
and Their Receptors in Allergic Rhinitis. J Investig Allergol Clin Immunol 2007; Vol.17. (5):
329-36.

You might also like