Professional Documents
Culture Documents
USIA : 21 TAHUN
AGAMA : PROTESTAN
MAKASSAR, SULSEL
HOBI : MEMBACA
E-MAIL : rendi.plkt@gmail.com
No. HP : 0853-9629-1746
LAPAR DI TENGAH KEKAYAAN ALAM LAUT YANG MELIMPAH
Rendianita Sombolayuk
Program S1 Keperawatan dan Ners
STIK Stella Maris Makassar
Abstrak
Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan kekayaan alam yang melimpah
terutama keanekaragaman hayati laut yang dimilikinya. Ironisnya, justru rakyat
masih banyak yang hidup dalam kemiskinan bahkan melarat. Ini semua terjadi
karena kekurangmampuan kita menilai potensi dan memanfaatkan
keanekaragaman hayati. Indonesia terlalu berfokus dan terbuai pada predikat
sebagai “megadiversity country”, sedangkan cara mengolah dan
memanfaatkannya masih kurang. Kita harus rebut teknologi, kita harus dapat
mewujudkan Indonesia sebagai negara yang lebih bermartabat dan disegani
negara lain. Satu-satunya cara adalah dengan terus memacu diri mengembangkan
sumber daya manusia yang berkemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tinggi. Dengan menyandingkan ilmu pengetahuan yang tinggi dan kekayaan alam
khususnya kekayaan keanekaragaman biota laut yang kita miliki merupakan
keniscayaan untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa menjadi negara yang
adil, makmur, dan sejahtera.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara maritim, ditaburi dengan 17.504 pulau besar dan kecil.
Garis pantainya mencapai 95.181 km2, terpanjang di dunia setelah Kanada,
Amerika Serikat dan Rusia dengan luas laut teritorialnya kurang lebih 3,1 juta
Km2, Zona Economic Exclusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 Km2, memiliki potensi
sumberdaya hayati, non hayati maupun jasa lingkungan lainnya yang belum
tergali secara optimal dalam mendukung pembangunan ekonomi bangsa Indonesia
(Greenpeace Southeast Asia, Indonesia; 2013). Dilihat dari letak geografis,
Indonesia juga merupakan negara tropis dengan ekosistem yang lengkap dan
biodiversitas yang sangat tinggi. Tidak ada satu negara pun di dunia yang
memiliki kondisi alam seperti negeri kita, sehingga tidaklah berlebihan bila
dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara terkaya di dunia dalam hal
keanekaragaman hayati (biodiversitas). Namun sangat disayangkan, di tengah
kekayaan alam yang melimpah, Indonesia masih saja bergelut pada masalah
kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2014
penduduk miskin di Indonesia sebanyak 27,72 juta orang, merupakan angka yang
cukup besar. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Ketua Asosiasi Pemerintahan
Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Isran Noor melihat potensi kekayaan
rumput laut yang melimpah di Kalimantan Timur, namun tidak bisa dijadikan
komoditas dan dijual ke luar daerah bahkan ke luar negeri karena tidak ada
infrastruktur jalan dan transportasi, padahal pembangunan infrastruktur sangat
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dengan sasaran akhir meningkatnya
kesejahteraan warga (APKASI, 2014). Melihat persoalan ini, tidak heran jika
Indonesia selalu membeli produk dari luar untuk menutupi kekurangan, sehingga
krisis pangan pun dapat terjadi (Patrianila, 2013). Dapat dikatakan bahwa
pembangunan belum merata diseluruh wilayah Indonesia, karena pada
kenyataannya harus diakui bahwa pembangunan di Indonesia lebih difokuskan di
Pulau Jawa yang mengakibatkan masyarakat di luar Pulau Jawa tidak hanya
tertinggal dalam segi ekonomi namun juga terbelakang dari sisi informasi.
Pengelolaan sumber daya alam yang paling banyak dilakukan yakni berasal dari
daerah Papua, namun sangat disesalkan bahwa negara lupa memberikan 0,1 %
dari pendapatan itu kepada pemiliknya, yakni masyarakat Papua sehingga
penduduk aslinya masih tetap memakai cawat (Manangsang, 2007). Sementara
itu, Aceh dikenal sebagai daerah pesisir terbesar di Sumatra, namun sangat
memprihatinkan bahwa dari 50 % penduduk Aceh yang tinggal di wilayah pesisir,
sekitar 25 % di antaranya berada di bawah garis kemiskinan
(http://nasional.republika.co.id). Hal ini mengisyaratkan bahwa ternyata sumber
daya laut yang luas itu belum mampu mengangkat taraf hidup masyarakat Aceh.
Salah satu penyebab hal itu terjadi adalah karena penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi masih belum maksimal, sehingga tidak heran jika Indonesia sebagai
“Megadiversity Country” sudah banyak dikuasai oleh negara asing dalam bentuk
investasi sumber daya alam. Suatu fenomena di dunia bahwa perkembangan
teknologi tidak sejalan dengan peningkatan kekayaan keanekaragaman hayati.
Negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati tinggi masih ditandai dengan
rendah teknologi yang dikuasainya sedangkan negara-negara maju sekalipun
miskin keanekaragaman hayatinya, penguasaan teknologinya sangat tinggi
sehingga mereka lebih sejahtera dan mampu menguasai dunia. Dengan melihat
dan menyadari akan persoalan yang sedang melanda negeri ini, maka diperlukan
langkah strategis yang dapat diaplikasikan sebagai upaya untuk menekan angka
kemiskinan di Indonesia melalui pemanfaatan kekayaan sumber daya alam laut
dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi.
REKOMENDASI
Dengan komitmen Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang
akan memfokuskan kemaritiman, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia dengan melihat semua aspek
sumber daya laut yang berpotensi menghasilkan nilai ekonomi tinggi melalui
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern. Pemerintah sebagai
pemangku kepentingan semestinya tidak hanya pandai menyusun undang-undang
dan berbagai peraturan pelaksanaannya yang berpihak pada upaya peningkatan
kesejahteraan rakyat, tetapi juga harus berkomitmen melaksanakannya dengan
dedikasi yang tinggi untuk kesejahteraan rakyat. Indonesia harus dapat
membuktikan bahwa kita memiliki keunggulan yang dapat diperhitungkan di mata
dunia. Suatu terobosan yakni industri berbasis keanekaragaman hayati laut
seyogyanya dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan dalam mendukung
kesejahteraan rakyat Indonesia tercinta ini. Inilah tantangan dan sekaligus peluang
bagi generasi muda untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan dan sekaligus
mengangkat harkat dan martabat bangsa.
DAFTAR PUSTAKA