Professional Documents
Culture Documents
Modul Praktikum Mesin Pendingin 2016 2017
Modul Praktikum Mesin Pendingin 2016 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi seorang mahasiswa teknik Mesin sangat perlu untuk mempelajari masalah yang
berkenaan dengan mesin pendingin khususnya mengenai prinsip kerja mesin pendingin,
macam – macam mesin pendingin, beban pendinginan, kapasitas pendinginan dan
menghitung Coeficient of Performance (COP) mesin pendingin.
BAB II
DASAR TEORI
Mesin ini menggunakan kompresor untuk menaikkan tekanan uap zat pendingin dari
evaporator kemudian mendorongnya ke dalam kondensor agar mudah diembunkan. Siklus
pada mesin ini hampir menggunakan kebalikan dari siklus carnot, perbandingannya adalah
siklus ini menggunakan katup yang menghasilkan penurunan tekanan secara isoenthalpy.
primer yang keluar dari evaporator karena adanya perbedaan tekanan yang mana di
absorber lebih rendah dari tekanan evaporator.
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
2.2.6 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap
1. Kompresor
Fungsi Kompresor : berfungsi menaikkan tekanan di kondensor dan berfungsi
mensirkulasikan refrigeran dalam system
Jenis Kompresor berdasarkan cara kerja kompresi :
a. Kompresor torak (Reciprocating)
b. Kompresor putar (Rotary)
c. Kompresor heliks atau sekrup (helix or screw)
d. Kompresor skrol (Scroll)
e. Kompresor sentrifugal (centrifugal).
2. Evaporator
Fungsi Evaporator : Tempat perpindahan kalor antara refrigeran dan ruang atau bahan
yang akan didinginkan dan refrigeran akan mengalami perubahan fasa dari cair menjadi
uap.
Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya
a. Evaporator Tabung dan Coil
b. Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering
c. Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara
3. Katup Ekspansi
Fungsi Katup Ekspansi : Menurunkan dan menjaga beda tekanan refrigerant cair antara
sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dengan cara dikabutkan, sehingga terjaga
tekanan yang diinginkan
Jenis katup ekspansi, yaitu :
a. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman
b. Katup Ekspansi Manual
c. Katup Ekspansi Tekanan Konstan
4. Kondensor
Fungsi Kondensor : Melepaskan kalor dari refrigeran, sehingga refrigeran berubah fasa
dari uap menjadi cair. Kalor dilepas di kondensor berasal dari kalor yang diserap di
evaporator dan kalor akibat kerja kompresi.
Jenis Kondensor :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
b. Kondensor tabung dan pipa coil
c. Kondensor jenis pipa ganda
d. Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat
Keterangan :
1 – 2 : Proses kompresi adiabatis reversibel
2 – 3 : Proses pelepasan panas pada suhu dan tekanan konstan
3 – 4 : Proses isentropik ekspansi secara isentropik
4 – 1 : Proses pemasukan panas pada suhu dan tekanan konstan
Daerah yang ada di bawah garis reversibel pada diagram suhu-enthropi menyatakan
perpindahan kalor. Daerah-daerah yang digambarkan dalam gambar 2.4 dapat menyatakan
jumlah refrigerasi bermanfaat (useful refrigeration) dan kerja bersih (net work). Refrigerasi
bermanfaat sama dengan perpindahan kalor pada proses 4 – 1 atau daerah di bawah garis 4 –
1. Daerah di bawah garis 2 – 3 menyatakan kalor yang dikeluarkan dari daur, perbedaan
antara kalor yang dikeluarkan dari daur dan kalor yang ditambahkan ke dalam daur adalah
kalor bersih (net heat).
Siklus carnot biasa diperbaiki atau ditingkatkan prestasi kerjanya yaitu dengan cara
memberikan tambahan kerja agar tercapai kompresi kering, hal ini dilakukan dengan
memberikan super heating yaitu pemanasan lanjut sebelum refrigerant memasuki kompresor.
Hal ini akan mengakibatkan kinerja kompresor menjadi lebih ringan sehingga lifetime
komponen kompresor menjadi lebih panjang. Skema perbaikan daur refrigerasi carnot dapat
dilihat pada gambar 2.5.
Selain hal di atas, secara aktual diagram T-S secara aktual pada siklus 3 -4 tidak
ideal terjadi secara isentropis, nyatanya pada sikuls 3 – 4 pada katup ekspansi setelah adanya
proses pelepasan kalor pada kondensor, katup ekspansi menurunkan lagi temperatur
refrigerant cair secara mendadak hal ini mengakibatkan adanya proses secara konduksi
maupun konveksi yang meliputi pipa katup ekspansi sehingga siklus ideal 3 – 4 secara
isentropis, secara aktualnya akan bergeser dan tidak terjadi secara isentropis lagi. Skema daur
kompresi uap standar dapat dilihat pada gambar 2.6 dan 2.7.
Keterangan :
1 – 2 : Proses Kompresi uap refrigerant
2 – 3 : Proses merubah uap refrigerant menjadi cair
3 – 4 : Proses penurunan tekanan
4 – 1 : Proses pengambilan kalor oleh uap refrigerant
Keterangan :
1 – 2 : Proses kompresi adiabatik reversibel di kompresor
2 – 3 : Proses pelepasan panas pada tekanan konstan
3 – 4 : Proses ekspansi pada ekspantion valve secara isoentalphi
4 – 1 : Proses penyerapan panas secara isobaris dan penguapan refrigerant
Siklus dimulai dari titik 4 – 1 dimana kalor dari sistem diserap oleh refrigeran yang
ada pada evaporator. Refrigeran lalu berubah wujud menjadi fase uap kering lalu dialirkan ke
kompresor. Di kompresor terjadi proses kompresi pada refrigeran untuk meningkatkan
tekanan refrigeran sehingga refrigeran bias mencapai tekanan dan temperature kondensasi,
selanjutnya dialikan ke kondensor. Prinsip kerja utama dari kondensor adalah melepas kalor
refrigeran, hal ini dilakukan dengan cara mendinginkan refrigeran hingga berubah wujud
menjadi cair, kalor yang dilepas oleh refrigeran dibuang ke lingkungan.
Setelah melewati kondensor refrigeran yang telah berbentuk cair dialirkan ke katup
ekspansi, di katup ekspansi terjadi proses penurunan tekanan refrigeran dengan cara
dikabutkan. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan refrigeran yang berwujud uap jenuh
sebelum memasuki evaporator untuk menjalani siklus kembali.
Gambar 2.8 Gambar daur kompresi uap nyata dibanding daur standar
Sumber : Stoecker (1996:117)
Pada siklus aktualnya yang ditunjukkan pada gambar 2.8, terjadi modifikasi pada
siklus ideal siklus kompresi uap antara lain :
Sub-Cooling, kondisi dimana refrigerant cair lebih dingin dari suhu minimum idealnya,
sub-cooling bertujuan memaksimalkan perubahan fase embun ke cair pada kondensor agar
memaksimalkan pelepasan kalor pada kondensor. Sub-cooling bermanfaat karena dapat
memaksimalkan pelepasan kalor pada kondensor. Sub-cooling dapat dilakukan dengan
penambahan coil ganda pada pipa kondensor yang berisi air pendingin sehingga didapat
efek sub-cooling.
Super Heating, tujuan super heating memaksimalkan penguapan agar fase refrigerasi
seluruhnya berfase uap ketika memasuki kompresor. Super heating merupakan hal yang
positif pada siklus kompresi uap karena meringankan kerja kompresor. Super heating
dilakukan dengan cara menambahkan heater pada pipa dari evaporator ke kompresor.
Pressure Drop, terjadi karena uap refrigerant memasuki penampang yang berubah-ubah
pada pipa sehingga menimbulkan losses akibat gesekan fluida dengan dinding pipa,
belokan dan kebocoran pada saluran sehingga proses tidak isobarik.
2.2.8 AC Central
AC Central adalah Sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau
tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai
dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran udara/ducting ac. Skema AC
central dapat dilihat pada gambar 2.9
Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC central dengan
sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi. Proses
ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang
mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke komponen lainnya.
Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water-cooled condenser yang menggunakan air
untuk proses pendinginan refrigerant. Secara umum bentuk konstruksinya berupa shell &
tube dimana air memasuki shell/tabung dan uap refrigerantsuperheat mengalir dalam pipa
yang berada di dalam tabung sehingga terjadi proses pertukaran kalor. Uap
refrigerantsuperheat berubah fase menjadi cair yang memiliki tekanan tinggi mengalir
menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi karena
air ini akan digunakan lagi untuk proses pendinginan kondensor maka tentu saja
temperaturnya harus diturunkan kembali atau didinginkan pada cooling tower.
Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling water/cooling
tower melalui sistem pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak nozzle untuk tahap
spraying atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle secara langsung sementara itu
udara atmosfer dialirkan melalui atau berlawanan dengan arah jatuhnya air panas karena
pengaruh fan/blower yang terpasang pada cooling tower. Untuk menguapkan 1 kg air
diperlukan kira-kira 600 kcl dengan mengeluarkan kalor laten dengan mengungkapkan
sebagian dari air maka sebagian besar air pendingin dapat didinginkan, misalnya 1% dari air
dapat diuapkan, air dapat diturunkan temperaturnya sebanyak 6˚C dengan menara pendingin.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya
sangat rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan
temperatur ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor yang
berada di dalam chiller. Pada cooling tower juga dipasang katup yang dihubungkan ke
sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika
proses evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam “range” dan “approach”
dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach adalah
selisih antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi
pada cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2 penyebab terjadinya
perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara.
Suhu pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat energi
jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller. Salah satu
kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang jauh antara chiller
dan cooling tower sehingga memerlukan sistem pemipaan yang relatif panjang. Selain itu
juga biaya perawatan cooling tower cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya.
Secara garis besar sistem AC central terbagi atas beberapa komponen, yaitu :
1. Chiller
Pada unit pendingin atau chiller yang menggunakan sistem kompresi uap,
komponennya terdiri dari kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Pada chiller
biasanya tipe kondensornya adalah water-cooled kondensor. Air untuk mendinginkan
kondensor dialirkan melalui pipa yang kemudian outputnya didinginkan kembali secara
evaporative cooling pada cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka fluida yang
didinginkan tidak langsung udara melainkan air yang dialirkan melalui sistem pemipaan. Air
yang mengalami pendinginan pada evaporator dialirkan menuju sistem penanganan udara
(AHU) menuju koil pendingin.
2. AHU (Air Handling Unit)
Prinsip kerja secara sederhana pada unit penanganan udara ini adalah menyedot udara
dari ruangan (return air) yang kemudian dicampur dengan udara segar dari lingkungan (fresh
air) dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai keinginan. Campuran udara tersebut
masuk menuju AHU melewati filter, fan sentrifugal dan koil pendingin. Setelah itu udara
yang telah mengalami penurunan temperatur didistribusikan secara merata ke setiap ruangan
melewati saluran udara (ducting) yang telah dirancang terlebih dahulu sehingga lokasi yang
jauh sekalipun bisa terjangkau.
AHU memiliki beberapa komponen yang ada di dalamnya antara lain :
a. Filter
Penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-patikel lainnya sehingga diharapkan
udara yang dihasilkan lebih bersih.
b. Centrifugal Fan
Berfungsi untuk mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruangan-ruangan.
c. Koil Pendingin
Berfungsi untuk menurunkan temperatur udara.
Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah jika satu komponen mengalami kerusakan
dan sistem AC central tidak bekerja, maka semua ruangan tidak akan merasakan udara sejuk.
Selain itu jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka pengaturannya harus pada
termostat di koil pendingin pada komponen AHU.
3. Cooling Tower
Fungsi utamanya untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara
dikontakkan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas.
Konstruksi cooling water terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak nozzle, fan/blower, bak
penampung dan casing.
4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida ke tempat lain
dalam sistem pemipaan.
5. Ducting/saluran
Media penghubung antara AHU dengan ruangan yang dikondisikan udaranya, fungsi
utama ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk kemudian
didistribusikan ke masing-masing ruangan.
-orang ; h = F (aktivitas)
Clf = factor beban pendinginan (cooling load factor)
b. Peralatan
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari peralatan
– peralatan yang berada diruang pendingin tersebut :
qz= P x BF x CLF
Keterangan:
qz = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh peralatan peralatan di dalam
ruang pendinginan (joule/detik)
P = power /daya (peralatan) (wall)
BF = factor bullast (lampu Tu =1,25 ; lampu pijar : 1,0
CLF = factor beban pendinginan
2. Eksternal
a. Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara luar ruangan tetapi
terkendali untuk memenuhi kebutuhan akan udara yang dibutuhkan oleh tiap produk
(orang) :
o
q b n. m v .h.Clf
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar terkendali
(suhu/detik)
n = banyaknya produk (orang)
o
m = kebutuhan udara tiap orang perdetik (kg/detik)
Δh = kandungan kalor (beda entalpi udara luar dan dalam)(joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
b. Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara pendinginan dengan
udara luar tanpa kendali :
o
q A m vi. h.Clf
Keterangan :
qA = beban pendinginan akibat pertukaran udara dingin udara luar tanpa kendali
(joule/s)
o
m vi = laju Infiltrasi (kg/h)
Δh = beda entalpi udara luar dan dalam (joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
c. Radiasi
Beban pendingian yang disebabkan adanya kalor yang berasal dari luar ruangan berupa
radiasi matahari (beban panas matahari melalui permukaan tembus cahaya).
T1 4 T2 4
qb = τ. Ε. A
100 100
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
τ = bilangan Boltzman
ε = emisitas permukaan
A = luas panas (m²)
T1 = temperatur Absolute luar (ºK)
d. Perpindahan Panas
Beban pendinginan yang berasal karena perpindahan panas dari lingkungan yang tidak
diinginkan
Qs = U.A.ΔT
Keterangan;
Qs = beban pendinginan akibat perpindahan panas dari lingkungan yang tidak
diinginkan
U = koefisien perpindahan panas total (joule/cm²ok)
A = luas panas (m²)
ΔT = beda temperatur (ºK)
2.2.10 Refrigerant
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
2.2.10.1 Macam – macam Refrigerant
Berdasarkan penggunaan refrigerant dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Refrigerant Primer
Refrigerant yang digunakan pada sistem kompresi uap (R-22, R-134).
b. Refrigerant Sekunder
b. Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan pada saat ini, contoh
: amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2.
c. Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagai refrigerant,
khususnya untuk dipakai pada industri perminyakan dan petrokimia. Diantaranya
adalah metana (CH4), propana (C3H8) dan etana (C2H6).
d. Azeotrop
Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang dapat
dipisahkan komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop menguap dan
mengembun sehingga suatu substansi tunggal yang sifat-sifatnya berbeda dengan
unsur pembentuknya. Misal : refrigerant 502 yang merupakan campuran 48,8% R-
22 dengan 51,2% R-115.
2. Kondisi penampang B – C
a. Kesetimbangan energi:
m B hB m C hC Qref m Con hCon H LB C
b. Kekekalan massa
m B - m C = m Con → m B = m C+ m Con
c. Didapat
Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.
Q ref
COPaktual
Wcomp
Losses of energy
HLB-C dalam [kJ/s]
Dimana :
Wcomp= daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari spesifikasi peralatan
atau voltmeter dan amperemeter
h1= enthalpy refrigerant sesudah keluar evaporator
h2= enthalpy refrigerant sebelum keluarevaporator
hcon= enthalpy air kondensasi
mcon= laju alir massa air kondensasi
mref= laju alir massa refrigerant
h1B-C= kerugian energi pada daerah B-C
hB & hC= enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram psycometry
a. Keseimbangan energi
m A . hA - m B . hB = Pm - m s . hs – Pp + HL A-B
b. Kekekalan massa
m B = mA+ mS
c. Didapat:
Kerugian Energi (HL A-B)
Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi Boiler :
QK
K
PK
mh
k s s x100%
Pk
Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding dengan posisi
regavolt [%] dan spesifikasi motor penggeraknya
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier
Hs = enthalpy uap
Pp = daya pemanas preheater
Pk = daya pemanas bolier
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower
H LA-B = kerugian energi pada daerah A-B
Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon)
Sedangkan COPideal dapat dicari dengan persamaan
mengetahui sifat-sifat termodinamika udara dan mengidentifikasi proses fisik yang terjadi di
lingkungan.
2.3.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb) dan Temperatur Bola Kering (Dry Bulb)
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
c. Produk
1. Udara dengan temperatur, kelembaban, dan kapasitas tertentu.